Fokus pembelajaran adalah berlatih menulis puisi dalam berbagai konteks dan
Deskripsi
memublikasikan di media cetak maupun digital
umum kegiatan
Materi ajar, Materi ajar: Menulis puisi dan memublikasikan di media cetak maupun digital
Alat, dan
bahan Alat dan Bahan:
Kliping puisi di koran sebagai contoh/model
IND.E.GIY.10.3
Ketersediaan Materi:
a. Ada pengayaan untuk siswa berpencapaian tinggi: YA
b. Ada materi khusus untuk siswa yang mengalami kesulitan belajar: TIDAK
c. Ada materi khusus untuk siswa yang berkebutuhan khusus. TIDAK
d. Ada materi pengayaan alternatif menggunakan teknologi. YA
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran yang menjadi prasyarat bagi kegiatan dalam modul ini.
Pertanyaan Inti:
1. Mengapa sejak zaman dahulu banyak orang menulis puisi, bahkan ada yang seumur
hidup membaktikan diri untuk menjadi penyair?
2. Bagaimana manfaat menulis puisi dalam kehidupan sehari-hari?
3. Bagaimana cara menulis puisi yang bermakna?
4. Mengapa dalam menulis puisi perlu memerhatikan etika dan estetika?
5. Diksi seperti apakah yang tepat digunakan dalam menulis puisi agar puisi lebih estetis?
Apakah pengetahuan latar yang perlu dimiliki siswa sebelum mempelajari topik ini?
Konsep struktur fisik dan batin puisi, cara mengapresiasi dan menafsirkan puisi, dan
menggunakan diksi yang tepat.
PERSIAPAN PEMBELAJARAN
Guru mempersiapkan kliping puisi di media massa, rekaman pembacaan puisi oleh penyair
terkenal, kliping gambar peristiwa sosial budaya di koran
Guru menyiapkan materi teknik menulis puisi
AKTIVITAS 1
MENEMUKAN INSPIRASI MENULIS PUISI DARI PENGALAMAN PRIBADI MAUPUN PENGAMATAN ATAS
PERISTIWA SOSIAL BUDAYA DAN MENULISKAN DRAF PUISI
Jika kita disuruh untuk menggambar pemandangan, apa yang akan kita
gambar? Kebanyakan kita akan menggambar dua gunung yang di tengah-
tengahnya ada matahari. Dari Sabang sampai Merauke rata-rata seperti itu.
Telah terjadi penyeragaman yang berpotensi mengekang kreativitas.
Apakah hal serupa juga akan kita lakukan jika kita diminta menulis puisi?
Jika kita disuruh menulis puisi tentang Ibu, rata-rata kita akan menulis ibu, kau
yang melahirkanku/ berkorban siang malam menjagaku/ kasihmu tak terbatas/
jasamu tak terbalas//
Jika kita renungkan, apakah penggambaran ibu hanya sebatas itu?
Bukankah ibu kita memiliki perbedaan warna kesukaan, makanan kesukaan, maupun perbedaan lainnya?
Nah, mulai sekarang mari kita biasakan berpikir di luar kebiasaan (out of the box), berpikir kreatif sampai
mati! Sekarang mari kita mencari inspirasi penulisan puisi secara kreatif.
PEMBUKA TIPS
Siswa dan guru berdoa bersama untuk memulai Pengondisian (bina suasana) dapat
pembelajaran. dilakukan dengan permainan “kata bersajak”
Guru melakukan pengondisian untuk mendoroang untuk melatih kepiawaian memilih kata.
siswa siap belajar. Teknis permainan ini adalah sebagai berikut:
1. Guru menyebutkan satu kata, misalnya
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yakni “pasir”.
menulis puisi dan menyampaikan manfaat 2. Siswa diminta menyebutkan satu kata
mempelajari materi tersebut. Penyampaian yang bersajak sama, misalnya “desir”. Begitu
manfaat ini penting agar siswa lebih termotivasi seterusnya.
mengikuti pembelajaran. 3. Jika ada yang tidak bisa menyebutkan kata
untuk melanjutkan, permainan berakhir.
Permainan dapat dimulai lagi dari siswa yang
tadi tidak bisa melanjutkan.
