Anda di halaman 1dari 15

Makalah Analisis Puisi “Ketika Merpati Sore Melayang” Karya Taufiq Ismail

Menggunakan Kajian Struktural dan Semiotik

Untuk Memenuhi Tugas Akhir Semester Mata Kuliah Puisi


Dosen pengampu mata kuliah: Dr. Else Liliani, S.S., S.Pd., M. Hum.

Disusun oleh:

Muhammad Eka Kusuma Yudha (16210141050)

Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia


Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Yogyakarta
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Nurgiyantoro (2006, hlm. 193) mengemukakan bahwa “sebuah puisi hadir karena
orang ingin berekspresi mengekspresikan apa yang terkandung di dalam jiwanya ke dalam
bahasa yang khas: singkat, padat, ekspresif, dan puitis”. Setiap orang membutuhkan media
untuk mengekspresikan perasaan dan pikirannya mengenai persoalan yang terjadi di dalam
kehidupannya. Puisi merupakan karya seni sastra yang dapat di kaji dalam dua unsure yaitu
struktur fisik dan struktur batin.
Hampir semua orang tidak bisa memahami puisi sepenuhnya tanpa mengetahui dan
menyadari bahwa puisi itu karya yang indah sesuatu yang bermakna tidak hanya sesuatu yang
kosong,tetapi puisi merupakan angan atau imajinasi pengarang yang di sampaikan lewat bait-
bait puisi. oleh karena itu dalam makalah ini pemakalah akan menganalisis puisi dengan
struktur fisik dan batin puisi karya Taufiq Ismail berjudul “Ketika Merpati Sore Melayang”.
Karena dalam karyanya beliau sangat memperhatikan kata-katanya dengan imajinya yang
kuat. Sehingga pemakalah tertarik untuk menganalisisnya, semoga apa yang di sampaikan
pemakalah dapat bermanfaat bagi kita semua.

2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana analisis stuktur fisik puisi Taufiq Ismail yang berjudul “Ketika Merpati
Sore Melayang” dengan kajian struktural dan semiotik ?
b. Bagaimana analisis struktur batin puisi Taufiq Ismail yang berjudul “Ketika Merpati
Sore Melayang” dengann kajian struktural dan semiotik ?

3. Tujuan
a. Mengetahui struktur fisik dari puisi “Ketika Merpati Sore Melayang” karya Taufiq
Ismail dengan kajian struktural dan semiotik
b. Mengetahui struktur batin dari puisi “Ketika Merpati Sore Melayang” karya Taufiq
Ismail dengan kajian struktural dan semiotik
BAB II
KAJIAN TEORI

1. Kajian Teori

Menganalisis puisi berarti berusaha mengambil atau menemukan arti biasa maupun arti
"tambahan" yang dikandung puisi tersebut. Disamping memahami arti atau makna puisi,
kegiatan analisis juga berusaha untuk melihat struktur/ unsur-unsur puisi, dalam puisi struktur
atau unsur-unsur puisi ada 2 yaitu struktur fisik puisi dan struktur batin puisi, dalam hal ini
struktur fisik puisi yaitu:
a) Perwajahan puisi
yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri,
pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titik. Ini sangat berpengaruh dalam pemaknaan puisi.
b) Diksi
yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Pemilihan
kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan bunyi, makna, dan kata. 
c) Imaji
yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi,
seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji
suara, imaji penglihata, dan imaji raba. Imaji membuat pembaca seperti melihat, medengar,
dan merasakan seperti apa yang dialami penulis.
d) Kata kongkret
yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji.
Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang.
e) Bahasa figuratif
yaitu bahasa berkias yang dapat meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi
tertentu. Bahasa figuratif memperlihatkan banyak makna atau kaya akan makna. Bahasa
figuratif disebut juga majas.
f) Verifikasi
yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi,
baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Ritma (ritme; irama) adalah alunan yg terjadi krn
perulangan dan pergantian kesatuan bunyi dl arus panjang pendek bunyi, keras lembut
tekanan, dan tinggi rendah nada; ritme. Metrum adalah ukuran irama yg ditentukan oleh
jumlah dan panjang tekanan suku kata dl setiap baris; pergantian naik turun suara secara
teratur, dng pembagian suku kata yg ditentukan oleh golongan sintaksis

