Anda di halaman 1dari 12

LAMPIRAN MATERI BAHASA INDONESIA (PEMINATAN) KD 3.

Mengidentifikasi Berbagai Genre Sastra Berdasarkan Periodisasi Sastra Indonesia

Pertemuan Kesatu

A. Periode sastra Indonesia era pujangga lama

1. Pengertian genre sastra periode pujangga lama


Pujangga lama merupakan bentuk pengklasifikasian karya sastra di Indonesia yang dihasilkan
sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya sastra di dominasi
oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat. Di Nusantara, budaya Melayu klasik dengan pengaruh
Islam yang kuat meliputi sebagian besar negara pantai Sumatera dan Semenanjung Malaya. Di
Sumatera bagian utara muncul karya-karya penting berbahasa Melayu, terutama karya-karya
keagamaan. Hamzah Fansuri adalah yang pertama di antara penulis-penulis utama angkatan
Pujangga Lama. Dari istana Kesultanan Aceh pada abad XVII muncul karya-karya klasik
selanjutnya, yang paling terkemuka adalah karya-karya Syamsuddin Pasai dan Abdurrauf Singkil,
serta Nuruddin ar-Raniri.

Karya Sastra Pujangga Lama


a. Sejarah
 Sejarah Melayu (Malay Annals)
 Tuhfat al-Nafis (Bingkisan Berharga) karya Raja Ali Haji
b. Hikayat
 Hikayat Abdullah
 Hikayat Aceh
 Hikayat Amir Hamzah
 Hikayat Andaken Penurat
 Hikayat Bayan Budiman
 Hikayat Djahidin
 Hikayat Hang Tuah
 Hikayat Iskandar Zulkarnain
 Hikayat Kadirun 
 Hikayat Kalila dan Damina
 Hikayat Masydulhak
 Hikayat Pandawa Jaya
 Hikayat Pandja Tanderan
 Hikayat Putri Djohar Manikam
 Hikayat Sri Rama
 Hikayat Tjendera Hasan
 Tsahibul Hikayat
c. Syair
 Syair Bidasari
 Syair Hukum Nikah karya Raja Ali Haji
 Syair Ken Tambuhan
 Syair Siti Shianah karya Raja Ali Haji
 Syair Sultan Abdul Muluk karya Raja Ali Haji
 Syair Suluh Pegawai karya Raja Ali Haji
 Syair Raja Mambang Jauhari
 Syair Raja Siak
d. Gurindam
 Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji
e. Kitab agama
 Syarab al-'Asyiqin (Minuman Para Pecinta) oleh Hamzah Fansuri
 Asrar al-'Arifin (Rahasia-rahasia para Gnostik) oleh Hamzah Fansuri
 Nur ad-Daqa'iq (Cahaya pada kehalusan-kehalusan) oleh Syamsuddin Pasai
 Bustan as-Salatin (Taman raja-raja) oleh Nuruddin ar-Raniri

2. Ciri-ciri sastra pujangga lama


Ciri-ciri umum kesusastraan lama atau juga bisa disebut dengan karya sastra pujangga lama adalah
sebagai berikut.
1. Bersifat statis karena sejalan dengan sikap masyarakat yang tradisional dan konservatif.
2. Karena masyarakat dahulu adalah masyarakat lama yang mengutamakan hidup bergotong royong
sehingga kesusastraan lama sebagai pancaran masyarakat merupakan milik bersama. Itulah
sebabnya para pujangga lama tidak mau memberikan identitas nama pada setiap hasil karyanya
dan mengumumkan hasil karyanya kepada masyarakat. Dan oleh sebab itulah banyak pujangga-
pujangga lama tidak dikenal namanya serta karyanya sehingga tidak dikenal pula siapa
pengarangnya.
3. Tema pokok-pokok karangan yang berupa puisi maupun prosa bercorak sebagai berikut.
a. Khayalan atau fantasi, layaknya dongeng-dongeng, legenda, ataupun fabel.
b. Pendidikan dalam bentuk didaktik dan pelajaran.
c. Agama atau kepercayaan.
d. Istana sentries, yaitu cerita yang meliputi tahta-tahta kerajaan dan raja-raja beserta
keluarganya.
e. Dari segi bahasa, kesusastraan lama banyak menggunakan bahasa Melayu Kuno yang di
dalamnya penuh dengan pepatah, kalimat majemuk yang panjang, serta ungkapan-ungkapan
yang dihiasi dengan bahasa-bahasa asing, bahasa Sansekerta, dan bahasa Arab.

