Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
untuk mata kuliah Etika Keperawatan

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan. Dan kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna karena terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Olehkarenaitu,
kami mengharapkansegalabentuk saran dankritik yang membangundariberbagaipihak.Kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat pada dunia pendidikan.

Padang, 24 Juni 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
2.1 Definisi Etika Keperawatan......................................................................................................6
2.2 Pengertian Kode Etik Profesi....................................................................................................7
2.3 Kode Etik Keperawatan Menurut ICN....................................................................................7
2.4 Kode Etik Keperawatan Menurut ANA..................................................................................9
2.5 Kode Etik Keperawatan Menurut PPNI................................................................................10
2.6 Fungsi Kode Etik Keperawatan..............................................................................................13
2.7 Isi Kode Etik.............................................................................................................................14
2.8 Hukum Kesehatan...................................................................................................................15
BAB III.....................................................................................................................................................23
PENUTUP................................................................................................................................................23
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................................23
3.2 Saran.........................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Profesi perawat dewasa ini sangat diminati karena bidang pelayanan kesehatan
masyarakat masih banyak membutuhkan tenaga-tenaga kesehatan profesional yang berkompeten
di bidang pelayanan kesehatan. Perawat termasuk posisi vital dalam dunia pelayanan kesehatan
selain dokter. Menjadi perawat profesional membutuhkan pengetahuan dan keterampilan khusus.

Namun, dalam menjalankan profesinya sebagai perawat, perawat dituntut memahami dan
menerapkan kode etik keperawatan serta hukum kesehatan yang mengatur relasinya baik
terhadap dirinya sendiri maupun terhadap dokter, tenaga medis yang lain, pasien/klien, dan
masyarakat secara keseluruhan.

Seiring dengan kemajuan zaman, ilmu teknologi, dan informasi yang semakin canggih.
Membuat masyarakat menjadi lebih kritis. Perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan yang
semakin maju membuat derajat kesehatan masyarakat menjadi tinggi. Perkembangan ini diikuti
dengan perkembangan hukum di bidang kesehatan, sehingga secara bersamaan petugas
kesehatan menghadapi masalah hukum terkait dengan aktivitas, perilaku, sikap, dan
kemampuannya dalam menjalankan profesi kesehatan. Ketika masyarakat merasa tidak puas
dengan pelayanan atau apabila seorang petugas kesehatan melakukan kesalahan yang merugikan
pasien, tidak menutup kemungkinan untuk di meja hijaukan.

Oleh karena itu, berbagai masalah yang timbul dalam pelayanan kesehatan tersebut,
menjadi hal yang perlu diperhatikan dan didukung pemahaman petugas kesehatan mengenai
kode etik dan hukum kesehatan, dasar kewenangan, dan aspek legal dalam pelayanan kesehatan.
Untuk itu dibutuhkan suatu pedoman yang baik dan benar-benar terpercaya tentang sikap dan
perilaku yang harus dimiliki oleh seorang petugas kesehatan, pedoman tersebut adalah kode etik
dan hukum kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan etika keperawatan?
1.2.2 Apakahyang dimaksuddengankodeetikkeperawatan?
1.2.3 ApaPengertianKodeEtikkeperawatanmenurut ICN, ANA, PPNI?
1.2.4 Apa Fungsi Kode EtikKeperawatan?
1.2.5 Apa Isi Kode Etik Keperawatan?
1.2.6 Apa yang dimaksud dengan hukum kesehatan dan apa saja hukum tersebut?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untukmengetahuietika keperawatan
1.3.2 Untukmengetahuikodeetikkeperawatan
1.3.3 UntukmengetahuipengertianKodeEtikkeperawatanmenurut ICN, ANA, PPNI
1.3.4 UntukmengetahuifungsiKodeEtikKeperawatan
1.3.5 UntukmengetahuiisiKodeEtikKeperawatan
1.3.6 Untukmengetahuihukum kesehatan dan apa saja hukum tersebut
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Etika Keperawatan

Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perilaku
seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang merupakan suatu kewajiban
dan tanggung jawab moral.
Etika atau Ethics berasal dari kata yunani, yaitu etos yang artinya adat, kebiasaan,
perilaku atau karakter. Menurut kamus webster, Etik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang
apa yang baik dan buruk secara moral.
Etika berasal dari bahasa Yunani ethikos yang berarti adat istiadat atau kebiasaan. Etika
adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaiman sepatutnya manusia hidup didalam
masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang menentukan tingkah laku
yang benar, yaitu baik buruk, kewajiban, dan tanggung jawab.
Moral, berasal dari kata latin yang berarti adat istiadat atau kebiasaan. Moral adalah
perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang merupakan “standar prilaku” dan “nilai-nilai”
yang harus diperhatikan bila seseorang menjadi anggota masyarakat dimana ia tinggal.
Hukum adalah sesuatu yang memiliki wewenang dalam melakukan sesuatu atau dapat
dipertanggungjawabkan.
Etika profesi keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral yang
mendasari pelaksanaan praktik keperawatan. Etika profesi keperawatan adalah milik dan
dilaksanakan oleh semua anggota profesi keperawatan, yaitu perawat. Anggota profesi
keperawatan dituntut oleh sesama perawat, profesi lain, dan masyarakat sebagai penerima
pelayanan keperawatan untuk menaati dan menentukan kode etik yang telah disepakati.
Menurut Cooper (1991), dalam Potter dan Perry (1997), etika keperawatan
dikaitkandengan hubungan antar masyarakat dengan karakter serta sikap perawat terhadap
oranglain.Etika keperawatan merupakan standar acuan untuk mengatasi segala macam
masalahyang dilakukan oleh praktisi keperawatan terhadap para pasien yang tidak
mengindahkandedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya (Amelia, 2013).Etika keperawatan
merujuk pada standar etik yang menentukan dan menuntun perawat dalam praktek sehari-hari
(Fry, 1994). Misalnya seorang perawat sebelum melakukan tindakan keperawatan pada
pasien,harus terlebih dahulu menjelaskan tujuan dari tindakan yang akan dilakukannya
sertaperawat harus menanyakan apakah pasien bersedia untuk dilakukan tindakan tersebut
atautidak. Dalam hal ini perawat menunjukkan sikap menghargai otonomi pasien. Jika
pasienmenolak tindakan maka perawat tidak bisa memaksakan tindakan tersebut sejauh
pasienpaham akan akibat dari penolakan tersebut.
2.2 PengertianKodeEtikProfesi

Kode etik dapat diartikan pola aturan, tatacara, tanda, pedoman etis dalam melakukan
suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman
berperilaku. Dalam kaitannya dengan profesi, bahwa kode etik merupakan tata cara atau aturan
yang menjadi standart kegiatan anggota suatu profesi. Suatu kode etik menggambarkan nilai-
nilai professional suatu profesi yang diterjemahkan kedalam standaart perilaku anggotanya.Nilai
professional paling utama adalah keinginan untuk memberikan pengabdian kepada masyarakat.
Nilai professional dapat disebut juga dengan istilah asasetis.(Chung, 1981
mengemukakan empatasasetis, yaitu : (1). Menghargai harkat dan martabat (2). Peduli dan
bertanggung jawab (3).Integritas dalam hubungan (4).Tanggung jawab terhadap masyarakat.
Kode etik dijadikan standart aktvitas anggota profesi, kode etik tersebut sekaligus sebagai
pedoman (guidelines).Masyarakat pun menjadikan sebagai perdoman dengan tujuan
mengantisipasi terjadinya bias interaksi antara anggota profesi. Bias interaksi merupakan
monopoli profesi.,yaitu memanfaatkan kekuasan dan hak-hakistimewa yang melindungi
kepentingan pribadi yang betentangan dengan masyarakat. Oteng/ Sutisna (1986: 364)
mendefisikan bahwa kode etik sebagai pedoman yang memaksa perilaku etis anggota profesi.
Konvensinasional IPBI (IkatanPetugasBimbingan Indonesia) ke-1 mendefinisikan kode
etik sebagai pola ketentuan, aturan, tatacara yang menjadi pedoman dalam menjalankan aktifitas
maupun tugas suatu profesi. Bahsannya setiap orang harus menjalankan serta mejiwaiakanPola,
Ketentuan, aturan karena pada dasarnya suatu tindakan yang tidak menggunaka nkodeetikakan
berhadapan dengan sanksi.

2.3 Kode Etik Keperawatan Menurut ICN

ICN adalah suatu federasi perhimpunan perawat di seluruh dunia yang didirikan pada
tanggal 1 Juli 1899 oleh Mrs.Bedford Fenwich di Hanover Square, London dan direvisi pada
tahun 1973. Adapun kode etiknya adalah sebagai berikut :
- Tanggung jawab utama perawat :
Tanggung jawab utama perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah timbulnya
penyakit, memelihara kesehatan dan mengurangi penderitaan. Untuk melaksanakan
tanggung jawab utama tersebut, perawat harus meyakini bahwa :
1) Kebutuhan terhadap pelayanan keperawatan di berbagai tempat adalah sama.
2) Pelaksanaan praktik keperawatan dititik beratkan pada penghargaan terhadap
kehidupan yang bermartabat dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
3) Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dan /atau keperawatan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat, perawat mengikutsertakan kelompok dan instansi
terkait.

- Perawat, individu, dan anggota kelompok masyarakat


Tanggung jawab utama perawat adalah melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan masyuarakat. Oleh karena itu , dalam menjalankan tugas, perawat perlu
meningkatkan keadaan lingkungan kesehatan dengan menghargai nilai-nilai yang ada di
masyarakat, menghargai adat kebiasaan serta kepercayaan individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat yang menjadi pasien atau kliennya. Perawat dapat memegang teguh rahasia
pribadi (privasi) dan hanya dapat memberikan keterangan bila diperlukaan oleh pihak yang
berkepentingan atau pengadilan.