INTI
Penjelasan Guru Guru menampilkan contoh puisi yang Siswa memperhatikan penjelasan guru
dimuat di media massa (kliping) dan mencatat hal-hal penting
dan/atau puisi yang dibacakan di media mengenai proses kreatif penyair.
digital. Guru menampilkan contoh
proses kreatif penyair menghasilkan
puisi.
Mencari inspirasi Guru menjelaskan tahap pertama Siswa mendata pengalaman berkesan,
menulis puisi yakni mencari inspirasi pengetahuan, pengamatan, dan
yang bisa diambil dari pengalaman gagasan orisinal yang menjadi dasar
maupun pengamatan atas peristiwa inspirasi puisi
sosial budaya. Guru membagikan
kliping gambar/foto berbagai peristiwa
sosial budaya yang dimuat di media
massa.
Menulis draf Guru meminta siswa menulis draf puisi Siswa menulis draf puisi: menentukan
puisi dan memantau sekaligus memberi topik puisi, memilih jenis puisi,
masukan dan saran. Guru perlu mendeskripsikan informasi,
menyampaikan pentingnya berani brainstorming menulis bebas. Pada
mengekspresikan gagasan dan pikiran kegiatan ini, siswa dapat
secara kreatif, perlu mencoba cara yang memanfaatkan mind mapping untuk
berbeda. Guru juga mereview memudahkan tugas.
MATERI AKTIVITAS 1
A. MENCARI INSPIRASI
1. Menulis tentang apa yang diketahui. Menulis tentang hal-hal yang kita pernah alami secara
pribadi menjadikan kita seorang penulis yang dapat dipercaya dan hal ini akan membuat pembaca
bisa terhubung kepada kita dengan lebih efektif melalui puisi yang kita tulis.
2. Menulis dari catatan kecil ataupun buku harian. Kita perlu membiasakan membawa catatan
kecil untuk menulis inspirasi. Kita fokus pada hal-hal yang indah atau memancing perasaan
tertentu dalam diri. Selain itu, kita pun bisa mendapat inspirasi dari buku harian kita.
Berikut disajikan contoh puisi yang ditulis berdasarkan pengalaman penyair saat mendaki Gunung
Lawu di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
karya : Giyato
samudra?
Bagaimana rupa laut? Untuk menjawabnya, cantumkan informasi deskriptif mengenai warna,
pergerakan, kedalaman, suhu, atau fitur standar laut lainnya. Misalnya, laut memiliki
permukaan yang berbuih, memproduksi pusaran air, terlihat mengilap dari kejauhan, atau
warnanya mengabu ketika badai. Deskripsikan informasi apa pun yang muncul di benak kita.
Aspek apa saja yang terlihat jelas pada laut yang kita pilih? Beberapa contoh aspek yang bisa
kita deskripsikan adalah ombak yang berbuih, ikan yang berenang di balik permukaan laut,
ketinggian ombak ketika badai, ombak yang tenang ketika cuaca sedang tidak berangin,
timbunan sampah yang berenang-renang di permukaan laut, sekelompok lumba-lumba yang
berenang di permukaan laut, ketinggian level air di sepanjang garis pantai, organisasi
konservasi lautan yang sedang mengejar pemburu hiu, atau tangisan burung camar Pasifik.
4. Brainstorming menulis bebas. Menulis bebas merupakan cara brainstorming yang digunakan
dalam menulis karena kita mendorong diri untuk terus menulis dalam sebuah kurun waktu. Ini
adalah cara yang tepat untuk mulai menuangkan beberapa ide kita di atas kertas.
Saat menulis dengan bebas, jangan pikirkan tata bahasa atau tanda baca. Yang penting Kita
harus terus menulis dan jangan pernah menarik pensil menjauh dari kertas. Kita bisa menulis
dengan bebas selama tiga menit atau bahkan dua puluh menit. Terserah kita. Menulis bebas
membantu kita menuangkan seluruh ide di atas kertas dan menciptakan hubungan antara
seluruh ide yang ada ini yang mungkin sebelumnya terkubur. Pada kegiatan ini, kita dapat
memanfaatkan mind mapping untuk memudahkan tugas.