Pertemuan Kedua

B. Periode sastra Indonesia era melayu lama

1. Pengertian sastra melayu lama


Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 - 1942, yang berkembang dilingkungan
masyarakat Sumatera seperti "Langkat, Tapanuli, Minangkabau dan daerah Sumatera lainnya", orang
Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih
dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat.

2. Ciri-ciri sastra melayu lama


Ciri-Ciri Karya Sastra Melayu Lama :
1. Anonim (tidak diketahui nama pengarangnya)
2. Istana Sentris 
3. Fantastis (tidak masuk akal)
4. Menggunakan bahasa melayu lama (bahasanya klise )
5. Komunal
6. Nama-nama tokohnya dipengaruhi nama-nama orang arab
7. Bertema hitam putih (kejahatan melawan kebaikan )
8. Cara penyebarannya secara lisan
3. Bentuk karya sastra melayu lama
 Robinson Crusoe (terjemahan)
 Lawan-lawan Merah
 Mengelilingi Bumi dalam 80 hari (terjemahan)
 Graaf de Monte Cristo (terjemahan)
 Kapten Flamberger (terjemahan)
 Rocambole (terjemahan)
 Nyai Dasima oleh G. Francis (Indo)
 Bunga Rampai oleh A.F van Dewall
 Kisah Perjalanan Nakhoda Bontekoe
 Kisah Pelayaran ke Pulau Kalimantan
 Kisah Pelayaran ke Makassar dan lain-lainnya
 Cerita Siti Aisyah oleh H.F.R Kommer (Indo)
 Cerita Nyi Paina
 Cerita Nyai Sarikem
 Cerita Nyonya Kong Hong Nio 
 Nona Leonie
 Warna Sari Melayu oleh Kat S.J
 Cerita Si Conat oleh F.D.J. Pangemanan
 Cerita Rossina
 Nyai Isah oleh F. Wiggers
 Drama Raden Bei Surioretno
 Syair Java Bank Dirampok
 Lo Fen Kui oleh Gouw Peng Liang
 Cerita Oey See oleh Thio Tjin Boen
 Tambahsia
 Busono oleh R.M.Tirto Adhi Soerjo
 Nyai Permana
 Hikayat Siti Mariah oleh Hadji Moekti (indo)
 dan masih ada sekitar 3000 judul karya sastra Melayu-Lama lainnya

Pertemuan Ketiga

C. Periode sastra Indonesia era balai pustaka

1. Pengertian sastra balai pustaka


Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang
dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa(roman, novel, cerita pendek dan drama)
dan puisimulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra
di Indonesia pada masa ini.

2. Karakteristik karya sastra angkatan balai pustaka


Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar
yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan
dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu
bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa
Bali, bahasa Batak, dan bahasa Madura.
Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai "Raja Angkatan Balai Pustaka" karena ada banyak sekali
karya tulisnya pada masa tersebut. Apabila dilihat daerah asal kelahiran para pengarang, dapatlah
dikatakan bahwa novel-novel Indonesia yang terbit pada angkatan ini adalah "novel Sumatera",
dengan Minangkabau sebagai titik pusatnya.[2]
Pada masa ini, novel Siti Nurbaya dan Salah Asuhan menjadi karya yang cukup penting. Keduanya
menampilkan kritik tajam terhadap adat-istiadat dan tradisi kolot yang membelenggu. Dalam
perkembangannya, tema-tema inilah yang banyak diikuti oleh penulis-penulis lainnya pada masa itu.

