Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penjullis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha atas kasih
dan berkatnya sehingga penulis dapat merampungkan makalah yang berjudul
“Karaktersitik dan Unsur Intrinsik Karya Sastra Melayu Klasik” sebagai salah
satu syarat dalam memenuhi tugas Bahasa Indonesiaa.
Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada bapak/ibu guru
Bahasa Indonesia yang telah membimbing penulis dalam penyusunan makalah ini,
begitu juga dengan teman-teman yang turut mendukung dalam proses penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari bahawa makalah ini tidak sempurna seperti yang
diharapkan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
bapak/ibu guru Maniamas Ngabang dan teman –teman pembaca sekalian.

Akhir kata kiranya makalah ini dapat bermanfaat baik diklangan internal
Sekolah Manaimas maupun diluar sekolah, semoga ?Tuhan memberkati kita
semua, Amin.

Ngabang, 12 Mei 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ..................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 3
A. Pengertian Sastra Melayu Klasik ............................................ 3
B. Karakteristik Sastra Melayu Klasik ........................................ 4
C. Unsur-Unsur Intrinsik Sastra Melayu Klasik .......................... 4
D. Ciri-Ciri Sastra Melayu Klasik ............................................... 5
E. Pembagian sastra melayu klasik berdasarkan bentuknya ....... 8
F. Penggolongan sastra melayu klasik ........................................ 10

BAB III PENUTUP .................................................................................... 18


A. Kesimpulan ............................................................................. 18
B. Saran ....................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sastra (Sanskerta: शास्त्र, shastra) merupakan kata serapan dari bahasa


Sanskerta śāstra, yang berarti "teks yang mengandung instruksi" atau
"pedoman", dari kata dasar śās- yang berarti "instruksi" atau "ajaran". Dalam
bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada
"kesusastraan" atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan
tertentu. Yang agak biasa adalah pemakaian istilah sastra dan sastrawi.
Segmentasi sastra lebih mengacu sesuai defenisinya sebagai sekedar teks.
Sedang sastrawi lebih mengarah pada sastra yang kental nuansa puitis atau
abstraknya.
Istilah sastrawan adalah salah satu contohnya, diartikan sebagai orang
yang menggeluti sastrawi, bukan sastra. Selain itu dalam arti kesusastraan,
sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Di sini
sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang
dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran
tertentu.Karya sastra merupakan hasil cipta rasa manusia. Karya sastra lahir
dari ekspresi jiwa seorang pengarang.
Suatu hasil karya dikatakan memiliki nilai sastra jika isinya dapat
menimbulkan perasaan haru, menggugah, kagum, dan mendapat tempat di hati
pembacanya. Karya sastra seperti itu dapat dikatakan sebagai karya sastra
yang adiluhung, yaitu karya yang dapat menembus ruang dan
waktu.Sedangkan pembagian sastra itu sendiri ada dua yaitu, sastra lama
(klasik) dan sastra baru (modern). Disini saya akan menjelaskan beberapa hal
tentang sastra melayu klasik (lama).

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Jelaskan pengertian Sastra melayu klasik?

1
2. Jelaskan karakteristik Sastra Melayu Klasik?
3. Jelaskan unsur-unsur Sastra Melayu Klasik
4. Jelaskan ciri-ciri Sastra Melayu Klasik?
5. Jelaskan penggolongan Sastra Melayu Klasik?
6. Jelaskan beberapa pembagian Sastra Melayu Klasik berdasarkan
bentuknya?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan-tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari Sastra Melayu Klasik
2. Untuk mengetahui karakteristik Sastra Melayu Klasik
3. Untuk mengetahui unsur-unsur intrinsic Sastra Melayu Klasik.
4. Untuk mengetahui ciri-ciri Sastra Melayu Klasik
5. Untuk mengetahui penggolongan Sastra Melayu Klasik
6. Untuk mengetahui pembagian Sastra Melayu Klasik berdasarkan
bentuknya.
7. Sebagai salah satu untuk memenuhi syarat dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sastra Melayu Klasik


