Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH AGAMA

AGAMA SEBAGAI MORAL

DOSEN PENGAJAR:
Muslim, S.Ag, M.Ag

DISUSUN
OLEH:

KELOMPOK 6

1. HASYIM KHALID AL ANSHARI (193110135)


2. SUCI ANGELINA MIRZA (193110155)
3. PUTRI FHARAS SWANDI (193110145)

D-III KEPERAWATAN PADANG


POLTEKKES KEMENKES PADANG
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat Taufik
Hidayah serta Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.

Makalah ini Berisi tentang Moral yang memiliki sejumlah konteks diantaranya
Agama sebagai Sumber Moral dan Ahklak Mulia dalam Kehidupan sehari-hari. Semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman kita semua.

Kami menyadari bahwa sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, tentu hasil
karya kami ini tidak luput dari kekurangan baik dari segi isi maupun penuliisan kata.
Maka dari itu dengan mengharapkan ridha Allah swt kami sangat membutuhkan kritik
dan saran yang membangun dari anda semua demi untuk memperbaiki makalah kami
dimasa yang akan datang. Semoga Allah swt meridhai makalah ini. Amin ya rabbal amin.

Padang, 2 September 2019

Penyusun

Kelompok 6
Daftar isi

Kata Pengantar ..........................................................................................................i


Daftar isi.....................................................................................................................ii

BAB I
PENDAHULUHAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………2

1.3 Tujuan…………………………………………………………………………..2

1.4 Manfaat…………………………………………………………………………3

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Agama................................................................................................4
2.2 Pengertian Moral..................................................................................................5
2.3 Pengertian Akhlak................................................................................................5
2.4 Pengertian Etika...................................................................................................6
2.5 Hubungan Moral, Akhlak dan Etika ...................................................................6
2.6 Agama sebagai Sumber Moral.............................................................................7
2.7 Indikator Manusia Berakhlak...............................................................................9

2.8 Akhlak Mulia dalam Kehidupan..........................................................................10


BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan...........................................................................................................14
4.2.Saran.....................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………15
ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di Era global yang semakin maju ini perilaku seorang muslim semakin beraneka
ragam. Sebagian besar cenderung mengikuti pola hidup mewah, bergaya dan mengikuti
budaya barat yang sangat bertentangan dengan budaya di Indonesia dan ajaran atau
aturan Agama Islam, mereka bahkan lupa dengan adanya etika, moral dan akhlak
sehingga tidak terlalu dihiraukan dan tidak dijadikan pedoman dalam hidup. Karena pada
kenyataannya sebagian besar masyarakat Indonesia kurang atau bahkan tidak perduli
akan pengetahuan tentang moral dan akhlak.
Selama ini pelajaran etika, moral dan akhlak sudah diperkenalkan sejak kita berada
di sekolah dasar, yaitu pada pelajaran agama islam dan kewarganegaraan. Namun
ternyata pelajaran etika, moral dan akhlak itu hanya dibiarkan saja seolah tidak ada
manfaatnya bagi kehidupan umat manusia didunia ini dan hanya beberapa masyarakat
saja yang mengaplikasikannya kedalam perilaku kehidupan sehari-hari, sehingga
pelajaran yang telah disampaikan menjadi sia-sia bagi yang tidak memahami atau tidak
memanfaatkan ilmu tentang etika, moral dan akhlak tersebut.

Dalam kehidupan sehari-hari masih sering kita jumpai masalah-masalah terkait


menurunnya suatu kualitas moral atau yang biasa dikenal dengan degradasi moral.
Penurunan kualitas moral ini sebagian besar dialami oleh kaum remaja sekarang akibat
ketidakseimbangan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni di era
globalisasi. Lebih jauh lagi penurunan kualitas moral ini tidak hanya dialami oleh
sebagian besar kaum remaja di negeri ini, melainkan hampir pada seluruh tingkatan
lapisan masyarakat. Kita terus menuntut kemajuan di era globalisasi ini tanpa
memandang aspek kesantunan budaya negeri ini. Ketidakseimbangan itulah yang pada
akhirnya membuat moral semakin jatuh dan rusak. Begitu juga dengan perilaku
penyimpangan yaitu tindakan yang tidak sesuai dengan norma dan nilai sosial yang
berlaku dalam masyarakat yang sudah barang tentu dapat dikatakan sebagai perilaku
menyimpang.