- Perawat dan pelaksanaan praktik keperawatan


Perawat memegang peranan penting dalam menentukan dan melaksanakan standar praktik
keperawatan untuk mencapai kemampuan yang sesuai dengan standar pendidikan
keperawatan. Perawat dapat mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya secara aktif
untuk menopang perannya dalam situasi tertentu. Perawat sebagai anggota profesi, setiap
saat dapat mempertahankan sikap sesuai dengan standar profesi keperawatan.

- Perawat dan lingkungan masyarakat


Perawat dapat memprakarsai pembaharuan, tanggap, mempunyai inisiatif, dan dapat
berperan serta secara aktif dalam menentukan masalah kesehatan dan masalah sosial yang
terjadi di masyarakat.
- Perawat dan sejawat
Perawat dapat menopang hubungan kerja sama dengan teman kerja, baik tenaga
keperawatan maupun tenaga profesi lain di keperawatan. Perawat dapat melindungi dan
menjamin seseorang, bila dalam masa perawatannya merasa terancam.

- Perawat dan profesi keperawatan


Perawat memainkan peran yang besar dalam menentukan pelaksanaanstandar praktik
keperawatan dan pendidikan keperawatan . Perawat diharapkan ikut aktif dalam
mengembangkan pengetahuan dalam menopang pelaksanaan perawatan secara profesional.
Perawat sebagai anggota profesi berpartisipasi dalam memelihara kestabilan sosial dan
ekonomi sesuai dengan kondisi pelaksanaan praktik keperawatan.

2.4 Kode Etik Keperawatan Menurut ANA

Kode etik keperawatan menurut American Nurses Association (ANA), terdapat 11 butir,
diantaranya :
1) Perawat memberikan pelayanan dengan penuh hormat bagi martabat kemanusiaan dan
keunikan klien yang tidak dibatasi oleh pertimbangan status sosial atau ekonomi, atribut
personal atau corak masalah kesehatannya.
2) Perawat melindungi hak klien akan privasi dengan memegang teguh informasi yang bersifat
rahasia.
3) Perawat melindungi klien dan publik bila kesehatan dan keselamatannya terancam oleh
praktek seseorang yang tidak berkompoten, tidak etis atau illegal.
4) Perawat memikul tanggung jawab atas pertimbangan dan tindakan perawatan yang
dijalankan masing-masing individu
5) Perawat memelihara kompetensi keperawatan.
6) Perawat melaksanakan pertimbangan yang beralasan dan menggunakan kompetensi dan
kualifikasi individu sebagai kriteria dalam mengusahakan konsultasi, menerima tanggung
jawab dan melimpahkan kegiatan keperawatan kepada orang lain.
7) Perawat turut serta beraktivitas dalam membantu pengembangan pengetahuan profesi.
8) Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melaksanakan dan meningkatkan
standar keperawatan.
9) Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk membentuk dan membina kondisi kerja
yang mendukung pelayanan keperawatan yang berkualitas.
10) Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melindungi publik terhadap informasi
dan gambaran yang salah serta mempertahankan integritas perawat.
11) Perawat bekerja sama dengan anggota profesi kesehatan atau warga masyarakat lainnya
dalam meningkatkan upaya-upaya masyarakat dan nasional untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan public.

2.5 Kode Etik Keperawatan Menurut PPNI

Kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman
perilaku dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan. Aturan yang berlaku untuk
seorang perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi perawat adalah kode etik perawat
nasional Indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap kode etik sehingga
kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan. Kode etik keperawatan di Indonesia telah disusun
oleh Dewan Pinpinan Pusat Persatuan Perawat Nasioanl Indonesia (DPP PPNI) melalui munas
PPNI di Jakarta pada tangal 29 November 1989. Kode etik keperawatan Indonesia tersebut
terdiri dari 4 bab dan 16 pasal yaitu:
1. Bab 1: terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat
terhadapindividu,keluarga, dan masyarakat.
2. Bab 2: terdiri dari lima pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap
tugasnya.
3. Bab 3: terdiri dari dua pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap
sesama perawat dan profesi kesehatan lain.
4. Bab 4: terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap
profesi keperawatan.
5. Bab 5: terdiri dari dua pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap
pemerintah,bangsa,dan tanah air.

A. Tanggung Jawab Perawat terhadap Klien


Dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga, atau
komunitas, perawat sangat memerlukan etika keperawatan yang merupakan filsafat yang
mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasar terhadap pelaksanaan praktik
keperawatan, dimana inti dari filsafat tersebut adalah hak dan martabat manusia. Karena
itu, fokus dari etika keperawatan ditujukan terhadap sifat manusia yang unik. Untuk
memelihara dan meningkatkan kepercayaan masyarakat, di perlukan peraturan tentang
hubungan dengan perawat dengan masyarakat, yaitu sebagai berikut:
1) Perawat, dalam melaksanakan pengabdiannya, senantiasa berpedoman pada tanggung
jawab yang bersumber dari adanya kebutuhan terhadap keperawatan
individu,keluarga,dan masyarakat.
2) Perawat, dalam melaksanakan pengabdian di bidang keperawatan, memelihara
suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya,adat istiadat, dan
kelangsungan hidup beragama dari individu,keluarga, dan masyarakat.
3) Perawat, dalam melaksanakan kewajibannya terhadap individu,keluarga, dan
masyarakat, senantiasa dilandasi rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi
luhur keperawatan.
4) Perawat menjalin hubungan kerja sama dengan individu,keluarga, dan masyarakat,
khususnya dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya kesehatan, serta upaya
kesejahteraan pada umumnya sebagai bagian dari tugas dan kewajiban bagi
kepentingan masyarakat.

