Anda di halaman 1dari 5

Kritik Feminisme Tokoh Lasiyah dalam Novel Bekisar Merah

Karya Ahmad Tohari


Oleh: Lusiawati Dewi Nurvitasari/17201241046

Ahmad Tohari merupakan salah satu sastrawan senior di Indonesia. Ahmad


Tohari lahir di Banyumas 13 Juni 1948. Kiprahnya dalam dunia kesastraan dimulai sejak
1970an yang diawali dengan keikutsertaan Ahmad Tohari dalam sayembara-sayembara
menulis. Sepanjang kiprahnya dalam dunia sastra hingga saat ini Ahmad Tohari telah
banyak melahirkan karya-karya yang luar biasa dan memiliki kualitas cerita yang bagus.
Beberapa karya yang dihasilkan Ahmad Tohari juga telah memperoleh penghargaan dan
bahkan diangkat menjadi film di layar lebar. Salah satu karya populer yang telah
dihasilkannya yaitu sebuah novel yang berjudul Bekisar Merah.
Bekisar Merah merupakan karya keenam milik Ahmad Tohari yang diterbitkan
pada tahun 1993. Novel Bekisar Merah ini menceritakan tentang kisah seorang lelaki yang
bekerja sebagai penderas nira di Desa Karangsoga. Lelaki tersebut telah memiliki seorang
istri yang sangat cantik jelita bernama Lasiyah. Mereka telah menikah selama tiga tahun
namun belum juga dikaruniai keturunan. Lasiyah atau yang akrab dipanggil Lasi ini
merupakan putri tunggal Mbok Wiryaji dari hasil hubungannya dengan koloni Jepang. Oleh
sebab itulah Lasi memiliki rupa wajah yang berbeda dari kebanyakan gadis di desanya.
Sebenarnya sebelum menikah dengan Darsa Lasi telah jatuh hati dengan pemuda
Karangsoga yang bernama Kanjat, namun karena perbedaan kelas sosial Lasi pun memilih
untuk memendam perasaannya.
Suatu hari keluarga kecil Darsa dan Lasi ditimpa musibah. Darsa yang sedang
memanjat pohon kelapa tiba-tiba jatuh hingga sekarat. Lasi pun bingung harus mencari
biaya untuk pengobatan untuk suaminya, yang akhirnya ia memutuskan untuk menggadaikan
kebun kelapa miliknya kepada Pak Tir juragan gula terkaya di Desa Karangsoga. Setelah
tiga minggu dirawat di rumah sakit keadaan Darsa memang tidak membaik sehingga
akhirnya Lasi memutuskan untuk merawat Darsa di rumah. Di rumah Darsa dirawat oleh
seorang dukun pijit bernama Bunek. Selama di rawat Bunek ini Darsa mengalami perubahan
yang cukup baik bahkan Darsa mulai bisa berjalan .
Hingga pada akhirnya sebuah kejadian yang berujung menghancurkan rumah
tangganya dengan Lasi pun terjadi. Darsa yang mulai bisa berjalan dan Bunek yang juga
semakin sibuk meminta Darsa untuk datang ke rumahnya utnuk pengobatannya. Sering Lasi
membiarkan Darsa berangkat sendiri ke rumah Bunek, hal itu justru dimanfaatkan Bunek.
Akal licik Bunek mulai muncul, ia memiliki seorang anak gadis bernama Sipah yang belum
menikah mungkin karena kakinya pincang sehingga tidak ada laki-laki yang mau
menikahinya. Bunek ingin membuktikan kejantanan Darsa dengan anak gadisnya sebagai
perantaranya.
Baik Darsa maupun Sipah sebenarnya keduanya tidak mau melakukannya namun
karena paksaan dari Bunek terjadilah hubungan gelap tersebut. Hasil hubungan Darsa
dengan Sipah pada akhirnya terdengar pula hingga ke telinga Lasi, terlebih Sipah berhasil
mengandung anak Darsa. Ketika mendengar bahwa suaminya telah mengkhianatinya dengan
