DOSEN PENGAJAR:
Muslim, S.Ag, M.Ag
DISUSUN
OLEH:
KELOMPOK 6
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat Taufik
Hidayah serta Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Makalah ini Berisi tentang Moral yang memiliki sejumlah konteks diantaranya
Agama sebagai Sumber Moral dan Ahklak Mulia dalam Kehidupan sehari-hari. Semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman kita semua.
Kami menyadari bahwa sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, tentu hasil
karya kami ini tidak luput dari kekurangan baik dari segi isi maupun penuliisan kata.
Maka dari itu dengan mengharapkan ridha Allah swt kami sangat membutuhkan kritik
dan saran yang membangun dari anda semua demi untuk memperbaiki makalah kami
dimasa yang akan datang. Semoga Allah swt meridhai makalah ini. Amin ya rabbal amin.
Penyusun
Kelompok 6
Daftar isi
BAB I
PENDAHULUHAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………..2
1.4 Manfaat…………………………………………………………………………3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Agama................................................................................................4
2.2 Pengertian Moral..................................................................................................5
2.3 Pengertian Akhlak................................................................................................5
2.4 Pengertian Etika...................................................................................................6
2.5 Hubungan Moral, Akhlak dan Etika ...................................................................6
2.6 Agama sebagai Sumber Moral.............................................................................7
2.7 Indikator Manusia Berakhlak...............................................................................9
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Maka dalam hal ini, agama memiliki peranan penting dalam menurunkan tingkat
masalah krisis moral tersebut dengan menjadikan agama sebagai sumber moral.
Sebagai generasi penerus bangsa Indonesia, sangatlah tidak terpuji jika kita para
generasi muda tidak memiliki moral dan akhlak yang mulia.. Oleh karena itu penyusun
menyusun makalah ini agar menjadi penambah suatu wawasan dan acuan dalam
perbaikan moral dan akhlak dalam kehidupan bermasyarakat.
1.3. Tujuan
1. Untuk memahami agama dari teori dan keyakinan yang dianut, tidak hanya mengikuti
dan menganut agama sebagai keturunan.
2. Untuk mengetahui bahwa agama memiliki norma-norma yang berkaitan dengan moral
sebagai perilau sehari-hari
3. Untuk memperbaiki akhlak yang bertolak belakang dengan etika dan moral, karena
dari ketiganya saling berkaitan.
4. Untuk mengetahui agama dalam kehidupan.
5. Untuk mengetahui pengertian moral
6. Untuk mengetahui agama sebagai sumber moral.
2
1.4. Manfaat Penulisan
Dengan membaca semua rangkaian yang telah kami kerjakan dalam Makalah ini, kami
dapat mengambil manfaatnya, antara lain :
1. Kita dapat memahami tentang agama islam sebagai moral dan akhalk mulia dalam
kehidupan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam bahasa inggris agama disebut religion, berasal dari bahasa latin leregele
artinnya mengumpulkan, membaca. Relegion mengandung pengertian kumpulan cara-
cara peribadatan yang terdapat dalam kitab suci yang harus dibaca.
Dalam bahasa arab agama adalah din yang secara etimologis memiliki arti balasan
atau pahala, ketentuan, kekuasaan, pengaturan, perhitungan, taat, patuh dan kebiasaan.
Agama memang membawa peraturan, hukum yang harus dipatuhi, menguasai dan
menuntut untuk patuh kepada Tuhan dengan menjalankan ajarannya, membawa
kewajiban yang jika tidak dilaksanakan akan menjadi hutang yang akan membawa
balasan baik kepada yang taat memberi balasan buruk kepada yang tidak taat.
menjadi pedoman dan pegangan manusia. Salah satunya adalah dalam hal moral.
Moral adalah ajaran baik dan buruk yang ukurannya adalah tradisi yang berlaku di
suatu masyarakat. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.
Apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di
masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya,
maka orang itu dinilai memiliki moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Moral adalah
produk dari budaya dan agama. Setiap budaya memiliki standar moral yang berbeda-beda
sesuai dengan sistem nilai yang berlaku dan telah terbangun sejak lama.