Struktur batin puisi adalah unsur pembangun puisi yang tidak tampak langsung dalam
penulisan kata-katanya. Struktur batin puisi dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a) Tema
Tema adalah pokok pikiran; dasar cerita. Media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa
adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata,
baris, bait, maupun makna keseluruhan.
b) Rasa
Rasa yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya.
Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi
penyair.
c) Nada
Nada yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan
rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama
dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada
pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
d) Amanat
Amanat adalah gagasan yg mendasari karya sastra; pesan yg ingin disampaikan
pengarang kepada pembaca atau pendengar. Sadar ataupun tidak, ada tujuan yang mendorong
penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi,
maupun dapat ditemui dalam puisinya.

2. KAJIAN PUSTAKA

KETIKA BURUNG MERPATI SORE MELAYANG


Karya : Taufiq Ismail

Langit akhlak telah roboh di atas negeri


Karena akhlak roboh, hukum tak tegak berdiri
Karena hukum tak tegak, semua jadi begini
Negeriku sesak adegan tipu-menipu
Bergerak ke kiri, dengan maling kebentur aku
Bergerak ke kanan, dengan perampok ketabrak aku
Bergerak ke belakang, dengan pencopet kesandung aku
Bergerak ke depan, dengan penipu ketanggor aku
Bergerak ke atas, di kaki pemeras tergilas aku
Kapal laut bertenggelaman, kapal udara berjatuhan
Gempa bumi, banjir, tanah longsor dan orang kelaparan
Kemarau panjang, kebakaran hutan berbulan-bulan
Jutaan hektar jadi jerebu abu-abu berkepulan
Bumiku demam berat, menggigilkan air lautan

Beribu pencari nafkah dengan kapal dipulangkan


Penyakit kelamin meruyak tak tersembuhkan
Penyakit nyamuk membunuh bagai ejekan
Berjuta belalang menyerang lahan pertanian
Bumiku demam berat, menggigilkan air lautan

Lalu berceceran darah, berkepulan asap dan berkobaran api


Empat syuhada melesat ke langit dari bumi Trisakti
Gemuruh langkah, simaklah, di seluruh negeri
Beribu bangunan roboh, dijarah dalam huru-hara ini
Dengar jeritan beratus orang berlarian dikunyah api
Mereka hangus-arang, siapa dapat mengenal lagi
Bumiku sakit berat, dengarlah angin menangis sendiri

Kukenangkan tahun ‘47 lama aku jalan di Ambarawa dan Salatiga


Balik kujalani Clash I di Jawa, Clash II di Bukittinggi
Kuingat-ingat pemboman Sekutu dan Belanda seantero negeri
Seluruh korban empat tahun revolusi
Dengan Mei ‘98 jauh beda, jauh kalah ngeri
Aku termangu mengenang ini
Bumiku sakit berat, dengarlah angin menangis sendiri
Ada burung merpati sore melayang
Adakah desingnya kau dengar sekarang
Ke daun telingaku, jari Tuhan memberi jentikan
Ke ulu hatiku, ngilu tertikam cobaan
Di aorta jantungku, musibah bersimbah darah
Di cabang tangkai paru-paruku, kutuk mencekik nafasku
Tapi apakah sah sudah, ini murkaMu?