Maka dalam hal ini, agama memiliki peranan penting dalam menurunkan tingkat
masalah krisis moral tersebut dengan menjadikan agama sebagai sumber moral.

Sebagai generasi penerus bangsa Indonesia, sangatlah tidak terpuji jika kita para
generasi muda tidak memiliki moral dan akhlak yang mulia.. Oleh karena itu penyusun
menyusun makalah ini agar menjadi penambah suatu wawasan dan acuan dalam
perbaikan moral dan akhlak dalam kehidupan bermasyarakat.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan agama ?
2. Apa yang dimaksud dengan moral ?
3. Apa yang dimaksud dengan akhlak ?
4. Apa yang dimaksud dengan etika ?
5. Apa hubungan moral, akhlak, dan etika ?
6. Apa itu agama sebagai sumber moral ?
7. Apa saja indikator manusia berakhlak ?
8. Bagaimana akhlak mulia dalam kehidupan ?

1.3. Tujuan
1. Untuk memahami agama dari teori dan keyakinan yang dianut, tidak hanya mengikuti
dan menganut agama sebagai keturunan.
2. Untuk mengetahui bahwa agama memiliki norma-norma yang berkaitan dengan moral
sebagai perilau sehari-hari
3. Untuk memperbaiki akhlak yang bertolak belakang dengan etika dan moral, karena
dari ketiganya saling berkaitan.
4. Untuk mengetahui agama dalam kehidupan.
5. Untuk mengetahui pengertian moral
6. Untuk mengetahui agama sebagai sumber moral.

2
1.4. Manfaat Penulisan

Dengan membaca semua rangkaian yang telah kami kerjakan dalam Makalah ini, kami
dapat mengambil manfaatnya, antara lain :
1.     Kita dapat memahami tentang agama islam sebagai moral dan akhalk mulia dalam
kehidupan.
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Agama.


Agama sudah menjadi bahasa Indonesia, secara etimologi berasal dari bahasa
Sanksekerta terdiri dari kata a artinya tidak, gama artinya kacau, agama berarti tidak
kacau. Sebagian lain mengatakan a adalah cara, gama adalah jalan, agama berarti cara
jalan, maksudnya cara berjalan untuk menempuh keridhaan Tuhan.

Dalam bahasa inggris agama disebut religion, berasal dari bahasa latin leregele
artinnya mengumpulkan, membaca. Relegion mengandung pengertian kumpulan cara-
cara peribadatan yang terdapat dalam kitab suci yang harus dibaca.

Dalam bahasa arab agama adalah din yang secara etimologis memiliki arti balasan
atau pahala, ketentuan, kekuasaan, pengaturan, perhitungan, taat, patuh dan kebiasaan.
Agama memang membawa peraturan, hukum yang harus dipatuhi, menguasai dan
menuntut untuk patuh kepada Tuhan dengan menjalankan ajarannya, membawa
kewajiban yang jika tidak dilaksanakan akan menjadi hutang yang akan membawa
balasan baik kepada yang taat memberi balasan buruk kepada yang tidak taat.

Secara terminologis, Hasby as-siddiqi mendefinisikan agama sebagai dustur


(undang-undang) ilahi yang didatangkan Allah untuk menjadi pedoman hidup dan
kehidupan manusia didunia untuk mencapai kerajaan dunia dan kesejahteraan akhirat.
Agama adalah peraturan Tuhan yang diberikan kepada manusia yang berisi sistem
kepercayaan, sistem penyembahan dan sistem kehidupan manusia untuk mencapai
kebahagiaan didunia dan diakhirat.

