Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Kesusasteraan Melayu Klasik dan Serta Massa Peralihan

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

NAMA : ZULFA ASROFI (2021058)

RIYAN KESUMA JAYA (2021043)

SHALSA MEISARASATY (2021038)

HAFIFA FITRIANA (2021015)

DOSEN PENGAMPU : JUWATI, M.Pd.

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU 2021


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, atas rahmat dan karunia Allah SWT, kami dapat menyelesaikan
makalah “Kesusasteraan Melayu Klasik dan Serta Massa Peralihan”. Shalawat dan
salam semoga tetap senantiasa dilimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW
beserta seluruh keluarga dan sahabatnya.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengampu
guna mempelajari Sejarah Sastra Indonesia. Dalam menyelesaikan makalah ini kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami.

Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak


kekurangan dan kesalahan, hal itu disebabkan karena keterbatasan kami, baik dalam
pemahaman, maupun referensi yang dijadikan rujukan penyusunan makalah. Maka dari
itu diharapkan kepada semua pihak agar memberikan kritik dan saran yang konstruktif
terhadap makalah ini, untuk perbaikan makalah di masa mendatang. Mudah-mudahan
penyusunan makalah ini mendapat ridha Allah SWT. Serta kita semua dapat mengambil
manfaat keilmuan yang terdapat di dalamnya. Amin.

Lubuklinggau,  Oktober 2021

Penulis.
DAFTAR ISI

Kata Pengatar ........................................................................................................i


Daftar Isi ...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah .....................................................................................1
1.3. Tujuan .......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Kesusasteraan Massa Peralihan ................................................................2
2.2. Sastrawan Massa Peralihan Dan Karyanya ..............................................3
2.3. Pengertian Karya Sastra Melayu Klasik `.................................................5
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ...............................................................................................9
3.2. Saran .........................................................................................................9
Daftar Pustaka ......................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
 
1.1. Latar Belakang Masalah
Di dalam sastra terdapat berbagai pengetahuan yang tersimpan di dalamnya.
Sastra juga memiliki pengaruh yang luar biasa terhadap kehidupan. Mempelajari sastra
akan sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan kita khususnya mengenai
kesusasteraan di Indonesia. Sejarah sastra adalah sebuah cabang ilmu ilmu bahasa yang
mempelajari tentang seluk beluk sastra (asal mula dan kejadian) sastra sejak zaman
dahulu. Dengan kata lain sejarah sastra membahas mengenai perkembangan sastra itu
sendiri sejak zaman dahulu hingga sekarang dan pengaruh – pengaruh apa saja yang
timbul di dalamya.
Dalam makalah ini akan membahas mengenai sastra zaman peralihan. Sastra
zaman peralihan adalah sastra yang lahir dari pertemuan sastra yang berunsur Hindu
dengan sastra yang berunsur Islam di dalamnya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kesusasteraan massa peralihan?
2. Karya siapa saja yang ada di massa peralihan?
3. Apa yang dimaksud bentuk sastra melayu klasik?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui kesusasteraan massa peralihan.
2. Untuk mengetahui tokoh beserta karya sastra pada massa peralihan.
3. Untuk mengetahui bentuk sastra melayu klasik.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kesusasteraan Massa Peralihan