Berikut ini adalah pengertian akhlak secara istilah dari sebagian para ulama:
1) Ahmad Amin dalam bukunya Al-Akhlak mendefinisikan akhlak sebagai kehendak
yang biasa dilakukan.
2) Ibnu Maskawih dalam kitabnya Tahzib al-Akhlak wa Tathirul A’raq, mendefinisikan
akhlak sebagai “keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan sebelumnya”
5
Dari beberapa pendapat ulama diatas dapat disimpulkan bahwa Akhlak adalah
suatu keadaan yang tertanam dalam jiwa berupa keinginan kuat yang melahirkan
perbuatan-perbuatan secara langsung dan berturut-turut tanpa memikirkan pemikiran
lebih lanjut.
Dari beberapa definisi dan uraian singkat di atas, kita dapat mengambil dua hal
penting tentang akhlak, yaitu:
1) Akhlak yang berpangkal pada hati, jiwa, atau kehendak
2) Akhlak merupakan perwujudan perbuatan sebagai kebiasaan (bukan perbuatan
Secara istilah etika adalah ilmu yang membicarakan tentang tingkah laku
manusia. Sebagian ahli yang lain mengemukakan definisi etika sebagai teori tentang
tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi nilai baik dan buruk sejauh yang
dapat ditentukan akal. Hanya saja ilmu akhlak atau etika Islam tidak hanya bersumber
pada akal, melainkan pula yang terpenting adalah Al-Qur’an dan Hadits.
Etika (ilmu akhlak) bersifat teoritis sementara moral, susila, akhlak lebih bersifat
praktis. Artinya moral itu berbicara soal mana yang baik dan mana yang buruk, susila
berbicara mana yang tabu dan mana yang tidak tabu, akhlak berbicara soal baik buruk,
benar salah, layak atau tidak layak.
Sementara etika lebih berbicara kenapa perbuatan itu dikatakan baik atau kenapa
perbuatan itu buruk.
Akhlak karena bersumber pada wahyu maka ia tidak bisa berubah. Meskipun
akhlak dalam Islam bersumber kepada Al-Qur’an dan Sunnah, sementara etika, moral,
dan lain-lain bersumber pada akal atau budaya setempat, tetap saja bahwa semuanya
mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Dalam hal ini akhlak Islam sangat
membutuhkan terhadap etika, moral, dan susila karena Islam mempunyai penghormatan
yang besar terhadap penggunaan akal dalam menjabarkan ajaran-ajaran Islam, dan Islam
sangat menghargai budaya suatu masyarakat. Kalaupun adat lokal menyimpang, Islam
mengajarkan kepada umatnya agar mengubahnya tidak sekaligus melainkan secara
bertahap.
Berdekatan dengan term moral dalam Islam dikenal istilah akhlaq (dalam ejaan
bahasa Indonesia menjadi akhlak). Akhlak menjadi salah satu kerangka dasar Islam di
samping aqidah dan syari’ah (Daud Ali, 2005:l33). Dengan demikian akhlak menempati
posisi penting di dalam Islam. Nabi Muhammad mengaku:
“Aku di utus hanyalah untuk menyempurnakan kemulyaan akhlak : al-Hadis”
Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluq dan berarti tingkah laku,
perangai, dan tabiat (Djatnika,1987:25).
Secara etimologis akhlak berarti kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan secara
spontan tanpa dipikirkan terlebih dulu (Ibnu Maskawaih, l329 H: l5).
Dengan demikian akhlak berarti kualitas pribadi yang telah melekat pada jiwa.
Apabila dorongan itu menurut akal maupun agama dikatakan baik, maka akhlaknya
dikatakan baik pula. Ia disebut orang yang memiliki akhlakularimah. Sebaliknya, jika
dorongan jiwa yang melahirkan perbuatan buruk, maka perbuatan itu disebut ber-
akhlaq al-mazmumah(Mustofa, ed.,2006:256).
