KALIMAT
NONDEKLARATIF SEMATAN
OLEH:
FIRDA F012171003
HERLISA F012172003
1|Page
Pada contoh kalimat imperatif di atas, setelah diparafrasekan, terjadi perubahan
bentuk kalimat seperti penghilangan partikel imperatif marilah, ketidak hadiran subjek
kalimat imperative yang disematkan sebagai klausa pemerlengkapan, dan penambahan
keterangan bersama-sama, serta perubahan verba matriks.
A. Pola Kalimat Imperatif
(3) Contoh kalimat imperative dan variasinya
a. Baca buku itu
(P) (Pel.)
b. Kamu baca buku itu
(S) (P) (Pel.)
c. Saya menyuruhmu supaya kamu membaca buku itu
K1 K2
(S) (P) (Ket.)
Kalimat 3b dan 3c merupakan variasi bentuk kalimat imperatif 3a. Pada kalimat
3b, pronominal kamu dihadirkan, sedangkan pada kalimat 3c, kalimat imperative
disematkan sebagai klausa pemerlengkapan sehingga makna keimperatifan terdapat
pada verba matriks menyuruhmu. Dari variasi bentuk kaimat imperatif tersebut, terlihat
perbedaan kadar tinggi-rendahnya tuntutan keimperatifannya.
baca
b Jangan kamu majalah itu
membaca
(Negatif) (S) (P) (O)
2|Page
Pada kalimat imperatif transitif yang aktif, jika subjek dipisahkan dari verba
predikat, awalan meŋ- tidak dapat ditanggalkan. Kalimat imperatif negatif yang
berawalan meŋ- akan berkesan sebagai kalimat deklaratif di telinga pendengar.
Pada contoh kalimat imperatif di atas, tampak bahwa partikel lah dapat
dirangkaikan pada unsur predikat (6b dan 6d), adverbia (6e), nomina objek yang
bermakna generik (6c), sedangkan bentuk ketidakberteimaan (6a) karena merupakan
nomina objek yang bersifat spesifik.
3|Page
c.i Biar kamu tinggal di sini saja
c.ii Saya minta kepadamu supaya kamu tinggal di sini saja
Pada kalimat imperatif yang didahului adverbia performatif imperatif biar terdapat
semacam ”pertentangan” antara pembicara dan lawan bicara. Jika pembicara setelah
mempertimbangkan alternatif yang ada, memutuskan untuk melakukan sesuatu yang
dinilainya terbaik, maka permintaan izin itu lebih bersifat pemberitahuan dan
pendengar tidak diberi kesempatan untuk melakukan penilaian terhadap keputusan
pembicara. Dengan kata lain, permintaaan izin yang bersifat pemberitahuan
diungkapkan dengan menggunakan adverbia performatif imperatif biar.Selain itu,
Adverbia performatif imperatif biar tidak mencerminkan adanya kewenangan yang
lebih tinggi pada pembicara ataupun pada pendengar dan adverbia performatif
imperatif biar tidak dapat dinegatifkan (kalimat 7d)
4|Page
4. Adverbia Performatif Imperatif : Coba
Adverbia performatif imperatif bentuk coba dapat digunakan pada kalimat imperatif
permintaan izin (kalimat 9a), kalimat imperatif ajakan (kalimat 9b), dan kalimat
imperatif suruhan (kalimat 9c)
5|Page
6. Adverbia Performatif Imperatif :harap, hendaklah, hendaknya, mohon
Adverbia performatif imperatif harap, hendaklah, hendaknya, dan mohon
digunakan untuk memodifikasi makna “ajakan” (kalimat 11a) dan makna “suruhan”
(kalimat 11b).
Harap
Hendaklah
b.i surat itu kamu kirimkan segera
Hendaknya
Mohon
berharap
menghendaki
b.ii Saya Supaya surat itu kamu kirimkan segera
menginginkan
mohon
Harap
Hendaklah
c.i jangan kita lupakan peristiwa itu
Hendaknya
Mohon
Ajakan pada umumnya dimaksudkan untuk melakukan sesuatu bukan untuk tidak
melakukan sesuatu, sehingga kalimat imperatif yang diawali dengan adverbia
performatif imperatif seperti harap, hendaklah, hendaknya, dan mohonyang dapat
dinegatifkan.
Makna dan pemakaian adverbia performatif imperatif harap, hendaklah, hendaknya,
dan mohoncenderung menyatakan ajakan dan suruhan yang bersifat harapan,
kehendak, keinginan, dan permohonan. Makna masing-masing bentuk tersebut
tercermin pada verba matriks yang digunakan pada parafrase performatif kalimat
imperatif yang bersangkutan dan mencerminkan pembicara memiliki kewenangan
yang lebih rendah atau merendah daripada lawan bicara.
6|Page
a.iii *Silakan kamu masuk
a.iv *Silakan jangan masuk
a.v Silakan merokok
Pada contoh kalimat imperatif di atas, tampak bahwa makna suruhan yang
terkandung dalam kalimat imperatif tersebut menyatakan kepentingan pihak kedua
atau pihak pendengar. Padahal, dalam makna suruhan kalimat imperatif tersebut
juga menyatakan kepentingan pembicara meskipun kewenangan dominan tetap pada
pihak pendengar atau lawan bicara.