Menurut endang saefudin anshari (1990) Agama meliputi sistem kredo


kepercayaan atas adanya sesuatu yang mutlak diluar manusia, sistem ritus tatacara
peribadatan manusia kepada yang mutlak dan sistem norma atau tata kaidah yang
mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan hubungan dengan alam lainnya
sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan tersebut.

Berdasarkan klasifikasi manapun diyakini bahwa agama memiliki peranan yang


signifikan bagi kehidupan manusia karena di dalamnya terdapat seperangkat nilai yang

menjadi pedoman dan pegangan manusia. Salah satunya adalah dalam hal moral.

2.2. Pengertian Moral.


Kata Moral berasal dari Bahasa Latin Moralitas, adalah istilah manusia menyebut
ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Manusia yang
tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai
positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki
oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan proses sosialisasi
individu, tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam
zaman sekarang memiliki nilai implisit karena banyak orang yang memiliki moral atau
sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di
sekolah-sekolah dan manusia harus memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh
sesamanya.

Moral adalah ajaran baik dan buruk yang ukurannya adalah tradisi yang berlaku di
suatu masyarakat. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.
Apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di
masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya,
maka orang itu dinilai memiliki moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Moral adalah
produk dari budaya dan agama. Setiap budaya memiliki standar moral yang berbeda-beda
sesuai dengan sistem nilai yang berlaku dan telah terbangun sejak lama.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa moral merupakan kondisi pikiran, perasaan,


ucapan, dan perilaku manusia yang terkait dengan nilai-nilai baik dan buruk.

2.3. Pengertian Akhlak.

Berikut ini adalah pengertian akhlak secara istilah dari sebagian para ulama:
1) Ahmad Amin dalam bukunya Al-Akhlak mendefinisikan akhlak sebagai kehendak
yang biasa dilakukan.
2) Ibnu Maskawih dalam kitabnya Tahzib al-Akhlak wa Tathirul A’raq, mendefinisikan
akhlak sebagai “keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan sebelumnya”
5

3) Imam Ghazali dalam kitabnya, Ihya ‘Ulumuddin, mendefinisikan akhlak sebagai:


“segala sifat yang tertanam dalam hati, yang menimbulkan kegiatan-kegiatan
dengan ringan dan mudah tanpa memerlukan pemikiran sebagai pertimbangan.”

Dari beberapa pendapat ulama diatas dapat disimpulkan bahwa Akhlak adalah
suatu keadaan yang tertanam dalam jiwa berupa keinginan kuat yang melahirkan
perbuatan-perbuatan secara langsung dan berturut-turut tanpa memikirkan pemikiran
lebih lanjut.
Dari beberapa definisi dan uraian singkat di atas, kita dapat mengambil dua hal
penting tentang akhlak, yaitu:
1) Akhlak yang berpangkal pada hati, jiwa, atau kehendak
2) Akhlak merupakan perwujudan perbuatan sebagai kebiasaan (bukan perbuatan

yang dibuat-buat, tetapi sewajarnya).

Dengan demikian akhlak dalam ajaran Islam merupakan perbuatan manusia


sebagai ekspresi atau ungkapan dari kondisi jiwa. Akhlak meskipun berpangkal dari jiwa
tapi ia tidak berhenti di dalam jiwa saja melainkan ternyatakan dalam perbuatan.

2.4. Pengertian Etika.

Secara istilah etika adalah ilmu yang membicarakan tentang tingkah laku
manusia. Sebagian ahli yang lain mengemukakan definisi etika sebagai teori tentang
tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi nilai baik dan buruk sejauh yang
dapat ditentukan akal. Hanya saja ilmu akhlak atau etika Islam tidak hanya bersumber
pada akal, melainkan pula yang terpenting adalah Al-Qur’an dan Hadits.

