Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AGAMA

“PANDANGAN ISLAM TERHADAP

PRAKTIK KELUARGA BERENCANA DAN ABORSI”

DOSEN PEMBIMBING : Muslim, S.Ag., M.ag.

OLEH

KELOMPOK 11

KELAS IA

MULYANA (193110140)

NURUL FATIHA SARI (193110144)

SHINTIA EDRAWITA (193110152)

D-III KEPERAWATAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES PADANG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar baik segi kekayaan sumber daya alam
maupun sumber daya manusia, hal ini pernah tercatat, bangsa Indonesia terbanyak penduduk
setelah Cina dan India artinya maju mundurnya kemajuan bangsa salah satunya ditentukan oleh
kualitas manusia atau lebih spesifik keluarga. Terlebih Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) sebagai motor penggerak Program KB di Indonesia, sekarang ini sangat
berpihak pada upaya membangun keluarga sejahtera dengan visi dan misinya yang telah
derbaharuhi, yakni ”Seluruh Keluarga Ikut KB” dan ”Mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera”.
Dalam agama Islam,  keluarga sejahtera disubstansikan dalam bentuk keluarga sakinah.
Pengertian keluarga sakinah diambil dan berasal dari Al Qur’an, yang dipahami dari ayat-ayat
Surat Ar Ruum, dimana dinyatakan bahwa tujuan keluarga adalah untuk mencapai ketenteraman
dan kebahagiaan dengan dasar kasih sayang. Yaitu keluarga yang saling cinta mencintai dan
penuh kasih sayang, sehingga setiap anggota keluarga merasa dalam suasana aman, tenteram,
tenang dan damai, bahagia dan sejahtera namun dinamis menuju kehidupan yang lebih baik di
dunia maupun di akhirat.
Mencermati penjelasan di atas antara keluarga sejahtera secara umum dengan kosnep
keluarga sakinah mempunyai hubungan yang sangat erat, untuk itu dalam makalah ini penulis
akan mencoba mendeskripsikan KB dalam pandangan Agama.
Aborsi dalam bahasa Arab disebut “ijhadh”, yang memiliki beberapa sinonim yakni;
isqath (menjatuhkan), ilqa’ (membuang), tharah (melempar) dan imlash (menyingkirkan)) .
Aborsi menirit agama-agama sebelum islam adalah termasuk yang diharamkan. Dalam Agama
Yahudi aborsi dianggap haram,tidak diperbolehkan dan pelakunya mendapatkan hukuman. Akan
tetapi hukumannya tidaklah ditentukan. Demekian pula dalam agama nasrani,aborsi dianggap
haram dan sanksinya adalah eksekusi mati.
Dalam hukum positif di Indonesia, ketentuan yang mengatur masalah aborsi terdapat di dalam
KUHP.Ketentuan di dalam KUHP yang mengatur masalah tindak pidana aborsi terdapat di
dalam Pasal 299, 346, 347, 348, dan 349.
Para ulama (para fuqaha) sepakat bahwa pengguguran janin sesudah ditiupkan ruh
adalah haram.Namun, dalam hal janin yang belum ditiupkan ruh mengenai
penggugurannya, para fuqaha berbeda pendapat, ada yang membolehkan
1.2 Pokok Bahasan
1. Pengertian KB
2. Tujuan ber-KB
3. Pendapat ulama tentang ber-KB
4. Pengertian aborsi
5. Macam-macam aborsi
6. Pendapat ulama tentang aborsi
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian KB
2. Untuk mengetahuI tujuan KB
3. Untuk mengetahui pendapat ulama tentang ber-KB
4. Untuk mengetahui pengertian aborsi
5. Untuk mengetahui macam-macam aborsi
6. Untuk mengetahui pendapat ulama tentang aborsi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian KB
Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga berencana
adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang
tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval
diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami
istri serta menentukan  jumlah anak dalam keluarga.
Keluarga berencana menurut Undang-Undang no 10 tahun 1992 (tentang perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian
dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan  usia perkawinan (PUP), pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia
dan sejahtera. Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan jumlah dan jarak
kehamilan dengan memakai kontrasepsi.
Secara umum keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur
banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta
keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung
dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan adanya perencanaan keluarga yang matang
kehamilan merupakan suatu hal yang memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar
dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi.
2.2 Tujuan KB
Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki tujuan:
a. Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan
menekan laju pertumbuhan penduduk (LLP) dan hal ini tentunya akan diikuti
dengan menurunnya angka kelahiran atau TFR (Total Fertility Rate) dari 2,87 menjadi
2,69 per wanita. Pertambahan penduduk yang tidak terkendalikan akan mengakibatkan
kesengsaraan dan menurunkan sumber daya alam serta banyaknya kerusakan yang
ditimbulkan dan kesenjangan penyediaan bahan pangan dibandingkan jumlah penduduk.
Hal ini diperkuat dengan teori Malthus (1766-1834) yang menyatakan bahwa
pertumbuhan manusia cenderung mengikuti deret ukur, sedangkan pertumbuhan bahan
pangan mengikuti deret hitung.
b. Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan anak pertama
dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama serta menghentikan
kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.
c. Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah lebih dari
satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini memungkinkan untuk
tercapainya keluarga bahagia.
d. Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang akan
menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk keluarga yang bahagia dan
berkualitas.
e. Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga berkualitas artinya suatu
keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi sandang, pangan, papan, pendidikan dan
produktif dari segi ekonomi
2.3 Pandangan Islam Tentang KB
1. Pandangan Al-Qur’an Tentang Keluarga Berencana
Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat yang memberikan petunjuk yang perlu kita
laksanakan dalam kaitannya dengan KB diantaranya ialah :
Surat An-Nisa’ ayat 9:
‫وليخششش الذين لو تركوا من خلفهم ذرية ضعافا خافوا عليهم فليتقواهللا واليقولوا سديدا‬ 3
“Dan hendaklah takut pada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah. Mereka khawatir terhadap kesejahteraan
mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah
mereka mengucapkan perkataan yang benar”.
Selain ayat diatas masih banyak ayat yang berisi petunjuk tentang pelaksanaan KB
diantaranya ialah surat al-Qashas: 77, al-Baqarah: 233, Lukman: 14, al-Ahkaf: 15, al-
Anfal: 53, dan at-Thalaq: 7.
Dari ayat-ayat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa petunjuk yang perlu
dilaksanakan dalam KB antara lain, menjaga kesehatan istri, mempertimbangkan
kepentingan anak, memperhitungkan biaya hidup brumah tangga.
2. Pandangan al-Hadits Tentang Keluarga Berencana
Dalam Hadits Nabi diriwayatkan:
)‫إنك تدر ورثك أغنياء خير من أن تدرهم عالة لتكففون الناس (متفق عليه‬
“sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan
berkecukupan dari pada meninggalkan mereka menjadi beban atau tanggungan
orang banyak.”
Dari hadits ini menjelaskan bahwa suami istri mempertimbangkan tentang biaya
rumah tangga selagi keduanya masih hidup, jangan sampai anak-anak mereka menjadi
beban bagi orang lain. Dengan demikian pengaturan kelahiran anak hendaknya dipikirkan
bersama.
3. Menurut Pandangan Ulama
a. Ulama yang memperbolehkan
Diantara ulama’ yang membolehkan adalah Imam al-Ghazali, Syaikh al-Hariri,
Syaikh Syalthut, Ulama’ yang membolehkan ini berpendapat bahwa diperbolehkan