Sastra melayu klasik juga disebut dengan Sastra melayu lama adalah
sastra yang terbentuk lisan atau sastra melayu yang tercipta dari suatu ajaran
atau ucapan. Sastra melayu lama masuk ke Indonesia bersamaan dengan
masuknya agama islam pada abad ke-13.
Sastra melayu lama adalah bagian dari karya sastra Indonesia yang
dihasilkan antara tahun 1870-1842. Peninggalan sastra melayu lama terlihat
pada dua bait syair pada batu nisan seorang muslim di minye tujuh, Aceh.
Sastra melayu klasik berkembang dilingkungan masyarakat sumatera seperti
“langkat, tapanuli, minangkabau dan daerah sumatera lainnya”. Karya sastra
pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan
terjemahan novel barat.
Yang dimaksud dengan sastra melayu klasik adalah sastra yang hidup
dan berkembang di daerah melayu pada masa sebelum dan sesudah islam
hingga mendekati tahun 1920-an di masa balaik pustaka. Masa sesudah islam
merupakan zaman dimana sastra melayu berkembang begitu pesat karena pada
masa itu banyak tokoh islam yang mengembangkan sastra melayu. Catatan
tertulis pertama dalam bahasa Melayu Kuna berasal dari abad ke-7 Masehi,
dan tercantum pada beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya di
bagian selatan Sumatera dan wangsa Syailendra di beberapa tempat di Jawa
Tengah. Tulisan ini menggunakan aksara Pallawa.[3] Selanjutnya, bukti-bukti
tertulis bermunculan di berbagai tempat, meskipun dokumen terbanyak
kebanyakan mulai berasal dari abad ke-18.

B. Karakteristik Sastra Melayu Klasik


Karakteristik sastra melayu klasik adalah di bawah ini.
a. Penggunaan kosakata yang pada saat ini tidak lazim dipergunakan dalam
berbahasa Indonesia.

3
Contoh: … akan menghibur hati yang masgul (sedih).
b. Cerita selalu diawali dengan kata penghubung yang menyatakan bahwa
cerita tersebut tidak diketahui tempat dan waktu secara pasti.
Contoh: alkisah inilah cerita orang dahulu kala, hikayat namanya, terlalu
indah-indah ceritanya…
c. Penggunaan kata penghubung maka dalam awal kalimat
Contoh: Maka titah sang Nata, ”Yayi Suri, telah sebenarnya seperti kata
Adinda itu.” maka sang Nata pun membuat tempat memuja.
d. Penggunaan dikisi atau pilihan kata yang kurang tepat.
Contoh: Maka dikarang oleh segala orang yang bijaksana prama kawi.
e. Penggunaan kalimat yang tidak efektif
Contoh: Sebermula pada zaman dahulu ada raja di Tanah Jawa empat
bersaudara, terlalu amat besar kerajaannya.
f. Cerita tidak ada pengarangnya atau anonim.

C. Unsur-Unsur Intrinsik Sastra Melayu Klasik


1. Tema
adalah sesuatu yang menjadi pokok masalah/pokok pikiran dari pengarang
yang ditampilkan dalam karangannya
2. Amanat
adalah pesan/kesan yang dapat memberikan tambahan pengetahuan,
pendidikan, dan sesuatu yang bermakna dalam hidup yang memberikan
penghiburan, kepuasan dan kekayaan batin kita terhadap hidup
3. Plot/Alur
adalah jalan cerita/rangkaian peristiwa dari awal sampai akhir.
 Tahap-Tahap Alur
a. Tahap perkenalan/Eksposisi
adalah tahap permulaan suatu cerita yang dimulai dengan suatu
kejadian, tetapi  belum ada ketegangan (perkenalan para tokoh,
reaksi antarpelaku, penggambaran fisik, penggambaran tempat)
b. Tahap pertentangan /Konflik