B. Tangung Jawab Perawat terhadap Tugas


1) Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yangtinggi disertai
kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta ketrampilan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga dan masyarakat.
2) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas
yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku.
3) Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan untuk
tujuan yang bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan.
4) Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha dengan penuh
kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna
kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut, dan kedudukan sosial.
5) Perawat senantiasa mengutamakan perlindungan dan keselamatan klien dalam
melaksanakan tugas keperawatan serta matang dalam mempertimbangkan kemampuan
jika menerima atau mengalihtugaskan tanggungjawab yang ada hubungannya dengan
keperawatan.

C. Tanggung Jawab Perawat terhadap Sejawat


Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lainnya adalah
sebagai berikut :
1) Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan dengan
tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara kerahasiaan suasana lingkungan
kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
2) Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya
kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi lain
dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan.

D. Tanggung Jawab Perawat terhadap Profesi Keperawatan


1) Perawat senantiasa berupaya meningkatkan kemampuan profesionalnya secara
sendiri-sendiri dan atau bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan keperawatan.
2) Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan
menunjukkan perilaku dan sifat pribadi yang luhur.
3) Perawat senantiasa berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan dan
pelayanan keperawatan serta menerapkan dalam kegiatan dan pendidikan
keperawatan.
4) Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi
keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.

E. Tanggung Jawab Perawat terhadap Negara


1) Perawat senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijaksanaan yang
diharuskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan.
2) Perawat senantiasa berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada
pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada
masyarakat.

2.6 Fungsi Kode Etik Keperawatan

Kode etik perawat yang berlaku saat ini berfungsi sebagai landasan bagi status
profesional dengan cara sebagai berikut:
1. Kode etik perawat menunjukkan kepada masyarakat bahwa perawat diharuskan
memahami dan menerima kepercayaan dan tanggung jawab yang diberikan kepada
perawat oleh masyarakat.
2. Kode etik menjadi pedoman bagi perawat untuk berperilaku dan menjalin hubungan
keprofesian sebagai landasan dalam penerapan praktek etika.
3. Kode etik perawat menetapkan hubungan-hubungan profesional yang harus dipatuhi
yaitu hubungan perawat dengan pasien/klien sebagai advokator, perawat dengan tenaga
profesional kesehatan lain sebagai teman sejawat, dengan profesi keperawatan sebagai
seorang kontributor dan dengan masyarakat sebagai perwakilan dari asuhan kesehatan.
4. Kode etik perawat memberikan sarana pengaturan diri sebagai profesi.
Selain itu fungsi kode etik adalah sebagai pedoman perilaku bagi para pengemban
profesi, dalamhal ini perawat, sebagai tenaga kesehatan dalam upaya pelayanan kesehatan. Kode
etik merupakan norma etik yang mencerminkan nilai dan pandangan hidup yang dianut oleh
kalangan profesi yang bersangkutan. Kode etik merupakan norma etik yang dapat berfungsi
sebagai sarana kontrol sosial, sebagai pencegah campur tangan pihak lain, sebagai pencegah
kesalahpahaman dan konflik. Kode etik memuat hak dan kewajiban profesional anggotanya
sehingga setiap anggota profesi dapat mengawasi apakah kewajiban profesi telah dipenuhi.
Tentang bagaimana anggota profesi melaksanakankewajiban profesioanalnya, kode etik telah
menentukan standarnya sehinggamasayarakat dan pemerintah tidak perlu campur tangan dalam
hal ini. Kode etiksekaligus mencegah kesalahpahaman dan konflik karena merupakan
kristalisasiperilaku yang dianggap benar menurut pendapat umum dan berdasarkan
pertimbangankepentingan profesi.
2.7 Isi Kode Etik