2.5. Hubungan Moral, Akhlak, dan Etika.

Etika (ilmu akhlak) bersifat teoritis sementara moral, susila, akhlak lebih bersifat
praktis. Artinya moral itu berbicara soal mana yang baik dan mana yang buruk, susila
berbicara mana yang tabu dan mana yang tidak tabu, akhlak berbicara soal baik buruk,
benar salah, layak atau tidak layak.

Sementara etika lebih berbicara kenapa perbuatan itu dikatakan baik atau kenapa
perbuatan itu buruk.

Etika menyelidiki, memikirkan, dan mempertimbangkan tentang yang baik dan


buruk, moral menyatakan ukuran yang baik tentang tindakan itu dalam kesatuan sosial
tertentu. Moral itu hasil dari penelitian etika.

Akhlak karena bersumber pada wahyu maka ia tidak bisa berubah. Meskipun
akhlak dalam Islam bersumber kepada Al-Qur’an dan Sunnah, sementara etika, moral,
dan lain-lain bersumber pada akal atau budaya setempat, tetap saja bahwa semuanya
mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Dalam hal ini akhlak Islam sangat
membutuhkan terhadap etika, moral, dan susila karena Islam mempunyai penghormatan
yang besar terhadap penggunaan akal dalam menjabarkan ajaran-ajaran Islam, dan Islam
sangat menghargai budaya suatu masyarakat. Kalaupun adat lokal menyimpang, Islam
mengajarkan kepada umatnya agar mengubahnya tidak sekaligus melainkan secara
bertahap.

Berdekatan dengan term moral dalam Islam dikenal istilah akhlaq (dalam ejaan
bahasa Indonesia menjadi akhlak). Akhlak menjadi salah satu kerangka dasar Islam di
samping aqidah dan syari’ah (Daud Ali, 2005:l33). Dengan demikian akhlak menempati
posisi penting di dalam Islam. Nabi Muhammad mengaku:
“Aku di utus hanyalah untuk menyempurnakan kemulyaan akhlak : al-Hadis”
Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluq dan berarti tingkah laku,
perangai, dan tabiat (Djatnika,1987:25).
Secara etimologis akhlak berarti kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan secara
spontan tanpa dipikirkan terlebih dulu (Ibnu Maskawaih, l329 H: l5).
Dengan demikian akhlak berarti kualitas pribadi yang telah melekat pada jiwa.
Apabila dorongan itu menurut akal maupun agama dikatakan baik, maka akhlaknya
dikatakan baik pula. Ia disebut orang yang memiliki akhlakularimah. Sebaliknya, jika
dorongan jiwa yang melahirkan perbuatan buruk, maka perbuatan itu disebut ber-
akhlaq al-mazmumah(Mustofa, ed.,2006:256).
Baik buruk akhlak didasarkan pada sumber nilai (Ibrahim, l979:124), dalam hal ini
akhlak identik dengan filsafat tingkah laku. Hanya saja sumber nilai akhlak didasarkan
pada Alquran dan Hadis Nabi Muhammad. Di sinilah letak perbedaan antara moral
dengan akhlak. Pertimbangan baik buruk dalam akhlak didasarkan pada wahyu,
sementara moral didasarkan pada kesepakatan bersama yang bersifat lokal.

2.6. Agama Sebagai Sumber Moral.


Al-Quran dan As-Sunnah adalah sumber petunjuk bagi manusia, dan ini sesuai
dengan apa yang disebut dalam Ayat-ayat Al-Qur’an berikut :

