Disusun oleh :
Tiara Prisilia Amanda
(221010700399)
FAKULTAS SASTRA
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS PAMULANG
2023
Jl. Puspitek, Buaran, Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten 15310
Alamat Email : info@unpam.ac.id Telp : (021) 741-2566 atau 7470-985
A. Pengertian puisi angkatan-80
1) Struktur Fisik
a) Rima
: Dalam puisi, rima atau persajakan timbul dari huruf atau kata yang
digunakan dalam suatu larik dan bait.
b) Imaji
: Imaji adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas
ataupengkonkret apa yang dinyatakan oleh penyair. Melalui imaji ini, apa
yangdigambarkan seolah- olah dapat dilihat, didengar, atau dirasakan.
c) Kata Konkret
: Kata konkret digunakan dalam menggambarkan objek yang terlihat oleh
mata dan bisa dirasakan panca indera. Contohnya seperti tumbuhan,
manusia, hewan, dan lain sebagainya.
d) Gaya bahasa
: Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara
khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis.
2) Struktur Batin
e) Tema merupakan gagasan pokok yang diungkapkan penyair dalam
puisinya. Tema berfungsi sebagai landasan utama penyair dalam puisinya.
Tema itulah yang menjadi kerangka pengembangan sebuah puisi.
f) Rasa
: Rasa atau feeling pada puisi merupakan sikap penyair terhadap pokok
permasalahan yang terdapat dalam puisinya.
g) Amanat
: Amanat adalah pesan kebaikan yang disampaikan pengarang melalui
cerita.
C. Analisis Puisi
Terang...
Hingga aku Berkesiur Pada Angin kecil...
Takdir-Mu.
Analisis :
A. Struktur fisik
1. Rima
= Rima pada Puisi Zikir (Karya D. Zawawi Imron) merupakan rima bebas. Dalam larik
pertama hingga larik kedua berakhiran (u), larik ketiga berakhiran (ut), larik keempat
berakhiran (n), larik kelima berakhiran (ng), larik keenam berakhiran (ur), larik ketujuh
berakhiran (il) dan larik kedelapan berakhiran (u).
2. Imaji
Dalam puisi tersebut mengandung pengimajian :
a) Pada larik kedua hingga kelima merupakan imaji rasa
b) Pada larik keenam “Terang”, merupakan imaji penglihatan.
c) Pada larik ketujih “Hingga aku Berkesiur Pada Angin kecil”, merupakan imaji
pendengaran.
3. Kata konkret
Dalam puisi tersebut ada beberapa kata konkret :
a) Alifmu pedang di tanganku
: Menandakan berzikir kepada Allah umpamanya sebuah pedang di tangan, di
mana pedang bisa melindungi diri kita dari bahaya.
b) Susuk di dagingku, kompas di hatiku
: zikir bisa menjadi “susuk”, mungkin susuk di sini bisa diartikan sebagai “pasak”
untuk raga, dan zikir bisa menjadi “kompas” yang di sini bisa diartikan sebagai
“petunjuk arah”.
4. Gaya Bahasa
Dalam puisi tersebut ada beberapa gaya Bahasa :
c) Alifmu pedang di tanganku Susuk di dagingku, kompas di hatiku
Larik diatas merupakan majas metafora karna gaya bahasa yang digunakan
untuk mengungkapkan sesuatu dengan cara yang lebih imajinatif atau
membayangkan dan bukan makna sebenarnya.
B. Struktur Batin
1. Tema
: Tema yang terdapat pada puisi tersebut yaitu keimanan kepada Allah SWT. Puisi ini
menceritakan tentang bagaimana meyakinkan manusia (beragam Islam) bahwa Allah
itu Esa melalui untaian kata-kata indah.
2. Rasa
: Rasa yang ditimbulkan dari puisi ini adalah penyair ingin memberitahukan pada
pendengarnya bagaimana kita menjadikan Allah itu sebagai tuhan satu-satunya
dengan terus berzikir sebanyak-banyaknya, memasrahkan semuanya kepada-Nya.
