Capaian Peserta didik mampu mengevaluasi dan mengkreasi informasi berupa gagasan,
Pembelajara pikiran, perasaan, pandangan, arahan atau pesan yang akurat dari menyimak
n berbagai tipe teks (nonfiksi dan fiksi) dalam bentuk monolog, dialog, dan gelar
wicara.
Tujuan 10.7 Peserta didik mampu mengevaluasi dan mengkreasi infomasi pada teks
Pembelajara eksposisi melalui kegiatan menyimak.
n
Deskripsi Peserta didik mengenali dan menganalisis informasi pada teks eksposisi,
umum mengevaluasi teks eksposisi, dan mengkeasi informasi yang diperoleh dari berbagai
kegiatan sumber.
1
Materi ajar, Buku penunjang yang memuat teks eksposisi
alat, dan KBBI luring/daring: https://kbbi.kemdikbud.go.id/
bahan PUEBI luring/daring:https://puebi.readthedocs.io/en/latest/
Video/rekaman/radio/majalah/koran yang berisi teks eksposisi
Internet/laptop/kertas/alat tulis
Perkiraan biaya: fotokopi LKPD dan materi= 36xRp10.000,-= Rp 360.000,00
Sarana dan Laptop, LCD proyektor, jaringan internet, power point, LKPD, aplikasi mengajar
Prasarana lainnya.
Pertanyaan Esensial
Hal-hal apa yang diperhatikan dalam menyimak teks eksposisi?
Pengetahuan Esensial
Memiliki kemampuan menyimak untuk mengenali, menganalisis, dan mengevaluasi informasi
melalui teks eksposisi.
2
Memproduksi Teks Eksposisi 90 menit
Pertemuan Pertama
4
Pertemuan Kedua
5
Kegiatan Penutup (10 Menit)
Guru dan peserta didik membuat simpulan bersama-sama mengenai mengembangkan
teks eksposisi.
Guru dan peserta didik melakukan refleksi mengenai pembelajaran hari ini.
Guru mengingatkan topik pembelajaran berikutnya, yaitu memproduksi teks eksposisi.
Guru menugaskan peserta didik untuk mengamati isu yang sedang hangat diperbincangkan
yang faktual.
Guru dan peserta didik mengakhiri pembelajaran dengan doa.
6
Pertemuan Ketiga
Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
Guru mengucapkan salam pembuka, mengecek kehadiran peserta didik, berdoa untuk memulai
Matari Pembelajaran : Memproduksi Teks Eksposisi
pembelajaran.
Alokasi
GuruWaktu : 2 x 40
menanyakan kabar menitpeserta didik.
kepada
Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan
materi yang akan dipelajari.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.
Guru menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan pembelajaran.
Kegiatan Inti (Model Discovery Learning)
Fase 1
Peserta didik mengamati video yang ditayangkan oleh guru mengenai isu/topik yang sedang
hangat diperbincangkan.
Fase 2
Peserta dibagi ke dalam beberapa kelompok yang terdiri atas 4 – 5 peserta didik
Peserta didik bertanya jawab mengenai video tersebut.
Peserta didik merespons pertanyaan dari guru
Masalah apa yang terdapat dalam video tersebut?
Bagaimana fakta dan opini yang terdapat video tersebut?
Fase 3
Peserta didik mengamati topik/masalah yang menarik. Misalnya, dampak belajar secara
daring.
Peserta didik memilih topik yang dikuasai.
Peserta didik mengumpulkan informasi mengenai topik tersebut dari berbagai sumber.
Fase 4
Peserta didik mengolah informasi mengenai 1) membuat kerangka teks eksposisi; 2)
mengembangkan kerangka teks eksposisi.
Fase 5
Setiap kelompok berdiskusi untuk melakukan pemeriksaan dan memberikan pembuktian
pada data yang ditemukan.
Fase 6
Peserta didik menuliskan teks eksposisi dengan format yang diberikan.
Peserta didik peserta didik merancang teks eksposisi yang telah dibuat dalam bentuk
video/presentasi power point/lisan/rekaman.
Kegiatan Penutup (10 menit)
Guru dan peserta didik membuat simpulan bersama-sama mengenai memproduksi teks
eksposisi.
Guru dan peserta didik melakukan refleksi mengenai pembelajaran hari ini.
Guru mengingatkan topik pembelajaran berikutnya, yaitu mengevaluasi teks eksposisi yang
telah dibuat dalam bentuk video/presentasi powerpoint/lisan/rekaman.
Guru dan peserta didik mengakhiri pembelajaran dengan doa.
7
Pertemuan Keempat
8
Pertemuan Mengidentifikasi Teks Eksposisi
Pertama
Sekolah :
Nama :
Kelas/Semester :
Topik :
Tanggal :
Teks 2
10
Sumber: Kompasiana.com
Gambar 2: Menjaga Kebersihan Lingkungan
Menurut laporan Riskesdas, hanya 59,8 rumah tangga yang memiliki akses terhadap fasilitas
sanitasi yang sesuai standar. Selain itu, pola atau kebiasaan higienitas yang baik seperti sikat gigi dan cuci
tangan juga masih belum dilakukan seluruh masyarakat Indonesia.
