“Novel”
Nama Guru:
Syofia Wati,S.Pd
Nama Kelompok:
2. Kongso Nugroho
Tahun Pelajaran
2023/2024
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT karena atas karunia dan Rahmat-Nya penulis
dapat menyusun dan menyelesaikan tugas Basaha Indonesia. Shalawat dan salam tak lupa kita
kirimkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW Sang kekasih Allah, dengan syafa’at dari
Dalam Menyusun makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
1. Allah SWT yang telah memberikan kehidupan,keselamatan dan Kesehatan baik jasmani dan
rohani.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Penulis mohon maaf atas segala
kekurangan dalam penulisan makalah ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca guna perbaikan kedepannya. Atas segala bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak yang telah diberikan sehingga laporan ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya,
pemakalah
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan karya sastra dewasa ini khususnya novel banyak dipenuhi oleh
sastrawan yang mempunyai latar belakang sosial budaya yang hampir mirip. Baik disengaja
atau tidak, kemiripan itu menimbulkan anggapan bahwa sastrawan tersebut masih
diungkapkan Julia Kristeva (dalam Jabrohim, 2003: 126) bahwa tiap teks itu merupakan
Maksudnya, tiap teks itu mengambil hal-hal yang bagus diolah kembali dalam karyanya atau
ditulis setelah melihat, meresapi, menyerap hal yang menarik baik secara sadar maupun
tidak sadar. Setelah menanggapi teks lain dan menyerap konvensi sastra, konsep estetik,
gagasan dan konsep estetik sendiri sehingga terjadi perpaduan baru. Konvensi dan gagasan
yang diserap itu dapat dikenali dengan membandingkan teks yang menjadi hipogram-nya
dengan teks baru itu. Teks baru atau teks yang menyerap dan mentransformasikan hipogram
Setiap karya fiksi atau prosa dapat mempermasalahkan tema-tema yang sama di
berbeda dari pengarang yang lain. Sejalan dengan hal itu, inilah yang kemudian akan
menjadi identitas bagi pengarang. Di samping perbedaan yang mencolok terkadang pembaca
dengan naskah yang lainnya mempunyai hubungan mempengaruhi dan dipengaruhi, dalam
hal ini naskah baru dipengaruhi oleh naskah sebelumnya, atau naskah sebelumnya
mempengaruhi naskah setelahnya. Hubungan ini memunculkan apa yang disebut dengan
karya transformatif (karya yang topiknya dianggap sudah pernah ditulis oleh pengarang
sebelumnya). Hal ini juga melahirkan konsep bahwa semua karya sastra sebelumnya telah
Karya transformatif ini tentu menjadi perdebatan antara pengarang sebab tidak adil
menilai suatu karya itu sebagai karya transformatif hanya berdasarkan dugaan bahwa
pengarangnya tentu sudah membaca karya pendahulunya (karya hipogram), padahal belum
yang sejenis (Hendayana, 2009). Sehingga dapat dikatakan bahwa kemunculan beberapa
karya yang memiliki kemiripan baik struktur maupun naratifnya dengan beberapa karya
yang telah ada sebelumnya mempunyai hubungan yang merumus kepada karya hipogram.
Pengarang memang tidak selalu harus membaca karya terdahulu ataupun mencipta karya
semirip mungkin dengannya, karena pada dasarnya setiap karya tidak mungkin berbeda
sama sekali dengan karya-karya sebelumnya baik melalui kesengajaan maupun tidak. Oleh
karena alasan tersebut, perlulah analisis untuk 3 mencari sejauh mana hubungan karya
transformatif itu dipengaruhi oleh karya hipogramnya, selain itu juga mencari perbedaan di
antara keduanya.
Setelah kesuksesan Andrea Hirata dengan novel dan film Laskar Pelangi
(selanjutnya disingkat dengan LP) pada 2008, LP menjadi novel sekaligus film yang paling
fenomenal pada tahun 2008. Hal ini tentu merupakan pencapaian yang di luar dugaan,
mempertimbangkan si penulis sendiri bukanlah seseorang yang berada di jalur murni sastra,
melainkan berstudi mayor ekonomi. Andrea menunjukkan kecintaannya pada sastra dan
tulis menulis melalui novel LP. Kelebihan Andrea yang tidak bisa diingkari adalah caranya
yang begitu kuat untuk melukiskan latar, serta rangkaian peristiwa sehingga saling
kemelaratan dunia pendidikan yang melanda beberapa daerah di tanah air seperti Belitong.
