Anda di halaman 1dari 15

 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha atas kasih dan
berkatnya sehingga penulis dapat merampungkan makalah yang berjudul
“Karaktersitik dan Unsur Intrinsik Karya Sastra Melayu Klasik” sebagai salah
satu syarat dalam memenuhi tugas Bahasa Indonesiaa.
Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada bapak/ibu guru
Bahasa Indonesia yang telah membimbing penulis dalam penyusunan makalah ini,
begitu juga dengan teman-teman yang turut mendukung dalam proses penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari bahawa makalah ini tidak sempurna seperti yang
diharapkan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
bapak/ibu guru Maniamas Ngabang dan teman –teman pembaca sekalian.

Akhir kata kiranya makalah ini dapat bermanfaat baik diklangan internal
Sekolah Manaimas maupun diluar sekolah, semoga Tuhan memberkati kita
semua, Amin.

Ngabang, 13 Mei 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ..................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 3
A. Pengertian Sastra Melayu Klasik dan Karya Sastra
Melayu Klasik ......................................................................... 3
B. Sejarah Sastra Melayu Klasik ................................................. 3
C. Sifat-Sifat Sastra Melayu Klasik ............................................. 6
D. Unsur-Unsur Intrinsik Dalam Sastra Melayu Klasik .............. 7
E. Karakteristik atau Ciri-Ciri Sastra Melayu Klasik .................. 7
F. Nilai-Nilai Sastra Melayu Klasik ............................................ 8
G. Jenis-Jensi Sastra Melayu Klasik ............................................ 6
BAB III PENUTUP .................................................................................... 11
A. Kesimpulan ............................................................................. 11
B. Saran ....................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hampir semua ahli sepakat bahwa Sastra Indonesia Lama tidak
diketahui kapan munculnya. Yang dapat dikatakan adalah bahwa Sastra
Indonesia Lama muncul bersamaan dengan dimulainya peradaban bangsa
Indonesia, sementara kapan bangsa Indonesia itu ada juga masih menjadi
perdebatan. Yang tidak disepakati oleh para ahli adalah kapan sejarah sastra
Indonesia memasuki masa baru. Ada yang berpendapat bahwa Sastra
Indonesia Lama berakhir pada masa kebangkitan nasional (1908), masa Balai
Pustaka (1920),  masa munculnya Bahasa Indonesia (1928), ada pula yang
berpendapat bahwa Sastra Indonesia Lama berakhir pada masa Abdullah bin
Abdulkadir Munsyi (1800-an).
Alhasil, ada dua versi besar periodisasi sastra Indonesia. Versi
pertama adalah bahwa sejarah sastra Indonesia dikelompokkan menjadi tiga
kelompok besar yaitu 1) Sastra Indonesia Lama, 2) Sastra Indonesia Baru, dan
3) Sastra Indonesia Modern. Sedangkan versi kedua membagi sejarah sastra
Indonesia menjadi empat kelompok besar, yaitu 1) Sastra Indonesia Lama, 2)
Sastra Indonesia Peralihan, 3) Sastra Indonesia baru, dan 4) Sastra Indonesia
Modern.
Sastra Indonesia Lama yang dikenal dengan Sastra Melayu Klasik
adalah masa sastra mulai pada masa pra-sejarah (sebelum suatu bangsa
mengenal tulisan) dan berakhir pada masa Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. 
Ada juga yang mengatakan bahwa sastra Indonesia lama berakhir pada masa
balai Pustaka. Sastra Indonesia Lama tidak dapat digolong-golongkan
berdasarkan jangka waktu tertentu (seperti halnya Sastra Indonesia baru)
karena hasil-hasil dari sastra masa ini tidak mencantumkan waktu dan nama
pengarangnya.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dapatlah disimpulkan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian Sastra Melayu Klasik dan Karya Sastra Melayu Klasik?
2. Apaka sejarah Sastra Melayu Klasik
3. Apakah sifat-sifat Sastra Melayu Klasik ?
4. Apakah unsur-unsur intrinsik dalam Sastra Melayu Klasik?
5. Apakah karakteristik atau ciri-ciri Sastra Melayu Klasik?
6. Apakah Nilai-Nilai Sastra Melayu Klasik ?
7. Apakah Jenis-Jensi Sastra Melayu Klasik