menghamili perempuan lain, Lasi akhirnya memutuskan untuk kabur ke Jakarta. Lasi kabur
dengan cara menumpang truk yang dikendarai Pardi, sopir Pak Tir yang hendak mengirim
gula.
Setibanya di Jakarta Lasi mendapat tawaran tinggal di sebuah warung makan
milik Bu Koneng yang pada akhirnya Lasi dipertemukan dengan Bu Lanting yang mengaku
hendak menjadikan Lasi sebagai anak angkat. Bu Lanting adalah seorang perempuan yang
sering memanfaatkan wanita-wanita cantik untuk diperistrikan para pejabat kaya. Hingga
saat Lasi telah bersedia tinggal dengan Bu Lanting, Lasi kemudian dikenalkan kepada
seorang lelaki yang sudah cukup tua bernama Pak Handarbeni. Pak Handerbeni ini benar-
benar mengagumi kecantikan Lasi dan berniat untuk menjadikannya bekisar merah di salah
satu rumahnya yang baru.
Setelah Lasi beberapa kali bertemu dengan Pak Handarbeni, dan karena petuah-
petuah dari Bu Lanting pada akhirnya Lasi pun bersedia untuk menjadi istri dari Pak
Handarbeni. Tanpa Lasi ketahui bahwa sebenarnya Pak Handarbeni ini sudah memiliki istri.
Akan tetapi setelah resmi menjadi Nyonya Handarbeni, permasalahan pun kembali muncul
menghampiri Lasi. Pak Handarbeni yang memang sudah berusi tua tak mampu lagi
memberikan Lasi kebutuhan seksual bahkan Pak Handarbeni membebbaskan Lasi untuk
berubungan degan lelaki mana saja asalkan statusnya tetap menjadi istri sah Handarbeni.
Cerita dalam novel Bekisar Merah ini berahkir dengan semakin tertekannya hidup
Lasi dalam kurungan istana milik Handarbeni dan perasaannya terhadap Kanjat yang tak
terbendung lagi. Dan di sisi lain kehidupan para penderas nira di Karangsoga termasuk
Darsa yang semakinbingung akan membiayai kehidupan anak dan istrinya dengan apa lagi.
Sebagaimana karya-karya lainnya yang dihasilkan Ahmad Tohari, novel ini lebih
banyak bercerita mengenai permasalahan-permasalahan sosial yang sering hadir dalam
kehidupan masyarakat nyata. Sebagai seorang budayawan, dalam menuliskan cerita-
ceritanya Ahmad Tohari seringkali memasukkan kosakata dalam bahasa Jawa. hal ini yang
menjadi ciri khas dari karya-karya milik Ahmad Tohari. Jika ditelaah lebih dalam lagi novel
ini memiliki tema kehidupan sosial yang ada pada suatu masyarakat. Adapun tokoh utama
dalam novel ini yaitu Lasi, Darsa, dan Kanjat. Dalam menceritakan novel Bekisar Merah ini
Ahmad Tohari menggunakan alur maju dan Karangsoga sebagai latar tempatnya. Ada
banyak macam suasana yang tergambar dalam novel ini mulai dari gelisah, tegang, sedih,
bahgaia hingga kebimbangan yang dirasakan oleh tokoh-tokohnya.
Dilihat dari konflik-konflik yang muncul dalam cerita ini, dapat diambil satu
permasalahan yang dapat dikritik secara lebih mendalam yaitu mengenai feminisme yang
terjadi dalam diri tokoh Lasi. Ada beberapa ahli yang mendefinisikan mengenai feminisme
salah satunya yaitu Sugihastuti (2002:18) yang mendefinisikan feminisme sebagai gerakan
persamaan antara laki-laki dan perempuan disegala bidang baik politik, ekonomi,
pendidikan, sosial dan kegiatan terorganisasi yang mempertahankan hak-hak serta
kepentingan perempuan. Kemudian jika dihubungkan dengan kajian sastra, kritik sasra
feminisme oleh Wiyatmi (2006:113) didefinisikan sebagai studi sastra yang mengarakan
