Anda di halaman 1dari 2

Agus Noor Berjudul Tukang Ramal

Kita belum lagi genap tiga belas tahun ketika datang ke pasar malam itu. Keramaian dan lampu
warna-warni seperti mimpi yang ganjil. Aku pingin gulali, tapi kau mengajakku ke tukang ramal
bermata juling. Kau ingin tahu, bagaimana nanti kita mati.

Tukang ramal itu menyeringai menatap kita. "Kalian memang sahabat yang luar biasa," katanya,
"karena menyintai perempuan yang sama." Kita masih saling bertatapan, ketika tukang ramal itu
menarik tanganku. "Dan kau, kau akan mati karena tabrak lari."

Contoh Selanjutnya Cek Halaman Berikutnya...


7. Contoh Cerpen Singkat Karya Anton Kurnia Berjudul Harimau Terbang

Namaku Amar. Aku adalah lelaki penunggang harimau. Seperti ayahku, seperti kakekku, seperti
kakek buyutku, seperti ayah kakek buyutku. Harimauku gagah, belang putih-hitam. Namanya
Hindu.

Aku dan Hindu berteman sejak lama. Sejak aku dan dia masih kecil, hingga kini kami sama-
sama remaja. Kami teman setia. Ke mana-mana nyaris selalu berdua. Hindu harimau yang gagah
perkasa, tapi ia tunduk kepadaku. Kutunggangi punggungnya. Dia melompat, dia berlari, dia
terbang melintasi langit. Aku menunggangi punggungnya, mencengkram rambutnya. Dia
menggeram senang, aku tertawa riang.

Ayahku tak punya harimau, tapi ia pandai bernyanyi. Suaranya indah sekali. Kalau Ata
menyanyi-aku memanggil ayahku Ata dan ibuku Ana, dari bahasa Azeri, bahasa nenek moyang
ibuku yang berasal dari Azerbaijan-orang yang halus perasaannya pasti menangis terharu dan
lekas-lekas teringat kepada Tuhan yang penuh kasih. Ibuku cantik dan anggun. Dia tak pernah
melarangku berteman dengan Hindu. Dia sayang sekali kepadaku.

Namaku Amar. Amartya. Nama itu pemberian kakekku. Aku memanggilnya Yazic, disingkat
Yaz. Kata Yaz, namaku itu diambil dari nama seorang lelaki pandai yang berhati mulia. Orang
pintar yang membaktikan ilmunya untuk kesejahteraan orang banyak, orang-orang miskin yang
terpinggirkan.

Aku mencintai Yaz yang mencintaiku. Yaz pandai mengarang cerita. Dia seorang penulis
terkenal. Dia berjanji akan menuliskan sebuah cerita indah untukku. Aku juga mencintai Yazici,
istri Yaz, nenekku yang kupanggil Yazi dan amat mencintaiku. Yazi perempuan cantik dan
penuh cinta. Cinta Yazi membuat semua orang bahagia.

Ada sebuah cerita rakyat di Lankaran, kampung halaman Ana-ku di Azerbaijan, tentang sebutan
Yazic dan Yazici. Kisah ini tentang seorang pangeran kecil yang dilahirkan kembali setelah
dibunuh.

Ia sudah hampir terlahir ke dunia dengan selamat sebagai seorang putra raja. Tapi kemudian,
orang-orang jahat membunuh kedua orang tuanya dan bayi yang hampir lahir itu karena mereka
menginginkan takhta kekuasaan. Ajaibnya, si bayi tidak tewas. Mereka mengira telah
membunuhnya, tapi setelah mereka meninggalkan ketiga jasad itu, si bayi ternyata masih hidup.

Atas kuasa Tuhan, secara ajaib si bayi mampu merayap sendirian ke rumah kakek dan neneknya.
Baba dan Nene si bayi-sebutan umum untuk kakek dan nenek dalam bahasa Azeri-merawatnya
dengan penuh kasih sayang. Setiap hari si Baba menulis sebuah lagu dan si Nene
menyanyikannya agar sang pangeran kecil tidak menangis.

Setiap hari terciptalah sebuah lagu. Ditulis oleh si Baba dengan penuh cinta dan dinyanyikan
oleh si Nene dengan penuh kasih sayang. Mendengar lagu itu, si bayi menjadi tenang dan tak
menangis. Mereka tak boleh membiarkan sang bayi menangis. Sebab, jika bayi itu sampai
menangis, orang-orang akan mengetahui keberadaan bayi itu, sehingga orang-orang jahat pasti
akan menangkapnya dan membunuhnya.

Mereka terus melakukan hal itu sampai sang pangeran berumur 19 tahun dan telah siap merebut
kembali takhta kerajaan yang menjadi haknya. Akhirnya, sang pangeran berhasil merebut takhta
yang memang haknya dari orang-orang jahat dan kemudian menjadi raja yang adil dan bijaksana
sehingga dicintai oleh rakyatnya.

Orang-orang menyebut sang Baba dan sang Nene sebagai Yazic dan Yazici. Artinya, pasangan
yang menulis lagu dan menyanyikannya untuk membesarkan seorang pangeran.

Yazi dan Yaz menyukai cerita itu dan memintaku memanggil mereka dengan sebutan itu karena
mereka amat mencintaiku seperti kakek dan nenek dalam cerita itu yang amat mencintai cucu
mereka.

Aku juga punya Eyang. Eyang adalah kakek Yaz, jadi bisa dibilang kakek buyutku. Eyang amat
bijaksana dan banyak ilmunya. Wajahnya teduh. Rambutnya telah putih semua, juga jenggot
lebatnya menyambung dengan cambangnya. Eyanglah yang mengajariku menunggang harimau.
Eyang juga mengajariku berbagai ilmu kepandaian yang luar biasa.

Kata Eyang, ilmu harus diamalkan untuk menolong orang dan memerangi kejahatan, bukan
untuk disombong-sombongkan dan mencari keuntungan.

Anda mungkin juga menyukai