3. Tokoh-tokoh ternama yang terkenal pada masa balai pustaka

Penulis dan Karya Sastra Angkatan Balai Pustaka:


 Merari Siregar
- Azab dan Sengsara (1920)
- Binasa kerna Gadis Priangan (1931)
- Cinta dan Hawa Nafsu
 Marah Roesli
- Siti Nurbaya (1922)
- La Hami (1924)
- Anak dan Kemenakan (1956)
 Muhammad Yamin
- Tanah Air (1922)
- Indonesia, Tumpah Darahku (1928)
- Kalau Dewi Tara Sudah Berkata
- Ken Arok dan Ken Dedes (1934)
 Nur Sutan Iskandar
- Apa Dayaku karena Aku Seorang Perempuan (1923)
- Cinta yang Membawa Maut (1926)
- Salah Pilih (1928)
- Karena Mentua (1932)
- Tuba Dibalas dengan Susu (1933)
- Hulubalang Raja (1934)
- Katak Hendak Menjadi Lembu (1935)
 Tulis Sutan Sati
- Tak Disangka (1923)
- Sengsara Membawa Nikmat (1928)
- Tak Membalas Guna (1932)
- Memutuskan Pertalian (1932)
 Djamaluddin Adinegoro
- Darah Muda (1927)
- Asmara Jaya (1928)
 Abas Sutan Pamuntjak Nan Sati
- Pertemuan (1927)
 Abdul Muis
- Salah Asuhan (1928)
- Pertemuan Djodoh (1933)
 Aman Datuk Madjoindo
- Menebus Dosa (1932) 
- Si Cebol Rindukan Bulan (1934) 
- Sampaikan Salamku Kepadanya (1935)
Pertemuan Keempat

D. Periode sastra Indonesia era pujangga baru

1. Sejarah tentang pujangga baru


Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka
terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut
rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual,
nasionalistis dan elitis.
Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana,
beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka
(tahun 1930 - 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana. Karyanya Layar Terkembang,
menjadi salah satu novel yang sering diulas oleh para kritikus sastra Indonesia. Selain Layar
Terkembang, pada periode ini novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck dan Kalau Tak
Untung menjadi karya penting sebelum perang.

Masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu :


1. Kelompok "Seni untuk Seni" yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir Hamzah
2. Kelompok "Seni untuk Pembangunan Masyarakat" yang dimotori oleh Sutan Takdir Alisjahbana,
Armijn Pane dan Rustam Effendi.

2. Ciri-ciri pujangga baru


Ciri-ciri pujangga baru, yaitu :
a. Bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia modern,
b. Temanya tidak hanya tentang adat atau kawin paksa, tetapi mencakup masalah yang kompleks,
seperti emansipasi wanita, kehidupan kaum intelek, dan sebagainya,
c. Bentuk puisinya adalah puisi bebas, mementingkan keindahan bahasa, dan mulai digemari bentuk
baru yang disebut soneta, yaitu puisi dari Italia yang terdiri dari 14 baris,
d. Pengaruh barat terasa sekali, terutama dari Angkatan ’80 Belanda,
e. Aliran yang dianut adalah romantik idealisme, dan
f. Setting yang menonjol adalah masyarakat penjajahan.

3. Penyair angkatan pujangga baru

Penulis dan Karya Sastra Pujangga Baru


 Sutan Takdir Alisjahbana
- Dian Tak Kunjung Padam (1932)
- Tebaran Mega - kumpulan sajak (1935)
- Layar Terkembang (1936)
- Anak Perawan di Sarang Penyamun (1940)
 Hamka
- Di Bawah Lindungan Ka'bah (1938)
- Tenggelamnya Kapal Van der Wijck (1939)
- Tuan Direktur (1950)
- Di dalam Lembah Kehidoepan (1940)
 Armijn Pane
- Belenggu (1940)
- Jiwa Berjiwa
- Gamelan Djiwa - kumpulan sajak (1960)
- Djinak-djinak Merpati - sandiwara (1950)
- Kisah Antara Manusia - kumpulan cerpen (1953)
- Habis Gelap Terbitlah Terang - Terjemahan Surat R.A. Kartini (1945)
 Sanusi Pane
- Pancaran Cinta (1926)
- Puspa Mega (1927)
- Madah Kelana (1931)
- Sandhyakala Ning Majapahit (1933)
- Kertajaya (1932)
 Tengku Amir Hamzah
- Nyanyi Sunyi (1937)
- Begawat Gita (1933)
- Setanggi Timur (1939)
 Roestam Effendi
- Bebasari: toneel dalam 3 pertundjukan
- Pertjikan Permenungan
 Sariamin Ismail
- Kalau Tak Untung (1933)
- Pengaruh Keadaan(1937)
 Anak Agung Pandji Tisna
- Ni Rawit Ceti Penjual Orang (1935)
- Sukreni Gadis Bali(1936)
- I Swasta Setahun di Bedahulu (1938)
 J.E.Tatengkeng
- Rindoe Dendam (1934)
 Fatimah Hasan Delais
- Kehilangan Mestika(1935)
 Said Daeng Muntu
- Pembalasan
- Karena Kerendahan Boedi (1941)
 Karim Halim
- Palawija (1944)

