Anda di halaman 1dari 17

Undang-

Undang Melayu
Lama
Anggota Kelompok :

1. Fatimah Puspaning Dyah Nurfani (22210141081)


2. Alvina Nora Nugrahaini (22210144009)
3. Ananda Regita Al Haquita (22210144012)
4. Naufal Rizki Ramadhani (22210144017)

KELOMPOK 2
Pengertian UU Melayu

Lama

Undang-undang Melayu lama adalah adat


kebiasaan orang-orang Melayu, adat kebiasaan
yang dibentuk dengan peredaran masa.

Undang-undang ini tidak bisa dianggap sebagai


undang-udang yang biasanya kita artikan
sebagai undang-undang (law) yang resmi.
Ciri-ciri UU Melayu Lama

1. Tidak ada nama pengarang dalam


Undang-undang Melayu Lama.
2. Muncul karena adat istiadat pada
zaman Melayu Lama.
3. Penuh mitos asal-usul.
Apa saja

UU Melayu

Lama?
1. Undang-undang Melaka

Undang-undang Melaka ialah naskah undang-undang


Melayu yang tertua dan terpenting. Naskah ini biasanya
dikenal sebagai Undang-undang Negeri Melaka. Dikenal juga
sebagai Risalah Hukum Kanun atau Hukum Kanun. Naskah
undang-undang Melaka banyak sekali, ada lebih dari 40
buah. Naskah tersebut dibagi menjadi dua golongan, naskah
yang asli dan naskah saduran yang agak modern.
Ada beberapa lapisan Undang-

undang Melaka, yaitu :

Intisari Undang-undang Melaka


Undang-undang laut (sebagian saja)
Hukum perkawinan islam
Hukum perdagangan (ba'i) dan
syahadat
Undang-undang negeri
Undang-undang johor
2. Undang-undang Laut

Undang-undang Laut adalah hukum yang dipakai dalam


pelayaran.

Undang-undang laut dibagi menjadi empat versi, yaitu :


1. Undang-undang Laut Pokok
2. Undang-undang Laut Melaka
3. Versi Aceh
4. Versi Petani

Keempat versi undang-undang tersebut masih mengandung


homogen.
Di samping versi yang homogen, masih ada tiga versi
yang kurang homogen, yaitu :

1. Undang-undang Perahu (Diwakili oleh Cod. Or. 12.204


dan Cod. Or. 6139 dari perpustakaan Universitas Leiden)
2. Undang-undang Berlayar
3. Undang-undang Perahu (Diwakili oleh satu naskah
dari Universitas Leiden, yaitu Cod. Or. 3292.)
3. Undang-undang Minangkabau
Naskah Undang-undang Minangkabau banyak sekali, lebih dari
40 buah dan tersimpan di perpustakaan-perpustakaan di
Jakarta, London, dan Leiden.

Akan tetapi, naskah ini suatu kali pernah sulit ditemukan.


Akibatnya sarjana-sarjana yang mengkaji Undang-undang
Minangkabau selalu merujuk pada Undang-undang Dua belas
dari Perak dan Undang-undang Sungai ujung sebagai Undang-
undang Minangkabau
4. Undang-undang Sungai Ujung

Undang-undang Sungai Ujung (Winstedt & Josselin de


Jong, 1954) berasal dari satu naskah yang disalin ke dalam
huruf Romawi di Malaka pada tahun 1904.

Ada juga Salinan dalam huruf Arab yang dibuat oleh Datu’
Makudu Sakti pada tahun 1884.
5. Undang-undang Dua
Belas
Undang-undang Dua Belas adalah Undang-undang Minangkabau yang dibawa ke
Perak oleh Sultan Ahmad Tajuddin Syah yang mula-mula menjadi raja di negeri Perak.

Isinya, menurut ringkasan yang diberikan oleh Winstedt (1953) adalah Undang-undang
nan dua belas yang menyatakan bukti kesalahan adalah bagian yang terpenting
naskah ini. Bagian kedua adalah undang-undang yang sudah dipengaruhi oleh Islam.
Sedangkan bagian ketiga membicarakan perkara yang biasa dibahas di dalam
Undang-undang Melaka.
6. Undang-undang Pahang
Menurut Winstedt (1948) ada dua naskah undang-undang ini, yaitu Maxwell
17 dan Maxwell 20.

Undang-undang ini bisa dibagi menjadi empat bagian.


Bagian pertama yang terdiri dari pasal 1-23 disurat pada masa Sultan
Abdul Ghafur Muhaiyuddin Syah.
Bagian kedua, pasal 24-66 mempunyai isi yang sama dengan bagian
Undang-undang Islam.
Bagian ketiga, pasal 67 dan pasal 68, berssuaian dengan apa yang
disebut Undang-undang Negeri.
Bagian keempat, dari pasal 69 hingga pasal 92, adalah tambahan yang
sebaian besarnya hanya terdapat di dalam naskah Maxwell 17.
7. Undang-undang Kedah

Undang-undang Kedah terdiri atas lima bagian, yaitu


1. Undang-undang Pelabuhan
2. Tembera Datuk Sri Paduka Tuan
3. Hukum Kanun Datuk Star
4. Bunga Mas
5. Undang-undang
8. Undang-undang Sembilan
Puluh Sembilan

Undang-undang Sembilan Puluh Sembilan adalah undang-undang yang dibawa


ke Malaya oleh Sayid Hassam al-Faradz dari Hadramaut dan terus dipakai oleh
anak-cucunya.

Undang-undang Sembilan Puluh Sembilan menguraikan perkara-perkara yang


biasa dibahas kitab undang-undang. Satu perkara yang banyak dibahas ialah
syarat-syarat yang diperlukan untuk menjabat berbagai pekerjaan
9. Adat-Adat Raja Melayu

Uraian tentang adat raja-raja Melayu terdapat di dalam karya seperti Sejarah Melayu,
Undang-undang Malaka, Hikayat Aceh dan Misa Melayu. Adat dan upacara yang diceritakan
di dalam Adat Raja-raja Melayu, yaitu :
1. Adat dan upacara tatkala istri Baginda hamil 7 bulan;
2. Adat dan upacara istri Baginda bersalin;
3. Adat dan upacara mencukur rambut
4. Adat dan upacara meminang apabila umur putra Baginda sudah akil baligh;
5. Adat dan upacara perkawinan
6. Adat membayar nazar
7. Upacara pemakaman raja; dan
8. Upacara mendirikan nisan tambak.
Menurut Panuti Sudjiman, ada empat naskah yang mempunyai isi
tambahan (Panuti, 1983: 16). Isi tambahan ini menceritakan :

1. Kedaualatan raja dan martabatnya;


2. Orang yang bertuah, yaitu cerita Si Miskin yang diangkat menjadi
Maharaja Lela;
3. Peraturan tentang penurunan gelar sepeti raja, megat, biduanda,
cetera, perbaya, perwira, sida, dan hulubalang;
4. Gelar menteri;
5. Arti Melayu ialah merendahkan diri dan tiada besar akan dirinya di
dalam majelis atau pada tempat lain;
6. Bunga-bungaan adalah kemuliaan majelis bahasa Melayu;
7. Larangan raja dan adab tertib yang harus diperhatikan di hadapan
raja
8. Adat berkata-kata dengan raja dan menteri ada perbedaannya;
9. Surat-menyurat antara raja dan rakyat; dan
10. Cara-cara membuat, dawat emas dan obat bedil
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai