Anwar.
(Chairil Anwar,1946)
a. Tipologi
Puisi Senja di Pelabuhan Kecil dengan penjelasan judul Buat Sri Aryati, terdiri dari 12 baris.
Masing-masing baris berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Misalnya:
Chairil Anwar sebagi Pelopor Angkatan 45 mempunyai ciri khas memenggal baris puisi tidak
pada tempatnya. Chairil melakukan ini untuk keseuaian baris dan bunyi akhir. Kedua baris di
atas dipenggal tidak pada tempatnya untuk memunculkan bunyi yang sama yaitu /–ng/.
Jika ditulis dengan kaidah penulisan yang benar maka bisa ditulis Gerimis mempercepat
kelam/ Ada juga kelepak elang menyinggung muram/
Semua baris puisi tersebut, oleh Chairil dipenggal sekenanya untuk memperindah bunyi.
b. Diksi
Pilihan kata yang khas Chairil Anwar adalah ketika dia menulis sering kali mengubah
susunan frasa. Dalam puisi Senja di Pelabuhan Kecil ini, hal itu tampak pada baris kedua
Frasa ini kali jika ditulis ‘normal’ adalah kali ini. Jadi, Kali ini tidak ada yang mencari cinta.
Ciri khas Chairil ini juga tampak pada puisinya yang lain yang berbunyi
Diksi khas Chairil adalah buat. Chairil Anwar hampir selalu menggunakan kata buat alih-alih
kata untuk. Buat Sri Aryati sama juga dengan Buat Dien Tamaila.
Diksi khas selanjutnya adalah sedu dan penghabisan. Kata sedu yang dimaksud Chairil
Anwar adalah tangisan. Sementara kata penghabisan yang dimaksud dalah terakhir.
c. Pengiamjian / Citraan
Citraan atau pengimajian yang ada dalam puisi Senja di Pelabuhan Kecil adalah citraan
pengelihatan (visual) dan citraan pendengaran.
Kelepak merupakan bunyi untuk menirukan hentakan sayap dengan badan hewan yang bisa
terbang. Maka, kelepak elang dapat diketahui dengan indra pendengaran.
Gaya bahasa yang terdapat dalam Puisi Senja di Pelabuhan Kecil Karya Chairil Anwar ini
adalah majas personifikasi.
Majas personifikasi yaitu majas yang menunjukkan bahwa benda mati atau hal lain
bertingkah seperti manusia. Dalam puisi ini terdapat pada baris:
Menyinggun muram....
Biasanya yang dapat menyinggung perasaan adalah orang dengan ucapannya. Ini kelepak
elang dipersonifikasikan seperti ucapan manusia yang dapat menyinggung.
...... desir hari lari berenang
Dalam baris tersebut, desir (bunyi) dipersonifikasikan dengan tindakan lari berenang.
e. Rima / Irama
Permainan bunyi (rima) yang digunakan oleh Chairil Anwar dalam puisi Senja di Pelabuhan
Kecil ada dua macam, yaitu permaian bunyi aliterasi dan permainan bunyi akhir.
Aliterasi atau perulangan bunyi konsonan terdapat pada baris berikut ini:
Pada baris di atas terdapat perulangan bunyi /m/. Bunyi /m/ berulang-ulang sebanyak lima
kali, masing-masing pada kata menghembus, dalam, mempercaya, dan mau.
Masing-masing baris dalam puisi Senja di Pelabuhan Kecil memiliki pola yang sama yaitu
dua baris memiliki rima yang sama. Jadi, bunyi akhir baris satu dan dua sama. Baris tiga
sama dengan baris keempat. Baris kelima sama dengan keenam. Baris ketujuh sama dengan
kedelapan.
f. Kata Konkret
Perahu mewakili kehidupan. Jadi perahu yang tak lagi melaut berarti akhir sebuah kisah
berumah tangga atau hubungan percintaan.
a. Tema
Tema Puisi Senja di Pelabuhan Kecil adalah putus hubungan yaitu tema kemanusiaan.
Mengisahkan seoarang manusia yang kehilangan orang yang dicintai kemudian berjalan
mencari tempat (cinta) yang lain.
b. Perasaan
Feeling penyair dalam puisi Senja di Pelabuhan kecil adalah perasan sedih. Tampak dalam
penggunaan kata penggap yang berarti suasana tidak nyaman untuk bernafas. Selain itu, juga
terdapat kata sedu yang artinya menangis. Jadi, penyair sedang bersedih dalam puisi tersebut.
c. Nada
Nada puisi Senja di Pelabuhan Kecil adalah kesedihan dan kemurungan. Hal ini tampak
dalam penggunaan simbol-simbol kesedihan misalnya kata muram, senja, penggap, sedu, dan
kelam.
d. Amanat
1. Roda harus terus berputar, kita harus terus berjalan (berjuang) untuk menemukan hal yang
kita inginkan.
2. Untuk terbebas dari kondisi tidak nyaman (tanpa cinta) kita harus berjalan bahkan dan
berusaha sekuat tenaga.
3. Dalam memperjuangkan yang diinginkan sering kali manusia mendapatkan kesulitan dan
tidak berhasil dalam satu kali percobaan. Dalam puisi, baru berhenti pada pantai keempat.
Jadi, pada pantai pertama hingga ketiga masih gagal menemukan yang diinginkan.