4
adalah tahap dimana mulai terjadi pertentangan antara pelaku-
pelaku (titik pijak menuju pertentangan selanjutnya)
 Konflik ada dua ;
1) konflik internal
adalah konflik yang terjadi dalam    diri          tokoh.
2) konflik eksternal
adalah konflik yang terjadi di luar tokoh(konflik tokoh dengan
tokoh, konflik   tokoh dengan lingkungan, konflik tokoh dengan
alam, konlik tokoh denganTuhan dll)
3) Tahap penanjakan konflik/Komplikasi
adalah tahap dimana ketegangan mulai terasa semakin berkembang
dan rumit   (nasib pelaku semakin sulit diduga, serba samar-samar)
4) Tahap klimaks
adalah tahap dimana ketegangan mulai memuncak (perubahan
nasip pelaku       sudah   mulai dapat diduga, kadang dugaan itu
tidak terbukti pada akhir cerita)
5) Tahap penyelesaian
adalah tahap akhir cerita, pada bagian ini berisi penjelasan tentang
nasib-nasib yang dialami tokohnya setelah mengalami peristiwa
puncak itu. Ada pula yang penyelesaiannya diserahkan kepada
pembaca, jadi akhir ceritanya menggantung, tanpa ada
penyelesaian.
 Macam-Macam Alur
1) Alur maju
adalah peristiwa –peristiwa diutarakan mulai awal sampai
akhir/masa kini menuju masa datang.
2) Alur mundur/Sorot balik/Flash back
adalah peristiwa-peristiwa yang menjadi bagian penutup diutarakan
terlebih dahulu/masa kini, baru menceritakan peristiwa-peristiwa
pokok melalui kenangan/masa lalu salah satu tokoh.
3) Alur gabungan/Campuran

5
adalah peristiwa-peristiwa pokok diutarakan. Dalam pengutararaan
peristiwa-peristiwa pokok, pembaca diajak mengenang peristiwa-
peristiwa yang lampau,kemudian mengenang peristiwa pokok
( dialami oleh tokoh utama) lagi.
4. Perwatakan/Penokohan
adalah bagaimana pengarang melukiskan watak tokoh
 Ada tiga cara untuk melukiskan watak tokoh
a. Analitik
adalah pengarang langsung menceritakan watak tokoh.
Contoh :
Siapa yang tidak kenal Pak Edi yang lucu, periang, dan pintar.
Meskipun agak   pendek justru melengkapi sosoknya sebagai guru
yang diidolakan siswa. Lucu dan penyanyang.
b. Dramatik
adalah pengarang melukiskan watak tokoh dengan tidak
langsung.Bisa melalui tempat
tinggal,lingkungan,percakapan/dialog antartokoh, perbuatan, fisik
dan tingkah laku, komentar tokoh lain terhadap tokoh tertentu,
jalan pikiran tokoh.
Contoh :
Begitu memasuki kamarnya Yayuk, pelajar kelas 1 SMA itu
langsung melempar tasnya ke tempat tidur dan membaringkan
dirinya tanpa melepaskan sepatu terlebih dahulu. (tingkah laku
tokoh)
c. Campuran
adalah gabungan analitik dan dramatik.
Pelaku dalam cerita dapat berupa manusia , binatang, atau benda-
benda mati yang     diinsankan
 Pelaku/tokoh dalam cerita
a. Pelaku utama

6
adalah pelaku yang memegang peranan utama dalam cerita dan
selalu hadir/muncul pada setiap satuan kejadian.
b. Pelaku pembantu
adalah pelaku yang berfungsi membantu pelaku utama dalam
cerita.Bisa bertindak sebagai pahlawan mungkin juga sebagai
penentang pelaku utama.
c. Pelaku protagonist
adalah pelaku yang memegang watak tertentu yang membawa ide
kebenaran.(jujur,setia,baik hati dll)
d. Pelaku antagonis
adalah pelaku yang berfungsi menentang pelaku protagonis
(penipu, pembohong dll)
e. Pelaku tritagonis
adalah pelaku yang dalam cerita sering dimunculkan sebagai tokoh
ketiga yang biasa disebut dengan tokoh penengah.
5. Latar/setting
Latar/ setting adalah sesuatu atau keadaan yang melingkupi pelaku dalam
sebuah   cerita.
 Macam-macam latar
a. Latar tempat
adalah latar dimana pelaku berada atau cerita terjadi (di sekolah, di
kota, di ruangan dll)
b. Latar waktu
adalah kapan cerita itu terjadi ( pagi, siang,malam, kemarin, besuk
dll)
c. Latar suasana
adalah dalam keadaan dimana cerita terjadi. (sedih, gembira,
dingin, damai, sepi dll)
6. Sudut Pandang Pengarang
Sudut pandang adalah posisi/kedudukan pengarang dalam membawakan
cerita.