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan msalah tujuan penulisan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian Sastra Melayu Klasik dan karya Sastra
Melau Klasik.
2. Untuk mengetahui Sejarah Sastra Melayu Klasik
3. Untuk mengetahui sifat-sifat Sastra Melayu Klasik.
4. Untuk mengetahui unsur-unsur intrinsic dalam Sastra Melayu Klasik.
5. Untuk mengetahui karakteristik atau ciri-ciri Sastra Melayu Klasik
6. Untuk mengetahui nilai-nilai Sastra Melayu Klasik
7. Untuk mengetahui jenis-jenis Sasstra Melayu Klasik
8. Sebagail salatu satu syarat untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa
Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sastra Melayu Klasik dan Karya Sastra Melayu Klasik


Pengertian Sastra Melayu Klasik adalah sastra lama yang lahir pada
masyarakat lama atau tradisional yakni suatu masyarakat yang masih
sederhana dan terikat oleh adat istiadat, sedangkan Karya sastra melayu klasik
adalah karya-karya yang tersiar pada periode sastra tradisional atau sastra
lama. Dalam karya sastra disebutkan bahwa sastra lama berkembang sebelum
periode 20-an.
Pada awalnya bentuk sastra merupakan cerita rakyat yang
disampaikan secara lisan dari mulut ke mulut dan turun temurun. Menurut A.
Ikram, dalam bukunya Filologi Nusantara (Jakarta: Pustaka Jaya 1991, hal.
220)
Sekarang cerita rakyat ditulis dan diterbitkan menjadi buku, seperti
halnya cerpen atau novel.

B. Sejarah Sastra Melayu KLasik


Hampir semua ahli sepakat bahwa Sastra Indonesia Lama tidak
diketahui kapan munculnya. Yang dapat dikatakan adalah bahwa Sastra
Indonesia Lama muncul bersamaan dengan dimulainya peradaban bangsa
Indonesia, sementara kapan bangsa Indonesia itu ada juga masih menjadi
perdebatan. Yang tidak disepakati oleh para ahli adalah kapan sejarah sastra
Indonesia memasuki masa baru. Ada yang berpendapat bahwa Sastra
Indonesia Lama berakhir pada masa kebangkitan nasional (1908), masa Balai
Pustaka (1920),  masa munculnya Bahasa Indonesia (1928), ada pula yang
berpendapat bahwa Sastra Indonesia Lama berakhir pada masa Abdullah bin
Abdulkadir Munsyi (1800-an).
Alhasil, ada dua versi besar periodisasi sastra Indonesia. Versi
pertama adalah bahwa sejarah sastra Indonesia dikelompokkan menjadi tiga

3
kelompok besar yaitu 1) Sastra Indonesia Lama, 2) Sastra Indonesia Baru, dan
3) Sastra Indonesia Modern. Sedangkan versi kedua membagi sejarah sastra
Indonesia menjadi empat kelompok besar, yaitu 1) Sastra Indonesia Lama, 2)
Sastra Indonesia Peralihan, 3) Sastra Indonesia baru, dan 4) Sastra Indonesia
Modern.
Sastra Indonesia Lama adalah masa sastra mulai pada masa pra-
sejarah (sebelum suatu bangsa mengenal tulisan) dan berakhir pada masa
Abdullah bin Abdulkadir Munsyi.  Ada juga yang mengatakan bahwa sastra
Indonesia lama berakhir pada masa balai Pustaka. Sastra Indonesia Lama tidak
dapat digolong-golongkan berdasarkan jangka waktu tertentu (seperti halnya
Sastra Indonesia baru) karena hasil-hasil dari sastra masa ini tidak
mencantumkan waktu dan nama pengarangnya.
Beberapa pembagian Sastra Indonesia Lama adalah sebagai berikut