7
Artinya :
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang
bathil)“ (QS. Al Baqarah : l85 ).
Artinya :
“ Sebelum (Al Quran), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan
Al Furqaan. Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan
memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai Balasan
(siksa) “. ( QS. Ali Imran : 4). atau para hambanya yang takwa kepada-Nya atau
muttaqin. Dalam hal ini Allah berfirman
yang artinya :
“ Alif laam miin. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa “. ( QS. Al Baqarah : l - 2 ).
Salah satu bagian dari kehidupan adalah moral. Dengan demikian perbuatan
manusia itu ketika dinilai baik atau buruk, sumber penilaian itu haruslah dari Alquran
dan Assunnah. Artinya Alquran dan Assunnah menjadi sumber nilai perbuatan
manusia. Pengertian sumber nilai tidak hanya suatu perbuatan itu dinilai baik atau
buruk, melainkan juga menjadi acuan untuk berbuat sesuai dengan yang dikatakan
baik oleh Alquran dan assunnah, dan berdiam diri tidak melakukan sesuatu karena
Alquran dan Assunnah mengatakannya tidak baik.
Orang tidak boleh mabuk-mabukan dan berjudi karena keduanya adalah perbuatan
setan yang berarti buruk.
Seperti pada firman Allah yang Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan
syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan “
( QS. Al Maidah : 90 ).
Orang disuruh hanya memakan makanan yang halalan thayyiban karena itu adalah
baik. Seperti pada firman Allah yang Artinya :
“ Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi,
dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan
itu adalah musuh yang nyata bagimu “. (QS. Al Baqarah : l68).
Di Dalam Alquran sedemikian banyak, bahkan tak terhitung apa saja yang
dikatakan baik dan apa saja yang dikatakan buruk. Perbedaan baik dan buruk, halal
dan haram, hak dan batal dijelaskan kriterianya masing-masing oleh Alquran. Itulah
sebabnya Salah satu dari nama Alquran - di samping nama-nama yang lain - adalah
al-furqan
. Salah satu kriteria sesuatu dikatakan tidak baik karena akan berakibat dosa dan
tempat kembalinya ke neraka, sedangkan yang baik akan mendapatkan pahala dan
tempat kembalinya adalah surga dan ampunan Allah.
Contohnya adalah seorang muslim kawin dengan wanita musyrik atau seorang
muslimah kawin dengan laki-laki musyrik , baik laki-laki maupun wanita musyrik,
keduanya mengajak ke neraka. Jika seorang muslim hanya kawin dengan wanita
muslimah, perkawinan itu diajak oleh Allah kepada ampunan-Nya dan surga.
8
Demikian firman Allah:
Artinya : “dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka
beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik,
walaupun Dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik
(dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang
mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. mereka
mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya.
Agama memiliki peranan penting dalam usaha menghapus krisis moral dengan
menjadikan agama sebagai sumber moral. Allah SWT telah memberikan agama sebagai
pedoman dalam menjalani kehidupan di dinia ini. Dalam konteks Islam sumber moral itu
adalah Al-Qur’an dan Hadits.

Menurut kesimpulan A.H. Muhaimin dalam bukunya Cakrawala Kuliah Agama


bahwa ada beberapa hal yang patut dihayati dan penting dari agama, yaitu:

1. Agama itu mendidik manusia menjadi tenteram, damai, tabah, dan tawakal
2. Agama itu dapat membentuk dan mencetak manusia menjadi: berani berjuang
menegakkan kebenaran dan keadilan, sabar, dan takut berbuat dosa
3. Agama memberi sugesti kepada manusia agar dalam jiwanya tumbuh sifat-sifat mulia
dan terpuji, toleransi, dan manusiawi.

Dengan demikian peran agama sangat penting dalam kehidupan manusia, salah
satunya, sebagai sumber akhlak. Agama yang diyakini sebagai wahyu dari Tuhan sangat
efektif dan memiliki daya tahan yang kuat dalam mengarahkan manusia agar tidak
melakukan tindakan amoral.