fokus analisisnya pada perempuan. Kajian sastra feminisme merupakan salah satu kajian
sastra yang mendasarkan pada pandangan feminisme yang menginginkan adanya keadilan
dalam memandang eksistensi permepuan.
Dengan demikian dilihat dari beberapa definisi mengenai kajian sastra feminisme
di atas, dikaitkan dengan permasalahan dan konflik batin yang dialami oleh Lasi maka novel
Bekisar Merah karya Ahmad Tohari ini dapat menjadi salah satu karya yang dapat dikaji
menggunakan pendekatan feminisme. Hal ini tentu dikarenakan pemeran utama dalam novel
tersebut adalah seorang perempuan. Untuk lebih jelasnya berikut adalah beberapa
permasalahan feminisme yang terdapat dalam novel Bekisar Merah ini:
1. Lasi sebagai seorang istri yang hidup di desa dengan adat istiadat yang kental,
dianggap memiliki kedudukan yang lebih rendah daripada kedudukan seorang laki-
laki. Sehingga dalam posisinya tersebut Lasi harus dengan ikhlas dan lapang dada
menerima apapun yang suaminya alami dan lakukan. Sehingga ketika Darsa, suami
Lasi mengalami kecelakaan ketika sednag menderas nira hingga mengakibatkan
Darsa lumpuh Lasi harus tetap setia mendampingi dan mengurus Darsa hingga
sembuh. Bahkan Lasi pun harus rela mengorbankan apapun demi kesembuhan
suaminya. Walapun pada akhirnya Darsa justru mengkhianati kesetiaan Lasi, karena
Darsa menghamili wanita lain. Tentu perbuatan Darsa tersebut sungguh tidak
mencerminkan sebagai lelaki yang mampu berkomitmen dan menghormati Lasi
sebagai istrinya yang selama ini telah setia mengurusnya.
2. Karena merasa tertekan dengan masalah yang menimpa rumah tangganya akhirnya
Lasi dan juga merasa sakit hati atas pengkhianatan sang suami akhirnya Lasi kabur
melarikan diri ke Jakarta. Tentu hal ini jika dihubungkan dengan teori feminis
tindakan Lasi ini merupakan sebuah kesalahan karena posisinya Lasi sebagai
perempuan sekaligus sebagai seorang istri tidaklah benar seharusnya jika dalam
suatu rumah tangga terjadi sebuah permasalahan meski wanita harus berani
menghadapi dan menyelesaikan permasalahan itu. kabur melarikan diri tentunya
juga tidak akan menyelesaikan permasalahan. Sehingga pada kisah Lasi, tentu dia
dianggap sebagai wanita yang lemah dan rapuh karena tidak berani dan tidak
sanggup menyelesaikan permasalahannya.
3. Permasalahan yang ketiga yaitu, ketika Lasi masih menjadi istri Darsa namun jauh
di lubuk hatinya ia masih sangat mencintai Kanjat, seorang pemuda di desa yang
menjadi cinta pertamanya. Meski sudah memendam cintanya selama itu kepada
Kanjat, Lasi tak pernah sekalipun berniat menyatakan cintanya dikarenakan
posisinya sebagai seorang wanita terlebih lagi yang hidup di desa. Padahal
sebenarnya kedudukan seorang perempuan dan seorang laki-laki sebenarnya sama
terlebih di era emansipasi, sehingga tidak ada salahnya jika Lasi sebagai
perempuan menyatakan cintanya terlebih dahulu.
4. Setelah Lasi berpisah dengan Darsa dan menikah dengan seorang konglomerat
bernama Handarbeni, Lasi hanya dijadikan seakan-akan hiasan berharga mahal
disebuah rumah yang mewah. Selain itu oleh suaminya sendiri yang sudah impoten
Lasi diberi kebebasan untuk berhubungan dengan lelaki mana saja asalkan status