1. Pengertian Kesusasteraan Massa Peralihan
Sastra zaman peralihan adalah sastra yang lahir dari pertemuan sastra yang berunsur
Hindu dengan sastra yang berunsur Islam di dalamnya. Sebelum masuk ke sastra
Indonesia/setelah zaman Melayu dan Islam sejarah sastra Indonesia mengalami suatu
zaman peralihan ini dikenal juga sebagai zaman Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi.
Inti dari setiap cerita Melayu adalah suatu cerita rakyat atau kelompok cerita rakyat
yang dipengaruhi India yang dimanipulasi baik dalam kesatuan tempat, waktu, maupun
kebenaran sejarah (Winstedt, 1969:70). Setelah itu, sastra Melayu dipengaruhi cerita
Jawa dan Islam. Dari sastra terpengaruh Hindu ke sastra Islam ditemukan cerira-cerita
transisi.
Yang dimaksud sastra peralihan (transisi) ialah karya sastra yang di dalamnya
tergambar peralihan dari pengaruh Hindu ke pengaruh Islam. Di dalam sastra peralihan,
terdapat cerita-cerita dengan motif Hindu, tetapi unsur-unsur Islam juga dimunculkan.
Istilah sastra zaman peralihan muncul berdasarkan asumsi bahwa sebelum Islam masuk
ke Melayu, pengaruh India (khususnya agama Hindu dan Buddha) sudah begitu dalam
mempengaruhi pikiran orang-orang Melayu.
2. Ciri-ciri kesusasteraan zaman peralihan
Ciri-ciri zaman peralihan yaitu :
1. Hikayat masa peralihan mempunyai motif-motif cerita India. Motif-motif
tersebut adalah sebagai berikut.
 Tokoh Peristiwa
Tokoh-tokoh peristiwa biasanya seorang dewi, bidadari, yang turun ke dunia untuk
menjadi anak raja.
Kelahiran tokoh Tokoh utama biasanya lahir secara ajaib, disertai gejala alam luar biasa,
lahir bersama senjata sakti. Tuah Anak raja biasanya membawa tuah yang menjadikan
negeri makmur, aman sentausa. Petualangan setelah mengalami masa damai bersama
orang tuanya, tokoh utama biasanya melakukan petualangan yang luar biasa dan
memperoleh hikmat-hikmat yang luar biasa pula. Akhir cerita Cerita diakhiri dengan
tokoh utama yang berbahagia bersama istri-istrinya.
2. Muncul unsur-unsur Islam.
Dalam hikayat peralihan, unsur-unsur Islam dimunculkan.Unsur-unsur tersebut
adalah sebagai berikut:
 Penyebutan nama Tuhan mula-mula disebut dengan nama Hindu seperti dewata
Mulia Raya lalu menjadi nama Islam seperti Raja Syah Alam atau Allah Subhana wa
Ta’ala.
 Penggantian judul
Dalam hal judul, sastra peralihan sering memiliki dua judul, yakni judul yang
terpengaruh Hindu dan judul yang terpengaruh Islam. Contoh hikayat yang memiliki
dua judul tersebut antara lain:
1.      Hikayat Marakarma Hikayat Si Miskin
2.      Hikayat Indrajaya/ Hikayat Bikramajaya Hikayat Syah Mardan
3.      Hikayat Serangga Bayu Hikayat Ahmad Muhammad
 Dimunculkan percakapan mengenai agama Islam oleh tokoh tertentu.