7
 Sudut pandang dibedakan atas :
a. Sudut pandang orang kesatu
adalah pengarang berfungsi sebagai pelaku yang terlibat langsung
dalam cerita, terutama sebagai pelaku utama. Pelaku
utamanya(aku, saya, kata ganti orang pertama jamak : kami, kita)
b. Sudut pandang orang ketiga
adalah pengarang berada di luar cerita, ia menuturkan tokoh-tokoh
di luar, tidak terlibat dalam cerita. Pelaku utamanya (ia, dia,
mereka,kata ganti orang ketiga jamak, nama-nama lain)

D. Ciri-ciri Sastra Melayu Klasik


1. Bersifat onomatope/anonim, yaitu nama pengarang tidak dicantumkan
dalam karya sastra.
2. Merupakan milik bersama masyarakat.
3. Timbul karena adat dan kepercayaan masyarakat
4. Bersifat istana sentris, maksudnya ceritanya berkisar pada lingkungan
istana
5. Disebarkan secara lisan
6. Banyak bahasa klise, yaitu bahasa yang bentuknya tetap

E. Penggolongan sastra melayu klasik


Sastra Melayu Klasik tidak dapat digolongkan berdasarkan jangka
waktu tetentukerena hasil karyanya tidak memperlihatkan waktu. Semua karya
berupa milik bersama. Karena itu, penggolongan biasanya berdasarkan atas:
bentuk, isi, dan pengaruh asing. Adapun penggolongan Sastra Melayu Klasik
yaitu:
1. Melayu Klasik Asli
Seperti yang telah di sebutkan sebelumnya bahwa sastra melayu
klasik asli ini merupakan sastra yang berbentuk lisan atau sastra melayu
yang tercipta dari suatu ujaran dan ucapan.
2. Sastra melayu pengaruh jawa

8
Pengaruh jawa cukup mewarnai khazanah sastra melayu nusantara
baik yang tumbuh di tataran tanah Melayu Sumatera seperti sastra melayu
Deli, Aceh, Minang Palembang, dan sebagainya, maupun diluar sumatera
seperti Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, dan sebagainya.
Kondisi semacam ini berkaitan dengan kekuasaan pemerintahan kerajaan
yang jumlahnya cukup banyak di Tanah Jawa. Puncaknya, adalah
munculnya Kerajaan  Majapahit yang menguasai banyak kerajaan kecil di
berbagai tempat termasuk kerajaan-kerajaan yang muncul di kawasan
Malaysia, brunai, Filipina, singapura, dan sebagainya.
3. Sastra melayu India
Awal jaman prasejarah adalah sejak bumi Indonesia didiami dan
berakhir setelah Indonesia mengenal tulisan. Bila dilihat dari letak
Indonesia merupakan jembatan penghubung yang terletak di tengah-tengah
dua Negara besar yang merupakan sentral perekonomian Asia yaitu India
dan Cina. Hubungan India-Cina terjadi jauh sebelum abad V Masehi.
Bukti-bukti adanya India-Indonesia tidak begitu banyak. India sejak
sebelum tarikh masehi telah mengenal tulisan dan telah mengenal system
kerajaan, mestinya terdapat peninggalan sejarah yang merekam hubungan
India – Indonesia secara jelas. Namun ternyata tidak di temukan dengan
lengkap. Beberapa bukti mengenai hubungan India – Indonesia :
a. Kitab ataka, mengenai kelahiran sang Bhuda Sidharta Gautama, dalam
kitab tersebutdi sebut-sebut sebuah negeri yaitu Swarnabhumi =
Sumatera
b. Kitab Ramayana, menceritakan tentang kisah rama – Shinta
c. Argyre Chora = negeri perak
d. Chrysie Chora = negeri emas
e. Chrysie Chersonesos = semenanjung emas
f. Labadiou = pulau enjelai
4. Sastra melayu Arab persi
Pengaruh Budaya Arab – Persia dibidang Bahasa awalnya,
konversi Islam terjadi di semenanjung Malayu dan sekitarnya. Menyusul