Tidak kalah dengan detail dan deskripsi yang kuat, Andrea memunculkan ide tentang
semangat, perjuangan, mimpi, dan cita-cita melalui potret-potret hidup Lintang dan kawan-
kawan.
Novel Laskar Pelangi menceritakan perjuangan dan kegigihan sepuluh anak Melayu
Belitong (Lintang, Ikal, Mahar, Kucai, Trapani, A Kiong, Sahara, Syahdan, Harun, dan
Samson). Kumpulan anak-anak yang kemudian disebut dengan anak-anak Laskar Pelangi,
mereka masing-masing memiliki impian dan cita-cita masa depan. Lintang yang genius
ingin menjadi seorang matematikawan, Ikal bermimpi menjadi pebulu tangkis dan penulis,
Mahar ingin menjadi seniman besar, Sahara ingin menjadi pejuang hak-hak asasi manusia,
A Kiong ingin menjadi kapten kapal, kemudian Kucai yang bercita-cita menjadi politisi
(anggota dewan), Syahdan yang tidak berbakat akting ingin menjadi aktor, Samson yang
bercita-cita sederhana ingin menjadi tukang sobek karcis sekaligus sekuriti di Bioskop
Kicong, Trapani ingin menjadi guru, dan yang terakhir Harun jika telah dewasa ingin
sastra memiliki kaitan dengan karya sastra yang lain. Dapat dikatakan bahwa dalam suatu
teks sastra terdapat teks sastra lainnya. Sebagaimana dikemukakan Pradopo (2003: 167)
bahwa sebuah karya sastra, baik puisi maupun prosa, mempunyai hubungan sejarah antara
karya sezaman, mendahuluinya atau yang kemudian. Hubungan sejarah ini baik berupa
persamaan atau pertentangan. Dengan hal demikian ini, sebaiknya membicarakan karya
sastra itu dalam hubungannya dengan karya sezaman, sebelum atau sesudahnya.
BAB II
KAJIAN MATERI
1. Novel
Novel adalah genre prosa yang mengungkapkan unsur-unsur cerita yang paling lengkap,
memiliki media yang luas, dan menyajikan masalah kemasyarakatan yang luas (Rahayu, 2014).
Novel dalam bahasa Inggris yaitu memiliki arti novel), dari bahasa Italia berarti novella (yang
dalam bahasa jerman novelle adalah bentuk karya sastra yang berbentuk fiksi. Bahkan dalam
perkembangannya arti yang sama dengan Indonesia yaitu ‘novelet’. Novel diartikan sebagai
karya prosa fiksi yang panjang cukupan, namun tidak terlalu pendek. Perbedaan novel dan
cerpen yang pertama dapat dilihat dari segi formalitas bentuk dan panjang cerita. Sependapat
dengan pernyataan tersebut bahwa novel merupakan cerita fiksi yang hanya berbentuk
khayalan semata.
Nurgiyantoro (2015: 11-12) juga berpendapat bahwa novel memiliki cerita yang panjang,
katakanlah sejumlah ratusan halaman, jelas tidak dapat disebut dengan cerpen, namun lebih
tepatnya disebut dengan novel. Novel ini juga dikatakan sebagai karangan prosa yang panjang
dan mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya serta
menonjolkan watak dan sifat pada setiap pelaku di dalam perannya. Novel disebut sebagai
karangan yang melukiskan perbuatan pelakunya menurut isi dan jiwanya masing-masing yang
diolah menjadi sebuah kisah sesuai dengan tujuan pengarang (Thaba, 2019).