Dengan kata lain, bentuk tolong digunakan untuk menyatakan suruhan yang bersifat
permintaan kepada seseorang untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat atau baik
menurut penilaian pembicara.
7|Page
Hubungan Kewenangan antara Pembicara dan Pendengar pada Pemakaian Adverbia
Performatif
Kewenangan yang Dominan
Adverbia Performatif
Pembicara Pendengar
Ayo + -
Biar x x
Coba + -
Harap - +
Hendaklah - +
Hendaknya - +
Mari - +
Mohon - +
Silakan x x
Tolong - +
Keterangan: - = tidak dominan
+ = dominan
x = netral
2. Bentuk silakan
Bentuk silakan biasanya menyatakan makna “tawaran”. Akan tetapi, pada konteks
tertentu bentuk silakan dapat menyatakan makna “izin”.
Contoh:
a. Silakan merokok sebagai tawaran jika diucapkan sambil menyodorkan rokok
kepada lawan bicara
b. Silakan merokok sebagai izin jika diucapkan kepada lawan bicara di tempat
yang ada peringatan larangan merokoknya
3. Bentuk lah
Satu-satunya adverbia performatif yang tidak mempunyai makna yang jelas adalah
bentuk lah. Kehadiran bentuk lah pada kalimat imperatif berfungsi memperluas
8|Page
kalimat imperatif yang bersangkutan tanpa mengubah makna dasar kalimat
imperatif tersebut,
Contoh:
a. Baca buku itu
b. Bacalah buku itu (lebih halus, tetapi makna dasar kalimat tidak berubah)
4. Bentuk Negatif
Kalimat imperatif negatif selalu menyatakan larangan. Kadar larangan dapat
dimodifikasi dengan beberapa cara, seperti:
a. Kehadiran bentuk lah
Contoh:
Janganlah kamu baca majalah itu
b. Penggunaan bentuk pasif
Contoh:
Jangan dibaca majalah itu (terasa lebih halus karena terkesan larangan tersebut
ditujukan pada pihak ketiga)
c. Penambahan meŋ
Contoh:
Jangan kamu membaca majalah itu (terasa lebih halus karena terkesan sebagai
kalimat deklaratif)
2. Suruhan
a. Coba baca buku itu.
b. Saya menyuruhmu untuk membaca buku itu.
3. Permintaan
a. Tolong tutup pintu itu.
b. Saya minta supaya kamu menutup pintu itu.
4. Permohonan
a. Ampunilah hamba-Mu ini.
b. Saya mohon Engkau mengampuni hamba-Mu ini.
9|Page
5. Desakan
a. Ayo habiskan susu itu.
b. Saya mendesakmu untuk meghabiskan susu itu.
6. Bujukan
a. Habiskan susu itu, yo.
b. Saya membujukmu supaya kamu menghabiskan susu itu.
7. Himbauan
a. Jagalah kebersihan.
b. Saya menghimbau supaya kamu menjaga kebersihan.
8. Persilaan
a. Silakan masuk.
b. Saya mempersilakanmu untuk masuk.
9. Izin
a. Silakan merokok.
b. Saya mengizinkanmu untuk merokok.
10. Ajakan
a. Mari kita pergi.
b. Saya mengajakmu untuk pergi (bersama saya).
12. Penegasan/pemberitahuan
a. Biar saya jaga rumah.
b. Saya minta supaya kamu membiarkan saya menjaga rumah.
13. Harapan
a. Harap tenang.
b. Saya berharap supaya kamu tenang.
14. Kehendak
a. Hendaklah kamu hemat uang ini.
b. Saya menghendaki supaya kamu hemat uang ini.
10 | P a g e
15. Keinginan
a. Hendaknya kita cari pekerjaan dulu.
b. Saya menginginkan supaya kita mencari pekerjaan dulu.
16. Larangan
a. Jangan ganggu adikmu.
b. Saya melarangmu untuk mengganggu adikmu.
17. Umpatan
a. Mampus kamu.
b. Saya minta supaya kamu mampus.
11 | P a g e
Contoh: Baca buku itu
Sb P
FN FV
V FN FN
+Perf
+Kom K’
+Ling
+Imp Pm K
+SURUH
FN FV
12 | P a g e
c. Di mana dia membaca surat
(Ket.) (S) (P) (O)
13 | P a g e
Kalimat interogatif konfirmatoris juga dapat dibentuk dengan menggunakan pola
intonasi suara menaik di akhir kalimat. Selain itu, penambahan partikel kah dapat
diklitikan pada unsur yang menjadi fokus kalimat, tetapi jika kata tanya apa hadir,
partikel kah diklitikkan pada kata tanya apa.
Jika kalimat interogatif konfirmatoris disematkan sebagai pemerlengkapan, kata
tanya apa berfungsi sebagai pemerlengkap untuk menghubungkan klausa matriks
dengan klausa pemerlengkapan dan dapat dilekati oleh partikel kah.
1. Contoh pola intonasi suara menaik
a. Dia menulis surat kepadamu?
(S) (P) (O) (Ket.)
Sp P
FN FV
FV FPp FN
+Perf
+Kom K’
+Ling
+Int Pm K
14 | P a g e