Kode etik bersisi prinsip-prinsip etik yang dianut oleh profesi tertentu. Prinsip-prinsip
etik yang terpenting dalam upaya pelayanan kesehatan adalah prinsip otonomi yang berkaitan
dengan prinsip veracity, nonmaleficence, beneficence, convidentiality, dan justice (Sumaryono,
1995 ). Otonomi merupakan bentuk kebebasan seseorang untuk bertindak berdasarkan rencana
yang telah ditentukannya sendiri. Di dalam prinsip ini setidaknya terkandung tiga elemen yaitu
kebebasan untuk memutuskan, kebebasan untuk bertindak, kebebasan untuk mengakui dan
menghargai martabat dan otonomi pihak lain. Prinsip veracity mewajibkan kedua belah pihak,
perawat dan pasien, untuk menyatakan yang sebenarnya tentang kondisi pasien dan
pengobatannya yang dilakukan. Prinsip nonmaleficence berarti bahwa perawat dalam
memberikan upaya pelayanan kesehatan senantiasa dengan niat untuk membantu pasien
mengatasi masalah kesehatannya. Berdasarkan prinsip beneficence, perawat memberikan upaya
pelayanan kesehatan dengan menghargai otonomi pasien. Hal ini dilakukan sesuai dengan
kemampuan dan keahliannya. Prinsip confidentiality berarti bahwa perawat wajib merahasiakan
segala sesuatu yang telah dipercayakan pasien kepadanya, yaitu berupa informasi mengenai
penyakitnya dan tindakan yang telah, sedang, dan akan dilakukan, kecuali jika pasien
mengijinkan atas perintah undang-undang untuk kepentingan pembuktian dalam persidangan.
Prinsip justice berarti bahwa setiap orang berhak atas perlakukan yang sama dalam upaya
pelayanan kesehatan tanpa mempertimbangkan suku, agama, ras, golongan, dan kedudukan
sosial ekonomi. Idealnya perbedaan yang mungkin adalah dalam fasilitas, tetapi bukan dalam
hal pengobatan dan atau perawatan.
Kode Etik Keperawatan Indonesia terdiri dari mukadimah dan batang tubuh. Mukadimah
berisi :
1) Pedoman kehidupan profesi keperawatan, bahwa masyarakat Indonesia membutuhkan
pelayanan keperawatan;
2) Sifat dan dasar pelayanan keperawatan;
3) Ruang lingkup pelayanan keperawatan;
4) Kesiapan perawat untuk melaksanakan pelayanan keperawatan secara profesional;
5) Perawat berjiwa Pancasila dan UUD 1945, dalam melaksanakan pekerjaan berpedoman
kepada ketentuan kode etik.
Sedangkan batang tubuh berisi sebagai berikut :
1) Tanggung jawab perawat terhadap individu, keluarga, dan masyarakat;
2) Tanggung jawab perawat terhadap tugas;
3) Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lain;
4) Tanggung jawa perawat terhadap profesi keperawatan;
5) Tanggung jawab perawat terhadap pemerintah, bangsa, dan tanah air.
Bentuk Kode Etik Keperawatan Indonesia adalah Keputusan Musyawarah Nasional IV
Persatuan Perawat Nasional Indonesia pada tahun 1989. Kode etik ini disusun oleh Komisi C
PPNI pada tahun 1989, yang kemudian dalam keputusan MUNAS IV PPNI NO: 09/MUNAS
IV/PPNI/1989 tentang pemberlakukan Kode Etik Keperawatan, kode etik ini menjadi materi/isi
keputusan musyawarah tersebut yang tertuang dalam bagian lampiran. Kode etik ini hanya
berlaku bagi perawat, jadi sifatnya intern. Kode etik harus mampu menjadi tolok ukur nilai dan
moral perawat dalam melaksanakan pekerjaannya.

2.8 Hukum Kesehatan

Hukum kesehatan adalah semua ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan


perundang-undangan di bidang kesehatan yang mengatur hak dan kewajiban individu, kelompok
atau masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan pada satu pihak, hak dan kewajiban
tenaga kesehatan dan sarana kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan di pihak lain
yang mengikat masing-masing pihak dalam sebuah perjanjian terapeutik dan ketentuan-
ketentuan atau peraturan-peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan lainnya yang
berlaku secara lokal, regional, nasional dan internasional.

Dengan demikian, dalam keperawatan hukum berfungsi sebagai berikut :

(1) Hukum memberikan kerangka kerja untuk menetapkan jenis tindakan keperawatan
yang sah dalam asuhan keperawatan pasien
(2) Hukum membedakan tanggung jawab perawat dari tenaga profesional kesehatan lain
(3) Hukum membantu memberikan batasan tindakan keperawatan yang mandiri
(4) Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan
(5) Membedakan tanggung jawab dengan profesi yang lain
(6) Membantu mempertahankan standar praktik keperawatan dengan meletakkan posisi
perawat memiliki akuntabilitas di bawah hukum.

Perkembangan hukum kesehatan baru dimulai pada tahun 1967, yakni dengan
diselenggarakannya “World Congress on Medical Law” di Belgia tahun 1967. “ Di Indonesia,
perkembangan hukum kesehatan dimulai dengan terbentuknya kelompok studi untuk Hukum
Kedokteran FK-UI dan rumah Sakit Ciptomangunkusumo di Jakarta tahun 1982. Kelompok studi
hukum kedokteran ini akhirnya pada tahun 1983 berkembang menjadi Perhimpunan Hukum
Kesehatan Indonesia (PERHUKI). Pada kongres PERHUKI yang pertama di Jakarta, 14 April
1987. Hukum kesehatan mencakup komponen-komponen atau kelompok-kelompok profesi
kesehatan yang saling berhubungan dengan yang lainnya, yakni : Hukum Kedokteran, Hukum
Kedokteran Gigi, Hukum Keperawatan, Hukum Farmasi, Hukum Rumah Sakit, Hukum
Kesehatan Masyarakat, Hukum Kesehatan Lingkungan, dan sebagainya.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka hukum kesehatan dapat di kelompokkan menjadi 4
kelompok yaitu:

(1) Hukum kesehatan yang terkait langsung dengan pelayanan kesehatan yaitu:
a. UU No. 23/ 1992 Tentang Kesehatan yang telah diubah menjadi UU No 36/2009
tentang Kesehatan
b. PP  No. 32/1996 tentang Tenaga Kesehatan
c. Keputusan Menteri Kesehatan No.1239/2001 tentang Registrasi dan Praktik
Perawat
d. UU No. 29/2004 tentang Praktek kedokteran
e. UU No, 44/ 2009 tentang Rumah sakit
f. Permenkes 161/2010 tentang Uji kompetensi
g. UU No. 38/2014 tentang Keperawatan
UU Keperawatan No. 38 Tahun 2014 dalam Lembaran Negara no: 307 Tambahan
Lembaran Negara no: 5612.Tanda Tangan Presiden RI Susilo Bambang
Yudhoyono tanggal 17 Oktober 2014 yang Undang-Undang tersebut memuat 13
BAB dan 66 Pasal.
a. Pada BAB I
Ketentuan Umumo pasal 1 memuat tentang pengertian Keperawatan, Perawat,
Pelayanan Keperawatan, Praktik Keperawatan, Asuhan Keperawatan, Uji
Kompetensi, Sertifikat Kompetensi, Sertifikat Profesi, Registrasi, Surat Tanda
Registrasi, Surat Ijin Praktek Perawat, Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Perawat
Warga Negara Asing, Klien, Organisasi Profesi Perawat, Kolegium
Keperawatan, Konsil Keperawatan, Institusi Pendidikan, Wahana Pendidikan
Keperawatan, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Menteri. Pasal 2
memuat asas praktik keperawatan yaitu perikemanusiaan, nilai ilmiah, etika
dan profesionalitas, manfaat, keadilan, pelindungan dan kesehatan dan
keselamatan klien. Pasal 3 memuat pengaturan keperawatan yang bertujuan
meningkatkan mutu perawat, meningkatkan mutu pelayanan keperawatan,
memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada perawat dan klien dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
b. BAB II
Jenis Perawat memuat pasal 4 bahwa jenis perawat terdiri atas perawat profesi
dan perawat vokasi. Perawat profesi adalah ners, ners spesialis dan untuk
ketentuan lebih lanjut mengenai jenis perawat, Undang-Undang ini
mengamanatkan untuk diatur dengan Peraturan Menteri.
c. BAB III
Pendidikan Tinggi Keperawatan pada pasal 5 membagi pendidikan tinggi
keperawatan terdiri atas pendidikan vokasi, pendidikan akademik, dan
pendidikan profesi. Pendidikan vokasi dalam pasal 6 disebutkan merupakan
program diploma keperawatan dan paling rendah diploma tiga keperawatan.
Pasal 7 mengenai pendidikan akademik yang terdiri dari pendidikan sarjana
keperawatan, program magister keperawatan dan program doktor keperawatan.
Sedangkan program profesi dimuat pada pasal 8 yang terdiri program profesi
keperawatan dan program spesialis keperawatan. Pasal 9 sampai pasal 16
mengatur tentang pendidikan tinggi keperawatan.
d. BAB IV
Registrasi, Izin Praktik, dan Registrasi Ulang memuat pada bagian pertama
pasal 17 umum, bagian kedua registrasi pasal 18 tentang kewajiaban memiliki
STR, persyaratan, masa berlaku dan ketentuan tentang hal tersebut
diamanatkan untuk diatur dalam peraturan konsil keperawatan. Bagian ketiga
izin praktik dimuat pada pasal 19 tentang kewajiban perawat yang
menkjalankan praktik keperawatan wajib memiliki izin dalam bentuk SIPP,
tata cara mendapatkan dan masa berlaku. pasal 20 memuat tempat berlakunya
SIPP hanya 1 tempat dan diberikan paling untuk 2 tempat. Pasal 21 memuat
kewajiban memasang papan nama praktik keperawatan dan ketentuan tentang
hal tersebut akan diatur dalam peraturan menteri ( pasal 23 ). pasal 24 – 27
memuat tentang ketentuan perawat warga negara asing yang akan menjalankan
praktik keperawatan di Indonesia.
e. BAB V
Praktik keperawatan memuat bagian kesatu umum pada pasal 28 ayat 1
menyebutkan praktik keperawatan dilaksanakan di fasilitas pelayanan
kesehatan dan tempat lainnya yang terdiri atas praktik keperawatan mandiri
dan praktik keperawatan di fasilitas pelayanan kesehatan ( ayat 2 ) yang harus
didasarkan pada kode etik, standar pelayanan, standar profesi dan standar
prosedur operasional ( ayat 3) serta prinsip kebutuhan pelayanan kesehatan
dann atau keperawatan masyarakat dalam suatu wilayah ( ayat 4 ) yang
ketentuan lebih lanjutnya akan diatur dengan peraturan menteri (ayat 5).
Bagian kedua memuat tugas dan wewenang pada pasal 29 bahwa perawat
bertugas sebagai pemberi asuhan keperawatan, penyuluh dan konselor bagi
klien, pengelola pelayanan keperawatan, peneliti keperawatan, pelaksana tugas
berdasarkan pelimpahan wewenang dan atau pelaksana tugas dalam
keterbatasan tertentu.
f. BAB VI
Hak dan Kewajiban. Bagian Kesatu memuat Hak dan Kewajiban perawat yang
dimuat pada pasal 36 tentang hak perawat dan pasal 37 tentang kewajiban
perawat. Bagian kedua memuat hak dan kewajiban klien pada pasal 38 tentang
hak klien, pasal 39 tentang dasar pengungkapan rahasia klien dan pasal 40
tentang kewajiban klien.
g. BAB VII
Organisasi Profesi Perawat. Pasal 41 memuat tentang tujuan organisasi profesi
perawat sedangkan fungsinya dimuat pada pasal 42. Lokasi organisasi perawat
di Ibukota RI dan perwakilannya di daerah disajikan pada pasal 43.
h. BAB VIII
Kolegium Keperawatan. Kolegium keperawatan merupakan badan otonom di
dalam organisasi profesi perawat dan bertanggung jawab kepada organisasi
profesi perawat tercantum pada pasal 44, sedangkan fungsi kolegium yaitu
mengembangkan cabang disiplin ilmu keperawatan dan standar pendidikan
tinggi bagi perawat profesi disajikan pada pasal 45 dan ketentuan lebih lanjut
tentang kolegium keperawatan menurut pasal 46 diatur oleh oragnisasi profesi
perawat.