3. Amanat
: Kita supaya selalu berdzikir kepada Allah SWT, dan menjadikan Alaah SWT
sebagai satu-satunya dan selalu memasrahkan segala urusan kepada Allah SWT.
Analisis :
A. Struktur fisik
1. Rima
: Rima Yang terdapat pada Puisi mengenang bapa merupakan rima bebas. Larik
pertama, ketiga, sebelas, duabelas, tigabelas, limabelas, tujuhbelas, dan duapuluh
dua menggunakan akhiran (a), larik kedua, ketujuh, dan kedelapan menggunakan
akhiran (i), larik ke enambelas, tujuhbelas dan delapan belas menggunakan
akhiran (u).
2. Imaji
Dalam puisi tersebut mengandung pengimajian :
a) Pada larik pertama “Tak harus menangisinya”, merupakan imaji rasa
b) Pada larik ke limabelas “perempuan itu menatap ukiran tua”, merupakan imaji
penglihatan
c) Pada larik ke duapuluh “senyum bapa membayang di udara”, merupakan imaji
penglihatan.
3. Kata konkret
Dalam puisi tersebut ada beberapa kata konkret :
a) tabur saja bunga di jalan simpang empat
b) bebentuk kotak ukir warisan nan tunggal
4. Gaya Bahasa
Dalam puisi tersebut ada beberapa gaya Bahasa :
a) senyum bapa membayang di udara
: Pada larik diatas merupakan gaya Bahasa personifikasi yaitu Gaya bahasa yang
membandingkan benda-benda tidak bernyawa dan seolah olah membuatnya
memiliki sifat hidup.
B. Struktur Batin
1. Tema
: Tema yang terdapat pada puisi tersebut mengenang seorang bapak yang sudah
tiada.
2. Rasa
: Rasa yang ditimbulkan dari puisi ini adalah seorang penyair menyampaikan
bagaimana jika kehilangan seorang bapa, dan harus selalu ingat pesan bapak yaitu
kejar mimpi dan cita-cita.
3. Amanat
: Amanat dari puisi ini yaitu kematian tidak ada yang tau kapan datang nya, jadi
jangan sampai meninggalkan ibadah, dan jika seseorang yang sudah meninggal
tidak perlu ditangisi karna tandanya allah lebih sayang terhadap mereka yang
sudah tiada, serta jangan melupakan pesan terakhir yang diberikan oleh orang
yang sudah tiada, contohnya di dalam puisi ini yaitu dia menitipkan pesan untuk
terus mengejar mimpi dan cita-cita.
Analisis :
A. Struktur fisik
1. Rima
: Puisi ini tidak memiliki pola rima yang konsisten, sehingga termasuk dalam jenis
puisi bebas. Ritme puisi ini juga tidak teratur, namun ada beberapa upaya untuk
menciptakan ritme dengan penggunaan repetisi dan perulangan kata-kata tertentu,
seperti "Dunia ini" yang muncul di awal setiap baris pada setiap stanza.
B. Struktur Batin
1. Tema
: Tema utama yang muncul dari puisi ini adalah perasaan ketidakpuasan,
kebingungan, ketidakpastian, dan keterbatasan dalam dunia yang terbungkam ini.
2. Rasa
: Puisi ini mencoba menekankan perasaan kekecewaan, ketidakpastian, dan
kebingungan dalam kehidupan. Para pemain yang kehilangan arah, kabut tebal yang
menyembunyikan kebenaran, dan rakyat kecil yang meratap, semuanya merupakan
penggambaran emosional yang kuat.
3. Amanat
: amanat dari puisi "Dunia yang Terbungkam" adalah untuk mengajak pembaca untuk
kritis terhadap kondisi sosial, mencari makna yang sejati, bangkitkan kesadaran, dan
berjuang untuk kebebasan dalam kehidupan.