1. Berdasarkan bentuknya, sastra Indonesia Lama dibagi menjadi dua, yaitu


prosa lama dan puisi lama
2. berdasarkan isinya, Sastra Indonesia Lama dibedakan menjadi tiga, yaitu
Sastra Sejarah, Sastra Undang-undang, dan Sastra Petunjuk bagi Raja dan
Penguasa
3. Berdasarkan pengaruh asing, Sastra Indonesia Lama dibedakan menjadi
dua, yaitu Sastra Indonesia Asli, Sastra Indonesia Lama Pengaruh Islam,
dan Sastra Indonesia Lama Pengaruh Hindu

Menurut Hollander, bahasa Melayu masuk ke Sumatra dan


sekitarnya pada pertengahan abad ke-14, dibawa oleh orang Jawa Hindu. Oleh
karena itulah, bahasa Melayu juga disebut bahasa Jawi, bentuk derivat kata
Jawa untuk menunjuk berbagai hal yang menyangkut Nusantara, termasuk
orang Melayu. Hollander membagi sastra Melayu menjadi dua periode, yaitu:
a) Periode pertama, sebagai periode sastra Melayu kuno mulai pada
pertengahan abad ke-14 hingga kedatangan bangsa Barat(akhir abad ke-
16)

4
b) Periode kedua, akhir abad ke-16 hingga sekarang (Hollander, 1984: 228-
229) Braginsky (1993:29) membatasi perkembangan sastra Melayu kuno
mulai paro kedua abad ke-16 hingga paro pertama abad ke-19.
Kebudayaan Melayu, sebagaimana kebudayaan Jawa, memperoleh
pengaruh yang sangat kuat dari India kira-kira semenjak abad ke-5 M hingga
abad ke-14 M. Namun pencapaian keduanya cenderung berbeda. Kebudayaan
Jawa telah menorehkan prestasi menonjol dalam bidang seni ukir seperti
candi, patung dan relief, sedangkan pencapaian terbesar kebudayaan Melayu
terletak di bidang kesusasteraan.
Ketika orang Melayu mulai mengenal agama Hindu dan Buddha yang
berasal dari India, mereka turut mengadopsi bahasa dan aksara yang
digunakan di dalam dua agama tersebut. Lantas mereka mengintegrasikannya
dengan bahasa asli, dan mulai menciptakan karya-karya tertulis berdasarkan
kaidah-kaidah yang terserap. Tujuan mulanya, tentu agar perasaan dan pikiran
mereka yang tercurahkan dalam karya bahasa, memiliki kemungkinan lebih
besar untuk kekal.
Namun,keberadaan aksara, alat tulis serta kemahiran menulis saja
tidak cukup. Karya-karya sastra tertulis yang muncul pada masa integrasi
Melayu dengan Hindu-Buddha sangat sukar ditemukan, karena hampir tidak
ada satu pun yan selamat, kecuali karya-karya yang dituliskan pada material
yang tidak rentan dengan perubahan cuaca, seperti pada prasasti atau nisan.
Bahkan menurut penulis, belum diketemukan karya sastra Melayu pada kedua
artefak itu.
Jadi, melenyapnya karya-karya sastra dari masa yang cukup jauh ini,
sanggup dikorelasikan dengan hakikat sastra: baik dalam bentuk maupun
isinya, pasti mengandung nilai-nilai tertentu yang dianut, diyakini dan
diamalkan oleh masyarakat atau anggota masyarakat yang menciptakannya.
Karya-karya sastra pada masa pengaruh India tentu mengandung nilai-nilai
keagamaan dan norma-norma fundamental Hindu-Buddha yang sangat lekat,
sehingga ketika pengaruh Islam muncul, nilai-nilai tersebut musti disisihkan
dan digantikan oleh nilai-nilai Islam. Meski, Api Sejarah milik Ahmad