Nama: ………………………………
Kelas : ………………………………
Petunjuk:
1. Tuliskan pengalaman berkesan, pengetahuan, pengamatan, dan gagasan orisinal yang bisa
menjadi inspirasi penulisan puisi!
2. Tuliskan draf puisi secara bebas!
3. Tuliskan hasil pada lembar berikut!
No Aspek Isi
1 Inspirasi
2 Draf Puisi
Kritertia Penilaian
NO Kriteria Skor
AKTIVITAS 2
PEMBUKA TIPS
Guru mengucapkan salam, berdoa bersama, dan mengecek Praktik menulis puisi akan
kehadiran siswa lebih menyenangkan
Guru menyampaikan review hasil menulis draf puisi pada apabila siswa diajak ke luar
pertemuan sebelumnya. kelas: di taman, gazebo,
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia kali ini adalah menulis bawah pohon, dan lain-lain.
puisi dengan memanfaatkan diksi, kalimat memikat dan Dalam suasana santai dan
bermajas; melafalkan puisi untuk menguji rima dan bunyi; sejuk, puisi bisa jadi lebih
analogi; dan menentukan akhir puisi sesuai intuisi. indah.
Guru menjelaskan rencana dan langkah pembelajaran.
Kegiatan menulis puisi adalah kegiatan individual. Namun,
pada saat penyampaian atau pembacaan hasil puisi, siswa
lain dapat memberikan tanggapan.
INTI
1. Perhatikan pemilihan kata (diksi). Dibandingkan dengan bentuk tulisan lainnya, diksi dan pemilihan
kata sangatlah penting dalam puisi. Coba gunakan kata yang deskriptif yang bisa melukiskan
gambaran dengan lebih jelas.
Contohnya, kita bisa menulis "bayang membalut malam yang gelap" bukan sekadar "malam yang
gelap". Hal ini lebih deksriptif dan memberikan gambaran yang lebih akurat kepada pembaca
2. Tuliskan kalimat pertama yang memikat. Ingat, kalimat pertama dalam puisi kita harus mampu
memerangkap ketertarikan pembaca! Selain itu, bagian ini juga berperan sangat penting untuk
menentukan nuansa dan irama keseluruhan puisi. Namun, pastikan kalimat tersebut tidak terlalu
rumit sehingga berpotensi membuat pembaca kebingungan dan enggan melanjutkan membaca puisi.
Mengacu pada topik laut, kalimat pertama yang bisa kita tulis adalah:
Berperisai biru, batasnya tak bersekat
Ciptakan kalimat yang berima. Seperti yang
sudah dijelaskan, sebagai pemula, kita perlu
terlebih dahulu belajar menulis puisi yang
berima. Dengan kata lain, kita perlu mencoba
mencari kata yang berima dengan suku kata
terakhir pada kalimat sebelumnya. Mengacu
pada contoh di atas, cari kata yang berima
dengan suku kata “kat” dari kata bersekat:
pekat, lekat, rekat, dekat, singkat, pukat, pikat,
dan lain-lain.
Catatan: Untuk mempermudah proses penulisan puisi bagi pemula, cukup cari kata yang
berima dengan suku kata terakhir pada kalimat sebelumnya.
3. Gunakan majas. Majas seperti metafora dan simile menambah keragaman dan kedalaman makna
pada puisi. Penggunaan perangkat seperti ini bisa membuat puisi tampak lebih menonjol dan
memungkinkan untuk menawarkan gambaran yang lebih teperinci bagi para pembaca. Kita mencoba
menggunakan perangkat sastra pada puisi dan menggunakan perangkat yang berbeda agar tidak
hanya menggunakan metafora atau simile saja pada proses penulisan puisi.
Metafora merupakan majas perbandingan satu subjek/objek dengan subjek/objek lain dalam cara
yang berbeda atau “mengejutkan”. Contohnya, “Aku adalah burung dalam sangkar emas.”
Metafora membandingkan dua hal secara langsung berdasarkan kesamaan dengan menjabarkan
seolah-olah mereka sama.
