Anda di halaman 1dari 4

Resensi Salah Asuhan

Identitas Buku
Judul : Salah Asuhan
Pengarang : Abdul Moeis.
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun Buku : 1928
Jumlah Halaman : 273 halaman (Cetakan ke-39)
Kota Terbit : Jakarta

Pendahuluan :
 Latar Belakang
Roman karya Abdul Moeis yang berjudul “Salah Asuhan” ini
menceritakan kehidupan masyarakat pada zamannya. Roman ini
berbeda dengan roman karya Marah Rusli yang berjudul “Siti
Nurbaya”. Penulis asal Minangkabau ini menceritakan tentang
pemuda yang berasal dari Minangkabau, namun perilakunya
justru kebarat-baratan karena sejak kecil ia diasuh di Betawi oleh
sekolah Belanda. Ibunya bermaksud agar Hanafi menjadi orang
yang berpangkat tinggi, namun Hanafi justru lupa dengan adatnya.
Roman ini merupakan pembaharu dalam kesusastraan Indonesia
dan kedudukan Marah Rusli dan Abdoel Moeis pun ditempatkan
orang pada pelopor Angkatan Balai Pustaka.

Isi Resensi :
 Ringkasan Isi Cerita
Novel Salah Asuhan ini menceritakan tentang dua pemuda bernama
Hanafi dan Corrie yang memiliki latar belakang sangat berbeda. Mereka
tinggal di Indonesia, karena dalam novel ini sering menyinggung sekolah
HBS yang di Betawi.
Pada novel ini menggunakan sudut pandang orang ketiga. Latar suasana
pada zaman penjajahan Belanda yang bermukim di Indonesia sangat
kuat.
Dimulai dari pertemuan Hanafi dan Corrie sebagai orang Indo-Prancis
yang mengedepankan adat ketimuran, tentu selalu bersikap santun
kepada siapapun.

Namun Hanafi sebagai Bumiputra asli dan Corrie adalah sepasang


kekasih yang membuat iri orang-orang sekitar. Semasa Hanafi kecil tidak
disekolahkan di sekolah Belanda Solok, melainkan di Betawi atau HBS.
Pada masa itu, ibu kota negara berada di Betawi.
Pada akhirnya Hanafi menikahi Corrie. Seperti yang dibilang Tuan de
Busse kalau orang Pribumi menikahi Wanita Barat, maka kepribadiannya
bisa luntur. Ternyata tidak bagi Hanafi, pemuda itu tetap
mempertahankan kepribadiannya sebagai Bumiputra yang selalu
menjaga sopan santun, kehalusan, dan adat timur.

Awalnya, Hanafi menikahi perempuan bernama Rapiah tetapi tidak


mendapatkan kebahagiaan, karena pernikahan tersebut hanya untuk
membalas budi baik ayahnya Rapiah. Karena Corrie masih mencintai
Hanafi, maka tokoh utama menikahi Corrie.
Novel yang berlatar belakang sejarah ini menggambarkan suasana pada
zaman pemerintahan Hindia-Belanda yang begitu terasa. Misalnya saja
nilai mata uang yang besar, seperti tiga ribu rupiah sudah bisa memiliki
sawah dan kebun yang luas.

Mengenai pernikahan Hanafi dan Corrie, sama seperti pernikahan


lainnya yang mendapatkan ujian. Hanafi menuduh Corrie selingkuh
dengan pria lain, karena sakit hati maka Corrie meninggalkan Hanafi
untuk pulang ke Semarang. Di Semarang, Corrie justru meninggal dunia
akibat penyakit wabah.
Unsur Instrinsik :
a. Tema :
Seorang pemuda yang berpandangan kebarat-baratan

b. Alur :
Alur Maju Mundur
c. Latar :
Latar Tempat (Rumah Hanafi, Kantor pos, Gang pasar baru, Probolinggo,
Hotel Sumeru, Sukabumi dan Betawi)
Latar Waktu (Pagi hari, Siang hari, Sore hari dan Malam hari)
Latar Suasana (Menyedihkan)

d. Tokoh :
Ibu Hanafi, Rapiah, Hanafi, Tuan De Busse, Corrie, Buyung, Tante Lien
dan Mina

e. Watak :
 Ibu Hanafi : Sabar, baik, penyayang.
 Rapiah : Baik, sabar, lembut.
 Hanafi : Egois, keras kepala, pemarah.
 Tuan Du Busse : Baik, penuh kasih sayang.
 Corrie : Baik hati, sabar, berani, mudah bergaul.
 Buyung : Penurut.
 Tante lien : Pembohong.
 Mina : Penurut, ceria.
f. Bahasa : Batak, Minang, Melayu, dan sedikit bahasa belanda
g. Majas : Alerogi (pengumpamaan), Hiperbola, Ironi dan Litotes
h. Nilai : Nilai Agama, Nilai Etika, Nilai Sosial Budaya
i. Amanat :
 Janganlah membantahi perkataan orang tua
 Turutilah perkataan ibu, jangan bertindak egois
 Cintailah keluarga dan bangsa sendiri
Keunggulan Buku :
 novel tersebut memiliki desain sampul yang cukup menarik dan
inspiratif
 memiliki banyak nilai moral dan amanat sehingga cocok dibaca oleh
kalangan remaja hingga dewasa
 Abdul Moeis bertujuan untuk mengingatkan kita agar tidak
berperilaku kebarat-baratan dan tidak melupakan adat dan
budaya Negara kita. Roman pertama Abdul Moeis ini jelas hendak
mempetanyakan kawin campur antar bangsa. Dalam roman ini,
tampak jelas mempersoalkan kawin antar bangsa yang tidak
menghasilkan kebahagiaan. Jadi selain merupakan bacaan umum,
roman “ Salah Asuhan “ juga merupakan bacaan wajib para
pelajar.
Kekurangan Buku :
 Novel ini menggunakan gaya bahasa yang cukup sulit untuk
diartikan
 Bahasanya terlalu banyak menggunakan kiasan, sehingga lumayan
sulit untuk dipahami
 Dalam penulisannya, novel ini banyak menggunakan bahasa asing,
seperti penggunaan bahasa belanda dan bahasa melayu. Sehingga
bagi pembaca yang tidak mengerti dalam penggunaan bahasa
melayu dan belanda tersebut, akan sulit untuk memahami isi dari
cerita "Salah Asuhan" ini
 di novel ini banyak menggunakan kiasan sehingga sulit dipahami
oleh para pembaca
 novel ini banyak menggunakan bahasa asing / bahasa yang tidak
dimengerti oleh pembaca
Penutup :
Penyajian resensi di atas tentu membuat pembaca semakin penasaran
membedah setiap alur ceritanya. Tidak hanya sebagai hiburan, karya
yang satu ini terbilang serta makna.
Yakni, alur kehidupan warga Pribumi yang menjunjung tinggi pendidikan,
adat istiadat, kerjasama dan berteman dengan warga Eropa yang tinggal
di Indonesia.
Semoga Resensi novel Salah Asuhan di atas cukup bisa memberikan
memiliki gambaran tentang isi dan alur cerita dari karya fenomenal yang
satu ini.

Anda mungkin juga menyukai