Novel merupakan karya fiksi yang bersifat imajinatif. Sebagai sebuah karya imajinatif,
karya fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan
kehidupan (Hasniati, 2018). Novel berasal dari bahasa latin novelius yang diturunkan pada kata
novelis yang berarti baru. Bisa dikatakan baru jika dibandingkan dengan karya sastra seperti
merupakan karya prosa fiksi tentang tokoh pelaku dan ide cerita berasal dari kehidupan nyata
atau imajinasi pengarang. Dalam kehidupan sehari-hari, novel adalah karya sastra yang lebih
panjang dari cerpen atau karya sastra lainnya. Dalam fiksi, semua permasalahan diceritakan
1) Tema
Tema menjadi dasar pengembangan atau inti permasalahan dalam sebuah cerita
yang bangun, maka tema bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu. Ketika seorang
pengarang akan menghasilkan karyanya, terlebih dahulu menentukan tema yang akan
digunakannya. Istilah tema dapat didefinisikan sebagai gagasan sentral (utama). Hampir
semua gagasan dalam hidup ini bisa dijadikan tema sebagai langkah awal dalam
bahwa tema merupakan sinonim dengan tujuan utama atau ide utama. Dalam karya
sastra tema selalu berkaitan dengan makna kehidupan. Pengarang biasanya akan
kesedihan, kesenangan dan lain sebagainya. Kosasih (2012: 60) berpendapat bahwa
tema merupakan gagasan yang menjadi struktur isi cerita yang menyangkut segala
persoalan hidup baik masalah kemanusiaan, cinta kasih, kasih saying, politik, agama
sastra, terlebih dahulu pengarang mempersiapkan dan memahami tema yang akan
2) Tokoh
Tokoh menjadi hal penting yang tak lepas dari suatu karya sastra terutama novel.
Sebuah cerita tanpa adanya tokoh, cerita tersebut tidak akan mampu hidup bahkan tidak
akan berjalan dengan baik dalam penciptaannya. Tokoh merupakan orang yang
memainkan peran atau melakukan adegan dalam peran. Dalam memahami novel,
“tokoh” atau “character” bukan merupakan istilah yang banyak menimbulkan kesulitan.
Novel yang baik akan menciptakan tokoh dengan peran yang kompleks dan realistis.
Tokoh yang akan diperankan harus meyakinkan dan menimbulkan rasa ingin tahu, serta
tokoh itu harus hidup dan berpribadi konsisten sehingga akan menimbulkan kesan yang
baik dan menarik bagi para pembaca (Aziez & Hasyim, 2010: 61).
ditampilkan dalam sebuah cerita dalam karya sastra baik secara naratif maupun drama
moral yang diekspresikan melalui ucapan maupun tindakan dalam dialog yang
diciptakan. Oleh karena itu, tokoh menduduki posisi penting dalam karya sastra.
Melalui tokoh, pengarang mampu memberi nafas dalam setiap karyanya. Tokoh dalam
sosial, atau amanat yang sengaja ingin disampaikan pengarang kepada para pembaca.
Dilihat segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam cerita novel, Aminuddin
membagi tokoh dalam novel menjadi dua yaitu, tokoh utama dan tokoh tambahan.
Tokoh utama merupakan tokoh yang sering ditampilkan atau diceritakan dalam novel
dalam penceritaan yang relatif pendek (Aminuddin, 2011: 79). Aminuddin (2011: 80)
juga mengungkapkan bahwa tokoh suatu cerita jika dilihat dari fungsinya terbagi
menjadi dua yakni, tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonist adalah
tokoh yang selalu membawa nilai-nilai kebaikan, baik dalam ucapan maupun tindakan
yang diperankan. Sebaliknya, jika tokoh antagonis adalah tokoh jahat, biasanya yang
3) Alur/ Plot
Hidup mempunyai cerita, namun karya sastra novel memiliki cerita dan alur /plot.