mengikuti progaram KB dengan ketentuan antara lain, untuk menjaga kesehatan si
ibu, menghindari kesulitan ibu, untuk menjarangkan anak. Mereka juga berpendapat
bahwa perencanaan keluarga itu tidak sama dengan pembunuhan karena
pembunuhan itu berlaku ketika janin mencapai tahap ketujuh dari penciptaan.
Mereka mendasarkan pendapatnya pada surat al-Mu’minun ayat: 12, 13, 14.
b. Ulama yang melarang
Selain ulama’ yang memperbolehkan ada para ulama’ yang melarang diantaranya
ialah Prof. Dr. Madkour, Abu A’la al-Maududi. Mereka melarang mengikuti KB
karena perbuatan itu termasuk membunuh keturunan seperti firman Allah:
‫وال تقتلوا أوالدكم من إملق نحن نرزقكم وإياهم‬ .c
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut (kemiskinan)
kami akan memberi rizkqi kepadamu dan kepada mereka”.
.     Cara KB yang Diperbolehkan dan Yang Dilarang oleh Islam
1.   Cara yang diperbolehkan
Ada beberapa macam cara pencegahan kehamilan yang diperbolehkan oleh syara’
antara lain, menggunakan pil, suntikan, spiral, kondom, diafragma, tablet vaginal , tisue.
Cara ini diperbolehkan asal tidak membahayakan nyawa sang ibu. Dan cara ini dapat
dikategorikan kepada azl yang tidak dipermasalahkan hukumnya. Sebagaimana hadits
Nabi :
) ‫ فلم ينهها (رواه مسلم‬.‫ م‬.‫كنا نعزل على عهد وسول هللا ص‬
Kami dahulu dizaman Nabi  SAW melakukan azl, tetapi beliau tidak melarangnya.
2. Cara yang dilarang
Ada juga cara pencegahan kehamilan yang dilarang oleh syara’, yaitu dengan cara
merubah atau merusak organ tubuh yang bersangkutan. Cara-cara yang termasuk kategori
ini antara lain, vasektomi, tubektomi, aborsi. Hal ini tidak diperbolehkan karena hal ini
menentang tujuan pernikahan untuk menghasilakn keturunan.
2.4 Pengertian Aborsi
Aborsi dalam bahasa Arab disebut “ijhadh”, yang memiliki beberapa sinonim yakni;
isqath (menjatuhkan), ilqa’ (membuang), tharah (melempar) dan imlash (menyingkirkan) .
Aborsi secara terminology adalah keluarnya hasil konsepsi (janin, mudgah) sebelum bisa
hidup sendiri (viable) atau Aborsi didefenisikan sebagai berakhirnya kehamilan, dapat terjadi
secara spontan akibat kelainan fisik wanita / akibat penyakit biomedis intenal atau sengaja
melalui campur tangan manusia) .
Berbeda dengan aborsi yang disengaja atau akibat campur tangan manusia, yang
jelas-jelas merupakan tindakan yang “menggugurkan” yakni; perbuatan yang dengan sengaja
membuat gugurnya janin. Dalam hal ini, menggugurkan menimbulkan kontroversi dan
berbagai pandangan tentang “boleh” dan “tidak boleh” nya menggugurkan kandungan.
Istilah aborsi diartikan sebagai pengguguran kandungan, yaitu dikeluarkannya janin
sebelum waktunya, baik itu secara sengaja ataupun tidak.Sedangkan di dalam hukum pidana
Islam, aborsi yang dikenal sebagai suatu tindak pidana atas janin atau pengguguran
kandungan terjadi apabila terdapat suatu perbuatan maksiat yang mengakibatkan terpisahnya
janin dari ibunya.
Tidak semua aborsi merupakan perbuatan yang bertentangan dengan moral dan
kemanusiaan dengan kata lain tidak semua aborsi merupakan kejahatan. Aborsi yang terjadi
secara spontan akibat kelainan fisik pada perempuan (Ibu dari janin) atau akibat penyakit
biomedis internal disebut “keguguran”, yang dalam hal ini tidak terjadi kontroversi dalam
masyarakat atau dikalangan fuqaha, sebab dianggap terjadi tanpa kesengajaan yang terjadi di
luar kehendak manusia. Aborsi yang merupakan suatu pembunuhan terhadap hak hidup
seorang manusia jelas merupakan suatu dosa besar.
Merujuk pada surat Al-Maidah ayat 32 yaitu:Al Ma'idah
: )‫ (قتل‬ƒ‫وليسبسببذلك‬،‫ (قانون) لبنيإسرائيألنهمنقتلنفساإنسان‬ƒ‫ "ومنهناوضعنا‬ƒ:‫قولهتعالى‬
ƒ.‫ثمكمالوانهقدقتالإلنسانيةككل‬،‫أوليسليعيثفسادافياألرض‬،‫شخصآخر‬
)‫والحقيقةقدحانلهملديناالرسلمع (حمل‬.‫ثمكمالوأنهأنقذحياةشعببأكمله‬،‫وأنكلمنحفظالحياة‬
‫ثمكثيرمنهمبعدذلكتجاوزتبجديةالحدمناإلفسادفياألرض‬،‫" علىبراهينواضحة‬.