Misalnya:
1) Inderajaya bertanya jawab tentang agama Islam dengan istrinya,
2) Lukman Hakim muncul menerangkan perbedaan antara sembahyang dan
salat, arti syariat, tarikat, hakikat, dan makrifat.
3. Ceritanya masih ada unsur masa lampau tapi sudah ditulis siapa nama
pengarangnya,
berbeda dengan karya sastra sebelumnya yang belum dicantumkan nama pengarangnya.

2.2. Sastrawan Massa Peralihan Dan Karyanya


Beberapa sastrawan beserta karya-karyanya pada masa sastra peralihan :
A. Abdullah bin Abdulkadir Munsyi
Karya-karyanya antara lain :
a. Hikayat Abdullah ( Ulasannya akan dibahas lebih lanjut pada subbab
selanjutnya )
b. Sejarah Melayu
Buku ini diterbitkannya pada tahun 1831 berdasarkan naskah Sejarah
Melayu susunan Tun Muhammad/Tun Seri Lanang tahun 1612.
c. Hikayat Panja Tanderan
Hikayat Panja Tanderan, atau kadangkala dieja sebagai Hikayat
Panca Tanderan, adalah sebuah hikayat dalam bahasa Melayu
yang disadur oleh Abdullah bin Abdulkadir Munsyi dari Pancatantra yang
berbahasa Hindu dengan bantuan dari sahabatnya yang berkebangsaan
India bernama Tambi Matu Virabattar
d. Syair Singapura dimakan Api
Singapura dimakan api adalah syair karangan Abdullah bin Abdulkadir
Munsyi. Pertama kali syair ini diterbitkan sekaligus dalam
Latin dan Jawi tahun 1843, sedangkan edisi cetakan batu diterbitkan
tahun 1849. Dalam syair ini Abdullah menceritakan kebakaran dahsyat
yang melanda Singapura pada tahun 1830. Dalam syair ini Abdullah
melaporkan peristiwa kebakaran ini dengan cukup terperinci. Karena
menceritakan peristiwa aktual melalui syair ini, Abdullah juga disebut
sebagai wartawan Melayu pertama
e. Kisah pelayaran Abdullah dari Singapura ke Kelantan
Kisah Pelayaran Abdullah dari Singapura ke Kelantan ialah sebuah
karya sastra Melayu oleh Abdullah Abdul Kadir Munshi, yang pertama
kali diterbitkan pada tahun 1838 di Singapura, dan dianggap sebagai teks
sastra Melayu pertama yang diterbitkan secara komersil. Karya ini
menceritakan pelayaran Abdullah dari Singapura ke Kelantan dengan
temannya, Grandpre dan Baba Ko An untuk menyerahkan surat dari Sir
George Bonham, GabenorNegeri-Negeri Selat untuk Sultan Kelantan.
Tulisannya merangkum pengalamannya ketika singgah di Pahang dan
Terengganu serta apa yang dialami beliau di Kelantan. Karya ini juga
mengandung nasihat-nasihat yang diberikannya kepada Raja-Raja
Melayu.
f. Kisah Pelayaran Abdullah ke Negeri Jeddah
Gubahan ini belum diterbitkan karena baru dua puluh halaman saja
dikerjakannya. Abdullah tidak dapat menyelesasikannya karena secara
mendadak ia meninggal dalam perjalanan dari Jeddah ke Mekah ketika
hendak menunaikan ibadah haji dalam tahun 1854.