5
Mansur Suryanegara, sedikit kontroversial dengan data historik yang umum
ditemukan, mengatakan bahwa Islam sudah memasuki Indonesia jauh sebelum
Hindu-Buddha.
Harus ditekankan pula bahwa agama Hindu-Buddha memmpunyai
watak elitis, yakni pendalaman pengetahuan tentang kedua agama tersebut
hanya mampu dilakukan oleh kalangan tertentu, misalnya kelas brahmana atau
bhiksu (Marwati Djoened Pusponegoro & Nugroho Notosusanto, Sejarah
Nasional Indonesia, Balai Pustaka Pendidikan dan Kebudayaan). Karakter
elitis ini membuat Islam yang tidak membedakan kasta (egaliter, pen.)
memberikan kesempatan bagi siapa saja yang ingin mendalaminya dan dapat
diterima, juga tersebar luas di kalangan orang Melayu. Dengan karakter
egaliter pula, aksara jawi yang diperkenalakan oleh kebudayaan Islam/Arab-
Persia, mendapatkan dukungan penuh ketika mendesak karya-karya dan
aksara sebelumnya yang masih mengandung bentuk maupun nilai-nilai budaya
yang elitis.

C. Sifat-Sifat Sastra Melayu Klasik


Sifat-sifat Sastra Melayu Klasik adalah sebagai berikut:
1. Komunal, milik bersama
2. Anonim, umumnya tidak diketahui pengarangnya
3. Kurang dinamis, perubahannya sangat lamban jika dilihat dari sudut
pandang masyarakat sekarang.
4. Kurang rasional, kejadian-kejadian yang digambarkan tidak masuk akal.
5. Istana Sentris, isi ceritanya berkisar pada kehidupan keluarga lingkungan
istana.
6. Didaktis, memberikan pendidikan kepada pembaca baik secara moral
maupun religius.
7. Simbolis, cerita yang disajikan dalam bentuk perlambang.
8. Tradisional, mempertahankan kebiasaan atau adat istiadat
9. Klasik imitatif, kebiasaan tiru-meniru yang turun-menurun.
10. Universal, dapat berlaku dimana saja, kapan saja, siapa saja.

6
D. Unsur-unsur Intrinsik Dalam Sastra Melayu Klasik
Sastra Kelasik Melayu memiliki unsur-unsur intrinsik yaitu:
1. Tema
2. Alur
3. Latar
4. Penokohan/Perwatakan
5. Amanat

E. Karakteristik atau ciri-ciri Sastra Klasik Melayu


Karya sastra (Melayu) klasik adalah jenis sastra yang berkembang pada masa
masyarakat Melayu tradisional. Secara umum, bentuk karya sastra Melayu
lama memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1. Nama penciptanya tidak di ketahui (anonim). Karena itu, karya sastra lama
merupakan milik masyarakat itu sendiri.
2. Bersifat pralogis, mempunyai logika tersendiri yang tidak sesuai dengan
logika umum.
3. Berkembang secara statis (diam/tidak bergerak)
Dalam bentuk prosa, misalnya selalu menggunakan kata-kata klise ( kata
yg sering digunakan sehingga kehilangan keaslian maknanya) , menurut
empunya cerita, konon dn sejenisnya, di samping itu, sastra Melayu klasik
di penuhi pula dengan berbagai ungkapan,peribahasa, dan aneka jenis
majas.
Yang dikisahkan berupa kehidupan istana (istanasentris), raja-raja, dewa-
dewa, para pahlawan, atau tokoh-tokoh mulia lainnya.
Disampaikan secaral lisan, dari mulut ke mulut. Karenanya,  tidak
mengherankan apabila cerita klasik memiliki banyak versi. Setiap orang
yang menyampaikan cerita itu dengan berbagai penambahan dan
perubahan di sana sini sesuai dengan pemahaman orang yang
bersangkutan terhadap cerita itu.