9
konversi tersebut, penduduknya meneruskan penggunaan bahasa Melayu.
Melayu ini digunakan sebagai bahasa dagang dan banyak digunakan di
bagian barat kepulauan Indonesia. Sesuai dengan perkembangan awal
Arab – Persia, bahasa melayu pun telah memasukkan sejumlah kosakata
Arab ke dalam struktur bahasanya. Seiring dengan naiknya Islam sebagai
agama dominan di kepulauan nusantara, terjadi pula adaptasi bahasa yang
digunakan Islam. Ini diantaranya merasuk ke struktur penanggalan Saka
yang menjadi mainstream di kebudayaan India. Misalnya, nama-nama
bulan Islam kemudian disinkretisasi oleh Sultan Agung (Mataram Islam)
ke dalam system penanggalan Saka. Selain masalah pembagian bulan,
bahasa Arab pun merambah ke struktur kosakata. Sama dengan sejumlah
bahasa sanskerta yang akhirnya diakui selaku bagian dari bahasa Indonesia
.
F. Pembagian sastra melayu klasik berdasarkan bentuknya
a. Prosa lama
1) Dongeng
Dongeng adalah prosa cerita yang isinya hanya khayalan saja, hanya
ada dalam fantasi pengarang. Dongeng dibedakan menjadi:
 Fabel:
Dongeng tentang kehidupan binatang. Dongeng tentang
kehidupan binatang ini dimaksudkan agar menjadi teladan bagi
kehidupan manusia pada umumnya. (Menurut Dick hartoko dan B.
Rahmanto, yang dimaksud fabel adalah cerita singkat, sering dalam
bentuk sanjak, yang bersifat didaktis bertepatan dengan contoh
yang kongkret. Tumbuh-tumbuhan dan hewan ditampilkan sebagai
makhluk yang dapat berpikir, bereaksi, dan berbicara sebagai
manusia. Diakhiri dengan sebuah kesimpulan yang mengandung
ajaran moral).
 Farabel:  
Dongeng tentang binatang atau benda-benda lain yang
mengandung nilai pendidikan. Binatang atau benda tersebut

10
merupakan perumpamaan atau lambang saja. Peristiwa ceritanya
merupakan kiasan tentang pelajaran kesusilaan dan keagamaan.
 Legenda:
Dongeng yang dihubungkan dengan keajaiban alam,
terjadinya suatu tempat, dan setengah mengandung unsur sejarah.
 Mite
Dongeng yang berhubungan dengan cerita jin, peri, roh
halus, dewa, dan hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan
animisme.
 Sage:   
Dongeng yang mengandung unsur sejarah meskipun tidak
seluruhnya berdasarkan sejarah. (Menurut Dick Hartoko dan B.
Rahmanto, kata sage berasal dari kata jerman “was gesagt wird”
yang berarti apa yang diucapkan, cerita-cerita alisan yang intinya
historis, terjadi di suatu tempat tertentu dan pada zaman tertentu.
Ada yang menceritakan tentang roh-roh halus, mengenai ahli-ahli
sishir, mengenai setan-setan atau mengenai tokoh-tokoh historis.
Selalu ada ketegangan antara dunia manusia dan dunia gaib.
Manusia selalu kalah. Nada dasarnya tragis, lain daripada dongeng
yang biasanya optimis)
2) Hikayat
Kata hikayat berasal dari bahasa Arab yang artinya cerita.
Hikayat adalah cerita yang panjang yang sebagian isinya mungkin
terjadi sungguh-sungguh, tetapi di dalamnya banyak terdapat hal-hal
yang tidak masuk akal, penuh keajaiban. (Dick hartoko dan B.
Rahmanto memberikan definisi hikayat sebagai jenis prosa cerita
Melayu Lama yang mengisahkan kebesaran dan kepahlawanan orang-
orang ternama, para raja atau para orang suci di sekitar istana dengan
segala kesaktian, keanehan dan muzizat tokoh utamanya, kadang mirip
cerita sejarah atau berbentu riwayat hidup.
3) Tambo