Baik buruk akhlak didasarkan pada sumber nilai (Ibrahim, l979:124), dalam hal ini
akhlak identik dengan filsafat tingkah laku. Hanya saja sumber nilai akhlak didasarkan
pada Alquran dan Hadis Nabi Muhammad. Di sinilah letak perbedaan antara moral
dengan akhlak. Pertimbangan baik buruk dalam akhlak didasarkan pada wahyu,
sementara moral didasarkan pada kesepakatan bersama yang bersifat lokal.
7
Artinya :
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang
bathil)“ (QS. Al Baqarah : l85 ).
Artinya :
“ Sebelum (Al Quran), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan
Al Furqaan. Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan
memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai Balasan
(siksa) “. ( QS. Ali Imran : 4). atau para hambanya yang takwa kepada-Nya atau
muttaqin. Dalam hal ini Allah berfirman
yang artinya :
“ Alif laam miin. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa “. ( QS. Al Baqarah : l - 2 ).
Salah satu bagian dari kehidupan adalah moral. Dengan demikian perbuatan
manusia itu ketika dinilai baik atau buruk, sumber penilaian itu haruslah dari Alquran
dan Assunnah. Artinya Alquran dan Assunnah menjadi sumber nilai perbuatan
manusia. Pengertian sumber nilai tidak hanya suatu perbuatan itu dinilai baik atau
buruk, melainkan juga menjadi acuan untuk berbuat sesuai dengan yang dikatakan
baik oleh Alquran dan assunnah, dan berdiam diri tidak melakukan sesuatu karena
Alquran dan Assunnah mengatakannya tidak baik.
Orang tidak boleh mabuk-mabukan dan berjudi karena keduanya adalah perbuatan
setan yang berarti buruk.
Seperti pada firman Allah yang Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan
syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan “
( QS. Al Maidah : 90 ).
Orang disuruh hanya memakan makanan yang halalan thayyiban karena itu adalah
baik. Seperti pada firman Allah yang Artinya :
“ Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi,
dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan
itu adalah musuh yang nyata bagimu “. (QS. Al Baqarah : l68).
Di Dalam Alquran sedemikian banyak, bahkan tak terhitung apa saja yang
dikatakan baik dan apa saja yang dikatakan buruk. Perbedaan baik dan buruk, halal
dan haram, hak dan batal dijelaskan kriterianya masing-masing oleh Alquran. Itulah
sebabnya Salah satu dari nama Alquran - di samping nama-nama yang lain - adalah
al-furqan
. Salah satu kriteria sesuatu dikatakan tidak baik karena akan berakibat dosa dan
tempat kembalinya ke neraka, sedangkan yang baik akan mendapatkan pahala dan
tempat kembalinya adalah surga dan ampunan Allah.
Contohnya adalah seorang muslim kawin dengan wanita musyrik atau seorang
muslimah kawin dengan laki-laki musyrik , baik laki-laki maupun wanita musyrik,
keduanya mengajak ke neraka. Jika seorang muslim hanya kawin dengan wanita
muslimah, perkawinan itu diajak oleh Allah kepada ampunan-Nya dan surga.
8
Demikian firman Allah:
Artinya : “dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka
beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik,
walaupun Dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik
(dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang
mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. mereka
mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya.
Agama memiliki peranan penting dalam usaha menghapus krisis moral dengan
menjadikan agama sebagai sumber moral. Allah SWT telah memberikan agama sebagai
pedoman dalam menjalani kehidupan di dinia ini. Dalam konteks Islam sumber moral itu
adalah Al-Qur’an dan Hadits.
1. Agama itu mendidik manusia menjadi tenteram, damai, tabah, dan tawakal
2. Agama itu dapat membentuk dan mencetak manusia menjadi: berani berjuang
menegakkan kebenaran dan keadilan, sabar, dan takut berbuat dosa
3. Agama memberi sugesti kepada manusia agar dalam jiwanya tumbuh sifat-sifat mulia
dan terpuji, toleransi, dan manusiawi.
Dengan demikian peran agama sangat penting dalam kehidupan manusia, salah
satunya, sebagai sumber akhlak. Agama yang diyakini sebagai wahyu dari Tuhan sangat
efektif dan memiliki daya tahan yang kuat dalam mengarahkan manusia agar tidak
melakukan tindakan amoral.