7
Karya sastra Melayu klasik terikat oleh aturan-aturan yang sifatnya
konvensional. Hal ini dapat kita lihat pada puisi. Puisi-puisi klasik, seperti
pantun dan syair, terikat oleh aturan suku kata, aturan bunyi, dan jumlah
baris. Demikian pula pada karya-karya prosanya. Ragam bahasa  yang
digunakan dalam karya sastra Melayu klasik belum banyak dipengaruhi
bahasa asing (eropa). Bahasa Melayu merupakan media pengantar yang
paling dominan.

F. Nilai dalam Satra Melayu Klasik


Nilai adalah sesuatu sifat atau hal penting dan berguna bagi
kemanusiaan. Nilai dapat berupa konsep, prinsip, cara berfikir, prilaku, dan
sikap seseorang.
Kandungan nilai dalam karya tidak hanya mengungkapkan keindahan
saja, tetapi memiliki juga titik identifikasi dengan pengarang dan lingkungan.
Seseorang pengarang berupaya menyampaikan tanggapan, gagasan perasaan,
pengalaman dan pandangan-pandangan terhadap kehidupan masyarakat
sekitarnya. Dengan demikian muncullah hal-hal yang menyita perhatian
direnungkan, dipahami, dilaksanakan, bahkan disebarluaskan, dan
dipertahankan keberadaannya. Itulah nilai-nilai luhur kehidupan. Misalnya
nilai moral yang berhubungan kemanusian, kerukunan, kebersamaan dan
keselarasan, kepercayaan, kebutuhan, dan lain-lain. Nilai-nilai luhur inilah
yang berjasa mendidik, membina dan mendewasakan pembaca.

G. Jenis-Jenis Sastra Melayu Klasik


1. Berbentuk puisi
Karya sastra klasik yang berbentuk puisi dikenal dengan puisi lama. Puisi
lama yang berbentuk lisan ialah mantra, bidal, pantun, pantun kilat,
pantun berkait, dan talibun. Setelah kedatangan agama Hindu, kita kenal
bentuk puisi seloka gurindam dan syair,

8
2. Berbentuk Prosa
Seperti halnya prosa dalam sastra modern, prosa dalam karya sastra klasik
juga mempunyai unsur-unsur tokoh, penokohan, alur, latar, setting,
amanat, dan teman.
Karya sastra klasik yang berbentuk prosa terdiri dari cerita, cerita binatang,
sejarah, mite, dan legenda.
Jenis prosa lama:
a) Dongeng
Dongeng adalah cerita-cerita zaman purba yang berbentuk prosa yaitu
tentang cerita khayal dan penuh keajaiban. Dongeng ini disampaikan
dari mulut kemulut.
Jika kita perhatikan di Indonesia dongeng terbagi atas beberapa
macam, yaitu:
1) Mite
Mite berasal dari bahasa Yunani, mythos yaitu tentang kehidupan
makhluk halus atau hantu seperti jin, kuntilanak, dan dewi-dewi.
Misalnya: Si Kelambai, dan Setan Penanggalan
2) Fabel atau Dongeng Binatang
Fabel ialah dongeng yang menceritakan binatang yang hidup
sebagai manusia berbuat dan berbicara seperti binatang.
Pada umumnya fabel mempunyai tendens didaktis. Fabel
ini sangat terkenal di Indonesia. Di tiap-tiap daerah mempunyai
pelaku-pelaku binatang yang berlainan.
Di Jawa dan di Melayu dipusatkan pada planduk (kancil), di Sunda
pada kura-kura, di Toraja pada kera hantu.
Contoh: Hikayat Sang Kancil
3) Legenda
Legenada ialah dongeng yang berisikan tentang cerita terjadinya
nama-nama tempat, gunung, sungai, danau, dan sebagainya.
Misalnya: Danau Gunung Tangkuban Perahu, Terjadinya Danau
Toba, Terjadinya Danau Maninjau.

