1 Tipologi Tema
a. Kata Kuntum pada baris kedua Dalam puisi ini penyair mengangkat tema
setelah titik dan tidak diikuti kata tentang kerinduan kepada kekasih. Terbukti
lain menggambarkan bahwa kesendiri pada baris-baris puisi berikut ini:
dan merasa sangat kesepian. Pada baris Kuntum
selanjutnya dapat kita maknai bahwa Demi kuntum kesepian yang mekar seluas
orang yang sendiri tersebut ternyata kalbu
sedang dilanda rasa rindu. Kemudian dikuatkan lagu lewat baris puisi
b. Pada bait ke dua dan bait ke tiga, berikut:
susunan tidak beraturan tetapi terkesan Kerinduan bagai awah gunung berapi
indah. Keindahan yang dinikmati dari Sarat letupan.
sebuah kebersamaan. Karena kerinduan yang amat sangat kepada
sang kekasih sehingga penyair
c. Pada bait ketiga ketidakberaturan ini membayangkan kekasihnya di kala hujan
mewakili tarian burung-burung dan gerimis.
juga awah
gunung berapi serta gelombang lautan.
2 Diksi Perasaan
Pemilihan kata oleh penyair. Karena Mengemukakan usaha si aku yang akan
puisi bersifat pemadatan, maka pilihan cinta dan pengagumannya terhadap seorang
kata harus sesuai dan menimbulkan gadis, yang dikisahkan sebagai
suatu yang estetis. Pemilihan kata juga kuntum/bunga (gadis). Si aku merasakan
harus mewakili makna yang akan jatuh cinta dengan gadis itu,
disampaikan. Dalam menciptakan membayangkan setiap keindahan yang
karyanya, penyair seringkali terjadi. rasa rindu yang kerap melanda si
memasukkan kata-kata yang sulit kita aku hingga ia merasa tidak ingin
telaah dan kita mengerti maksudnya. meninggalkan sang gadis tercinta.
Dalam puisi Nyanyian Gerimis terdapat
kata Ekor cahaya yang maknanya
kilatan cahaya, berpantulanyang
bermakna pancaran mata yang
berbinar-binar, juga terdapat kata tarian
burung-burungdan Di pantai
hatiku yang terkesan indah dan penuh
makna
3 Pengimajian /Citraan Nada
a. Penglihatan, seolah kita dapat Nada puisi “Nyanyian gerimis” dapat
melihatnya dengan nyata. Ekor cahaya dilihat dari bait,
berpantulan dalam matamu. Seperti Telah kutulis jejak hujan
lengkung pelangi Pada rambut dan kulitmu yang basah.
b. Perasaan, seolah kita dapat Kuntum
merasakan. Demi kuntum kesepian yang mekar seluas
Yang saling memahami gairah kalbu
terpendam semakin terlihat nada puisi tersebut
Dialirkan sungai ke muara dinyatakan oleh penyairnya dengan
c. Pendengaran, seolah kita dapat eksplisit. Karena pembaca dapat
mendengarkan. membayangkan langsung nada dan suasana
Sarat letupan. Lalu desah nafasmu puisi tersebut. Kesepian yang dirasakan
oleh penyair tanpa kekasih hati.
4 Majas/Gaya bahasa Amanat
Penggunaan kata-kata untuk mencapai Penyair mengungkapkan rasa kesepiannya
efek tertentu. Dalam puisi Nyanyian dan kerinduannya dengan menghayalkan
Burung terdapat majas sebagai berikut: datangnya kekasih yang menghibur hati.
a. Majas personifikasi, majas yang Sehingga penyair semakin yakin akan
menggambarkan benda mati seolah- cintanya yang terpisah oleh jarak dan
olah dapat hidup. Dipetik hangat waktu. Yang memberikan amanat kita harus
percakapan juga gerak sukma saling percaya dan terus setia pada kekasih
b. Majas metafora hati meskipun jauh dimata namun selalu
Ekor cahaya berpantulan dalam dekat dihati kita. Asalkan kita menjaganya
matamu
c. Majas simile
Seperti lengkung pelangi
Kerinduan bagai awah gunung berapi
6 Kata Konkret
Kata-kata ini dapat berhubungan
dengan kiasan atau lambang. Dalam
puisi Nyanyian Gerimis terdapat kata
konkret diantaranya:
a. Demi kuntum kesepian yang mekar
seluas kalbu (seorang yang sangat
kesepian)
b. Dipetik hangat percakapan juga
gerak sukma (kerinduan akan
seseorang untuk sekadar
menghilangkan rasa kesepiannya)
c. Yang saling memahami gairah
terpendam (saling merasa rindu,
walaupun tidak bertemu cukup seolah
bertemu dalam angan)
d. Ekor cahaya berpantulan dalam
matamu (mata seorang yang dirindukan
hadir dan tampak berbinar-binar
bahagia)
e. Kerinduan bagai awah gunung
berapi (sangat rindu meluap-luap tak
terbendung)
1 Tipologi Tema
a. Bentuk puisi seperti halaman yang tidak Percintaan dimana seseorang yang tidak
dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, mengungkapkan perasaaan rindu atau
pengaturan barisnya, hingga baris puisi cintanya terlihat pada larik-larik
yang tidak selalu dimulai dengan huruf Dari hujan bulan juni
kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap pohon bunga itu
b. Menggunakan huruf kecil baik pada awal
baitnya maupun pada awal tiap barisnya.