resminya masih tetap istri Pak Handarbeni. Tentu hal ini sangat merendahkan
seorang wanita, karena pada dasarnya ketika seseorang memutuskan untuk
menikah maka antara suami dan istri harus mampu menerima dan saling melengkapi
kekurangan masing-masing. Dalam kasus ini Lasi sebagai seorang wanita dianggap
hanya dibutuhkan untuk kebutuhan seksual saja.
5. Selama menjadi istri Handarbeni, Lasi hanya dijadikan boneka yang penurut. Meski
hal itu memang diterima oleh Lasi yang memang sifatnya polos demi mendapatkan
apa yang diinginkannya akan tetapi sebagai seorang wanita dan sebagai seorang
istri tenntu seharusnya Lasi berhak meminta apa yang seharusnya enjadi haknya.
Karena bagaimanapun sebuah harta tidak bisa dijadikan sebagai pengukung wanita.
Dalam hal ini jelas sekali terlihat bahwa wanita akan dengan mudah ditaklukkan
dengan harta yang bergelimangan, ironi memang wanita dianggap lebih rendah
dihadapan harta.
Dari permasalahan-permasalahan di atas nampak jelas jika posisi Lasi sebagai
perempuan dianggap lemah dan selalu di bawah seorang laki-laki. Dalam novel tersebut
sangatlah jelas keberadaan perbedaan gender. Sesuai dengan judulnya Bekisar Merah
Lasi adalah tokoh sentralnya yang menjadi bekisar tersebut. Lasi menjadi wanita
sekaligus istri seorang pejabat kaya namun haknya sebagai wanita sekaligus istri tidak
maksimal ia dapatkan bahkan kehidupannya sangat tertekan bagaikan burung yang
hidup ddalam sangkar emas.
Dinilai secara keseluruhan novel Bekisar Merah ini merupakan bacaan yang
bagus dan berkualitas. Novel tersebut telah memenuhi empat ukuran sastra yang baik
meliputi novelty (kebaruan), plausibility (kemasukakalan), balance (keseimbangan
antarunsur), dan unity (kesatuan antarunsur). Selain itu bahasa yang digunakan oleh
Ahmad Tohari juga terkesan tidak monoton. Meskipun dalam novel tersebut terdapat
beberapa kalimat yang menggunakan kosakata bahasa Jawa, tidak mengurangi
keestetikaan bahasa. Justru adanya kosakata bahasa Jawa dapat menjadi simbol yang
menunjukkan latar belakang kehidupan penulis, karena Ahmad Tohari adalah sastrawan
yang berbudaya Jawa dan juga kisah yang diceritakan juga menggambarkan budaya
sosial masyarakat pedesaan. Melalui novel tersebut juga dapat dipetik sebuah hikmah
yaitu mengenai kesetiaan dan pengorbanan.
Daftar Pustaka:
Tohari, Ahmad.2005. Bekisar Merah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Sugihastuti&Suharto. 2010. Kritik Sastra Feminis Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta:


Pustaka Belajar

Biodata penulis:

Lusiawati Dewi Nurvitasari, perempuan yang lahir di Gunungkidul 12 April 1998. Perempuan
yang akrab dipanggil Lusi, saat ini tengah menempuh jenjang pendidikan S1 di Universitas
Negeri Yogyakarta tepatnya di prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia semester
4. Lusi saat ini tinggal di Daguran Lor RT 003/ RW 006, Beji, Ngawen, Gunungkidul dan
selama di Yogyakarta tinggal Condongcatur. Perempuan berzodiak aries memiliki motto
hidup “Jangan takut untuk memiliki mimpi yang besar, namun takutlah jika mimpimu tak
pernah tercapai”.
Email: lusiawati789@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai