Metafora
Majas yang membandingkan dua hal secara langsung maupun tidak langsung dalam
bentuk singkat tanpa menggunakn kata-kata bagaikan, bak, laksana, sama,
sebagai, seperti
Contoh:
1) Sering saya susah sesaat
b. Personifikasi
Gaya yang mendeskripsikn benda-benda mati dengan cara memberikan sifat-sifat
seperti manusia.
Contoh:
1) Sebab terkurung lukisan mamang
2)
c. Repetisi (pengulangan)
Contoh:
1)
2)
3)
4)
e. Majas Tautologi
1)
HUJAN BADAI
(Rustam efendi)
Bersambung kilat di ujung langit,
kata konkret, imaji visual, majas personifikasi
gemuruh-guruh, berjawab-jawaban.
kata konkret, imaji visual, imaji auditif, majas personifikasi
b.
Hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan melebihlebihkan.
PENERIMAAN
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
a) Repetisi
Repetisi adalah pengulangan bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat yang
dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai.
Dalam sajak terdapat dalam:
Kalau kau mau ku terima kau kembali
...
Kalau kau mau kuterima kembali
...
b) Simile atau Persamaan
Simile atau Persamaan adalahperbandingan yang bersifat eksplisit, yaitu langsung
menyatakan sesuatu sama dengan hal lain. Dalam sajak terdapat dalam:
..
Bak kembang sari sudah terbagi
...
c) Pesonifikasi
Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda
mati seolah-olah hidup. Dalam sajak terdapa dalam:
...
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi
DOA
kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Berikut adalah penjelasan tentang penggunaan majas pada puisi DOA karya
Chairil Anwar.
kepada pemeluk teguh
>> Pada baris tersebut menggunakan majas metafora karena baris tersebut
dimaksudkan kepada Tuhan
Tuhanku,
dalam termangu,
aku masih menyebut nama-Mu
>> Pada bait tersebut menggunakan majas asonansi karena terdapat perulangan
vocal yang sama.
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
Puisi angkatan 50 an
SAJAK BULAN MEI 1998 DI INDONESIA
W.S. RENDRA
Aku tulis sajak ini di bulan gelap raja-raja.
Bangkai-bangkai tergeletak lengket di aspal jalan.
Amarah merajalela tanpa alamat.
Ketakutan muncul dari sampah kehidupan.
Terdapat beberapa majas yang digunakan dalam puisi karya W.S. Rendra yang
berjudul Sajak Bulan Mei 1998 di Indonesia. Diantaranya yaitu majas metafora.
Seperti dibawah ini.
AFRIKA SELATAN
Oleh :
Subagio Sartrowardjojo
Majas
Majas yang digunakan penyair dalam puisi Afrika Selatan tersebut bermacammacam. Dalam tulisan ini diuraikan mengenai majas-majas yang digunakan dalam
puisi Subagio Sastrowardjojo.
Di dalam puisi tersebut terdapat Majas Perbandingan atau Simile.
Dalam puisi Subagio tersebut, aku dipersamakan dengan bumi lata, iblis laknat,
dosa melekat, dan sampah di tengah jalan.
TAPI
Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri
Pembahasan Majas
Majas yang digunakan dalam puisi Tapi adalah Majas Metonimia. Metonimia
dalam bahasa Indonesia sering disebut kiasan pengganti nama. Dalam puisi
tersebut si aku adalah manusia dan si kau adalah seumpama Tuhan YME.
aku bawakan bunga padamu
tapi kau bilang masih
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis, dapat
disimpulkan bahwa :
Majas adalah gaya bahasa kias yang digunakan untuk memunculkan suatu efek
tertentu. Majas dalam suatu karya sastra, khususnya puisi bertujuan untuk mewakili
perasaan dan pikiran penyair atau pengarang. Majas dapat dikelompokkan menjadi
empat, yaitu majas perbandingan, majas pertentangan, majas pertautan, dan majas
perulangan.
merendahkan diri.
12) Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga
kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal.
13) Personifikasi: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang
diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia.
14) Depersonifikasi: Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda
mati atau tidak bernyawa.
15) Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan
keseluruhan objek.
16) Totum pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud
hanya sebagian.
17) Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa
kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus.
18) Disfemisme: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang
pantas sebagaimana adanya.
19) Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir
dan bertutur kata.
20) Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan
dalam cerita.
21) Perifrasa: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih
pendek.
22) Eponim: Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.
23) Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang
untuk menyatakan maksud.
24) Asosiasi: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan
sama.
b. Majas sindiran
1)
Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan
mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.
2)
Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar.
3)
Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa
kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi).
4)
Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk
mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.
5)
Innuendo: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.
c. Majas penegasan
1)
Apofasis: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang
ditegaskan.
2)
Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah
jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
3)
Repetisi: Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu
kalimat.
4)
Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian
kata yang berlainan.
5)
Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.
6)
Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau
klausa yang sejajar.
7)
Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.
8)
Sigmatisme: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.
9)
Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan
makna yang berlainan.
10) Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang
sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
11) Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang
kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.
12) Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat
sebelum subjeknya.
13) Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam
pertanyaan tersebut.
14) Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam
susunan normal unsur tersebut seharusnya ada.
15) Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru
atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
16) Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan
dengan kata penghubung.
17) Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata
penghubung.
18) Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara
unsur-unsur kalimat.
19) Ekskalamasio: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.
20) Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian
suatu keseluruhan.
21) Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud
yang sebenarnya.
22) Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.
23) Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang
berdampingan dalam kalimat.
24) Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna
dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.
25) Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak
gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang
rancu.
d. Majas pertentangan
1) Paradoks: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah
bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar.
2) Oksimoron: Paradoks dalam satu frasa.
3) Antitesis: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan
arti satu dengan yang lainnya.
4) Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah
disebutkan pada bagian sebelumnya.
5) Anakronisme: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara
peristiwa dengan waktunya.