i. BAB IX
Konsil Keperawatan. Pasal 47 merupakan dasar pembentukan konsil
keperawatan yang berkedudukan di ibukota RI (pasal 48) dan mempunyai
fungsi pengaturan, penetapan, dan pembinaan perawat serta memiliki berbagai
macam tugas ( pasal 49 ). Untuk wewenang konsil keperawatan tercantum pada
pasal 50 dan pendanaan konsil keperawatan yang dibebankan kepada APBN
dan sumber lain yang tidak mengikat tercantum pada pasal 51. Pasal 52
mencantumkan tentang keanggotaan konsil keperawatan yang terdiri atas unsur
pemerintah, organisasi profesi keperawatan, kolegium keperawatan, asosiasi
institusi pendidikan keperawatan, asosiasi fasilitas pelayanan kesehatan dan
tokoh masyarakat. Jumlah anggotanya 9 (sembilan) orang dan ketentuan lebih
lanjut tentang susunan organisasi, pengangkatan, pemberhentian dan
keanggotaan diatur Peraturan Presiden.
j. BAB X
Pengembangan, Pembinaan, dan Pengawasan. Pasal 53 mengatur tentang
pengembangan praktik keperawatan yang dilakukan melalui pendidikan formal
dan pendidikan non formal atau pendidikan berkelanjutan yang bertujuan untuk
mempertahankan atau meningkatkan keprofesionalan perawat. Pasal 54
mencantumkan tentang pembinaan pendidikan keperawatan oleh kementerian
urusan pemerintahan di bidang pendidikan dan koordinasi dengan menteri
kesehatan. Pasal 55 menyebutkan Pemerintah, Pemda, Konsil keperawatan dan
organisasi profesi membina dan mengawasi praktik keperawatan sesuai fungsi
dan tugas masing-masing. Pasal 56 memuat maksud pembinaan dan
pengawasan serta pasal 57 mengatur tentang ketentuan lebih lanjut mengenai
pembinaan dan pengawasan diatur dalam Peraturan Menteri.
k. BAB XI
Sanksi Adminitrasi. Pasal 58 mengatur tentang ketentuan bagi pelanggar pasal
18 ayat(1), pasal 21 ayat(1), dan pasal 27 ayat (1) dikenai sanksi administratif
yang dapat berupa teguran lisan, peringatan tertulis, denda adminitrasi dan/atau
pencabutan izin dan ketentuan lebih lanjytnya akan diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
l. BAB XII
Ketentuan Peralihan. Pasal 59 menyebutkan STR dan SIPP yang telah dimiliki
oleh perawat sebelum UU Keperawatan diundangkan dinyatakan tetap berlaku
sampai jangka waktu STR dan SIPP berakhir, dan untuk permohonan
memperoleh STR yang masih dalam proses diselesaikan dengan prosedur yang
berlaku sebelum UU Keperawatan diundangkan ( pasal 60). Pasal 61 mengatur
untuk lulusan SPK yang telah melakukan praktik keperawatan sebelum UU
Keperawatan diundangkan masih diberi kewenangan selama jangka waktu
6(enam) tahun setelah diundangkannya UU Keperawatan.
m. BAB XIII
Ketentuan Penutup. Pasal 62 mencantumkan Institusi Pendidikan Keperawatan
yang telah ada sebelum UU Keperawatan diundangkan harus menyesuaikan
persyaratan dalam pasal 9 paling lama 3 (tiga) sejak diundangkan. Konsil
keperawatan dibentuk paling lama 2 (dua) tahun (pasal 63). Pasal 64 mengatur
tentang semua Peraturan Perundang-undangan yang mengatur mengenai
Keperawatan dinyatakan masih berlaku sepanjang tidak bertentangan atau
belum diganti berdasarkan UU ini. Pasal 65 menyebutkan peraturan
pelaksanaan dari UU ini harus ditetapkan paling lama 2(dua) tahun terhitung
sejak diundangkannya dan pasal 66 menyatakan bahwa Undang-Undang ini
mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