Menurut Nurgiyantoro (2012: 23) alur/plot merupakan urutan kejadian yang memiliki
keterkaitan hubungan satu sama lain dalam suatu cerita. Aminuddin (2012: 83) juga
mengungkapkan bahwa alur/plot dalam karya sastra pada umumnya adalah serangkaian
cerita yang dibentuk dalam beberapa tahapan peristiwa sehingga terjalin suatu cerita
yang baik yang dihadirkan pelaku atau lakon dalam cerita tersebut. Alur dapat dikatakan
sebagai tonggak dalam cerita karya fiksi. Keberhasilan alur/plot yang dibangun oleh
pengarang akan mampu meciptkan cerita yang menakjubkan, baik, serta sedap
dinikmati pembacanya. Karena itu alur/plot memilik dua elemen yaitu konflik dan
klimaks (Staton, 2007: 31). Keduanya menjadi unsur yang amat mendasar dalam
pengembangan sebuah alur/plot cerita demikian pula sebagai kualitas dan kemenarikan
Konflik dalam kehidupan nyata pasti ada, begitupun dalam cerita termasuk cerita
fiksi novel. Konflik menjadi unsur esensial sebagai pelengkap menariknya jalannya
cerita, atau suatu dramatik yang mengarah pada pertentangan antara dua kekuatan yang
seimbang, menyiratkan adanya suatu aksi dan reaksi. Sedangkan klimaks adalah titik
utama yang menentukan bagaimana oposisi tersebut dapat terselesaikan. Klimaks sangat
menentukan arah alur cerita, artinya dalam hal ini ada pertemuan antara dua atau lebih
memiliki arti serangkaian atau urutan kejadian yang mempunyai keterkaitan hubungan
dalam cerita. Alur atau jalannya peristiwa yang membentuk cerita, terbentuk dalam
sebuah struktur dan urutan waktu yang terjadi. Urutan atau susunan tersebut terbagi
menjadi tiga jenis alur yaitu, alur maju (Kronologis), alur mundur (Flashback), dan alur
maju adalah pengarang dalam menulis cerita, urutan peristiwa atau kejadian-
kejadian itu menggunakan urutan waktu maju atau lurus ke depan. Artinya
b. Alur Mundur (Flashback) Alur mundur yaitu apabila seorang pengarang dalam
peristiwa awal, melainkan dari peristiwa tengah atau akhir. Jalannya cerita
menggunakan alur cerita yang berjalan secara lurus atau kronologis, namun
Dalam karya sastra latar merupakan lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa
dalam cerita atau yang menjadi tempat terjadinya peristiwa/perkara. Latar berkaitan
fisik,unsur tempat, waktu, dan ruang. Sejalan dengan pendapat Nurgiyantoro, (2012:
216) mengatakan bahwa latar merupakan pengertian hubungan tempat, waktu, dan
hanya bersifat fisikal untuk membuat cerita menjadi logis, melainkan pula harus
memiliki fungsi psikologis yang mampu menggerakkan emosi atau aspek kejiwaan
kesan konkret, jelas serta realita atas jalan cerita yang diciptakan pengarang. Dengan
pembaca dapat merasakan serta menilai ketepatan, kebenaran, dan aktualisasi latar yang
diceritakan sehingga lebih akrab. Fungsi latar yaitu memperkuat serta mempertegas
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa latar dalam sebuah karya sastra
adalah penggambaran cerita yang berhubungan dengan peristiwa tempat, waktu maupun
lingkungan sosial. Latar memberikan pijakan cerita nyata sehingga akan memberi kesan
pembaca ikut masuk dalam cerita tersebut serta mampu menangkap nilai kehidupan apa
yang akan didapat setelah membaca. Latar terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Latar tempat, Latar tempat dalam sebuah cerita fiksi mengarah pada lokasi
terjadinya peristiwa, baik menyebutkan daerah, kota, desa atau jalan dalam cerita
sebuah cerita fiksi yaitu yang berhubungan dengan waktu atau dalam pertanyaan
yaitu pada kata “kapan” peristiwa yang terjadi dalam cerita. Biasanya latar waktu
juga berhubungan dengan suasana seperti jam atau pukul perisitiwa itu terjadi.
Istilah lain sudut pandang adalah pusat pengisahan. Pusat pengisahan adalah cara
pandang pengarang dalam menempatkan cerita tentang siapa yang mengamati dan
menyampaikan cerita. Menurut Jauhari (2013: 54) sudut pandang adalah narasi sentra
yang yang menentukan corak dan gaya cerita. Watak dan kepribadian pengarang
dalam menyajikan cerita akan banyak menentukan siapa dan apa yang terdapat dalam
cerita. Sudut pandang merujuk pada istilah dalam bahasa Inggris point of view.
Abrams dalam bukunya Agus Nuryatin (2010: 15) menjelaskan bahwa sudut
pandang adalah pandangan atau cara yang diciptakan penulis sarana untuk menyajikan
pelaku sebagai tokoh, peristiwa, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang
sudut pandang pada hakikatnya merupakan teknik, strategi, atau siasat yang secara
sengaja dipilih sebagai cara pengarang untuk mengungkapkan gagasan dan ceritanya.
bahwa sudut pandang atau pusat pengisahan adalah teknik atau strategi pengarang
tentang gaya atau corak yang diceritakan atau siapa yang menjadi pusat yang bercerita
6) Amanat
pengarang kepada pembaca. Dalam hal ini akhir dari sebuah cerita dalam karya sastra
fiksi adalah amanat yang didapat. Amanat merupakan gagasan keseluruhan isi dan
makna pemicaraan yang mendasar. Amanat tersembunyi rapi oleh pengarang dalam
keseluruhan isi cerita. Pengarang menciptakan karya sastra dengan tujuan ingin
memberikan pesan moral, pembelajaran serta arti perjalanan kehidupan. amanat dalam
sebuah karya sastra merupakan pesan atau ajaran moral yang hendak disampaikan
cerita, amanat ini berisi pesan moral yang ingin disampaikan pengarang melalui tokoh-
tokoh yang diceritakan. Dari dua pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
amanat adalah gagasan atau pesan yang terkandung dalam karya sastra sebagai cara
Unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun cerita di luar karya sastra itu.