2.7. Indikator Manusia Berakhlak.

Indikator manusia berakhlak (husn al-khulug) adalah tertanamnya iman dalam


hati dan teraplikasikannya takwa dalam perilaku. Sebaliknya, manusia yang tidak
berakhlak (su’al-khulug) adalah manusia yang ada nifaq (kemunafikan) di dalam hatinya.
Nifak adalah sikap mendua terhadap allah. Tidak ada kesesuain antara hati dan perbuatan.

Taat akan perintah Allah dan tidak mengikuti keinginan hawa nafsu dapat
menyilaukan hati. Sebaliknya, melakukan dosa dan maksiat dapat menghitamkan hati.
Barang siapa melakukan dosa kemudian menghapusnya dengan kebaikan tidak akan
gelap hatinya, hanya saja cahaya itu berkurang.

9
Ahli tasawuf mengemukakan bahwa indikator manusia berakhlak, antara lain
adalah memiliki budaya malu dalam interaksi dengan sesamanya, tidak menyakiti orang
lain, banyak kebaikannya, benar dan jujur dalam ucapannya, tidak banyak bicara tapi
banyak berbuat, penyabar, tenang hatinya selalu bersama allah, bijaksana, hati-hati dalam
bertindak, disenangi teman dan lawan, tidak pendendam, tidak suka mengadu domba,
sedikit makan dan tidur, tidak pelit dan hasad, cinta karena allah dan benci karena allah.
Kalau akhlak dipahami sebagai pandangan hidup, manusia berakhlak adalah
manusia yang menjaga keseimangan antara hak dan kewajibannya dalam hubungannya
dengan allah, sesama makhluk dan alam semesta.
Didalam Al-Qur’an banyak ditemukan ciri-ciri manusia yang berima dan
memiliki akhlak mulia diantaranya adalah sebagai berikut :
• Istiqamah atau konsekwan dalam pendirian (QS. Al Ahqof:13),
• Suka berbuat kebaikan (QS. Al Baqarah:112),
• Memenuhi amanah dan berbuat adil (QS. An Nisa’:58),
• Kreatif dan tawakkal (QS. Ali Imron:160),
• Disiplin waktu dan produktif (QS.Al Ashr:1-4),
• Melakukan sesuatu secara profesional dan harmonis (QS. Al’Araf:31)

2.8. Akhlak Mulia Dalam Kehidupan.


Sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya yang kemudian melahirkan
perbuatan yang baik, maka itulah yang dinamakan akhlak mulia. Jika tidak sesuai dengan
ketentuan Allah dan Rasul-Nya, maka dinamakan akhlak tercela.

Menurut Imam Al-Ghazali ada empat sendi yang menjadi dasar bagi perbuatan-
perbuatan baik, yaitu:
1) Kekuatan ilmu yang berwujud hikmah, yaitu bisa menentukan benar dan salah
2) Kekuatan amarah yang wujudnya adalah berani, keadaan kekuatan amarah yang
tunduk kepada akal pada waktu dinyatakan atau dikekang.
3) Kekuatan nafsu syahwat (keinginan) yang wujudnya adalah iffah, yaitu keadaan
syahwat yang terdidik oleh akal.

10

4) Kekuatan keseimbangan di antara yang tiga di atas.

Empat sendi akhlak tersebut akan melahirkan perbuatan-perbuatan baik, yaitu jujur,
suka memberi kepada sesama, tawadu’, tabah, berani membela kebenaran, menjaga diri
dari hal-hal yang haram.

Sementara empat sendi-sendi akhlak batin yang tecela adalah :


1) Keji, pintar busuk, bodoh
2) Tidak bisa dikekang
3) Rakus dan statis’
4) Aniaya
Keempat sendi akhlak tercela itu akan melahirkan berbagai perbuatan yang tercela
yang dikendalikan oleh nafsu seperti sombong, khianat, dusta, serakah, malas, kikir, dll.
yang akan mendatangkan malapetaka bagi diri sendiri maupun orang lain.