Dalam sandiwara yang ditulisnya berjudul "As You Like It," William Shakespeare berkata, "Dunia
adalah panggung sandiwara/ Selurh pria dan wanita hanyalah pemain:/ Mereka semua naik dan
turun panggung." Shakespeare menggunakan metafora yang membandingkan aksi dalam
kehidupan nyata dengan aksi dalam sandiwara teater. Shakespeare berkata bahwa dunia
"adalah" panggung sandiwara dan seluruh orang "adalah" aktor, tetapi bukan berarti mereka
tersebut aktor sungguhan.
Simile merupakan majas perbandungan satu subjek/objek dengan subjek/objek lain yang ditandai
dengan kata “seperti” atau “bagaikan”. Contohnya, “Ia seperti pelangi di malam hari” atau “Hati
wanita bagaikan lautan rahasia yang begitu dalam.”
Kita juga bisa menggunakan majas lain seperti personifikasi. Dengan majas ini, kita bisa
mendeskripsikan objek atau ide menggunakan sifat atau karakter manusia. Sebagai contoh,
“Menari-nari nyiur di pantai” atau “Angin pun berteriak, memanggil namamu.”
4. Gunakan analogi. Analogi merupakan perbandingan antara dua hal yang dimaksudkan untuk
membantu pembaca memahami sebuah situasi atau peristiwa. Biasanya, para penulis
membandingkan sebuah hal yang dikenal dengan hal yang tidak begitu dikenal untuk membantu
pembaca memahami.
Contohnya, kalimat "dia pendiam seperti tikus" merupakan analogi yang memperbolehkan
pembaca memahami sang subjek, "dia", dengan menghubungkan fakta tentangnya dengan fakta
yang diketahui semua orang (bahwa tikus itu pendiam).
5. Tuliskan sisa puisi. Pikirkan informasi apa lagi yang relevan dengan subjek puisi. Setelah itu, cobalah
mengombinasikannya dengan diksi yang dipilih pada tahap sebelumnya. Mengacu pada topik “laut”,
cobalah menguraikan keluasannya secara lebih mendetail. Misalnya, kalimat kedua Anda dapat
berbunyi:
Nama: ………………………………
Kelas : ………………………………
Petunjuk:
1. Tuliskan puisi dengan memperhatikan diksi, kalimat memikat dan bermajas; melafalkan puisi
untuk menguji rima dan bunyi; memanfaatkan analogi; dan menentukan akhir puisi sesuai
intuisi!
2. Tuliskan hasil pada lembar berikut!
2 Rima dan
bunyi
3 Memanfaatka
n Analogi
4 Akhir puisi
sesuai intuisi
Kritertia Penilaian
NO Kriteria Skor
(90 menit)
Pentingkah Menyunting?
Puisi bukanlah karya yang sekali jadi. Proses kreatif menulis puisi membutuhkan ketekunan
dan kesabaran. Penyair-penyair besar pun masih membutuhkan perbaikan pada isi maupun
redaksi melalui kegiatan menyunting. Mengapa menyunting harus dilakukan? Menyunting akan
membuat puisi lebih utuh, bermakna, dan indah. Oleh karena itu, langkah terakhir pada
penulisan puisi adalah menyunting koherensi (keterpaduan), dan harmoni. Menyunting bisa
dilakukan secara peribadi ataupun meminta orang lain.
Kelanjutan dari pertemuan menulis puisi adalah menyunting puisi. Ketika ada siswa yang
membacakan puisi hasil karyanya, siswa lain memberikan masukan untuk perbaikan. Setelah
puisi disunting, siswa perlu memublikasikan puisi tersebut. Puisi tanpa publikasi ibarat pasar
tanpa pembeli. Publikasi dapat dilakukan melalui media massa (alamat redaksi dapat dilihat
pada media yang dituju). Jika puisi ditolak redaksi media massa, jangan kecewa dan berkecil
hati. Teruslah berusaha dan yakinlah suatu ketika dapat menembus tembok tebal media
massa. Cara lain untuk publikasi adalah dengan mengunggah puisi pada blog, menempelkan
puisi di majalah dinding, atau merekam pembacaan puisi karya sendiri dan mengunggahnya di
youtube atau media sosial.
PEMBUKA TIPS
Guru mengucapkan salam, berdoa bersama, dan mengecek Siswa bisa bermain kata
kehadiran siswa berkait untuk menentukan
Guru menyampaikan review hasil menulis puisi pada siapa yang akan
pertemuan sebelumnya. menampilkan puisi hasil
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia kali ini adalah cara karyanya untuk diberi
menyunting puisi: diksi, koherensi, dan harmoni. cara masukan bersama.
menyunting puisi: diksi, koherensi, dan harmoni. Permainan “kata berkait”
Guru menjelaskan rencana dan langkah pembelajaran. mirip dengan “kata
Kegiatan menyunting puisi adalah kegiatan individual. bersajak”. Guru
Namun, pada saat penyampaian atau pembacaan hasil puisi, memberikan satu kata
siswa lain dapat memberikan masukan. untuk dimainkan, misalnya
“jalan”, siswa melanjutkan
dengan kata “lancar”, siswa
lainnya bisa menyebutkan
kata yang diawali “car“
yakni ‘’cari”, dan
seterusnya
INTI
PENUTUP
Refleksi Guru Refleksi Siswa Catatan
1. Apakah 1. Bagaimana perasaan Guru dan siswa komitmen
pembelajaran yang kamu saat belajar materi dalam melaksanakan
saya lakukan teks puisi? pembelajaran.
membuat siswa 2. Manfaat apa yang kamu Guru memaksimalkan
senang dan dapatkan dari belajar teks pengamatan pada praktik
antusias? puisi? menulis puisi yang dilakukan
2. Apakah 3. Materi apa yang sulit siswa. Guru hendaknya sering
pembelajaran yang dipahami selama memberikan apresiasi dalam
sudah saya lakukan pembelajaran bentuk pujian untuk
sudah sesuai berlangsung? memotivasi. Puisi sangat
dengan rencana 4. Materi apa yang mudah subjektis sehingga tidak ada
yang saya buat? untuk dipahami selama kata salah dalam puisi. Guru
3. Rencana pembelajaran hanya boleh mengarahkan,
pembelajaran mana berlangsung? bukan menyalahkan.
yang tidak bisa saya 5. Solusi apa yang Anda Menyalahkan akan
lakukan? Apakah harapkan dari materi yang mematikan kreativitas siswa.
kendalanya? sulit agar Anda dapat
4. Apakah seluruh siswa memahaminya?
mencapai tujuan
pembelajaran? Jika
tidak, apa kendalanya
dan bagaimana cara
memperbaikinya?
MATERI AKTIVITAS KE-3
Pensyair Joko Pinurbo (Jokpin) mengakui bahwa menulis puisi dan menyuntingnya adalah dua hal yang
sangat berbeda. Menulis itu gampang. Tapi menyunting? Ia bisa menghabiskan waktu semalaman dan
hanya sanggup menyunting dua baris, misalnya. Menurut Jokpin, ada tiga hal yang perlu diperhatikan saat
menyunting puisi, yaitu koherensi, diksi, dan harmoni.
1. Koherensi adalah soal kesatuan ide. Apa saja kata yang menjadi inti dari puisi. Kesinambungan antara
bait satu dengan bait selanjutnya termasuk dalam koherensi. Kalau nggak nyambung, terlalu banyak
latar di awal bait, berarti puisinya tidak koheren. Tentukan apa saja kata yang merupakan nyawa dari
puisi. Semakin sederhana dan ringkas, semakin baik pula dan kemungkinan dipahami pembaca akan
lebih besar
Hal ini juga yang menjadi persoalan bagi para pesnyair. Kebanyakan pensyair merasa seluruh kalimat
dalam puisinya sakral dan bermakna. Padahal, ketika menyunting, kita bukan lagi melihat puisi dari
kacamata penulis, melainkan pembaca. Rendah hati dan pikiran terbuka jadi kunci saat menyunting
puisi. Kita harus kritis kepada diri sendiri tatkala menyunting puisi buatan kita sendiri. Jokpin pernah
mengundur naik cetak bukunya sampai lima kali di sebuah penerbit “hanya” karena ia masih ingin
merevisi puisinya, meski hanya satu kata. Satu kata. Katanya, sebuah puisi menjadi baik karena detail-
detailnya. Maka ketika dibacanya puisinya sendiri terdengar sumbang, ia akan segera membuka KBBI
untuk mencari kata yang terdengar lebih padu.