Artinya: “Oleh Karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa:
Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan Karena orang itu (membunuh)
orang lain, atau bukan Karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan dia
Telah membunuh manusia seluruhnya. dan barangsiapa yang memelihara kehidupan
seorang manusia, Maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.
dan Sesungguhnya Telah datang kepada mereka rasul-rasul kami dengan (membawa)
keterangan-keterangan yang jelas, Kemudian banyak diantara mereka sesudah itu
sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi”.
2.5 Macam-macam Aborsi

1. Aborsi Spontan (al-isqâth al-dzâty)

Janin gugur secara alamiah tanpa adanya pengaruh dari luar,  atau gugur dengan
sendirinya. Biasanya disebabkan oleh kelainan kromosom.Hanya sebagian kecil yang
disebabkan oleh infeksi, kelainan rahim atau kelainan hormon. Kelainan kromosom
tidak memungkinkan  mudhghah tumbuh normal. Kalaupun tidak gugur, ia akan tumbuh
dengan cacat bawaan.

2. Aborsi karena darurat atau pengobatan (al-isqâth al-dharry/al-‘ilâjiy).

Aborsi jenis ini dilakukan karena ada indikasi fisik yang mengancam nyawa ibu bila
kehamilannya dilanjutkan.Dalam hal ini yang dianggap lebih ringan resikonya adalah
mengorbankan janin, sehingga menurut agama aborsi jenis ini diperbolehkan.
3. Aborsi karena khilaf atau tidak disengaja (Khatha’).

Pada kasus ini, aborsi dilakukan tanpa sengaja. Misalnya seorang pemburu yang hendak
menembak binatang buruannya tetapi meleset mengenai seorang ibu yang sedang hamil
ketika ibu itu sedang berjalan di persawahan sehingga mengakibatkan ibu tersebut
keguguran.

4. Aborsi sengaja dan terencana (al-‘amd).

Aborsi ini dilakukan dengan sengaja oleh seorang perempuan yang sedang hamil,
baik dengan cara minum obat-obatan yang dapat menggugurkan kandungannya maupun
dengan cara meminta bantuan orang lain (seperti dokter, dukun dan sebagainya)
untuk menggugurkan  kandungannya.

Aborsi jenis ini dianggap berdosa dan pelakunya dikenai hukuman karena
dianggap sebagai tindak pidana yaitu menghilangkan nyawa anak manusia dengan
sengaja. Sanksinya menurut fiqih sepadan dengan nyawa dibayar dengan nyawa
(qishash).