Aktualisasi akhlak adalah bagaimana seseorang dapat mengimplementasikan iman


yang dimilikinya dan mengaplikasikan seluruh ajaran islam dalam setiap tingkah laku
sehari-hari dan akhlak seharusnya diaktualisasikan dalam kehidupan seorang muslim
seperti di bawah ini:
a. Akhlak terhadap Allah
 1. Mentauhidkan Allah (QS. Al-Ihlas: 1-4)
 2. Tidak berbuat musyrik pada Allah (QS. Luqman: 13)
 3. Bertaqwa pada Allah (QS. An Nisa’: 1)
 4. Banyak berdzikir pada Allah (QS. Al-Ahzab: 41-44)
 5. Bertawakkal hanya pada Allah (QS. Ali Imron: 159)

b. Akhlak terhadap diri sendiri


 1. Sikap sabar (QS. Al Baqarah: 153)
 2. Sikap syukur (QS. Ibrahim: 7)
 3. Sikap amanah atau jujur (QS. Al Ahzab: 72)
 4. Sikap tawadlu’ (rendah hati) (QS. Luqman: 18)
 5. Cepat bertobat jika berbuat khilaf (QS. Ali Imron: 135)

c. Akhlak terhadap sesama manusia


 1. Merajut ukhuwah atau persaudaraan (QS. Al Hujurat: 10)
 11
2. Ta’awun atau saling tolong menolong (QS. Al Maidah: 2)
 3. Suka memaafkan kesalahan orang lain (QS. Ali Imron: 134 & 159)
 4. Menepati janji (QS. At Taubah: 111).

d. Akhlak kepada Ibu, Bapak, dan Keluarga


 1. Berbakti kepada kedua orang tua
 2. Mendoakan orang tua
 3. Adil terhadap saudara
 4. Membina dan mendidik keluarga
 5. Memelihara keturunan
d. Akhlak kepada Alam
 1. Memperhatikan dan merenungkan penciptaan alam
 2. Memanfaatkan alam dengan baik dan bijaksana.
Pada lingkungan masyarakat yang tak beragama, orang cenderung melakukan
beragam tindakan yang tak bermoral. Perbuatan buruk seperti penyogokkan, perjudian,
iri hati atau berbohong merupakan hal yang biasa. Hal demikian tidak terjadi pada
orang yang ta’at kepada agama. Mereka tidak akan melakukan semua perbuatan buruk
tadi karena mengetahui bahwa ia harus mempertanggung jawabkan semua tindakannya
di akhirat kelak.
Sukar dipercaya jika ada orang mengatakan, Saya ateis namun tidak menerima
sogokan”, atau Saya ateis namun tidak berjudi. Mengapa? Karena orang yang tidak
takut kepada Allah dan tidak mempercayai adanya pertanggungjawaban di akhirat,
akan melakukan salah satu hal di atas jika situasi yang dihadapinya berubah.
Baik secara umum atau global maupun detail atau rinci, dalam semua bidang
kehidupan Islam menghendaki harus baik. Untuk diktum yang pertama Allah
berfirman yang artinya :
“Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya,
karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya
Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)“. ( QS.
Hud :61 ).
Kebaikan yang diajarkan Islam tidak hanya terbatas didunia, melainkan mencakup
kehidupan akhirat. Tuntunan doa untuk ini sebagaimana firman Allah yang artinya :
“dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka ".
( QS. Al Baqarah : 20l )
Untuk diktum yang kedua, Allah berfirman yang artinya :
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan
melihat (balasan)nya. dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar
dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula“ (QS. Az-Zalzalah: 7–8)
12
Di antara dua kutub moralitas global dan detail manusia diberi kebebasan untuk
mengapresiasi diri, berlomba, berangan-angan, bercita-cita, bertutur kata, dan
berbuat yang baik. Allah berfirman yang artinya :
“dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang
ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia
kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang
gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka
akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka.
Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek “. ( QS. Al
Kahfi : 29 ).
Artinya : “Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan“ ( QS. Al Baqarah :l48 )
Semakin seseorang berpacu ke arah kebaikan dan dapat mengaktualisasikannya ke
dalam kehidupan praktis, ia akan memperoleh predikat muhsinin. Allah berfirman
yang artinya :
“ ......dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik “. ( QS. Al Baqarah : l95 ).
Orang-orang seperti ini akan dimulyakan Allah. Yang paling mulya kedudukannnya
di antara para muhsininadalah yang paling takwa diantara mereka.
Allah berfirman yang artinya :
“ Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling taqwa diantara kamu “ ( QS. Al Hujarat : l3 ).
yaitu tipologi orang yang dalam hidup dan kehidupannya senantiasa berusaha
berbuat baik, berlomba dalam kebaikan, sekuat tenaga menghindari kejahatan
(fahsya’wal munkar), dia itulah orang yang berakhlaqul karimah. Di dalam literatur
klasik Islam, orang semacam ini disebut insan kamil (manusia sempurna).
Ada jalan khusus untuk menjadi orang yang memiliki akhlaqul karimah atau insan
kamil, sebagaimana yang ditempuh oleh kaum sufi (kaum yang senantiasa
mengupayakan kesucian jiwa untuk secara ruhani mendekat kepada Allah). Jalan itu
disebut maqamat atau tingkatan dalam tangga. Secara kronologis, tingkatan tangga
menurut Mohammad Iqbal meliputi:
(l) keberanian dan menghindari rasa takut,
(2) toleransi dan menghindari sukuisme berlebihan,
(3) kasbi halaldan tidak meminta-minta,
(4) kerja kreatif dan orisinal dan
(5) cinta dan menjauhi sikap memperbudak.