Pertemuan Kelima

E. Periode sastra Indonesia angkatan 45

1. Sejarah dan karakteristik karya sastra angkatan 45


Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan '45.
Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik-
idealistik. Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut
kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan angkatan '45 memiliki konsep seni
yang diberi judul "Surat Kepercayaan Gelanggang". Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan
angkatan '45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani. Selain Tiga Manguak
Takdir, pada periode ini cerpen Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma dan Atheis dianggap sebagai
karya pembaharuan prosa Indonesia.

2. Jenis Karya Sastra Angkatan 45 dan Tokoh-tokoh Penggeraknya

Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1945


 Chairil Anwar
- Kerikil Tajam (1949)
- Deru Campur Debu (1949)
 Asrul Sani, bersama Rivai Apin dan Chairil Anwar
- Tiga Menguak Takdir (1950)
 Idrus
- Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948)
- Aki (1949)
- Perempuan dan Kebangsaan
 Achdiat K. Mihardja
- Atheis (1949)
 Trisno Sumardjo
- Katahati dan Perbuatan (1952)
 Utuy Tatang Sontani
- Suling (drama) (1948)
- Tambera (1949)
- Awal dan Mira - drama satu babak (1962)
 Suman Hs.
- Kasih Ta' Terlarai (1961)
- Mentjari Pentjuri Anak Perawan (1957)
- Pertjobaan Setia (1940)

F. Periode sastra Indonesia angkatan 50-60an

1. Sejarah dan karakteristik karya sastra angkatan 50-60an


Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini
adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut
bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya, Sastra.
Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga
Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah perpecahan dan
polemik yang berkepanjangan di antara kalangan sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960;
menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir
pada tahun 1965 dengan pecahnya G30Sdi Indonesia.