c. Penyair tidak menggunakan kaidah-kaidah
dalam puisi seperti jumlah suku kata pada
kata di tiap barisnya.
d. Penyair menandai bahwa puisi ini berbeda
dengan puisi-puisi yang lain. Selain tidak
digunakannya huruf kapital, penyair juga
menggunakan tanda titik koma pada akhir
baris pertama hingga baris ke tiga,
sedangkan pada baris terakhir
menggunakan tanda titik sebagai akhir dari
puisi tersebut
2 Diksi Perasaan
Kata-kata yang digunakan pada puisi ini Penyair merasa sedih karena pada suatu
mudah untuk dipahami, contoh pada hari nanti ia akan meninggalkan sosok
kata “Pada suatu hari nanti” pembaca bisa Kau pada puisi ini yang bisa berarti
mengerti maksud dari puisi ini bahwa pembaca, tetapi ia pun senang karena
menceritakan sesuatu yang akan datang. walaupun suatu hari nanti ia tiada, tapi ia
tetap menemani dan keberadaannya itu
Lalu pada kata “Jasadku tak akan ada digantikan oleh larik-larik sajak dan
lagi”sudah jelas bahwa suatu saat nanti kenangan indah semasa hidup.
tokoh ku tidak akan ada lagi di dunia ini.
dan kata-kata pada bait selanjutnya mudah
dipahami karena lebih ke makna yang
sebenarnya.
3 Pengimajian /Citraan Nada
Pengimajian atau pencitraan adalah suatu Nada adalah sikap penyair terhadap
kata atau kelompok kata yang digunakan pembaca. Sikap penyair pada puisi ini
untuk mennggunakan kembali kesan-kesan adalah lembut dan halus karena ia
panca indera dalam jiwa pembaca. menjelaskan bahwa walau suatu hari nanti
a. Penglihatan: ia tidak ada, tapi karya-karyanya akan
Jasadku tak akan ada lagi selalu ada menemani para pembaca.
Tapi dalam bait-bait sajak ini
Tapi di antara larik-larik sajak ini
Impianku pun tak dikenal lagi
Namun di sela-sela huruf sajak ini
Kau takkan letih-letihnya ku cari
b. Pendengaran:
Suaraku tak terdengar lagi
c. Perasa :
Kau takkan kurelakan sendiri
Kau akan tetap kusisati
1 Tipologi Tema :
Pada puisi “Penerimaan” karya Chairil cinta atau cinta yang menyebabkan
Anwar terdapat enam bait dengan pola kedukaan. Bait pertatama, penyair
2-1-2-1. Tiap bait puisinya berbeda, merasakan
pada bait pertama, ketiga dan kelima cintanya yang hilang. Hatinya begitu
terdapat dua larik sedangkan bait kedua, terpukul. Hatinya mati ibara tidak
keempat, dan keenam terdapat satu berlaut. Bait kedua penyairmerasa jiwa sepi,
larik. kelam, sehingga kelepak elang dapat
didengar. Harapan bertemu
dengan kekasihnya timbul tenggelam.
2 Diksi Perasaan :
Diksi yang terdapat pada puisi Perasaan penyair saat menulis puisi begitu
“Penerimaan” terdapat beberapa kata merasa sedih, mengggambarkan kedukaan,
yang memakai konotasi, seperti: kesepian, dan kesendirian. Hal itu
Bak: bagaikan disebabkan oleh kegagalan cintanya dengan
Kembang sari: wanita perawan atau Sri Ayati.
keperawanan
Tunduk: menghadapkan wajah
kebawah (malu)
Tentang: dekat dihadapan muka
(menemui)
Cermin: alat pantul atau bayanga
6 Kata Konkret
Pada puisi “Penerimaan” terdapat kata
konkret seperti bak kembang sari sudah
terbagi artinya wanita yang sudah
kehilangan keperawanannya.
Sedangkan dengan cermin aku
berbagi artinya si “aku” tidak ingin
wanitanya mendua bahkan dengan
bayangannya sekalipun.