13
BAB III

PENUTUPAN

3.1. Kesimpulan.

1. Bahwa pada hakekatnya agama terutama islam merupakan sumber moral utama
dalam kehidupan bermasyarakat karena di dalam agama di ajarkan mana akhlak
yang baik dan mana akhlak yang buruk dan apa yang dilarang dan apa yang
diperbolehkan.
2. Dalam pembangunan suatu peradaban pembangunan moral sangatlah mutlak
karena suatu pembangunan tanpa moral yang kuat akan hanya membawa
pembangunan itu kepada suatu kehancuran.
3. Manusia harus memiliki moral dan akhlak yang baik karena tanpa moral dan akhlak
yang baik manusia itu akan hancur dan hanya menjadi pengikut dari paham-paham
yang menyimpang di dunia ini.
4. Dalam agama islam ajaran tentang moral dan akhlak telah menjadi inti dari
penyebaran agama islam.

3.2. Saran.
Dan diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun
penyusun dapat menerapkan etika, moral dan akhlak yang baik dan sesuai dengan
ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari.
14

DAFTAR PUSTAKA

http://syayidahcantik.blogspot.com/2014/11/agama-sebagai-moral-akhlak-mulia-
dalam.html

http://maemanah123.blogspot.com/2012/12/agama-sebagai-sumber-moral.html

https://sintadewi250892.wordpress.com/2012/11/13/agama-sebagai-sumber-moral-
dan-akhlak-mulia-dalam-kehidupan/

http://maemanah123.blogspot.co.id/2012/12/agama-sebagai-sumber-moral.html

AH. Hasanuddin. (Tanpa Tuhan). Cakrawala Kuliah Agama. Surabaya: Al-Ikhlas.


Ahmad Amin. (1983). Al-akhlak, Etika (Ilmu Akhlak). alih bahasa KH. Farid Maruf.
Jakarta: Bulan Bintang.
Abu A’lla al-Maududi. (1971). Moralitas Islam. Jakarta: Publicita.
Endang Saefudin Anshari. (1980). Kuliah Al-islam. Bandung: Pustaka salman ITB.
(1980). Agama dan Kebudayaan. Surabaya: Bina Ilmu.
15

Anda mungkin juga menyukai