2.6 Pandangan Islam tentang Aborsi

Aborsi menurut agama-agama sebelum Islam adalah termasuk yang


diharamkan.Dalam agama Yahudi aborsi dianggap haram, tidak diperbolehkan dan
pelakunya mendapatkan hukuman.Akan tetapi hukumannya tidaklah ditentukan.
Dr. Abdurrahman Al Baghdadi (1998) dalam bukunya Emansipasi Adakah Dalam
Islam halaman 127-128 menyebutkan bahwa aborsi dapat dilakukan sebelum atau sesudah
ruh (nyawa) ditiupkan. Jika dilakukan setelah setelah ditiupkannya ruh, yaitu setelah 4
(empat) bulan masa kehamilan, maka semua ulama ahli fiqih (fuqoha) sepakat akan
keharamannya. Tetapi para ulama fiqih berbeda pendapat jika aborsi dilakukan sebelum
ditiupkannya ruh.Sebagian memperbolehkan dan sebagaimana mengharamkan nya.Yang
memperbolehkan aborsi sebelum peniupan ruh, antara lain Muhammad Ramli (w. 1596 M)
dalam kitabnya An Nihayah dengan alasan karena belum ada makhluk yang bernyawa. Ada
pula yang memandangnya makruh, denganalasan karena janin sedang mengalami
pertumbuhan.
Yang mengharamkan aborsi sebelum peniupan ruh antara lain Ibnu Hajar (w. 1567
M) dalam kitabnya At Tuhfah dan Al Ghazali dalam kitabnya Ihya` Ulumiddin. Pendapat
yang disepakati fuqoha, yaitu bahwa haram hukumnya melakukan aborsi setelah
ditiupkannya ruh (empat bulan), didasarkan pada kenyataan bahwa peniupan ruh terjadi
setelah 4 (empat) bulan masa kehamilan. “Sesungguhnya setiap kamu terkumpul kejadiannya
dalam perut ibumu selama 40 hari dalam bentuk ‘nuthfah’, kemudian dalam bentuk ‘alaqah’
selama itu pula, kemudian dalam bentuk ‘mudghah’selama itu pula . kemudian ditiupkan ruh
kepadanya.” [HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ahmad, dan Tirmidzi].
Dalil syar’i yang menunjukkan bahwa aborsi haram bila usia janin 40 hari atau 40
malam adalah hadits Nabi Saw berikut:
“Jika nutfah (gumpalan darah) telah lewat empat puluh dua malam, maka Allah
mengutus seorang malaikat padanya, lalu dia membentuk nutfah tersebut; dia membuat
pendengarannya, penglihatannya, kulitnya,dagingnya, dan tulang belulangnya. Lalu malaikat
itu bertanya (kepada Allah), ‘Ya Tuhanku, apakah dia (akan Engkau tetapkan) menjadi laki-
laki atau perempuan?’ Maka Allah kemudian memberi keputusan…” [HR. Muslim dari Ibnu
Mas’ud r.a.]. Dalam riwayat lain, Rasulullah Saw bersabda: “(jika nutfah telah lewat) empat
puluh malam…
Firman Allah SWT:
At- Takwiir
‫وعندماتمدفنالرضعيطلبقيدالحياةلماالخطيئةقتلت "(سورةالمعرضينلل‬
Takwiir [81]: 8-9).
Artinya:
“Dan apabila bayi-bayi yang dikubur hidup-hidup itu ditanya karena dosa apakah ia
dibunuh.” (Qs. at-Takwiir [81]: 8-9)
Jika aborsi dilakukan setelah 40 (empat puluh) hari, atau 42 (empat puluh dua) hari
dari usia kehamilan dan pada saat permulaan pembentukan janin, maka hukumnya haram.
Dalam hal ini hukumnya sama dengan hukum keharaman aborsi setelah peniu¬pan ruh ke
dalam janin. Sedangkan pengguguran kandungan yang usianya belum mencapai 40 hari,
maka hukumnya boleh (ja’iz) dan tidak apa-apa.
Namun demikian, dibolehkan melakukan aborsi baik pada tahap penciptaan janin,
ataupun setelah peniupan ruh padanya, jika dokter yang terpercaya menetapkan bahwa
keberadaan janin dalam perut ibu akan mengakibatkan kematian ibu dan janinnya
sekaligus.Dalam kondisi seperti ini, dibolehkan melakukan aborsi dan mengupayakan
penyelamatan kehidupan jiwa ibu. Menyelamatkan kehidupan adalah sesuatu yang diserukan
oleh ajaran Islam, sesuai firman Allah SWT: dalam QS. Al-Maidah:32
Artinya : “Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa
yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain. atau
bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh
manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka
seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah
datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang
jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas
dalam berbuat kerusakan dimuka bumi..” (QS. al-Ma’idah [5]:32) .
Di samping itu aborsi dalam kondisi seperti ini termasuk pula upaya
pengobatan.Sedangkan Rasulullah Saw telah memerintahkan umatnya untuk berobat.
Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla setiap kali menciptakan
penyakit, Dia ciptakan pula obatnya. Maka berobatlah kalian!”[HR.Ahmad].