Ada burung merpati sore melayang


Adakah desingnya kau dengar sekarang

1998
BAB III
PEMBAHASAN

1. Analisis struktur fisik pada puisi Gugur karya W.S. Rendra

a) Perwajahan puisi (tipografi)

Pada puisi Taufik Ismail yang berjudul “Ketika Burung merpati Sore
Melayang“ penulisan awal puisinya selalu dimulai dari sebelah kiri sehingga dapat
dikatakan dengan rata kiri. Dalam puisi ini penyair menata puisinya seperta puisi
jaman dahulu yaitu 1 bait yang terdiri dari beberapa baris, ini kemungkinan besar
dimaksudkan oleh penyair untuk lebih menekankan pada makna dan pembaca agar
lebih mengerti makna yang disampaikan pada puisi tersebut.

b) Diksi

Diksi yang mempresentasikan kekuasaan dalam puisi “Ketika Burung Merpati


Sore Melayang“ adalah langit akhlak dan hukum. Langit akhlak kiasan metafora
mengandung makna budi pekerti bangsa sudah banyak yang rusak. Kerusakan akhlak
terutama pada pemimpin. Hal ini dapat ditafsirkan dari kiasan langit. Langit adalah
tempat yang tinggi, pemimpin adalah orang yang mempunyai jabatan yang tinggi, jadi
langit dapat dimaknai lambing pemimpin. Seperti dalam kutipan berikut.

Langit akhlak telah roboh di atas negeri


Karena  akhlak roboh,  hukum tak tegak berdiri
Karena  hukum tak tegak, semua jadi begini

Larik langit akhlak telah roboh di atas negeri merupakan metafora yang berarti
akhlak pemimpin sudah tidak ada lagi ketika menjalankan roda pemerintahan. Karena
akhlak sudah tidak ada, hukum pun sudah tidak digunakan lagi untuk menegakkan
kebenaran dan keadilan.Para pejabat yang berwenang menjalankan hukum tidak lagi
bekerja menjalankan hukum, melainkan melakukan pembiaran bahkan melanggar
hukum. Akibat pembiaran dan pelanggaran hukum, kejahatan terjadi di mana-mana.
Penjahat menjadi orang yang berkuasa seperti yang terdapat dalam data bait berikut.
Negeriku sesak adegan tipu-menipu
Bergerak ke kiri, dengan maling kebentur aku
Bergerak ke kanan, dengan perampok ketabrak aku
Bergerak ke belakang, dengan pencopet kesandung aku
Bergerak ke depan, dengan penipu ketanggor aku
Bergerak ke atas, di kaki pemeras tergilas aku

Diksi tipu-menipu, kebentur, ketabrak, kesandung, ketanggor, dan tergilas


dalam bait di atas menunjukkan bahwa sang aku lirik selalu bertemu dengan orang-
orang jahat yang berarti sudah tidak ada lagi keamanan dimana pun berada.

c) Imaji atau Citraan

Kejadian yang pernah dialami pembaca timbul kembali ketika mambaca larik-
larik puisi. maji yang dominan dalam puisi ‘Ketika Burung Merpati Sore Melayang”
adalah imaji penglihatan. Bait-bait berikut berimaji penglihatan.

Langit akhlak telah roboh di atas negeri


Karena akhlak roboh, hukum tak tegak berdiri
Karena hukum tak tegak, semua jadi begini

Pada puisi ini juga terapat imaji perasaan, yang dapat digambarkan melalui
bait-bait puisi berikut ini.

Ada burung merpati sore melayang


Adakah desingnya kau dengar sekarang
Ke daun telingaku, jari Tuhan memberi jentikan
Ke ulu hatiku, ngilu tertikam cobaan
Di aorta jantungku, musibah bersimbah darah
Di cabang tangkai paru-paruku, kutuk mencekik nafasku
Tapi apakah sah sudah, ini murkaMu?
Pada bait diatas terdapat imaji perasaan dan perabaan, sang penulis
menggambarkan bahwa dirinya merasakan betapa beratnya menjalani musibah yang
tak henti-hentinya. Dalam baitnya sangat jelas bahwa kesakitan tersebut sangat
membuatnya tak berdaya dalam menjalani hidupnya. Imaji perabaan juga
digambarkan pada bait diatas, dimana penulis menggambarkan bahwa dirinya
merasakan ada sesuatu yang menyentuh dirinya. Terdapat pula imaji pendengaran
pada puisi ini, imaji tersebut dapat dilihat dari