B. Raja Ali Haji


Cuplikan dari salah satu Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji
Gurindam pasal pertama
Barang siapa mengenal dunia
tahulah ia barang yang terperdaya
Barang siapa mengenal akhirat
Tahulah ia dunia mudarat
Kurang fikir, kurang siasat
Tinta dirimu kelah tersesat
Fikir dahulu sebelum berkata
Supaya terlelah selang sengketa
Kalau mulut tajam dan kasar
Boleh ditimpa bahaya besar
Jika ilmu tiada sempurna
Tiada berapa ia berguna.

C. Siti Suleha
Cuplikan Syair Abdul Muluk karya Siti Suleha
Berhentilah kisah raja Hindustan
Tersebutlah pula suatu perkataan
Abdul Hamid Syah paduka sultan
Duduklah Baginda bersuka-sukaan

Abdul Muluk putra baginda


Besarlah sudah bangsawan muda
Cantik menjelis usulnya syahda
Tiga belas tahun umurnya

Parasnya elok amat sempurna


Petah menjelis bijak laksana
Memberi hati bimbang gulana
Kasih padanya mulia dan hina

2.3. Pengertian Karya Sastra Melayu Klasik


Sastra Melayu Klasik adalah sastra lama yang lahir pada masyarakat lama atau
tradisional yakni suatu masyarakat yang masih sederhana dan terikat oleh adat istiadat.
Dalam karya sastra disebutkan bahwa sastra lama berkembang sebelum periode 20- an.
Pada awalnya bentuk sastra merupakan cerita rakyat yang disampaikan secara lisan dari
mulut ke mulut dan turun temurun. Menurut A. Ikram, dalam bukunya Filologi.
Sastra melayu klasik sebenarnya merupakan karya sastra indonesia yang
dihasilkan antara tahun 1870 sampai dengan tahun 1942, yang pada waktu itu
berkembang dilingkungan masyarakat sumatera seperti “minangkabau,langkat, tapanuli
dan daerah sumatera lainnya”, orang tionghoa dan masyarakat indo-eropa.
Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair,
hikayat dan terjemahan novel barat. Sastra tersebut disebut sebagai sastra melayu klasik
karena sastra tersebut berkembang di daerah melayu pada masa sebelum dan sesudah
islam hingga mendekati tahun 1920-an di masa balai pustaka. Catatan tertulis yang
pertama kali ditemukan menggunakan bahasa Melayu Kuno yang kabarnya berasal dari
abad ke-7 Masehi, bahkan sastra tersebut tercantum pada beberapa prasasti peninggalan
Kerajaan Sriwijaya di bagian selatan Sumatera dan wangsa Syailendra di beberapa
tempat di Jawa Tengah. Tulisan ini menggunakan aksara Pallawa. Selanjutnya, bukti-
bukti tertulis lainnya bermunculan di berbagai tempat, meskipun dokumen terbanyak
kebanyakan mulai berasal dari abad ke-18.
1) Ciri-Ciri Karya Sastra Melayu Klasik
Karya sastra melayu klasik sangat jauh berbeda dengan karya sastra modern,
untuk mengenal apakah sebuah karya sastra merupakan karya melayu klasik atau karya
sastra modern, harus mengetahui ciri-cirinya, untuk karya sastra melayu klasik ciri-
cirinya adalah anonim, bertema istana sentris, bernilai budaya lokal dan disebar secara
lisan, uraiannya adalah sebagai berikut:
a. Anonim
Anonim dalam artian tidak diketahui siapa pengarangnya, ini disebabkan karena
tempo dulu tidak banyak orang yang mengejar popularitas sehingga pengarangnya lebih
fokus untuk menyajikan maha karya yang menitikberatkan pada fungsi cerita.
Beberapa contoh dari karya sastra melayu klasik  pada umumnya terdapat di setiap
cerita-cerita klasik, seperti “Hikayat hang tuah”, Hikayat raja indra”, “hikayat indra
bangsawan”, “Hikayat malim demam”
b. Bertema Istana sentris
Jenis ceritanya berlatar belakang istana. Tokohnya biasanya raja atau pangeran
yang sakti dan kisahnya mengenai percintaan. Akhir cerita selalu bahagia.
c. Bernilai budaya lokal
Ciri yang ketika dari karya sastra melayu klasik adalah penciptaan karya sastra
melayu klasik biasanya mengusung budaya lokal, sehingga dari Cerita kaya sastra
melayu klasik pembaca bisa mendapat gambaran moral masyarakat yang hidup pada
jaman dulu
d. Disebar secara lisan
Ciri yang terakhir ialah disebarkan secara lisan. penyebab utamanya adalah
pergerakan zaman dahulu sangatlah lambat jika dibandingkan dengan konvoi
masyarakat di zaman modern ini. Oleh karena itu, penyebaran budaya dan cerita secara
lisan akan lebih mempercepat tersebarnya cerita dibandingkan dengan menggunakan
media tulisan. Selain itu, melalui budaya lisan, masyarakat juga mampu lebih intens
memberikan nilai-nilai positif nan terdapat di dalam cerita sehingga pesan moral yang
terdapat di dalamnya akan sampai kepada pendengar dengan lebih cepat dan efektif.
e. Didaktis
Memberikan pesan mendidik kepada masyarakat baik pesan moral maupun
pesan keagamaan atau religius.
f. Tradisional
Mempertahankan kebiasaan masyarakat jaman dulu atau adat istiadat.
g. Klasik imitatif
Bersifat tiruan atau kebiasaan tiru-meniru yang turun-menurun.
h. Universal
Dapat berlaku dimana saja, kapan saja, siapa saja.