Berdasarkan kaidah ini, seorang wanita dibolehkan menggugurkan kandungannya jika


keberadaan kandungan itu akan mengancam hidupnya, meskipun ini berarti membunuh
janinnya. Memang mengggugurkan kandungan adalah suatu mafsadat. Begitu pula hilangnya
nyawa sang ibu jika tetap mempertahankan kandungannya juga suatu mafsadat. Namun tak
syak lagi bahwa menggugurkan kandungan janin itu lebih ringan madharatnya daripada
menghilangkan nyawa ibunya, atau membiarkan kehidupan ibunya terancam dengan
keberadaan janin tersebut (Dr. Abdurrahman Al Baghdadi,1998)

Pendapat Mazhab-Mazhab Tentang Aborsi


Dalam studi hukum Islam, terdapat perbedaan pendapat tentang aborsi di dalam empat mazhab
besar Islam, yaitu:
1. Mazhab Hanafi, mazhab ini merupakan paham yang paling fleksibel. Sebelum
masa empat bulan kehamilan, aborsi bisa dilakukan apabila mengancam kehidupan si
perempuan (orang yang mengandung).
2. Mazhab Maliki melarang aborsi setelah terjadinya pembuahan.
3. Menurut mazhab Syafii, apabila setelah terjadi fertilisasi zygote tidak boleh diganggu,
dan intervensi terhadapnya adalah sebagai kejahatan.
4. Mazhab Hambali menetapkan bahwa aborsi adalah suatu dosa, dengan adanya
pendarahan yang menyebabkan miskram sebagai petunjuk bahwa aborsi itu haram.
Dengan melihat perbandingan mazhab diatas, secara garis besar bahwa perbuatan aborsi
tanpa alasan yang jelas, dalam pandangan hukum Islam tidak diperbolehkan dan
merupakan suatu dosa besar karena dianggap telah membunuh nyawa manusia yang tidak
bersalah dan terhadap pelakunya dapat diminta pertanggungjawaban atas perbuatannya
tersebut.
5. Sedangkan menurut mazhab Hanafi, ketentuannya lebih fleksibel yang mana aborsi
hanya dapat dilakukan apabila kehamilan tersebut benar-benar mengancam atau
membahayakan nyawa si wanita hamil dan hal ini hanya dibenarkan untuk dilakukan
terhadap kehamilan yang belum berumur empat bulan.

Aborsi yang Dihalalkan dalam Islam


Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa pengguguran kandungan atau aborsi
diperbolehkan(mubah) dalam islam karena alasan kesehatan/keselamatam jiwa , seperti :
1. Usia ibu hamil
Bila ibu yang sedang mengandung berusia di bawah 20 tahun atau di atas 35 tahun ,
maka tingkat resiko kematiannya lebih tinggi. Untuk mencegah kematian nya sang ibu
pada ssat persalinan karena adanya suatu masalah , maka tindakan aborsi boleh
dilakukan.
2. Jarak kehamilan
Bila ada tempo waktu , kurang dari 2 tahun maka sang ibu akan mengalami peningkatan
resiko terhadap terjadinya pendarahan karena belum pulihnya rahim , plasenta
previa,anemia dan ketuban pecah dini, pertumbuhan janin kurang baik ,persalinan
lama/sulit,serta melahirkan bayi dengan berat rendah.
3. Telah memiliki 4 orang anak lebih
Ibu yang telah memiliki 4 orang anak/lebih beresiko untuk melahirkan
kembali.Bila saat melahirkan ada tanda-tanda yang membahayakan jiwa sang ibu, maka
di perbolehkan melakukan tindakan aborsi.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keluarga berencana diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur banyaknya
kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta
keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung
dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan adanya perencanaan keluarga yang matang
kehamilan merupakan suatu hal yang memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar
dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi.
Istilah aborsi diartikan sebagai pengguguran kandungan, yaitu dikeluarkannya janin
sebelum waktunya, baik itu secara sengaja ataupun tidak.Sedangkan di dalam hukum pidana
Islam, aborsi yang dikenal sebagai suatu tindak pidana atas janin atau pengguguran
kandungan terjadi apabila terdapat suatu perbuatan maksiat yang mengakibatkan terpisahnya
janin dari ibunya.

DAFTAR PUSTAKA

Mas say loros. (2011). Dalam As-sunnah edisi 01/Tahun V/2001M/1421H]


Drs.H. Aminudin Yakub,MA-Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pusat 
Http://konsultasi.wordpress.com/2007/01/18/aborsi-dalam-pandangan-hukum-islam/
Http://kaahil.wordpress.com/2011/06/04/aborsi-definisi-cara-sejarah-pandangan

Anda mungkin juga menyukai