11
Tambo adalah cerita sejarah, yaitu cerita tentang kejadian atau asal-
usul keturunan raja.
4) Wira carita (cerita kepahlawanan)
Wira carita adalah cerita yang pelaku utamanya adalah seorang
kesatria yang gagah berani, pandai berperang, dan selalu memperoleh
kemenangan.
b. Puisi lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu
antara lain :
 Jumlah kata dalam 1 baris
 Jumlah baris dalam 1 bait
 Persajakan (rima)
 Banyak suku kata tiap baris
 Irama
c. Jenis-jenis puisi lama
 Mantra
Mantra Mantra adalah puisi yang memiliki aspek ritual, diucapkan
pada kesempatan tertentu dengan cara-cara tertentu dan ditujukan pada
makhluk gaib. Mantra adalah merupakan puisi tua, keberadaannya
dalam masyarakat Melayu pada mulanya bukan sebagai karya sastra,
melainkan lebih banyak berkaitan dengan adat dan kepercayaan.
Mantra juga merupakan kata-kata yang mengandung hikmat dan
kekuatan gaib. Mantra sering diucapkan oleh dukun atau pawang,
namun ada juga seorang awam yang mengucapkannya.
Ciri-ciri mantra yaitu:
- Berirama akhir abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde.
- Bersifat lisan, sakti atau magis
- Adanya perulangan
- Metafora merupakan unsur penting
- Bersifat esoferik (bahasa khusus antara pembicara dan lawan
bicara) dan misterius

12
- Lebih bebas dibanding puisi rakyat lainnya dalam hal suku kata,
baris dan persajakan.
 Bidal
Bidal adalah pepatah atau peribahasa dalam sastra Melayu lama yang
kebanyakan berisi sindiran, peringatan, nasehat, dan sejenisnya bentuk
kalimat singkat dan memperhitungkan rima atau keindahanbunya.
Yang termasuk kategori bidal adalah sebagai berikut.
- Ungkapan, yaitu kiasan tentang keadaan atau kelakauan yang
dinyatakan dengan sepatah atau beberapa patah kata.
- Peribahasa , yaitu kalimat lengkap yang mengungkapkan keadaan
atau kelakuan seseorang dengan mengambil perbandingan dengan
alam sekitar.
- Tamsil, yaitu seperti perumpamaan tetapi dikuti bagian kalimat
yang menjelaskan.
- Ibarat, yaitu seperti perumpamaan dan tamsil tetapi diikuti bagian
yang menjelaskan yang berisi perbandingan dengan alam.
- Pepatah, yaitu kiasan tetap yang dinyatakan dalam kalimat selesai.
- Pemeo, yaitu ucapan yang terkenal dan diulang-ulang, berfungsi
sebagai semboyan atau pemacu semangat.
 Gurindam
Gurindam adalah puisi lama yang terdiri dari dua baris satu bait, kedua
lariknya merupakan kalimat majemuk yang selalu berhubungan
menurut hubungan sebab-akibat. Baris pertama berisikan semacam
soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawabannya
atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.
Gurindam berisi petuah atau nasehat. Gurindam muncul setelah timbul
pengaruh kebudayaan Hindu. Gurindam adalah puisi lama yang
berasal dari Tamil (India)
 Syair
Kata syair berasal dari bahasa Arab syu’ur yang artinya perasaan. Syair
timbul setelah terjadinya pengaruh kebudayaan islam. Puisi ini terdiri

13
dari empat baris sebait, berisi nasehat, dongeng, dan sebagian besar
berisi cerita. Syair sering hanya mengutamakan isi. Syair Syair adalah
puisi atau karangan dalam bentuk cerita yang mementingkan irama
sajak. Syair adalah puisi lama yang berasal dari Arab.
Ciri-ciri syair yaitu:
- terdiri dari empat baris
- tiap baris terdiri dari 4-5 kata (8-12 suku kata)
- persamaan bunyi atau sajak akhir sama dan sempurna
- tidak ada sampiran, keempatnya merupakan isi
- terdiri dari beberapa bait, tiap bait berhubungan
- biasanya berisi cerita atau berita.
 Karmina
Karmina adalah pantun dua seuntai (pantun kilat)yang terdiri dari dua
baris, baris pertama sebagai sampiran dan baris kedua sebagai isi.
Ciri-ciri karmina yaitu:
- Setiap bait merupakan bagian dari keseluruhan.
- Bersajak aa-aa, aa-bb
- Bersifat epik: mengisahkan seorang pahlawan.
- Tidak memiliki sampiran, hanya memiliki isi.
- Semua baris diawali huruf capital.
- Semua baris diakhiri koma, kecuali baris ke-4 diakhiri tanda titik.
- Mengandung dua hal yang bertentangan yaitu rayuan dan perintah.
 Seloka
Seloka merupakan bentuk puisi Melayu Klasik, berisikan pepetah
maupun perumpamaan yang mengandung senda gurau, sindiran
bahkan ejekan.
Ciri-ciri seloka yaitu:
- Ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau syair,
- Namun ada seloka yang ditulis lebih dari empat baris.
 Pantun