(2) Hukum Kesehatan yang tidak secara langsung terkait dengan pelayanan Kesehatan
antara lain:
a. Hukum Pidana
Pasal-pasal hukum pidana yang terkait dengan pelayanan kesehatan. Misalnya Pasal
359 KUHP tentang kewajiban untuk bertanggung jawab secara pidana bagi tenaga
kesehatan atau sarana kesehatan yang dalam menyelenggarakan pelayanan
kesehatan menyebabkan pasien mengalami cacat, gangguan fungsi organ tubuh atau
kematian akibat kelalaian atau kesalahan yang dilakukannya.
b. Hukum Perdata.

Pasal-pasal Hukum perdata yang terkait dengan pelayanan kesehatan. Misalnya


Pasal 1365 KUHPerd. mengatur tentang kewajiban hukum untuk mengganti
kerugian yang dialami oleh pasien akibat adanya perbuatan melawan hukum yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan dan sarana kesehatan dalam memberikan
pelayanan terhadap pasien

c. Hukum Administrasi

Ketentuan-ketentuan penyelenggaraan pelayanan kesehatan baik yang dilakukan


oleh tenaga kesehatan maupun oleh sarana kesehatan yang melanggar hukum
adminstrasi yang menyebabkan kerugian pada pada pasien menjadi tanggung jawab
hukum dari penyelenggara pelayanan kesehatan tersebut

(3) Hukum Kesehatan yang berlaku secara Internasional


a. Konvensi
Konvensi dalam norma adalah peraturan tak tertulis yang lama-kelamaan menjadi
suatu kelumrahan dan bahkan menjadi peraturan yang disepakati secara pasif oleh
masyarakat.
b. Yurisprudensi
Yurisprudensi. Yurisprudensi adalah adalah keputusan-keputusan dari hakim
terdahulu untuk menghadapi suatu perkara yang tidak diatur di dalam UU dan
dijadikan sebagai pedoman bagi para hakim yang lain untuk menyelesaian suatu
perkara yang sama.
c. Hukum Kebiasaan
Hukum kebiasaan internasional merupakan kebiasaan internasional usage yang
telah diakui mempunyai kekuatan hukum atau sudah diterima sebagai hukum
internasional. Kebiasaan yang dapat dikategorikan sebagai sumber hukum
internasional setidaknya harus memenuhi dua unsur penting, 
(4) Hukum Otonomi
a. Perda tentang kesehatan
b. Kode etik profesi
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keperawatan sebagai suatu profesi bertanggung jawab dan bertanggunggugat atas


pelayanan / asuhan keperawatan yang diberikan. Oleh sebab itu pemberian pelayanan / asuhan
keperawatan harus berdasarkan pada landasan hukum dan etika keperawatan. Standar asuhan
keperawatan di Indonesia sangat di perlukan untuk melaksanakan praktek keperawatan,
sedangkan etika keperawatan telah diatur oleh organisasi profesi, hanya saja kode etik yang
dibuat masih sulit dilaksanakan di lapangan karena bentuk kode etik yang ada masih belum
dijabarkan secara terinci dan lengkap dalam bentuk petunjuk teknisnya.Kode etik keperawatan
menjadi pedoman para perawat dalam menjalankan peran dan fungsinya sesuai standar profesi
keperawatan yang akan melindungi perawat dan pasien.Prinsip-prinsip etik yaitu otonomi,
berbuat baik, keadilan, tidak merugikan, kejujuran, menepati janji, kerahasiaan, dan
akuntabilitas.
Hukum kesehatan adalah semua ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan yang mengatur hak dan kewajiban individu, kelompok
atau masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan pada satu pihak, hak dan kewajiban
tenaga kesehatan dan sarana kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan di pihak lain
yang mengikat masing-masing pihak dalam sebuah perjanjian terapeutik dan ketentuan-
ketentuan atau peraturan-peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan lainnya yang
berlaku secara lokal, regional, nasional dan internasional.

3.2 Saran

Berdasarkan uraian dari makalah konsep etik dan hukum kesehatan, maka penulis ingin
memberikan saran, Dengan adanya makalah ini hendaknya pembaca khususnya mahasiswa
keperawatan lebih memahami tentang konsep etik dan hukum kesehatan. Serta mahasiswa dan
perawat dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam praktik
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Utami, W. Ngesti, Dkk. 2016. Etika Keperawatan dan Keperawatan Profesional. Jakarta
Selatan : Pusdik SDM Kesehatan, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Ismani, Nila.2001. Etika Keperawatan.Jakarta:Widya Medika

Suhaemi, Emi,Mimin.2004.ETIKA KEPERAWATAN.Jakarta:EGC

Sudrajat, D. A. (2014). Aspek Hukum Praktik Keperawatan. Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A.
Yani

Anda mungkin juga menyukai