Dengar jeritan beratus orang berlarian dikunyah api

yang menggambarkan, bahwa sang penulis mendengar banyak sekali orang yang tidak
selamat ketika terjadi peperangan atau kebakaran, atau ketika pemboman, sehingga
banyak sekali orang yang tewas dan tidak dapat menyelamatkan dirinya ketika
kejadian seperti yang digambarkan berlangsung.

d) Bahasa figuratif

Hukum tak tegak berdiri, bumiku demam berat, bumiku sakit berat, angin
menangis sendiri, musibah bersimpuh darah dan kutuk mencekik napasku. Hukum tak
tegak berdiri membandingkan hukum seperti manusia tua yang sudah tidak dapat
berdiri dengan kokoh sehingga sulit untuk beraktivitas. Majas ini dapat dimaknai
bahwa hukum sudah tidak berlaku lagi, tidak digunakan sesuai dengan fungsinya.
Bumiku demam berat dan bumiku sakit berat membandingkan bumi seperti manusia
yang sedang menderita sakit parah. Sakit parah itu menyebabkan manusia tidak dapat
berbuat apa-apa, dapat dimaknai negara atau bangsa yang sudah tidak mamatuhi
hukum atau aturan yang berlaku menyebabkan malapetaka menimpa bangsa
Indonesia. Terdapat pula majas ironi dalam puisi ini, dapat dilihat dari bait berikut.

Beribu pencari nafkah dengan kapal dipulangkan


Penyakit kelamin meruyak tak tersembuhkan
Penyakit nyamuk membunuh bagai ejekan
Berjuta belalang menyerang lahan pertanian
Bumiku demam berat, menggigilkan air lautan
Larik-larik di atas merupakan sindiran bagi pemerintah bahwa tenaga kerja
Indonesia banyak yang dipulangkan dari luar negeri. Kepulangan mereka
mengisyaratkan bahwa pemerintah tidak bisa mengelola tenaga kerja, tidak bisa
membuka lapangan kerja. Pemerintah juga mendapat sindiran tidak dapat menjaga
masyarakat dari ancaman penyakit, terutama penyakit kelamin. Hal ini mengindikasi
bahwa akhlak masyarakat sudah jelek, sehingga mereka bebas melakukan hubungan
seksual yang berakibat banyak penyakit kelamin.

e) Versifikasi

Dalam puisi ini beberapa bait terikat oleh rima, sehinggal dalam setiap baris
yang dibaca membuat sebuah irama yang sama. Setiap bait itu saling berhubungan
dan membuat satu sama lain antar m=bait saling menguatkan isi dari puisi itu sendiri.
Puisi ini terikat dengan pola puisi lama seperti a-b-a-b, a-a-a, dll.

2. Analisis struktur batin pada puisi Gugur karya W.S. Rendra

a) Tema

Tema puisi ‘Ketika Burung Merpati Sore Melayang’   ini diangkat karena
memberikan gambaran tentang bangsa yang tidak diberikan hak sama seperti orang-
orang yang lainnya, sehingga banyak orang yang tidak dapat bertahan hidup karena
tidak mendapatkan hak yang sama ketika terjadi musibah dan kejahatan di Indonesia,
tema dalam puisi ini menurut saya adalah keadilan sosial.

b) Nada

Puisi ini bernada sulut, yang dimaksud menyulut yaitu yaitu melalui setiap
kata yang terurai pada baris puisi. Nada pada puisi ini menggambarkan seseorang
yang ingin mendapatkan keadilan ketika terasa sudah buminya dipenuhi orang orang-
orang yang tidak dapat memberikan keadilan bagi bangsanya. Nadanya menggelora,
membuat pendengar merinding dibuatnya, nada yang ada pada puisi ini sesuai dengan
kalimat yang dibaca, ketika pada pengalan sajak Di cabang tangkai paru-paruku,
kutuk mencekik nafasku nada yang digunakan benar-benar menggambarkan bahwa
seseorang yang membacanya benar-benar tercekik napasnya hingga membuatnya
susah berbicara