Meskipun unsur ini berada di luar karya sastra namun secara tidak langsung unsur
ekstrinsik mempengaruhi totalitas cerita yang dibangun oleh pengarang. Menurut Wellek
dan Weren (2013: 71) menyebutkan ada empat faktor ekstrinsik yang saling berkaitan
1. Biografi pengarang artinya bahwa karya yg ditulis pengarang memang tidak lepas dari
2. Psikologi (proses kreatif) adalah segala tindakan psikologis pengarang pada waktu
menciptakan karya sastra khususnya dalam menciptakan tokoh dan watak dalam cerita.
cerita dalam karya sastra merupakaan rekaan cermin atau potret kehidupan masyarakat
baik problem sosial, adat istiadat, profesi, agama atau hubungan manusia dengan yang
lainnya.
3. Unsur Kebebasan Novel
a) Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang menirukan ucapan atau ujaran orang lain.
2. Intonasi tinggi untuk tanda tanya, datar untuk kalimat berita dan tanda seru dilagukan
“Saya tidak menyesal dan malah ingin melakukannya lagi,” bangga Iqbal.
perkataan orang lain dalam bentuk kalimat berita. Ciri-ciri kalimat tidak langsung adalah:
1. Kata ganti orang ke-1 berubah menjadi orang ke-3. "Saya", "aku" menjadi "dia" atau "ia".
2. Kata ganti orang ke-2 berubah menjadi orang ke-1. "Kamu, "dia" menjadi "saya" atau
nama orang.
3. Kata ganti orang ke-2 dan ke-1 jamak berubah menjadi "kami", "kita" dan "mereka",
Contoh:
Dia tidak menyesal telah melakukan hal itu, tapi malah bangga dan ingin melakukannya lagi.
c) Kalimat Lampau
Contoh:
Iqbal telah menyelesaikan tugas Bahasa Indonesia sejak seminggu yang lalu.
d) Verbal Material
Verba material adalah kata kerja yang berimbuhan yang mengacu pada tindakan fisik
yang dapat dilihat secara nyata oleh partisipan yang melakukan sesuatu yg bisa disebut
aktor.
Contoh:
Melihat Iqbal mengajarkan hal-hal yang sulit kepada teman-temannya saya yakin dia pantas
jadi guru.
e) Verbal Mental
Verba mental adalah verba yang menerangkan persepsi (misalnya: melihat, merasa),
afeksi (misalnya: suka, khawatir), dan kognisi (misalnya: berpikir, mengerti). Pada verba
Contoh:
Iqbal sangat mengerti perasaan teman-temannya ketika ia menerima kabar harus pergi ke
luar kota.
f) Konjungsi Temporal
Konjungsi temporal adalah kata hubung yang menerangkan hubungan waktu dari
dua peristiwa yang berbeda. Konjungsi temporal termasuk kata hubung yang erat kaitannya
dengan waktu.
Contoh:
g) Kata Sifat
Kata sifat merupakan kelas kata yang mengubah kata benda atau kata ganti, biasanya
dengan menjelaskannya atau membuatnya menjadi lebih spesifik. Kata sifat dapat
PEMBAHASAN
Novel Laskar Pelangi mengisahkan tentang kehidupan dari 10 anak hebat yang mempunyai
semangat juang yang tinggi untuk tetap melanjutkan sekolah di kampung Gantung, Kepulauan
Bangka Belitung. Kesepuluh anak tersebut dinamai Laskar Pelangi, yang terdiri dari Ikal, Lintang,
Mahar Ahlan, Sahara Aulia Fadillah, Syahdan Noor Aziz, Samson atau Borek, Muhammad
Jundullah Gufron Nur Zaman atau A kiong, Harun Ardhili Ramadhan, Trapani Ihsan Jamari, dan
Mukharam Kudai Khairani. Kesepuluh anak ini bersekolah di sebuah sekolah yang bernama SD
Muhammadiyah Gantung, yang dibimbing oleh Bu Muslimah dan Pak Harfan. Selama mereka
sekolah, mereka juga mendapatkan seorang teman baru, pindahan dari SD PN Timah yang bernama
Flo. Sebagian besar dari kesepuluh anak yang bersekolah di SD Muhammadiyah Gantung ada anak-
anak dari para penambang timah di pulau dengan perolehan kekayaan alam timah yang terbesar di
dunia. Namun, hal itu berbanding terbalik dengan taraf kesejahteraan hidup masyarakat aslinya.