2. Diksi. Jangan sampai hanya karena memaksakan bunyi, seorang pensyair lalu memasukkan kata-kata
yang sesungguhnya tidak sesuai. Contoh yang diberikan saat itu adalah:
Guyuran hujan mematuk-matuk tanah
Bagian “hujan mematuk-matuk” diakuinya sangat brilian, sebab belum ada pensyair yang
diketahuinya menggunakan kata ‘mematuk’ setelah ‘hujan’, bahkan Sapardi sekalipun. Namun,
karena ada kata ‘guyuran’ di awal, kalimat ini menjadi tidak nyambung. Wagu. Membuat pembaca
bertanya-tanya, “jadi hujannya mengguyur atau mematuk-matuk?” maka kata guyuran dihilangkan
dan kalimat berubah menjadi,
Masih belum puas, ia lalu mengatakan bahwa semua orang juga tahu kalau hujan mematuk-matuk
tanah, memang apalagi? Memang hujan kan jatuhnya ke tanah. Dengan segera, ia mengganti ‘tanah’
menjadi ‘rindu’. Ini dilakukannya bukan tanpa alasan. Puisi itu berisi tentang kedatangan musim hujan
yang menyelipkan rasa rindu ketika kemarau mulai pudar. Maka, kalimat kembali berubah menjadi,
Untuk menulis puisi dengan diksi yang beragam, Jokpin menyarankan penyair untuk memasang
aplikasi KBBI di handphone. Jangan bosan mencari kata baru. Indonesia kaya akan kata, tapi sedikit
yang benar-benar memakainya.
3. Harmoni. Terutama untuk puisi lirik yang menekankan keindahan. Jangan sampai puisi terdengar
sumbang ketika dibaca. Meski dikenal sebagai penulis puisi naratif yang lebih bercerita dan cenderung
merupakan kritik terhadap sesuatu, ia ternyata sangat memerhatikan bunyi pada puisinya. Pada suatu
larik yang terdiri dari lima kata dan empat di antaranya terdiri dari dua suku kata lalu ada satu kata
yang terdiri dari tiga suku kata, menurut Jokpin sebaiknya dicari padanannya yang hanya terdiri atas
dua suku kata. “Biar kalau dibaca, enak didengar.”
Sumber gambar: dokumentasi prestasi
1 Diksi
2 Koherensi
3 Harmoni
Kritertia Penilaian
NO Kriteria Skor
Skor maksimal 30 20 10
Skor maksimal 30 20 10
Skor maksimal 30 20 10
Skor maksimal
A= 85-100
B = 70-84
C= 51-69
D= <51
MATERI PENGAYAAN UNTUK SISWA BERPENCAPAIAN TINGGI
Pelaksanaan pengayaan untuk siswa dengan berpencapaian tinggi dilakukan dengan cara
individu. Siswa melakukan hal-hal berikut:
1. Mencari puisi “Asmarandana” karya Goenawan Mohammad.
2. Membuat puisi untuk menanggapi puisi tersebut dengan sudut pandang Anjasmara.
1. Apakah materi yang kalian pelajari saat ini bermanfaat untuk kehidupan
Anda?
2. Apakah ada materi yang Anda harapkan ada, tetapi tidak disampaikan oleh
guru? Jika ada, sebutkan materi tersebut dan alasan mengapa materi
tersebut penting!
REKOMENDASI BACAAN
Sumber bacaan untuk memperkaya pengetahuan guru dan siswa tentang tema atau materi
pembelajaran.
Siswa Guru
1. Kementerian Pendidikan dan 1. Widarmanto, Tjahjono. 2018. Yuk, Nulis
Kebudayaan.2017. Bahasa Indonesia Kelas Puisi. Yogyakarta: Laksana.
X SMA/MA/SMK/MAK.. Edisi Revisi Jakarta: 2. Waluyo, Herman J. 2010. Apresiasi Puisi.
Kementerian Pendidikan dan Jakarta: Erlangga.
Kebudayaan.
2. Widarmanto, Tjahjono. 2018. Yuk, Nulis
Puisi. Jakarta Selatan: Laksana.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.youtube.com/watch?v=TObTybYkA6A&t=2s