Kesadaran masyarakat Indonesia yang masih rendah terhadap kebersihan berpengaruh besar
terhadap kesehatan. Penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan diare adalah dua penyakit
utama yang disebabkan oleh lingkungan hidup yang kurang bersih. Menurut laporan Riskesdas, diare
bahkan merupakan penyebab 31 persen kematian anak berusia 1 bulan hingga 1 tahun. Sedangkan rata-
rata prevalensi penyakit ISPA di Indonesia mencapai angka 25 persen, dengan angka tertinggi 41,7 persen
dari provinsi Nusa Tenggara Timur.
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kebersihan, menurut
Purnawan, perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi higienitas masyarakat. Faktor
yang pertama adalah akses sanitasi yang memadai. Akses sanitasi ini tidak hanya meliputi jamban dan
fasilitas sanitasi lain yang sesuai dengan standar kesehatan, tetapi juga tersedianya air bersih. Menurut
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Jakarta, 41 persen sumur yang ada di lingkungan rumah
tangga di Jakarta hanya berjarak 10 meter dari septic tank. Hal ini menunjukkan bahwa air yang
digunakan masyarakat masih belum sesuai dengan standard kesehatan.
Faktor kedua adalah perilaku dan kebiasaan masyarakat itu sendiri mengenai kebersihan. Hal ini
dapat berupa kebiasaan-kebiasaan kecil, dari membuang sampah di tempatnya hingga rajin mencuci
tangan. Perilaku dan kebiasaan adalah sesuatu yang diajarkan sejak kecil, terutama lewat keluarga dan
lingkungan sekolah. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pihak sekolah untuk menanamkan
kebiasaan positif pada anak-anak.
Faktor yang terakhir adalah budaya di masyarakat sekitar. Budaya yang diadopsi suatu masyarakat
di wilayah tertentu pastinya berpengaruh terhadap kebiasaan dan perilaku yang diajarkan ke tiap
individu. Oleh karenanya, kata Junaidi, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kebersihan
dan kesehatan, perlu kerja sama dari berbagai macam sektor, dari pemangku kebijakan yang memegang
regulasi, akademisi, pelaksana, hingga masyarakat itu sendiri.
(Sumber: Dikutip dari https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180423183600-255-292946/
kesadaran-masyarakat-indonesia-akan-kebersihan-masih-rendah, 10 November 2020, dengan
penyesuaian).
11
Pertanyaan:
1. Bagaimana ciri-ciri kedua teks tersebut?
Nomor Ciri-Ciri Teks 1 Ciri-Ciri Teks 2
12
2. Bagaimana struktur kedua teks tersebut?
Struktur Teks I
Nama Struktur Paragraf Alasan
Struktur Teks 2
Nama Struktur Paragraf Alasan
13
3. Bagaimana kaidah kebahasaan kedua teks tersebut?
Kaidah Kebahasaan Teks 1
No. Contoh Kalimat
Ciri Kebahasaan
14
No. Ciri Kebahasaan Contoh Kalimat
Teks 2
15
Pertemuan
Kedua Mengembangkan Teks Eksposisi
Sekolah :
Nama :
Kelas/Semester :
Topik :
Tanggal :
16
upaya pencegahan meluasnya penyebaran virus ini, pada tanggal 15 Maret 2020 Presiden RI Joko
Widodo mengumumkan social distancing atau jaga jarak antar satu dengan yang lain menjadi hal
yang sangat penting dilakukan. Presiden juga menyampaikan bahwa saatnya masyarakat kerja dari
rumah, belajar dari rumah, serta beribadah di rumah. Kebijakan tersebut menyebabkan banyak
sekolah-sekolah yang sementara waktu ditutup, kantor-kantor menerapkan work from home
(WFH) bagi karyawannya, bahkan banyak tempat-tempat ibadah meniadakan kegiatan ibadah
secara komunal di tempat ibadah dan warga diminta beribadah di rumah masing-masing dan
beraktivitas di rumah saja.
Dengan adanya perintah belajar dari rumah tersebut tidaklah serta merta dapat diterima dan
dilakukan masyarakat Indonesia, terlebih karena masih terbatasnya kemampuan teknologi
komunikasi masyarakat dan juga biaya yang banyak harus dikeluarkan untuk pembelian paket
internet bahkan ada yang harus membeli handphone berbasis android baru untuk menunjang
pembelajaran daring (dalam jaringan) yang dilakukan oleh masing-masing sekolah.
Penulis sendiri sebagai seorang Guru ASN tunduk dan patuh kepada himbaun pemerintah
untuk mengajar dari rumah atau teaching from home (TFH), beribadah di rumah. Hal yang sangat
mengharukan serta menyedihkan bagi seluruh umat Islam sedunia bahwa ketika memasuki bulan
suci Ramadahan 1441 H tepatnya pada tanggal 24 April 2020, penyebaran virus ini masih berlanjut,
bahkan sampai memakan puluhan korban jiwa. Shalat tarawih yang biasanya dilaksanakan di masjid
atau mushalla dialihkan ke rumah masing-masing. Namun, kita selaku orang mukmin yang
bertaqwa kepada Allah SWT tentu meyakini bahwa dalam hidup ini tidak selamanya aman, tenang,
dan kondusif. Kita hanya perlu meyakini dengan adanya takdir Allah yang baik dan yang buruk akan
berlaku dan tugas kita hanya memelihara diri beserta anggota keluarga untuk tidak tertular virus
Covid-19 dengan mengikuti fatwa ulama dan penerapan protokol kesehatan yang sudah ditetapkan
pemerintah, selalu berdoa setiap selesai shalat lima waktu sebagaimana dianjurkan oleh Nabi
Muhammad SAW.
Peroblematika pembelajaran Daring ini tidak hanya dialami oleh murid-murid. Akan tetapi,
dengan masih mewabahnya Covid-19 sampai dengan akhir tahun ajaran, mengharuskan guru-guru
membuat soal ujian atau penilaian akhir tahun pelajaran 2019/2020 dalam bentuk google form. Ini
merupkan hal baru bagi guru-guru di Indonesia. Dengan motivasi yang tinggi akhirnya guru berhasil
tetap melakukan penilaian akhir tahun (PAT) dengan baik dan tingkat keikutsertaan anak sesuai
dengan yang diharapkan.
17
Strategi pembelajaran jarak jauh yang penulis lakukan selama mengajar dari rumah (teaching
from home) yang ditetapkan oleh pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kementerian
Agama Republik Indonesia adalah dengan memanfaatkan grup Whatsapp (WA) per kelas,
memberikan penugasan, latihan dikirim melalui WA kemudian ulangan harian memakai aplikasi
Kahoot, ZCM serta Google Clasroom. Penulis mengirimkan video pembinaan karakter kepada
masing-masing grup WA, video contoh pembacaan muratal surah as-sajadah beserta doa yang
dibaca ketika sujud pada ayat ke-15 dan juga berbagai hal yang sangat di butuhkan oleh murid-
murid, misal panduan niat menyerahkan dan menerima zakat fitrah, khutbah idul fitri singkat di
rumah, dan memberikan bonus juga bagi murid yang melakukannya dengan syarat mengirim foto
dan video ke Penulis.
Mengapa pembelajaran daring ini memunculkan segudang problematika? Jawabannya adalah
di tengah pandemi Covid-19 yang masih mewabah hingga memakan korban ribuan orang, di sana-
sini terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran, kantin sekolah tidak jalan, transportasi
lumpuh, pedagang sepi konsumen, masyarakat disuruh menahan diri di rumah, menjaga imun
tubuh, dan ibadah serta kerja dari rumah. Sementara dengan adanya kebijakan tersebut menambah
biaya pengeluaran rumah tangga.
Satu hal yang bisa disampaikan kepada anak-anak murid bahwa jika pembelajaran normal
tentunya anak-anak memakan biaya yang banyak, seperti ongkos oplet, bensin, dan jajan setiap
hari. Guru dapat memberikan gambaran bahwa biaya itu semua bisa dialihkan ke pembelian paket
untuk terus dapat mengikuti pembelajaran meskipun tidak maksimal dan kebijakan pemerintah
selama pandemi Covid-19 ini menitikberatkan pembinaan karakter, baik oleh guru maupun orang
tua di rumah. Maka, banyak guru yang memberi penilaian bagus ketika anak muridnya memberikan
laporan shalatnya secara rutin, baca qur’annnya berkelanjutan, dan juga tugas membantu orang tua
selama di rumah dengan membuktikan foto-foto penunjang dan bukti fisik.
Usaha pemerintah dalam memaksimalkan kebijakan pembelajaran daring ini terus dilakukan ,
antara lain pemberian paket internet kepada guru-guru dan juga menjaring siswa yang sangat
membutuhkan paket internet untuk dapat mengikuti pembelajaran daring tersebut. Di samping itu
banyak cara lain yang dilakukan oleh guru-guru bagi anak yang tidak mempunyai ponsel android,
seperti meminta anak-anak menjemput tugas di Madrasah dengan tetap mengikuti standar protokol
kesehatan.
Di samping itu, pihak Kementerian Agama mengadakan monitoring pelaksanaan pembelajaran
18
jarak jauh (PJJ) atau daring sesuai jadwal yang ditentukan. Di Madrasah kami, PJJ ini dilakukan
pukul 07.30 -- 08.30 dengan menggunakan aplikasi Zoom cloud meeting dan sebelumnya dari jam
07.00 -- 07.30 digunakan waktu untuk pembentukan karakter oleh wali kelas masing-masing dalam
bentuk setoran dan menyimak tadarus Al-Qur’an 5 ayat persiswa sejumlah 5 siswa melalui video call
dan juga memastikan apakah anak sudah siap mengikuti pembelajaran. Setelah itu, siswa dapat
mengakses e-lerning sesuai dengan jadwal pembelajaran yang sudah dibagikan.
Semoga semua usaha baik ini dalam mencerdaskan anak bangsa dan membangun karakter di
musim pandemi Covid-19 ini berhasil guna dan menjadi sejarah bangsa dan dunia untuk mereka
ceritakan nanti ke anak keturunan mereka apa yang mereka alami, bagaimana mereka merasakan
shalat tarawih di rumah sebulan penuh, bahkan terkadang mereka mengimami ibu dan adik-
adiknya, menjadi khatib saat shalat Idul Fitri di rumah serta hari raya hanya di rumah saja. Semoga
pandemi Covid-19 ini segera berakhir sehingga belajar, bekerja dan aktivitas lainnya dapat berjalan
normal.
(Sumber: Dikutip dari https://www.stit-alkifayahriau.ac.id/problematika-pembelajaran-daring-
pada-masa-pandemi-covid-19/, 28 Maret 2021, dengan penyesuaian)
a. Tentukanlah informasi pada teks yang telah Anda simak pada format berikut
Struktur Gagasan Pokok Gagasan Penjelas
Tesis
Argumen-Argumen
19
Penegasan Ulang
b. Tuliskanlah kembali isi informasi berdasarkan gagasan yang telah Anda susun dengan
menggunakan kata-kata sendiri!
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
20
………………………………………………………………………………………………………
Pertemuan Memproduksi Teks Eksposisi
Ketiga
Sekolah :
Nama :
Kelas/Semester :
Topik :
Tanggal :
21
Menulis Teks Eksposisi
Topik :
Kerangka tulisan :
Tesis
Rangkaian
argumen
Penegasan
ulang
Sekolah :
Nama :
Kelas/Semester :
Topik :
Tanggal :
1. Presentasikanlah hasil kerja berupa video/power pint/rekaman kelompok Anda di depan kelas!
2. Simaklah presentasi kelompok lain dan berikanlah tanggapan!
3. Catatlah hasil evaluasi kelompok Anda pada format berikut!
4. Laporkanlah hasil evaluasi Anda di depan kelas!
23
Format Hasil Evaluasi Presentasi Teks Eksposisi
Nama Anggota Kelompok:
Nama Judul Teks Aspek Penilaian Kometar
Kelompok Isi Struktur Kaidah
kebahasaan
24
Kriteria Penilaian
Nama :
Kelas /Semester :
Tanggal Penugasan :
Rubrik Penilaian: Mengidentifikasi Teks Ekposisi
25
Mengembangkan isi teks eksposisi kurang logis. 20
Total 100
26
Rubrik Penilaian Keterampilan: Menulis Teks Eksposisi
Nama Peserta Didik :
Kelas /Semester :
Tanggal Penugasan :
Nama Kelompok :
Kelas /Semester :
Tanggal Penugasan :
27
Rubrik Penilaian Presentasi
Nama :
Kelas /Semester :
Tanggal Penugasan :
Pedoman Penskoran
28
Rubrik Penilaian Diskusi
Keterangan:
Sangat baik = 12 – 15
Baik = 9 – 11 Nilai = Skor Perolehan x 100 = ………………..
Cukup baik =6–8 Skor Maksimal
Kurang Baik =3–5
Tidak baik =1–3
29
Refleksi Peserta Didik
Refleksi Guru
31
Pengayaan dan Remedial
Pengayaan
Pengayaan diberikan untuk menambah wawasan peserta didik mengenai materi pembelajaran
yang dapat diberikan kepada peserta didik yang telah tuntas mencapai kompetensi dasar (KD).
Pengayaan dapat ditagihkan atau tidak ditagihkan, sesuai kesepakatan dengan peserta didik.
Berdasarkan hasil analisis penilaian, peserta didik yang sudah mencapai ketuntasan belajar
diberi kegiatan pembelajaran pengayaan untuk perluasan atau pendalaman materi
(kompetensi), antara lain pemberian tugas untuk mencari, menganalisis, dan mendiskusikan
teks berita yang benar dan teks berita yang hoaks.
Remedial
32
Remedial dapat diberikan kepada peserta didik yang capaian kompetensi dasarnya (KD) belum
tuntas.
Guru memberi semangat kepada peserta didik yang belum tuntas.
Guru akan memberikan tugas bagi peserta didik yang belum tuntas dalam bentuk
pembelajaran ulang, bimbingan perorangan, belajar kelompok, pemanfaatan tutor sebaya
bagi peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar sesuai hasil analisis penilaian.
Mengembangkan Paragraf
Paragraf merupakan bagian dari suatu karangan. Paragraf mengandung beberapa unsur. Unsur-
unsur yang terdapat dalam paragraf berupa masalah, gagasan pokok, kalimat utama, kalimat penjelas,
fakta, opini.
Masalah merupakan sesuatu yang harus diselesaikan atau dicari jalan keluarnya.
Gagasan pokok (ide pokok) adalah hal yang dibahas dalam paragraf atau pikiran yang menjiwai
seluruh paragraf. Gagasan pokok merupakan gagasan yang mendasari terbentuknya sebuah
paragraf. Gagasan pokok terletak di awal, akhir, awal dan akhir, atau di seluruh paragraf. Gagasan
pokok dalam suatu paragraf didukung oleh beberapa kalimat penjelas.
Fakta merupakan keadaan, peristiwa yang sesuai dengan kenyataan; sesuatu yang benar-benar
ada atau terjadi.
Pendapat adalah pikiran, anggapan, perkiraan, atau simpulan oleh seseorang.
33
Kalimat utama merupakan kalimat berisi gagasan pokok. Kalimat utama dapat ditemukan di awal,
awal dan akhir, atau di seluruh paragraf.
Ciri-ciri kalimat utama di antaranya
mengandung permasalahan yang dapat diuraikan lebih lanjut;
biasanya berupa kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri;
mempunyai arti tanpa dihubungkan dengan kalimat lain;
dapat dibentuk tanpa kata sambung atau transisi; dan
dalam paragraf induktif, kalimat utama sering ditandai kata-kata kunci, seperti jadi atau
dengan demikian.
Kalimat penjelas adalah kalimat yang menjelaskan kalimat utama. Kalimat penjelas berisi
informasi yang mendukung kalimat utama. Kalimat penjelas harus berkaitan dengan gagasan
pokok yang termuat dalam kalimat utama. Kalimat penjelas disebut juga kalimat pendukung.
Fakta adalah sesuatu yang benar-benar terjadi sehingga dapat dibuktikan kebenarannya,
sedangkan opini adalah pendirian atau sikap seseorang terhadap suatu hal.
Ciri-ciri kalimat fakta, yaitu (1) bersifat objektif; (2) kalimat disajikan berdasarkan
penalaran (logis); (3) dilengkapi data autentik berupa angka dan bukti tentang objek; (4)
umumnya berisi jawaban atas pertanyaan apa, siapa, kapan, di mana, dan berapa, dan (5) acuan
peristiwa terjadi pada masa lampau dan sekarang.
Adapun ciri-ciri opini, yaitu (1) belum teruji kebenarannya dan masih bersifat subjektif; (2)
tidak memiliki data pendukung atau bukti yang akurat; (3) merupakan suatu peristiwa yang
belum terjadi karena merupakan suatu pendapat.
Teks Eksposisi
Teks eksposisi adalah teks yang mengupas suatu masalah dengan disertai sejumlah
argumentasi dan fakta-fakta. Di dalam teks eksposisi terkandung sejumlah tanggapan ataupun
penilaian, bahkan ada saran, sugesti, dorongan, atau ajakan-ajakan tertentu kepada khalayak.
34
Ciri-Ciri Teks Eksposisi
Memuat persoalan pokok secara objektif
Bersifat informatif
Memuat argumen yang berupa penilaian, tanggan atas masalah.
Memuat fakta-fakta yang berupa latar belakang masalah untuk meyakinkan argumen.
Memuat saran atau rekomendasi sebagai solusi atas masalah.
Pola Pengembangan Teks Eksposisi
Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang dikembangkan dengan menuliskan gagasan utama
(bersifat umum) kemudian diikuti gagasan-gagasan penjelas (bersifat khusus). Gagasan utama tersebut
terdapat pada kalimat utama/kalimat topik, sedangkan gagasan penjelas terdapat di kalimat-kalimat
penjelas. Contoh:
Disiplin menjadi permasalahan di lingkungan sekolah belakangan ini. Hal tersebut terjadi karena
banyak siswa yang sering datang terlambat. Apalagi beberapa hari ini saat digelar ujian tengah
semester, masih juga ada yang terlambat. Persoalan tersebut kemudian dirapatkan oleh komite
sekolah yang menghasilkan kebijakan soal hukuman lari keliling lapangan jika terbukti terlambat lebih
dari sepuluh menit. (Sumber: Dikutip dari https://dosenbahasa.com/paragraf-deduktif-induktif-dan-
campuran, 17 November 2020)
Paragraf Induktif
Paragraf induktif adalah paragraf yang dikembangkan dengan menuliskan gagasan-gagasan
penjelas kemudian diakhiri dengan gagasan utama sebagai simpulan atau penegasan. Contoh:
Kanker paru merupakan satu di antara penyakit yang mengancam keselamatan perokok, baik
perokok aktif, maupun perokok pasif. Hal ini berasal dari asap yang dihasilkan dari proses merokok
tersebut yang di dalamnya terdapat kandungan zat kimia berbahaya seperti tar dan nikotin. Oleh sebab
itu, anjuran untuk berhenti merokok harus digerakkan oleh semua lapisan masyarakat. (Sumber:
Dikutip dari https://dosenbahasa.com/paragraf-deduktif-induktif-dan-campuran, 17 November 2020).
Paragraf Proses
Paragraf proses adalah paragraf yang tersusun atas rangkaian kalimat yang berurutan. Satu
35
kalimat menjadi penjelas bagi kalimat sebelumnya sehingga paragraf tidak mengandung simpulan.
Pembaca harus menyusun sendiri gagasan utamanya berdasarkan uraian yang disajikan. Contoh:
Ada beberapa langkah yang mesti diikuti saat hendak menyajikan secangkir teh hangat yang
manis. Pertama, sediakan air panas ke dalam satu cangkir teh. Kemudian, masukkan teh celup atau
bubuk teh ke dalam air tersebut hingga air berwarna merah kecoklatan. Keluarkan teh celup atau
saring air teh dari bubuknya. Lalu, tambahkan dua sendok teh gula ke dalam air teh. Aduklah hingga
merata. Setelah itu, diamkan sejenak agar panasnya sedikit berkurang. Secangkir teh hangat panas pun
sudah bisa dinikmati. (Sumber: Dikutip dari https://dosenbahasa.com/contoh-pola-pengembangan-
paragraf-eksposisi, 17 November 2020, dengan penyesuaian).
Paragraf Ilustrasi
Paragraf ilustrasi adalah paragraf yang disusun dengan menyajikan gagasan utama yang diuraikan
menjadi beberapa gagasan penjelas berupa contoh, ilustrasi, dan gambaran.Contoh:
Dewasa ini, mencari orang-orang yang jujur dan tulus sangatlah susah. Ibaratnya mencari jarum di
dalam tumpukkan jerami, menemukan orang-orang yang jujur dan tulus mesti dilakukan dengan serius
dan mendalam agar orang-orang tersebut benar-benar bisa dijumpai. Langkanya orang-orang jujur dan
tulus tersebut disebabkan oleh adanya pergeseran nilai moral yang kini semakin menjurus ke arah yang
negatif. (Sumber: Dikutip dari https://dosenbahasa.com/contoh-paragraf-ilustrasi, 17 November 2020).
Paragraf Definisi
Paragraf yang disusun dengan menyajikan gagasan utama yang disertai penguraian beberapa
gagasan penjelas menjadi definisi atau pengertian. Definisi yang memenuhi syarat untuk ditetapkan
adalah definisi formal dan definisi luas. Definisi formal harus memenuhi persyaratan, yaitu 1)
berkedudukan sama dengan defiendum; 2) letaknya dapat saling dipertukarkan; 3) kelas dan pembeda
harus berupa unsur yang diperlukan dan memadai, 4) bersifat paralel; 5) tidak diikuti sinonim; dan 6)
tidak bersifat negatif. Sementara itu, definisi luas adalah memberikan batasan kata secara luwes dan
menjelaskan konsep yang tidak bisa dijelaskan dengan kalimat singkat. Contoh:
Kentang adalah umbi bawah tanah yang tumbuh di akar tanaman kentang, Solanum tuberosum.
Tanaman ini berasal dari keluarga nightshade dan terkait dengan tomat dan tembakau. Kentang asli
36
dari Amerika Selatan dan dibawa ke Eropa pada abad ke-16. Sekarang ditanam dalam varietas yang
tidak terhitung jumlahnya di seluruh dunia. Kentang umumnya dimakan direbus, dipanggang, atau
digoreng dan sering disajikan sebagai lauk atau camilan. (Sumber: Dikutip dari
https://www.merdeka.com/jateng/7-jenis-paragraf-eksposisi-beserta-contohnya-perlu-diketahui-
kln.html?page=all, 17 November 2020, dengan penyesuaian)
37
kata kerja dapat dibedakan menjadi kata kerja aktif dan pasif. Kata kerja aktif berimbuhan me-, me-kan,
memper-kan, me-i, ber-, dan ber-kan. Kata kerja pasif berimbuhan: di-, di-kan, diper-kan, di-i, ke-an, dan
ter-. Kata kerja aktif dibedakan menjadi kata kerja aktif aktif transitif dan intransitif.
Aktif Transitif
Verba aktif transitif ditandai dengan penggunaan imbuhan me-, me-kan, memper-kan, dan me-i.
Jenis verba ini dapat membentuk kalimat aktif, yaitu kalimat yang memiliki objek dan dapat
dipasifkan.
Contoh:
Para siswa tetap melakukan aktivitas belajar di tengah pandemi ini.
S P O Keterangan
Aktif Intransitif
Verba aktif intransitif ditandai dengan penggunaan imbuhan me-, ber-, ber-an, dan ber-kan. Jenis
verba ini dapat membentuk kalimat aktif intransitif, yaitu kalimat yang tidak berobjek dan tidak dapat
dipasifkan. Kalimat intransitif juga dapat dibentuk oleh verba dasar (tidak berimbuhan).
Hampir tiap hari, warga Jakarta berhadapan dengan kemacetan.
K S P K
Konjungsi Kausalitas
Konjungsi kausalitas adalah kata penghubung yang menghubungkan klausa satu dengan klausa
lainnya yang menunjukkan sebuah hubungan sebab akibat. Misalnya, karena, sebab, jika, oleh karena
itu, maka, akibatnya dan lain sebagainya.
38
Langkah-Langkah Menyunting Teks Eksposisi
Membaca teks eksposisi secara keseluruhan.
Memperhatikan keterkaitan isi teks dengan kebermanfaatan dan daya tarik teks.
Memperhatikan keterkaitan struktur penyajian teks dengan kelengkapan dan ketepatan susunan
antarbagian teks yang meliputi tesis, rangkaian argumen, dan penegasan ulang.
Memperhatikan keterkaitan aspek kebahasaan dengan ketepatan penggunaan kata, keefektifan
kalimat, kepaduan paragraf, dan penggunaan tanda baca.
39
Membedakan Berita Asli dan Hoaks
Ketua Masyarakat Indonesia Anti Hoaks, Septiaji Eko Nugroho, menguraikan lima langkah sederhana
yang bisa membantu dalam mengidentifikasi berita hoaks dan berita asli.
1. Hati-hati dengan Judul Provokatif
Berita hoaks kerapkali membubuhi judul sensasional yang provokatif, misalnya dengan langsung
menudingkan jari ke pihak tertentu. Isinya pun bisa diambil dari berita media resmi, hanya saja
diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang pembuat hoaks. Karena itu,
apabila menjumpai berita denga judul provokatif, sebaiknya cari referensi berupa berita serupa dari
situs online resmi, kemudian bandingkan isinya, apakah sama atau berbeda. Dengan begini,
setidaknya pembaca bisa memperoleh kesimpulan yang lebih berimbang.
2. Cermati Alamat Situs
Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link, cermatilah alamat URL
situs dimaksud. Apabila berasal dari situs yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi,
misalnya menggunakan domain blog, maka informasinya bisa dikatakan meragukan. Menurut
catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs yang mengklaim sebagai portal
berita. Dari jumlah tersebut, yang sudah terverifikasi sebagai situs berita resmi tidak sampai 300.
Artinya, terdapat setidaknya puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan berita palsu di
internet yang mesti diwaspadai.
3. Periksa Fakta dari mana berita berasal? Siapa sumbernya? Apakah dari institusi Resmi seperti
KPK atau Polri?
Sebaiknya jangan lekas percaya apabila informasi bersal dari pegiat ormas, tokoh politik, atau
pengamat. Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak
bisa mendapatkan gambaran yang utuh. Hal lain yang perlu diamati adalah perbedaan antara berita
yang dibuat berdasarkan fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan
bukti sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis berita sehingga memiliki
kecenderungan untuk bersifat subyektif.
4. Cek Keaslian Foto
40
Di era teknologi digital, bukan hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi, melainkan juga
konten lain berupa foto atau video. Ada kalanya pembuat berita palsu juga mengedit foto untuk
memprovokasi pembaca. Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin
pencari Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images. Hasil
pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa
dibandingkan
5. Ikut Serta Grup Diskusi Antihoaks
Di Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi antihoaks, misalnya Forum Anti Fitnah,
Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan
Grup Sekoci. Di grup-grup diskusi ini, netizen bisa ikut bertanya apakah suatu informasi merupakan
hoaks atau bukan, sekaligus melihat klarifikasi yang sudah diberikan oleh orang lain. Semua anggota
bisa ikut berkontribusi sehingga grup berfungsi layaknya crowdsourcing yang memanfaatkan tenaga
banyak orang. (Sumber :Dikutip dari
https://tekno.kompas.com/read/2017/01/09/12430037/begini.cara.mengidentifikasi.berita.hoax.di.inte
rnet?page=all, 28 Maret 2021, dengan penyesuaian)
41
Materi Ajar untuk Guru
Pengertian Menyimak
Tujuan Menyimak
1. Mendapatkan Fakta
Kegiatan menyimak dengan tujuan memperoleh fakta dapat kita temukan melalui
42
membaca buku, koran, majalah, dan sebagainya. Selain membaca, kita juga bisa
43
mendapatkan fakta melalui menyimak radio, televisi, pertemuan-pertemuan, menyimak
ceramah, pidato, dan lain sebagainya.
2. Menganalisis Fakta
Maksud dari menganalisis fakta, yaitu proses menaksir kata-kata atau informasi
sampai pada tingkat unsur-unsurnya, menaksir sebab akibat yang terkandung dalam fakta- fakta
itu. Atau bisa dikatakan penyelidikan terhadap fakta-fakta yang didengar untuk diketahui
benar atau salahnya.
3. Mengevaluasi Fakta
Penyimak yang kritis akan mempertanyakan hal-hal mengenai nilai fakta, keakuratan
fakta, dan kerelevanan fakta-fakta tersebut. Setelah mendapatkan fakta tersebut, penyimak
bisa mempertimbangkan bahkan sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya.
4. Mendapatkan Inspirasi
Bahan simakan juga mengandung inspirasi yang dipakai seorang penyimak untuk
menyimak suatu pembicaraan. Mendengarkan ceramah atau diskusi tentang apapun semata-
mata untuk mendapatkan inspirasi.
5. Mendapatkan Hiburan
Menyimak radio, televisi, ataupun yang lainnya bisa digunakan sebagai hiburan untuk
mendapatkan kesenangan batin. Hiburan juga dibutuhkan seseorang untuk mengurangi penat
dan sebagainya.
6. Menyimak untuk Memperbaiki Kemampuan Berbicara
Menyimak juga akan menambah kosakata sehingga kosakata kita akan bertambah untuk
memperbaiki kemampuan berbicara.
Proses Menyimak
Jenis-Jenis Menyimak
1. Menyimak ekstensif adalah kegiatan menyimak cenderung umum dan bebas tidak
perlu bimbingan guru secara langsung. Menyimak ekstensif meliputi menyimak
sosial, menyimak sekunder, menyimak estetik, dan menyimak pasif.
2. Menyimak intensif adalah menyimak untuk memahami secara teliti, perinci, dan
mendalam bahan yang disimaknya. Menyimak intensif meliputi menyimak kritis,
menyimak konsentratif, menyimak kreatif, menyimak eksploratif, menyimak
interogatif, menyimak selektif, dan menyimak penyelidik.
45
GLOSARIUM
46
kalimat aktif transitif :kalimat aktif yang memerlukan objek
pronomina :kata yang dipakai untuk mengganti orang atau benda; kata
ganti seperti aku, engkau, dia
47
DAFTAR PUSTAKA
Akses Ilmu. 2012. “Contoh Paragraf Narasi, Deskripsi, Narasi, Eksposisi, Argumentasi, dan Persuasi.”
Diunduh melalui http://akses-ilmu.blogspot.com/2012/03/contoh-paragraf-narasi-
deskripsi.html, 17 November 2020.
Al-Tabany, Trianto Ibnu Badar. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif dan
Kontekstual. Jakarta: Prenada Media Group.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016.
Diunduh melalui http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/node/1889, 17 November
2020.
Hatikah, Tika dan Mulyanis. 2018. Bahasa Indonesia untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas X Kelompok Wajib.
Bandung: Grafindo Media Pratama.
Indah, Hesti. 2017. Bahasa Indonesia untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas X. Sidoarjo: Masmedia.
Info Pendidikan. 2019. “Satu Kelas Diisi 42 Siswa, Kok Bisa?” Diunduh dari
https://infopendidikannews.com/2019/12/10/satu-kelas-di-isi-42-siswa-koq-bisa/#:~:text=Tabel
%201%3A%20Jumlah%20Siswa%20per%20Rombel%20Sesuai%20Permendikbud
%2022%2F2016&text=Di%20Bab%20IV%20Pelaksanaan%20Pembelajaran,SMK%2C
%2036%20siswa%20per%20rombel, 8 November 2020.
Ini Ruman Pintar.com. 2016. “Pengertian, Ciri-Ciri, dan Pola Pengembangan Paragraf Eksposisi.”
Diunduh dari https://www.inirumahpintar.com/2016/10/pengertian-ciri-ciri-pola-
pengembangan-paragraf-eksposisi.html. 17 November 2020.
Kosasih, Engkos. 2016. Cerdas Berbahasa Indonesia untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: Erlangga.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta. 2017. Model Silabus Mata Pelajaran Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Jakarta.
NH, Ridwan Prama. 2017. “Media, Alat dan Bahan Pembelajaran” dalam Menembus Kreatifitas Tanpa
Batas. Diunduh dari https://kumakukurakura.blogspot.com/2017/01/media-alat-dan-bahan-
pembelajaran.html, 8 November 2020.
48
Santhi, Meita Sandra dan Uti Darmawati. 2017. Detik-Detik UNBK Bahasa Indonesia Tahun Pelajaran
2017/2018. Klaten: Intan Pariwara.
Sobandi. 2017. Mandiri Bahasa Indonesia Jilid 1 untuk SMA/MA Kelas X Berdasarkan Kurikulum 2013
(Edisi Revisi 2016). Jakarta. Erlangga.
Tarigan, Henry Guntur. 2015. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Yani, Ahmad dan Mamat Ruhimat. 2018. Teori dan Implementasi Pembelajaran Saintifik Kurikulum
2013. Bandung: Refika Adi
49