c) Perasaan

Pada puisi di atas mengungkapkan tentang kejahatan dan musibah yang


dialami bangsa Indonesia. Kejahatan dan musibah ini terjadi karena penguasa tidak
menjalankan kekuasaan hukum dengan benar. Melalui puisi ini pengarang ingin
menyampaikan bahwa akibat hukum tidak dijalankan dengan benar menyebabkan
bencana kemanusiaan. Bencana kemanusiaan ini timbul akibat penguasa menjalankan
hukum secara diskriminatif. Penguasa tidak sungguh-sungguh menjalankan hukum.
Hukum berlaku bagi masyarakat kecil. Para pejabat yang berkuasa seolah-olah kebal
terhadap hukum. Puisi ini banyak mengungkapkan tentang bencana kemanusiaan
tetapi inti yang disampaikan adalah menuntut keadilan.

d) Amanat

Jadi dalam puisi ini penulis menggambarkan agar kita manusia harus saling
toleransi kepada sesama dan memberikan haknya masing-masing agar tidak terjadi
banyak bencana dan kejahatan dimana-mana. Karena ketika hal tersebut terjadi, bukan
saja orang yang tak mendapatkan haknya yang tertimpa musibah itu tetapi orang yang
mengambil haknya orang lain pula dapat tertimbap musibah dan benacana tersebut.
Agar bumi menjadi aman dan tentram hendaknya orang-orang yang mendudukinya
juga harus saling akur dan harmonis satu sama lain.
BAB IV

KESIMPULAN

Puisi “Ketika Merpati Sore Melayang” dengan tema keadilan sosial ini merupakan
sebuah puisi gambaran tentang bangsa yang tidak diberikan hak sama seperti orang-orang
yang lainnya, sehingga banyak orang yang tidak dapat bertahan hidup karena tidak
mendapatkan hak yang sama ketika terjadi musibah dan kejahatan di Indonesia, Jadi dalam
puisi ini penulis menggambarkan agar kita manusia harus saling toleransi kepada sesama dan
memberikan haknya masing-masing agar tidak terjadi banyak bencana dan kejahatan dimana-
mana. Karena ketika hal tersebut terjadi, bukan saja orang yang tak mendapatkan haknya
yang tertimpa musibah itu tetapi orang yang mengambil haknya orang lain pula dapat
tertimbap musibah dan benacana tersebut. Agar bumi menjadi aman dan tentram hendaknya
orang-orang yang mendudukinya juga harus saling akur dan harmonis satu sama lain.

Analisis yang di lakukan menggunakan beberapa metode yaitu metode semiotic dan
metode structural, pada metode structural terdapat 2 jenis, yaitu struktur fisik dan batin. Tidak
banyak menggunakan kata-kata yang konotatif.

Karya puisi Taufiq Ismail ini memiliki makna begitu luas. Setiap kata mencerminkan
diksi yang tepat makna, dengan gambaran citraan sesuai rasa dan asa. Sehingga setiap gaya
memiliki makna dalam uraian katanya. Struktur kata yang indah dengan sehingga
memberikan imajian tersendiri dalam setiap analisanya.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.lokerseni.web.id/2011/06/puisi-ketika-burung-merpati-sore.html
SARADAWA

(1 Raga 2 Nyawa)

Karya : Kusumayudh

Tenggelam aku tersipu malu, terkenang aku terbawa sendu.

Berhembus angin memuncak rindu, terhempas lepas terhalang kalbu.

Terbuai, lagu tentang dirimu.

Awalku tembus akhirku pilu, pagi kusapa malam tampak biasa.

Mengingatpun tak lagi teringat, merasapun tak lagi melihat.

Berjuta tetes darah jatuh dalam nampan merah,

Teriakmu memecah hening nan gundah,

Berfikirku hanya menangis tanpa arah, dan senyummu bagai kalbu dalam resah,

Mencoba terus mengingat, meski lelah.

Hmmmmmm,

Aku yang menangis kau tersenyum haru,

Aku yang berjalan kau terbujur kaku,

Aku yang bernafas kau dirombak debu,

Dan mungkin jika ku tiada, kau hidup bersendu.

Kau mati dalam memperjuangkanku!


Yogyakarta, 2016.

Anda mungkin juga menyukai