14
Pantun yaitu salah satu bentuk puisi lama Melayu yang di dalamnya
tersirat kehalusan budi dan ketajaman pikiran Pantun ialah puisi lama
yang terikat oleh syarat-syarat tertentu (jumlah baris, jumlah suku kata,
kata, persajakan, dan isi).
Ciri-ciri pantun yaitu:
- Pantun terdiri dari sejumlah baris yang selalu genap yang
merupakan satu kesatuan yang disebut bait/kuplet.
- Setiap baris terdiri dari empat kata yang dibentuk dari 8-12 suku
kata (umumnya 10 suku kata).
- Separoh bait pertama merupakan sampiran (persiapan memasuki isi
pantun), separoh bait berikutnya merupakan isi (yang mau
disampaikan).
- Persajakan antara sampiran dan isi selalu paralel (ab-ab atau abc-
abc atau abcd-abcd atau aa-aa)
- Beralun dua
Berdasarkan bentuk/jumlah baris tiap bait, pantun dibedakan menjadi:
- Pantun biasa, yaitu pantun yang terdiri dari empat baris tiap bait.
- Pantun kilat/karmina, yiatu pantun yang hanya tersusun atas dua
baris.
- Pantun berkait, yiatu pantun yang tersusun secara berangkai, saling
mengkait antara bait pertama dan bait berikutnya.
- Talibun, yaitu pantun yang terdiri lebih dari empat baris tetapi
selalu genap jumlahnya, separoh merupakan sampiran, dan separho
lainnya merupakan isi.
- Seloka, yaitu pantun yang terdiri dali empat baris sebait tetapi
persajakannya datar (aaaa).
Berdasarkan isinya, pantun dibedakan menjadi :
- Pantun anak-anak
o pantun bersuka cita
o pantun berduka cita
- Pantun muda

15
o pantun perkenalan
o pantun berkasih-kasihan
o pantun perceraian
o pantun beriba hati
o pantun dagang
- Pantun tua
o pantun nasehat
o pantun adat
o pantun agama
o Pantun jenaka
o Pantun teka-teki
 Puisi-puisi arab
Bentuk-bentuk puisi arab yaitu:
- Masnawi, yaitu puisi lama yang terdiri dari dua baris sebait
(sama dengan disthikon).  Skema persajakannya berpasangan
aa,bb,cc, … dan seterusnya) dan beiri puji-pujian untuk
pahlawan.
- Rubai, yaitu puisi lama yang terdiri dari empat baris sebait
(sama dengan kuatrin). Skema persajakannya adalah a-a-b-a
dan berisi tentang nasihat, puji-pujian atau kasih sayang.
- Kit’ah, yaitu puisi lama yang terdiri dari lima baris sebait (sama
dengan quin).
- Gazal, yaitu puisi lama yang terdiri dari delapan baris sebait
(sama dengan stanza atau oktaaf).
- Nazam, yaitu puisi lama yang terdiri dari duabelas baris sebait.
 Di samping yang sudah disebutkan di atas, ada beberapa bentuk
lain yang perlu dikenal walaupun sebenarnya tidak murni berasal
dari Sastra Melayu. Bentuk-bentuk tersebut adalah:
- Kaba adalah jenis prosa lirik dari sastra Minangkabau
tradisional yang dapat didendangkan. Biasanya orang lebih