Cerita ini dimulai dari penerimaan siswa baru di SD Muhammadiyah Gantung, di mana
hanya terdapat 9 orang yang mendaftar untuk sekolah. Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital
Premium Hal ini yang membuat Bu Muslimah dan Pak Harfan, dan seluruh orang tua murid merasa
cemas. Sebab, pemerintah setempat akan mengumumkan kalau sekolah dasar harus mempunyai,
minimal 10 orang murid supaya kegiatan sekolah bisa tetap berjalan. Karena, murid ke 10 yang
ditunggu tidak kunjung datang, maka dengan rasa kecewa Pak Harfan harus mengambil keputusan
terberat. Akhirnya, di tengah situasi tersebut, datanglah seorang murid baru yang menjadi
penyelamat. Murid tersebut bernama Harun Ardhli Ramadhan. Dirinya merupakan seorang anak
yang mempunyai keterbelakangan mental, tetapi tetap mempunyai semangat juang yang tinggi
untuk bisa bersekolah. Kebersamaan antar murid dan guru pun akhirnya dimulai sejak saat itu.
Selama menempuh Pendidikan, Bu Muslimah serta Pak Harfan membimbing serta mengajar mereka
semua dengan penuh semangat dan dedikasi yang tinggi. Para murid juga akhirnya dapat belajar
dengan penuh semangat berkat kekompakan dan semangat yang dimiliki mereka semua. Akhirnya,
Bu Muslimah pun menjuluki mereka sebagai “Laskar Pelangi”. Tak hanya Buu Mislimah dan Pak
Harfan saja, SD Muhammadiyah Gantung juga mempunyai guru yang merangkap sebagai seorang
kepala sekolah yang bernama Pak Harfan Effendi Noor. Sama halnya seperti kedua guru lainnya,
Pak Harfan juga mengajar dengan penuh semangat. Bahkan, beliau juga sering kali menyelipkan
kisah teladan nabi dan rasul saat mengajar. Di tengah keterbatasan yang mereka hadapi, para
anggota Laskar Pelangi ini harus menghadapi berbagai macam rintangan yang menimpa mereka
untuk bisa berhasil menggapai segala mimpi yang mereka miliki. Kisah perjalanan mereka ini akan
diwarnai dengan berbagai macam pengalaman emosional, baik itu untuk membahagiakan ataupun
a) Unsur Intrinsik
1) Tema
Unsur intrinsik yang pertama dari novel Laskar Pelangi adalah tentang tema. Novel
2) Penokohan
Terdapat 10 tokoh utama di dalam novel Laskar Pelangi ini. Kesepuluh actor
tersebut di antaranya adalah Ikal, Lintang, Sahara, Mahar, A Kiong, Syahdan, Kucai, Borek,
Trapani, dan Harun. Kesepuluh tokoh ini memiliki karakter yang berbeda-beda.
3) Alur
Dalam novel Laskar Pelangi ini, alur yang digunakan adalah alur maju. Hal ini
dibuktikan dengan penulisan dari cerita yang mengisahkan awal semenjak Ikal dan teman-
Meskipun memiliki banyak cerita yang masih misteri pada novel Laskar Pelangi ini,
4) Latar
Latar tempat dari novel Laskar Pelangi ini adalah di Sekolah Dasar Muhammadiyah,
Selanjutnya, suasana yang terjadi di dalam cerita novel Laskar Pelangi ini adalah
5) Sudut pandang
Penggunaan sudut pandang sebagai salah satu unsur intrinsic dari novel Laskar
Pelangi yang pertama adalah tokoh Aku, yaitu Ikal yang menjadi pelaku utama di dalam
novel.
6) Gaya Bahasa
Untuk gaya Bahasa, pada novel Laskar Pelangi ini gaya penulisannya adalah gaya
bahasa Indonesia yang terpengaruh dengan aksen budaya bahasa Melayu. Selain itu, penulis
7) Amanat
Unsur intrinsik selanjutnya dari novel Laskar Pelangi adalah amanat. Di mana
amanat dalam novel ini yaitu semangat, sikap gigih, jangan mudah menyerah dan putus asa
Selain itu, harus selalu bersikap optimis, jangan mudah pesimis jika menghadapi
suatu hal.
Tidak hanya itu, kepintaran juga bukanlah sebuah tolak ukur dari suksesnya
seseorang. Hal tersebut bisa kita lihat dari tokoh Lintang pada novel, di mana tokoh ini
Akan tetapi, dirinya pada akhir cerita dikisahkan menjadi seorang supir truk
Jadi, dari kisah Lintang bisa kita ambil hikmah bawa seluruh hidup kita telah diatur
oleh Tuhan Yang Maha Esa. Jika kita sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi hal
tersebut belum bisa terwujud, jangan lupa untuk tetap selalu bersyukur dengan yang sudah
ditetapkan Tuhan
8) Kesimpulan
Novel Laskar Pelangi yang populer ini juga akhirnya diangkat menjadi sebuah film
yang tidak hanya sekedar sebagai sebuah hiburan saja, tetapi juga memiliki alur cerita yang
masing anak tersebut memiliki tekad serta semangat yang kuat dalam memperjuangkan hak
Nah, itulah penjelasan tentang unsur intrinsik dari novel Laskar Pelangi. Jika
penasaran dengan kisahnya, kamu juga bisa membaca novel Laskar Pelangi secara langsung.
b) Unsur Ekstinsik
Apalagi novel “Laskar Pelangi” merupakan adaptasi dari cerita nyata yang dialami oleh
pengarang langsung. Letak tempat tinggal pengarang yang jauh berada di Desa Gantung,
bertempat tinggal di Belitong. Adanya perbedaan status antara komunitas buruh tambang
dan komunitas pengusaha yang dibatasi oleh tembok tinggi merupakan latar belakang
sosial. Dimana interaksi antara kedua komunitas ini memang ada dan saling
kehidupan, sedang komunitas pengusaha memerlukan tenaga para buruh tambang untuk
Latar belakang religi atau agama si pengarang sangat terlihat seperti pantulan
cermin dalam novel “Laskar Pelangi” ini. Nuansa keislamannya begitu kental. Dalam
mengenai keislaman.
timah. Digambarkan dalam novel bahwa Belitong adalah pulau yang kaya akan sumber
daya alam. Namun tidak semua masyarakat Belitong bisa menikmati hasil bumi itu. PN
Latar belakang ekonomi dalam novel ini diambil dari kacamata masyarakat belitong
kebanyakan yang tingkat ekonominya masih rendah. Padahal sumber daya alamnya tinggi.
5) Latar Belakang Pendidikan
Dalam novel ini terkandung banyak sekali nilai-nilai edukasi yang disampaikan
pengarang. Pengarang tidak hanya bercerita, tapi juga menyajikan berbagai ilmu
pengetahuan yang diselipkan di antara ceritanya. Begitu banyak cabang ilmu pengetahuan
yang diselipkan antara lain seperti sains (fisika, kimia, biologi, astronomi). Pengarang
gemar sekali memasukkan istilah-istilah asing ilmu pengetahuan yang tertuang dalam
cerita. Ini menandakan bahwa pengarangnya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi
PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan kisah dari novel Laskar Pelangi, tentunya banyak pelajaran yang dapat diambil
dan diterapkan di kehidupan sehari-hari, di antaranya kita harus bersyukur akan pemberian Tuhan,
menghargai pentingnya hidup ini, tidak mudah menyerah dan berusaha sebisa mungkin apabila
menginginkan sesuatu.
Tak hanya itu saja, kepintaran bukanlah menjadi tolak ukur kesuksesan seseorang. Hal itu
dapat terlihat dari kisah tokoh Lintang di novel ini, ia adalah anak yang pintar. Akan tetapi, di akhir
Berdasarkan kisah si Lintang, kita sebagai pembaca dapat mengambil hikmah bahwa hidup
ini sudah ada yang mengatur, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Dengan kata lain, apabila kita sudah
berusaha semaksimal mungkin atas apa yang kita impikan, tetapi hal tersebut tidak terwujud, jangan
lupa untuk terus bersyukur dengan apa yang sudah Tuhan tetapkan.
b. Saran