9
4) Dongeng Jenaka atau Dongeng Orang Bodoh
Dongeng ini sengaja menceritakan kebodohan seseorang. Apa yang
dilakukannya serba salah, sehingga menimbulkan humor atau
kejenakaan.
Misalnya:
 Dalam bahasa Melayu      : Pak Pandir, labai Malang.
 Dalam bahasa Jawa          : Joko Pandir, Lebai Malang
 Dalam bahasa Batak         : Ni Pandir.
 Dalam bahasa Sunda        : Si kabayan.
5) Sage
Sage ialah dongeng yang mengandung unsur sejarah. Misalnya:
Hang tuah Joko Tingkir.
6) Hikayat
Kata hikayat berasal dari bahasa Arab, yang berarti cerita. Hikayat
ini mirip dengan dongeng, penuh khayal, isinya tentang kehidupan
sekitar istana, oleh karena itu dapat disebut dongeng istana.
Pelaku utama dalam hikayat adalah raja, permaisuri, putra raja
yang gagah berani, serta putrinya yang canti jelita.
Hikayat Melayu:   Hikayat hang Tuah, Hikayat Si Miskin.
3. Sejarah atau Silsilah.
Penulis sejarah dalam sastra lama ialah pegawai istana, yang berisikan
tentang asal usul raja dan kejadian-kejadian penting, adat istiadat.
Contoh:
 Sejarah melayu – konon dikarang oleh Tun Sri Lanang.
 Hikayat Raja – Raja Pasai.
 Silsilah Bugis.
 Sejarah Danau Maninjau.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sastra Melayu Klasik bermula pada abad ke-16 Masehi. Semenjak itu
sampai sekarang gaya bahasanya tidak banyak berubah.

Karya sastra Melayu klasik terikat oleh aturan-aturan yang sifatnya


konvensional. Hal ini dapat kita lihat pada puisi. Puisi-puisi klasik, seperti
pantun dan syair, terikat oleh aturan suku kata, aturan bunyi, dan jumlah baris.
Demikian pula pada karya-karya prosanya. Ragam bahasa  yang digunakan
dalam karya sastra Melayu klasik belum banyak dipengaruhi bahasa asing
(eropa). Bahasa Melayu merupakan media pengantar yang paling dominan.

Karya sastra melayu klasik adalah karya-karya yang tersiar pada


periode sastra tradisional atau sastra lama. Dalam karya sastra disebutkan
bahwa sastra lama berkembang sebelum periode 20-an.

Pada awalnya bentuk sastra merupakan cerita rakyat yang


disampaikan secara lisan dari mulut ke mulut dan turun temurun. Menurut A.
Ikram, dalam bukunya Filologi Nusantara (Jakarta: Pustaka Jaya 1991, hal.
220)

B. Saran
Sastra Melayu Klasik kiranya dapat dilestarikan dalam kalangan
masyarakat khususnya di kalangan sekolah, baik SMP, SMA maupun
dikalangalan mahasiswa, agar Sastra Melayu Klasik Indonesia dapat terus
dilestarikan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Cerita Jenaka Pak Belalang, humanities, http://id.shvoong.com/humanities/theory-


criticism/2328277-cerita-jenaka-pak-belalang-prosa.blogspot.com. 19
April 2015
Dipodjojo, Asdi S. 1986. Kesusasteraan Indonesia Lama pada Zaman Pengaruh
Islam.Yogyakarta : Percetakan Lukman.
https://kelasmayaku.wordpress.com/2012/02/02/sastra-melayu-klasik/
http://adillahblog.blogspot.co.id/2013/09/macam-macam astra melayu-klasik.html
http://www.jendelasastra.com/wawasan/artikel/sastra-melayu-klasik
http://eci-muachpinky.blogspot.co.id/2012/10/sastra-melayu-klasik.html
MAKALAH

KARAKTERISITIK DAN UNSUR-UNSUR INTRINSIK

KARYA SASTRA MELAYU KLASIK

Disusun Oleh:

Nama : Anthoni

Kelas : X-A

Pelajaran : Bahasa Indonesia

SMA MANIAMAS NGABANG

TAHUN PELAJARAN

2015 / 2016

Anda mungkin juga menyukai