16
tertarik pada cara penceritaan daripada isi ceritanya. Kaba
termasuk sastra lisan yang dikisahkan turun temurun.
Contohnya adalah cerita Sabai nan Aluih.
- Kakawin adalah sejenis puisi yang ditulis dalam bahasa Jawa
Kuno dan yang mempergunakan metrum dari India (Tambo).
Berkembang pada masa Kediri dan Majapahit. Penyairnya
disebut kawi. Contohnya Ramayana, Arjunawiwaha, dan
negarakertagama.
- Kidung merupakan jenis puisi Jawa Pertengahan yang
mempergunakan persajakan asli Jawa
- Parwa adalah jenis prosa yang diadaptasi dari bagian-bagian
epos dalam bahasa sanskerta dan menunjukkan
ketergantungannya dengan kutipan-kutipan dari karya asli
dalam Bahasa Sanskerta. Kutipan-kutipan tersebut tersebar di
seluruh teks parwa yang biasanya berbahasa Jawa Kuno.
- Cerita pelipur lara merupakan ejenis sastra rakyat yang pada
mulanya berbentuk sastra lisan. Cerita jenis ini bersifat
perintang waktu dan menghibur belaka. Kebanyakan
menceritakan tentang kegagahan dan kehebatan seorang ksatria
tampan yang harus menempuh seribu satu masalah dalam
usahanya merebut putri cantik jelita yang akan dipersunting.
(Hampir sama dengan hikayat).

17
BAB III

PENUTUP
A.    Kesimpulan
Sastra adalah Suatu hasil karya baru dapat dikatakan memiliki nilai
sasatra bila di dalamnya terdapat kesepadanan antara bentuk dan isinya.
Bentuk bahasanya baik dan indah, dan susunannya beserta isinya dapat
menimbulkan perasaan haru dan kagum di hati pembacanya.
Bentuk dan isi sastra harus saling mengisi, yaitu dapat menimbulkan
kesan yang mendalam di hati para pembacanya sebagai prwujudan nilai-nilai
karya seni. Apabila isi tulisan cukup baik tetapi cara pengungkapan bahasanya
buruk, karya tersebut tidak dapat disebut sebagai cipta sastra, begitu juga
sebaliknya.
Sastra lama yaitu sastra yang hidup dan berkembang pada masa
melayu, disebut sastra melayu klasik karena pada saat itu belum mengenal
tulisan dan masih berupa lisan.
\
B.     Saran
Setelah mengetahui dan memahami begitu banyak tentang sastra
melayu klasik, hendaknya kita mempergunakan pengetahuan itu dengan baik
bukan malah kita sia-siakan penegetahuan yang begitu berharga ini.
Materi tentang Sastra Melayu Klasik kiranya dapat ditingkatkan atau
digalakkan di sekolah-sekolah sehingga pemahaman tentang Sastra Melayu
Klasik dalam kalangan pelajar menjadi lebih baik.

18
DAFTAR PUSTAKA

Foulcher, Keith, Sastra Indonesia Modern Kritik Postkolonial, (Jakarta: Obor


Indonesia, 2008)
Kusmayadi, Ismail, Think Smart Bahasa Indonesia, (Bandung: Grafindo Media,
2006)
Kosasih, Engkos, Cerdas Berbahasa Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2006)
Nurcholis, Hanif, Saya Senang Berbahasa Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2006)
Untoro, Joko, Buku Pintar Pelajaran, (Jakarta: Wahyu Media, 2010)
Winarsih, Sumi, Siap Menghadapi Ujian Nasional SMA/MA 2009, (Jakarta:
Grasindo, 2009)
http://melayuonline.com
http://inspirasi-wahanapendidikan.blogspot.com/2011/11/sastra-melayu-klasik-
sastra-indonesia.html
http://rifaljohnnyjuhary.blogspot.com/2013/03/pengertian-karya-sastra-melayu-
http://melayuonline.com
http://agepe-lesson.blogspot.com
http://Kompas.blogspot.com
http://topengtopeng.blogspot.com
MAKALAH

KARAKTERISTIK DAN UNSUR INTRINSIK


KARYA SASTRA MELAYU KLASIK

Disusun Oleh:

Nama : Fidelis Apriana Saputri Samagat


Kelas :XA
Pelajaran : Bahasa Indonesia

SMA MANIAMAS NGABANG


TAHUN PELJARAN
2015 / 2016

Anda mungkin juga menyukai