Taat akan perintah Allah dan tidak mengikuti keinginan hawa nafsu dapat
menyilaukan hati. Sebaliknya, melakukan dosa dan maksiat dapat menghitamkan hati.
Barang siapa melakukan dosa kemudian menghapusnya dengan kebaikan tidak akan
gelap hatinya, hanya saja cahaya itu berkurang.
9
Ahli tasawuf mengemukakan bahwa indikator manusia berakhlak, antara lain
adalah memiliki budaya malu dalam interaksi dengan sesamanya, tidak menyakiti orang
lain, banyak kebaikannya, benar dan jujur dalam ucapannya, tidak banyak bicara tapi
banyak berbuat, penyabar, tenang hatinya selalu bersama allah, bijaksana, hati-hati dalam
bertindak, disenangi teman dan lawan, tidak pendendam, tidak suka mengadu domba,
sedikit makan dan tidur, tidak pelit dan hasad, cinta karena allah dan benci karena allah.
Kalau akhlak dipahami sebagai pandangan hidup, manusia berakhlak adalah
manusia yang menjaga keseimangan antara hak dan kewajibannya dalam hubungannya
dengan allah, sesama makhluk dan alam semesta.
Didalam Al-Qur’an banyak ditemukan ciri-ciri manusia yang berima dan
memiliki akhlak mulia diantaranya adalah sebagai berikut :
• Istiqamah atau konsekwan dalam pendirian (QS. Al Ahqof:13),
• Suka berbuat kebaikan (QS. Al Baqarah:112),
• Memenuhi amanah dan berbuat adil (QS. An Nisa’:58),
• Kreatif dan tawakkal (QS. Ali Imron:160),
• Disiplin waktu dan produktif (QS.Al Ashr:1-4),
• Melakukan sesuatu secara profesional dan harmonis (QS. Al’Araf:31)
Menurut Imam Al-Ghazali ada empat sendi yang menjadi dasar bagi perbuatan-
perbuatan baik, yaitu:
1) Kekuatan ilmu yang berwujud hikmah, yaitu bisa menentukan benar dan salah
2) Kekuatan amarah yang wujudnya adalah berani, keadaan kekuatan amarah yang
tunduk kepada akal pada waktu dinyatakan atau dikekang.
3) Kekuatan nafsu syahwat (keinginan) yang wujudnya adalah iffah, yaitu keadaan
syahwat yang terdidik oleh akal.
10
Empat sendi akhlak tersebut akan melahirkan perbuatan-perbuatan baik, yaitu jujur,
suka memberi kepada sesama, tawadu’, tabah, berani membela kebenaran, menjaga diri
dari hal-hal yang haram.
13
BAB III
PENUTUPAN
3.1. Kesimpulan.
1. Bahwa pada hakekatnya agama terutama islam merupakan sumber moral utama
dalam kehidupan bermasyarakat karena di dalam agama di ajarkan mana akhlak
yang baik dan mana akhlak yang buruk dan apa yang dilarang dan apa yang
diperbolehkan.
2. Dalam pembangunan suatu peradaban pembangunan moral sangatlah mutlak
karena suatu pembangunan tanpa moral yang kuat akan hanya membawa
pembangunan itu kepada suatu kehancuran.
3. Manusia harus memiliki moral dan akhlak yang baik karena tanpa moral dan akhlak
yang baik manusia itu akan hancur dan hanya menjadi pengikut dari paham-paham
yang menyimpang di dunia ini.
4. Dalam agama islam ajaran tentang moral dan akhlak telah menjadi inti dari
penyebaran agama islam.
3.2. Saran.
Dan diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun
penyusun dapat menerapkan etika, moral dan akhlak yang baik dan sesuai dengan
ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://syayidahcantik.blogspot.com/2014/11/agama-sebagai-moral-akhlak-mulia-
dalam.html
http://maemanah123.blogspot.com/2012/12/agama-sebagai-sumber-moral.html
https://sintadewi250892.wordpress.com/2012/11/13/agama-sebagai-sumber-moral-
dan-akhlak-mulia-dalam-kehidupan/
http://maemanah123.blogspot.co.id/2012/12/agama-sebagai-sumber-moral.html