2) Jenis-Jenis Karya Sastra Melayu Klasik


Berikut ini terdapat beberapa jenis-jenis karya sastra melayu klasik, terdiri atas:
Berbentuk puisi
Karya sastra klasik dalam bentuk puisi juga memiliki berbagai macam jenis.
Diantaranya adalah;
a) Mantra
adalah rangkaian kata yang mengandung rima danirama yang dianggap
mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh seorang dukun atau pawang untuk
melawan atau menandingi kekuatan gaib lainnya. Namun, hakikat mantra itu sendiri
adalah doa yang diucapkan oleh seorang pawang dalam keadaan trance ‘kerasukan’. Di
dalam mantra yang penting bukan makna kata demi kata, melainkan kekuatan bunyi
yang bersifat sugestif.
Contoh mantra:
Pulanglah engkau kepada rimba sekampung,
Pulanglah engkau kepada rimba yang besar,
Pulanglah engkau kepada gunung guntung,
Pulanglah engkau kepada sungai yang tiada berhulu,
Pulanglah engkau kepada kolam yang tiada berorang,
Pulanglah engkau kepada mata air yang tiada kering,
Jikalau kau tiada mau kembali, matilah engkau.
b) Bidal
Bidal adalah kalimat singkat yang mengandung pengertian atau kiasan dan
membayangkan sindiran.
1. Contoh Bidal Ungkapan
1. Tangan panjang artinya suka mencuri
2. Ringan tangan artinya suka membantu
3. Besar kepala artinya sombong
2. Contoh Bidal Pepatah 
 Anjing menyalak tidak menggigit artinya mulut besar tetapi penakut.
 Besar pasak daripada tiang artinya besar pengeluaran dari pendapatan.
3. Contoh Bidal Perumpamaan 
1. Bagai durian dengan mentimun artinya orang kecil melawan orang besar pasti
akan kalah.
2. Seperti kerbau di cocok hidung artinya orang yang bodoh selalu menurut
perintah orang lain.
4. Contoh Bidal Tamzil 
 Ada ubi ada talas, ada budi ada balas
5. Contoh Bidal Ibarat 
1. Bagai kerakap tumbuh di batu, hidup segan mati tak hendak
2. Ibarat bunga, segar dipakai layu dibuang
6. Contoh Bidal Kata arif
 Senangkanlah hatimu dengan menyenangkan hati orang lain.
7. Contoh Bidal Pameo 
1. Sekali merdeka tetap merdeka.
c) Talibun 
Talibun adalah sejenis puisi lama seperti pantun yang mempunyai sampiran dan
isi, tetapi lebih dari 4 baris ( mulai dari 6 baris hingga 20 baris). Berirama abc-abc,
abcd-abcd, abcde-abcde, dan seterusnya.
Contoh Talibun :
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak beli
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanakpun cari
Induk semang cari dahulu.
d. Seloka
Seloka merupakan bentuk puisi Melayu Klasik, berisikan pepetah maupun
perumpamaan yang mengandung senda gurau, sindiran bahkan ejekan. Biasanya ditulis
empat baris memakai bentuk pantun atau syair, terkadang dapat juga ditemui seloka
yang ditulis lebih dari empat baris.
Contoh seloka 4 baris:
anak pak dolah makan lepat,
makan lepat sambil melompat,
nak hantar kad raya dah tak sempat,
pakai sms pun ok wat ?
Contoh seloka lebih dari 4 baris:
Baik budi emak si Randang
Dagang lalu ditanakkan
Tiada berkayu rumah diruntuhkan
Anak pulang kelaparan
Anak dipangku diletakkan
Kera dihutan disusui
d) Gurindam 
Gurindam adalah satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua baris
kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris
pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan
jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.
Contoh :
Pabila banyak mencela orang
Itulah tanda dirinya kurang
Dengan ibu hendaknya hormat
Supaya badan dapat selamat
e) Pantun
Pantun merupakan sejenis puisi yang terdiri atas 4 baris bersajak a-b-a-b, a-b-b-
a, a-a-b-b. Dua baris pertama merupakan sampiran, yang umumnya tentang alam (flora
dan fauna); dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun
tersebut. 1 baris terdiri dari 4-5 kata, 8-12 suku kata.
Contoh :
Kayu cendana diatas batu
Sudah diikat dibawa pulang
Adat dunia memang begitu
Benda yang buruk memang terbuang
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kita telah mengetahui bahwa sastra zaman peralihan adalah sastra yang lahir dari
pertemuan sastra yang berunsur Hindu dengan sastra yang berunsur Islam di dalamnya.
Dua tokoh yang terkenal pada masa itu adalah Raja Ali Haji dan Abdullah bin
Abdulkadir Munsyi.
Secara umum, dapat dikatakan bahwa zaman peralihan adalah zaman di mana
kebudayaan Hindu masih tetap meninggalkan pengaruhnya dan berangsur-ansur
melemah. Sementara itu, pengaruh Islam mulai terlihat dalam kesusastraan Melayu.
Pengaruh Hindu di alam Melayu telah ada sejak abad I sesudah Masehi, tidak hilang
begitu saja dengan kedatangan Islam pada kurun abad ke-13 M. Pengaruh Hindu yang
telah berkembang tersebut, sulit kiranya untuk dihilangkan perannya dari peradaban dan
kesusastraan Melayu. Abad XV dianggap sebagai abad penutup pengaruh Hindu di
kepulauan Melayu.

3.2. Saran
Demikianlah makalah berjudul “Kesusastraan Peralihan” ini kami buat
berdasarkan sumber-sumber yang ada. Kami juga menyadari, masih ada banyak
kekurangan di dalam penulisan makalah ini. Sehingga perlu bagi kami, dari para
pembaca untuk memberikan saran yang membantu supaya makalah ini mendekati lebih
baik. Atas perhatian Anda semuanya, kami ucapkan terima kasih.
Daftar Pustaka

Budiyati, LM. 2009. Sejarah Sastra Lama Handout Perkuliahan. Semarang:


Universitas Negeri Semarang.
Simandjuntak, B. Simorangkir. 1955. Kesusastraan Indonesia 1. Jakarta:
Pembangunan
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
Wirjosoedarmo, Soekono. 1990. Pengantar ke Arah Studi Sejarah Sastra I:
Sastra Indonesia Klasik. Surabaya: Sinar Wijaya

Anda mungkin juga menyukai