2. Jenis Karya Sastra Angkatan 50-60andan Tokoh-tokoh Penggeraknya

Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1950 - 1960-an


 Pramoedya Ananta Toer
- Kranji dan Bekasi Jatuh (1947)
- Bukan Pasar Malam (1951)
- Di Tepi Kali Bekasi (1951)
- Keluarga Gerilya (1951)
- Mereka yang Dilumpuhkan (1951)
- Perburuan (1950)
- Cerita dari Blora (1952)
- Gadis Pantai (1962-65)
 Nh. Dini
- Dua Dunia (1950)
- Hati jang Damai (1960)
 Sitor Situmorang
- Dalam Sadjak (1950)
- Djalan Mutiara: kumpulan tiga sandiwara (1954)
- Pertempuran dan Saldju di Paris (1956)
- Surat Kertas Hidjau: kumpulan sadjak(1953)
- Wadjah Tak Bernama: kumpulan sadjak(1955)
 Mochtar Lubis
- Tak Ada Esok (1950)
- Jalan Tak Ada Ujung (1952)
- Tanah Gersang (1964)
- Si Djamal (1964)
 Marius Ramis Dayoh
- Putra Budiman (1951)
- Pahlawan Minahasa (1957)
 Ajip Rosidi
- Tahun-tahun Kematian (1955)
- Ditengah Keluarga (1956)
- Sebuah Rumah Buat Hari Tua (1957)
- Cari Muatan (1959)
- Pertemuan Kembali (1961)
 Ali Akbar Navis
- Robohnya Surau Kami - 8 cerita pendek pilihan (1955)
- Bianglala - kumpulan cerita pendek (1963)
- Hujan Panas (1964)
- Kemarau (1967)
 Toto Sudarto Bachtiar
- Etsa sajak-sajak (1956)
- Suara - kumpulan sajak 1950-1955 (1958)
 Ramadhan K.H
- Priangan si Jelita (1956)
 W.S. Rendra
- Balada Orang-orang Tercinta(1957)
- Empat Kumpulan Sajak (1961)
- Ia Sudah Bertualang (1963)
 Subagio Sastrowardojo
- Simphoni (1957)
 Nugroho Notosusanto
- Hujan Kepagian (1958)
- Rasa Sajangé (1961)
- Tiga Kota (1959)
 Trisnojuwono
- Angin Laut (1958)
- Dimedan Perang (1962)
- Laki-laki dan Mesiu (1951)
 Toha Mochtar
- Pulang (1958)
- Gugurnya Komandan Gerilya(1962)
- Daerah Tak Bertuan (1963)
 Purnawan Tjondronagaro
- Mendarat Kembali (1962)
 Bokor Hutasuhut
- Datang Malam (1963)
G. Periode sastra Indonesia angkatan 66-70an

1. Sejarah dan karakteristik karya sastra angkatan 66-70an


Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah sastra) pimpinan Mochtar Lubis.
[3] Semangat avant-gardesangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini
yang sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya karya sastra beraliran surealistik, arus
kesadaran, arketip, dan absurd. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan
karya-karya sastra pada masa ini. Sastrawan pada angkatan 1950-an yang juga termasuk dalam
kelompok ini adalah Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur
Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan
termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.

Beberapa satrawan pada angkatan ini antara lain: Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin C.


Noer, Darmanto Jatman, Arief Budiman, Goenawan Mohamad, Budi Darma, Hamsad
Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik Ismail, dan banyak lagi yang lainnya.

2. Jenis Karya Sastra Angkatan 66-70an dan Tokoh-tokoh Penggeraknya

Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1966


 Taufik Ismail
- Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia
- Tirani dan Benteng
- Buku Tamu Musim Perjuangan
- Sajak Ladang Jagung
- Kenalkan
- Saya Hewan
- Puisi-puisi Langit
 Sutardji Calzoum Bachri
- O
- Amuk
- Kapak
 Abdul Hadi WM
- Meditasi (1976)
- Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur (1975)
- Tergantung Pada Angin (1977)
 Sapardi Djoko Damono
- Dukamu Abadi (1969)
- Mata Pisau (1974)
 Goenawan Mohamad
- Parikesit (1969)
- Interlude (1971)
- Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang (1972)
- Seks, Sastra, dan Kita (1980)
 Umar Kayam
- Seribu Kunang-kunang di Manhattan
- Sri Sumarah dan Bawuk
- Lebaran di Karet
- Pada Suatu Saat di Bandar Sangging
- Kelir Tanpa Batas
- Para Priyayi
- Jalan Menikung
 Danarto
- Godlob
- Adam Makrifat
- Berhala
 Nasjah Djamin
- Hilanglah si Anak Hilang (1963)
- Gairah untuk Hidup dan untuk Mati (1968)
 Putu Wijaya
- Bila Malam Bertambah Malam (1971)
- Telegram (1973)
- Stasiun (1977)
- Pabrik
- Gres
- Bom

H. Periode sastra Indonesia angkatan 80-90an

1. Sejarah dan karakteristik karya sastra angkatan 80-90an


Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman
percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra
Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum.
Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an ini antara lain adalah: Remy
Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan
Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini
Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie.

Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada dekade 1980-
an dengan beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, La Barka, Pertemuan
Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Salah satu ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang
ditulisnya adalah kuatnya pengaruh dari budaya barat, di mana tokoh utama biasanya mempunyai
konflik dengan pemikiran timur.

Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis
yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka adalah
wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra
Eropa abad ke-19 di mana tokoh utama selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan
idealisme, karya-karya pada era 1980-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.
Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 1980-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop, yaitu
lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman Hariwijaya dengan serial Lupusnya.
Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian
tertarik membaca karya-karya yang lebih berat.

Ada nama-nama terkenal muncul dari komunitas Wanita Penulis Indonesia yang dikomandani Titie
Said, antara lain: La Rose, Lastri Fardhani, Diah Hadaning, Yvonne de Fretes, dan Oka Rusmini.

2. Jenis Karya Sastra Angkatan 80-90an dan Tokoh-tokoh Penggeraknya

Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980 - 1990an


 Ahmadun Yosi Herfanda
- Ladang Hijau (1980)
- Sajak Penari (1990)
- Sebelum Tertawa Dilarang (1997)
- Fragmen-fragmen Kekalahan (1997)
- Sembahyang Rumputan (1997)
 Y.B Mangunwijaya
- Burung-burung Manyar (1981)
 Darman Moenir
- Bako (1983)
- Dendang (1988)
 Budi Darma
- Olenka (1983)
- Rafilus (1988)
 Sindhunata
- Anak Bajang Menggiring Angin (1984)
 Arswendo Atmowiloto
- Canting (1986)
 Hilman Hariwijaya
- Lupus - 28 novel (1986-2007)
- Lupus Kecil - 13 novel (1989-2003)
- Olga Sepatu Roda (1992)
- Lupus ABG - 11 novel (1995-2005)
 Dorothea Rosa Herliany
- Nyanyian Gaduh (1987)
- Matahari yang Mengalir (1990)
- Kepompong Sunyi (1993)
- Nikah Ilalang (1995)
- Mimpi Gugur Daun Zaitun (1999)
 Gustaf Rizal
- Segi Empat Patah Sisi (1990)
- Segi Tiga Lepas Kaki (1991)
- Ben (1992)
- Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta (1999)
 Remy Sylado
- Ca Bau Kan (1999)
- Kerudung Merah Kirmizi (2002)
 Afrizal Malna
- Tonggak Puisi Indonesia Modern 4 (1987)
- Yang Berdiam Dalam Mikropon (1990)
- Cerpen-cerpen Nusantara Mutakhir (1991)
- Dinamika Budaya dan Politik (1991)
- Arsitektur Hujan (1995)
- Pistol Perdamaian (1996)
- Kalung dari Teman (1998)
 Lintang Sugianto
- Matahari Di atas Gilli (1997)
- Kusampaikan kumpulan puisi (2002)
- Menyapa Pagi Anak Aceh (2004)
I. Periode sastra Indonesia angkatan reformasi

1. Latar belakang lahirnya sastra reformasi dan karakteristiknya


Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke BJ Habibielalu KH
Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Sukarnoputri, muncul wacana tentang "Sastrawan
Angkatan Reformasi". Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra, puisi,
cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya seputar reformasi. Di rubrik sastra
harian Republika misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau
sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga
didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik.

Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir
tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun
1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra—puisi, cerpen, dan novel—pada saat itu.
Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum
Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan Hartono Benny Hidayat dengan media
online: duniasastra(dot)com -nya, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial-politik
mereka.

2. Jenis Karya Sastra reformasi dan Tokoh-tokoh Penggeraknya

Penulis dan Karya Sastra Angkatan Reformasi


 Widji Thukul
 Puisi Pelo
 Darman

Pertemuan Keenam

1. Mengelompokkan ragam karya sastra indonesia (puisi, prosa, drama) berdasarkan


periodisasi sastra
 Peserta didik diminta mengelompokkan ragam karya sastra indonesia (puisi, prosa, drama)
berdasarkan periodisasi sastra

2. Mengidentifikasi perkembangan ragam karya sastra (puisi, prosa, drama) yang dominan
dipengaruhi oleh aliran kesusastraan dalam periode tertentu
 Peserta didik diminta mengidentifikasi perkembangan ragam karya sastra (puisi, prosa,
drama) yang dominan dipengaruhi oleh aliran kesusastraan dalam periode tertentu

Anda mungkin juga menyukai