Abdullah adalah keturunan arab. Moyangnya Berbangsa Arab yang berasal dari Yaman dan
hijrah ke Malaka. Ayah Abdullah, syeikh Abdul Kadir menikah dengan seorang wanita
Malaka bernama Salmah pada tahun 1200 hijriyah. Pada tahun 1231 hijriyah, ibu Abdullah
meninggal dunia. Pada tahun yang sama, ayahnya pula kembali ke rahmatullah. Ketika itu,
Abdullah berada di Singapura sedang mengajar bahasa Melayu kepada saudagar-saudagar
inggris.
Abdullah di lahirkan pada hari ahad, 7 safar 1211 hijriyah. Abdullah merupakan anak kelima
dari lima bersaudara. Kakaknya semua laki-laki. Tetapi semua saudaranya meninggal dunia
ketika masih kecil. Pada usia 4 bulan, Abdullah sakit-sakitan. Banyak orang percaya bahwa
ibu dan ayah Abdullah tidak serasi memelihara Abdullah sehingga Abdullah mudah terserang
menyakit. Apabila itu terjadi, Abdullah disarankan supaya dijual kepada orang yang memiliki
anak banyak. Karena ibu bapaknya sangat menyayangi anaknya, dituruti semua adat yang
berlaku agar anaknya bisa hidup.
Ketika berumur 6 tahun, Abdullah terserang penyakit buang air darah. Beliau menderita
penyakit tersebut selama 1 tahun. Denagn izin Allah SWT, penyakitnya sembuh. Badannya
pulih seperti sedia kala.
Abdullah sangat di manja oleh neneknya. Beliau tidak pernah di dipukul ataupun dimarahi
oleh neneknya. Karena itu, Abdullah tidak peduli untuk ikut pengajian, dan lebih suka
bermain. Oleh sebab terlalu dimanja, beliau belum dapat 1 juz pun.
Bapak nya pun kembali dari Siak. Setelah sampai, dia bertanay tentang Abdullah kepada
nenek. Dia bertanya kepada nenek sudah berapa juz dan ilmu apa yang Abdullah dapat.
Beberapa hari kemudian, bapak Abdullah pindah ke rumah lain, tidak jauh dari Kampung
Pali. Setiap hari, Abullah pergi mengaji ke tempat belajar, dan malamnya dia diajar oleh
bapaknya di rumah. Banyak sekali pukulan dan tamparan yang diterima oleh Abdullah. Jari-
jarinya bengkak kena pukul karena salah menulis. Demikian sukarnya untuk mendapatkan
ilmu, akal, kepandaian, dan pelajaran yag baik. Pada ketika itu, hati Abdullah dipenuhi
kebencian kepada bapaknya. Dia senantiasa berdoa agar bapaknya segera mati agar dia tidak
susah belajar lagi.
Apabila dia terkenang segala susah, tmpar, maki dan tengki herdik gurunya, dia selalu
berfikir, jika tiada suluh, niscaya dia akan mudah terperosok ke lembah yang gelap. Dia
berdoa kepada allah agar diberikan kerahmatan, kesejahteraan dan kebajikan kepada guru
yang telah memberinya ilmu.
Suatu hari, Abdullah mengeluh kepada ibunya. Mengeluhkan tentang apa yang dilakukan
oleh Bapaknya kepada dia. Seperti, melarangnya bermain, melarangnya brgaul dengan teman
dan hanya disuruh duduk dan belajar. Ibu abdulah hanya menjawab, Nak, belum sampai
Fahammu. Sekarang engkau belum tau gunanya ilmu. Kemudian hari, engkau akan tau
gunanya ilmu, dan kasih ibu bapak terhdap anaknya. Dan benar kata ibunya, sekarang
Abdullah sadar dan bisa merasakan manisnya ilmu itu, lebih manis daripada madu.
Abdullah mencatat pemandangan dan suasana Kota Melaka yang ramai penduduknya.
Abdullah memerikan kerja-kerja merobohkan tembok-tembok kota Melaka dengan perintah
Raja Farquhar. Kota itu diruntuhkan dengan menggunakan bom.
Suatu ketika, tuan Raffles mencari juralis melayu dan Abdullah terpilih menjadi jurnalis dari
tuan raffles. Menurutnya tuan Raffles amat mementingkan ilmu. Abdullah juga bertemu
dengan lord Minto, seorag pegawai tertinggi inggris yang rendah hati terhadap semua orang.
Abdullah belajar bahasa inggris dari seorang paderi bernama tuan milne dan tuan Marrison.
Sebaliknya, Abdullah dimita mengajarkan mereka tentang bahasa melayu. Abdullah juga
membantu tuan Milne membuat senarai kosa kata bahasa melayu dengan padanan kata
bahasa inggris.
Kejadian buruk menimpa Abdullah, barangbarang miliknya yang hendak dibawa pulang
hangus terbakar dalam kejadian kebakaran yang sangat besar. setelah kejadian itu, Abdllah
mengarang Syair Singapura Terbakar.
Sumber : http://www.wadahebahasa.net/2016/12/contoh-hikayat-abdullah.html