Fokus pembelajaran adalah berlatih menulis puisi dalam berbagai konteks dan
Deskripsi
memublikasikan di media cetak maupun digital
umum kegiatan
Materi ajar: Menulis puisi dan memublikasikan di media cetak maupun digital
Materi ajar,
Alat, dan Alat dan Bahan:
Kliping puisi di koran sebagai contoh/model Kliping gambar berbagai peristiwa sosial budaya P
bahan Permainan ‚bola salju‛ Aplikasi powerpoint versi 2013
Video pembacaan puisi: misalnyapembacaan puisi WS Rendra di https://
MENULIS PUISI DAN MEMUBLIKASIKAN DI MEDIA CETAK MAUPUN DIGITAL
IND.E.GIY.10.3
Ketersediaan Materi:
a. Ada pengayaan untuk siswa berpencapaian tinggi: YA
b. Ada materi khusus untuk siswa yang mengalami kesulitan belajar: TIDAK
c. Ada materi khusus untuk siswa yang berkebutuhan khusus. TIDAK
d. Ada materi pengayaan alternatif menggunakan teknologi. YA
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran yang menjadi prasyarat bagi kegiatan dalam modul ini.
Pertanyaan Inti:
1. Mengapa sejak zaman dahulu banyak orang menulis puisi, bahkan ada yang
5. Diksi seperti apakah yang tepat digunakan dalam menulis puisi agar puisi lebih estetis?
Apakah pengetahuan latar yang perlu dimiliki siswa sebelum mempelajari topik ini?
Konsep struktur fisik dan batin puisi, cara mengapresiasi dan menafsirkan puisi, dan
menggunakan diksi yang tepat.
PERSIAPAN PEMBELAJARAN
Guru mempersiapkan kliping puisi di media massa, rekaman pembacaan puisi oleh penyair
terkenal, kliping gambar peristiwa sosial budaya di koran
Guru menyiapkan materi teknik menulis puisi
AKTIVITAS 1
MENEMUKAN INSPIRASI MENULIS PUISI DARI PENGALAMAN PRIBADI MAUPUN PENGAMATAN ATAS
PERISTIWA SOSIAL BUDAYA DAN MENULISKAN DRAF PUISI
Jika kita disuruh untuk menggambar pemandangan, apa yang akan kita
gambar? Kebanyakan kita akan menggambar dua gunung yang di tengah-
tengahnya ada matahari. Dari Sabang sampai Merauke rata-rata seperti itu.
Telah terjadi penyeragaman yang berpotensi mengekang kreativitas.
Apakah hal serupa juga akan kita lakukan jika kita diminta menulis
puisi? Jika kita disuruh menulis puisi tentang Ibu, rata-rata kita akan menulis
ibu, kau yang melahirkanku/ berkorban siang malam menjagaku/ kasihmu tak
terbatas/ jasamu tak terbalas//
Jika kita renungkan, apakah penggambaran ibu hanya sebatas itu?
Bukankah ibu kita memiliki perbedaan warna kesukaan, makanan kesukaan, maupun perbedaan
lainnya? Nah, mulai sekarang mari kita biasakan berpikir di luar kebiasaan (out of the box), berpikir
kreatif sampai mati! Sekarang mari kita mencari inspirasi penulisan puisi secara kreatif.
PEMBUKA TIPS
Siswa dan guru berdoa bersama untuk memulai Pengondisian (bina suasana) dapat
pembelajaran. dilakukan dengan permainan ‚kata
Guru melakukan pengondisian untuk mendoroang bersajak‛ untuk melatih kepiawaian
siswa siap belajar. memilih kata.
Teknis permainan ini adalah sebagai berikut:
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yakni 1. Guru menyebutkan satu kata, misalnya
menulis puisi dan menyampaikan manfaat ‚pasir‛.
mempelajari materi tersebut. Penyampaian 2. Siswa diminta menyebutkan satu kata
manfaat ini penting agar siswa lebih termotivasi mengikuti
yang bersajak
pembelajaran.
sama, misalnya ‚desir‛. Begitu seterusnya.
3. Jika ada yang tidak bisa menyebutkan kata untuk me
INTI
A. MENCARI INSPIRASI
1. Menulis tentang apa yang diketahui. Menulis tentang hal-hal yang kita pernah alami secara
pribadi menjadikan kita seorang penulis yang dapat dipercaya dan hal ini akan membuat pembaca
bisa terhubung kepada kita dengan lebih efektif melalui puisi yang kita tulis.
2. Menulis dari catatan kecil ataupun buku harian. Kita perlu membiasakan membawa catatan
kecil untuk menulis inspirasi. Kita fokus pada hal-hal yang indah atau memancing perasaan
tertentu dalam diri. Selain itu, kita pun bisa mendapat inspirasi dari buku harian kita.
Berikut disajikan contoh puisi yang ditulis berdasarkan pengalaman penyair saat mendaki Gunung
Lawu di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
karya : Giyato
atau samudra?
Bagaimana rupa laut? Untuk menjawabnya, cantumkan informasi deskriptif mengenai warna,
pergerakan, kedalaman, suhu, atau fitur standar laut lainnya. Misalnya, laut memiliki
permukaan yang berbuih, memproduksi pusaran air, terlihat mengilap dari kejauhan,
atau warnanya mengabu ketika badai. Deskripsikan informasi apa pun yang muncul di benak
kita.
Aspek apa saja yang terlihat jelas pada laut yang kita pilih? Beberapa contoh aspek yang bisa
kita deskripsikan adalah ombak yang berbuih, ikan yang berenang di balik permukaan
laut, ketinggian ombak ketika badai, ombak yang tenang ketika cuaca sedang tidak
berangin, timbunan sampah yang berenang-renang di permukaan laut, sekelompok lumba-
lumba yang berenang di permukaan laut, ketinggian level air di sepanjang garis pantai,
organisasi konservasi lautan yang sedang mengejar pemburu hiu, atau tangisan burung
camar Pasifik.
4. Brainstorming menulis bebas. Menulis bebas merupakan cara brainstorming yang digunakan
dalam menulis karena kita mendorong diri untuk terus menulis dalam sebuah kurun waktu.
Ini adalah cara yang tepat untuk mulai menuangkan beberapa ide kita di atas kertas.
Saat menulis dengan bebas, jangan pikirkan tata bahasa atau tanda baca. Yang penting Kita
harus terus menulis dan jangan pernah menarik pensil menjauh dari kertas. Kita bisa menulis
dengan bebas selama tiga menit atau bahkan dua puluh menit. Terserah kita. Menulis bebas
membantu kita menuangkan seluruh ide di atas kertas dan menciptakan hubungan
antara seluruh ide yang ada ini yang mungkin sebelumnya terkubur. Pada kegiatan ini,
kita dapat memanfaatkan mind mapping untuk memudahkan tugas.
Nama: ………………………………
Kelas : ………………………………
Petunjuk:
1. Tuliskan pengalaman berkesan, pengetahuan, pengamatan, dan gagasan orisinal yang bisa
menjadi inspirasi penulisan puisi!
2. Tuliskan draf puisi secara bebas!
3. Tuliskan hasil pada lembar berikut!
No Aspek Isi
1 Inspirasi
2 Draf Puisi
Kritertia Penilaian
NO Kriteria Skor
AKTIVITAS 2
PEMBUKA TIPS
Guru mengucapkan salam, berdoa bersama, dan Praktik menulis puisi akan
mengecek kehadiran siswa lebih menyenangkan
Guru menyampaikan review hasil menulis draf puisi pada apabila siswa diajak ke luar
pertemuan sebelumnya. kelas: di taman, gazebo,
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia kali ini adalah bawah pohon, dan lain-
menulis puisi dengan memanfaatkan diksi, kalimat lain. Dalam suasana
memikat dan bermajas; melafalkan puisi untuk menguji santai dan sejuk, puisi
rima dan bunyi; analogi; dan menentukan akhir puisi sesuai bisa jadi lebih indah.
intuisi.
Guru menjelaskan rencana dan langkah pembelajaran.
Kegiatan menulis puisi adalah kegiatan individual. Namun,
pada saat penyampaian atau pembacaan hasil puisi, siswa
lain dapat memberikan tanggapan.
INTI
1. Perhatikan pemilihan kata (diksi). Dibandingkan dengan bentuk tulisan lainnya, diksi dan
pemilihan kata sangatlah penting dalam puisi. Coba gunakan kata yang deskriptif yang bisa
melukiskan gambaran dengan lebih jelas.
Contohnya, kita bisa menulis "bayang membalut malam yang gelap" bukan sekadar "malam yang
gelap". Hal ini lebih deksriptif dan memberikan gambaran yang lebih akurat kepada pembaca
2. Tuliskan kalimat pertama yang memikat. Ingat, kalimat pertama dalam puisi kita harus mampu
memerangkap ketertarikan pembaca! Selain itu, bagian ini juga berperan sangat penting untuk
menentukan nuansa dan irama keseluruhan puisi. Namun, pastikan kalimat tersebut tidak terlalu
rumit sehingga berpotensi membuat pembaca kebingungan dan enggan melanjutkan membaca puisi.
Mengacu pada topik laut, kalimat pertama yang bisa kita tulis adalah:
Berperisai biru, batasnya tak bersekat
Ciptakan kalimat yang berima. Seperti yang
sudah dijelaskan, sebagai pemula, kita perlu
terlebih dahulu belajar menulis puisi yang
berima. Dengan kata lain, kita perlu
mencoba mencari kata yang berima dengan
suku kata terakhir pada kalimat sebelumnya.
Mengacu pada contoh di atas, cari kata yang
berima dengan suku kata ‚kat‛ dari kata
bersekat:
pekat, lekat, rekat, dekat, singkat, pukat, pikat,
dan lain-lain.
Catatan: Untuk mempermudah proses penulisan puisi bagi pemula, cukup cari kata yang
berima dengan suku kata terakhir pada kalimat sebelumnya.
3. Gunakan majas. Majas seperti metafora dan simile menambah keragaman dan kedalaman makna
pada puisi. Penggunaan perangkat seperti ini bisa membuat puisi tampak lebih menonjol dan
memungkinkan untuk menawarkan gambaran yang lebih teperinci bagi para pembaca. Kita mencoba
menggunakan perangkat sastra pada puisi dan menggunakan perangkat yang berbeda agar
tidak hanya menggunakan metafora atau simile saja pada proses penulisan puisi.
Metafora merupakan majas perbandingan satu subjek/objek dengan subjek/objek lain dalam cara
Simile merupakan majas perbandungan satu subjek/objek dengan subjek/objek lain yang ditandai
dengan kata ‚seperti‛ atau ‚bagaikan‛. Contohnya, ‚Ia seperti pelangi di malam hari‛ atau
‚Hati wanita bagaikan lautan rahasia yang begitu dalam.‛
Kita juga bisa menggunakan majas lain seperti personifikasi. Dengan majas ini, kita bisa
mendeskripsikan objek atau ide menggunakan sifat atau karakter manusia. Sebagai contoh,
‚Menari-nari nyiur di pantai‛ atau ‚Angin pun berteriak, memanggil namamu.‛
4. Gunakan analogi. Analogi merupakan perbandingan antara dua hal yang dimaksudkan untuk
membantu pembaca memahami sebuah situasi atau peristiwa. Biasanya, para penulis
membandingkan sebuah hal yang dikenal dengan hal yang tidak begitu dikenal untuk membantu
pembaca memahami.
Contohnya, kalimat "dia pendiam seperti tikus" merupakan analogi yang memperbolehkan
pembaca memahami sang subjek, "dia", dengan menghubungkan fakta tentangnya dengan fakta
yang diketahui semua orang (bahwa tikus itu pendiam).
5. Tuliskan sisa puisi. Pikirkan informasi apa lagi yang relevan dengan subjek puisi. Setelah itu,
cobalah mengombinasikannya dengan diksi yang dipilih pada tahap sebelumnya. Mengacu pada
topik ‚laut‛, cobalah menguraikan keluasannya secara lebih mendetail. Misalnya, kalimat kedua
Anda dapat berbunyi:
Nama: ………………………………
Kelas : ………………………………
Petunjuk:
1. Tuliskan puisi dengan memperhatikan diksi, kalimat memikat dan bermajas; melafalkan
puisi untuk menguji rima dan bunyi; memanfaatkan analogi; dan menentukan akhir puisi
sesuai intuisi!
2. Tuliskan hasil pada lembar berikut!
2 Rima dan
bunyi
3 Memanfaatk
an Analogi
4 Akhir puisi
sesuai intuisi
Kritertia Penilaian
NO Kriteria Skor
(90 menit)
Pentingkah Menyunting?
Puisi bukanlah karya yang sekali jadi. Proses kreatif menulis puisi membutuhkan
ketekunan dan kesabaran. Penyair-penyair besar pun masih membutuhkan perbaikan
pada isi maupun redaksi melalui kegiatan menyunting. Mengapa menyunting harus
dilakukan? Menyunting akan membuat puisi lebih utuh, bermakna, dan indah. Oleh karena
itu, langkah terakhir pada penulisan puisi adalah menyunting koherensi (keterpaduan), dan
harmoni. Menyunting bisa dilakukan secara peribadi ataupun meminta orang lain.
Kelanjutan dari pertemuan menulis puisi adalah menyunting puisi. Ketika ada siswa yang
membacakan puisi hasil karyanya, siswa lain memberikan masukan untuk perbaikan. Setelah
puisi disunting, siswa perlu memublikasikan puisi tersebut. Puisi tanpa publikasi ibarat
pasar tanpa pembeli. Publikasi dapat dilakukan melalui media massa (alamat redaksi
dapat dilihat pada media yang dituju). Jika puisi ditolak redaksi media massa, jangan
kecewa dan berkecil hati. Teruslah berusaha dan yakinlah suatu ketika dapat menembus
tembok tebal media massa. Cara lain untuk publikasi adalah dengan mengunggah puisi
pada blog, menempelkan puisi di majalah dinding, atau merekam pembacaan puisi karya
sendiri dan mengunggahnya di youtube atau media sosial.
PEMBUKA TIPS
Guru mengucapkan salam, berdoa bersama, dan Siswa bisa bermain kata
mengecek kehadiran siswa berkait untuk menentukan
Guru menyampaikan review hasil menulis puisi pada siapa yang akan
pertemuan sebelumnya. menampilkan puisi hasil
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia kali ini adalah cara karyanya untuk diberi
menyunting puisi: diksi, koherensi, dan harmoni. cara masukan bersama.
menyunting puisi: diksi, koherensi, dan harmoni. Permainan ‚kata berkait‛
Guru menjelaskan rencana dan langkah pembelajaran. mirip dengan ‚kata
Kegiatan menyunting puisi adalah kegiatan individual. bersajak‛. Guru
Namun, pada saat penyampaian atau pembacaan hasil puisi, memberikan satu kata
siswa lain dapat memberikan masukan. untuk dimainkan, misalnya
‚jalan‛, siswa melanjutkan
dengan kata ‚lancar‛, siswa
lainnya bisa menyebutkan
kata yang diawali ‚car‚
yakni ‘’cari‛, dan
seterusnya
INTI
PENUTUP
Refleksi Guru Refleksi Siswa Catatan
1. Apakah 1. Bagaimana perasaan Guru dan siswa komitmen
pembelajaran yang kamu saat belajar materi dalam melaksanakan
saya lakukan teks puisi? pembelajaran.
membuat siswa 2. Manfaat apa yang kamu Guru memaksimalkan
senang dan dapatkan dari belajar teks pengamatan pada praktik
antusias? puisi? menulis puisi yang dilakukan
2. Apakah 3. Materi apa yang sulit siswa. Guru hendaknya sering
pembelajaran yang dipahami selama memberikan apresiasi dalam
sudah saya lakukan pembelajaran bentuk pujian untuk
sudah sesuai berlangsung? memotivasi. Puisi sangat
dengan rencana 4. Materi apa yang mudah subjektis sehingga tidak ada
yang saya buat? untuk dipahami selama kata salah dalam puisi. Guru
3. Rencana pembelajaran hanya boleh mengarahkan,
pembelajaran mana berlangsung? bukan menyalahkan.
yang tidak bisa 5. Solusi apa yang Anda Menyalahkan akan
saya lakukan? harapkan dari materi mematikan kreativitas siswa.
Apakah yang sulit agar Anda
kendalanya? dapat memahaminya?
Pensyair Joko Pinurbo (Jokpin) mengakui bahwa menulis puisi dan menyuntingnya adalah dua hal
yang sangat berbeda. Menulis itu gampang. Tapi menyunting? Ia bisa menghabiskan waktu
semalaman dan hanya sanggup menyunting dua baris, misalnya. Menurut Jokpin, ada tiga hal yang perlu
diperhatikan saat menyunting puisi, yaitu koherensi, diksi, dan harmoni.
1. Koherensi adalah soal kesatuan ide. Apa saja kata yang menjadi inti dari puisi. Kesinambungan
antara bait satu dengan bait selanjutnya termasuk dalam koherensi. Kalau nggak nyambung, terlalu
banyak latar di awal bait, berarti puisinya tidak koheren. Tentukan apa saja kata yang merupakan
nyawa dari puisi. Semakin sederhana dan ringkas, semakin baik pula dan kemungkinan dipahami
pembaca akan lebih besar
Hal ini juga yang menjadi persoalan bagi para pesnyair. Kebanyakan pensyair merasa seluruh kalimat
dalam puisinya sakral dan bermakna. Padahal, ketika menyunting, kita bukan lagi melihat puisi
dari kacamata penulis, melainkan pembaca. Rendah hati dan pikiran terbuka jadi kunci saat
menyunting puisi. Kita harus kritis kepada diri sendiri tatkala menyunting puisi buatan kita sendiri.
Jokpin pernah mengundur naik cetak bukunya sampai lima kali di sebuah penerbit ‚hanya‛ karena
ia masih ingin merevisi puisinya, meski hanya satu kata. Satu kata. Katanya, sebuah puisi menjadi
baik karena detail- detailnya. Maka ketika dibacanya puisinya sendiri terdengar sumbang, ia akan
segera membuka KBBI untuk mencari kata yang terdengar lebih padu.
2. Diksi. Jangan sampai hanya karena memaksakan bunyi, seorang pensyair lalu memasukkan kata-kata
yang sesungguhnya tidak sesuai. Contoh yang diberikan saat itu adalah:
Guyuran hujan mematuk-matuk tanah
Bagian ‚hujan mematuk-matuk‛ diakuinya sangat brilian, sebab belum ada pensyair yang
diketahuinya menggunakan kata ‘mematuk’ setelah ‘hujan’, bahkan Sapardi sekalipun. Namun,
karena ada kata ‘guyuran’ di awal, kalimat ini menjadi tidak nyambung. Wagu. Membuat
pembaca bertanya-tanya, ‚jadi hujannya mengguyur atau mematuk-matuk?‛ maka kata guyuran
dihilangkan dan kalimat berubah menjadi,
Masih belum puas, ia lalu mengatakan bahwa semua orang juga tahu kalau hujan mematuk-
matuk tanah, memang apalagi? Memang hujan kan jatuhnya ke tanah. Dengan segera, ia mengganti
‘tanah’
menjadi ‘rindu’. Ini dilakukannya bukan tanpa alasan. Puisi itu berisi tentang kedatangan musim hujan
yang menyelipkan rasa rindu ketika kemarau mulai pudar. Maka, kalimat kembali berubah menjadi,
Untuk menulis puisi dengan diksi yang beragam, Jokpin menyarankan penyair untuk memasang
aplikasi KBBI di handphone. Jangan bosan mencari kata baru. Indonesia kaya akan kata, tapi sedikit
yang benar-benar memakainya.
3. Harmoni. Terutama untuk puisi lirik yang menekankan keindahan. Jangan sampai puisi
terdengar sumbang ketika dibaca. Meski dikenal sebagai penulis puisi naratif yang lebih bercerita dan
cenderung merupakan kritik terhadap sesuatu, ia ternyata sangat memerhatikan bunyi pada puisinya.
Pada suatu larik yang terdiri dari lima kata dan empat di antaranya terdiri dari dua suku kata lalu
ada satu kata yang terdiri dari tiga suku kata, menurut Jokpin sebaiknya dicari padanannya yang
hanya terdiri atas dua suku kata. ‚Biar kalau dibaca, enak didengar.‛
Sumber gambar: dokumentasi prestasi
1 Diksi
2 Koherensi
3 Harmoni
Kritertia Penilaian
NO Kriteria Skor
Skor maksimal 30 20 10
Skor maksimal 30 20 10
Skor maksimal 30 20 10
Skor maksimal
A= 85-100
B = 70-84
C= 51-69
D= <51
MATERI PENGAYAAN UNTUK SISWA BERPENCAPAIAN TINGGI
Pelaksanaan pengayaan untuk siswa dengan berpencapaian tinggi dilakukan dengan cara
individu. Siswa melakukan hal-hal berikut:
1. Mencari puisi ‚Asmarandana‛ karya Goenawan Mohammad.
2. Membuat puisi untuk menanggapi puisi tersebut dengan sudut pandang Anjasmara.
1. Apakah materi yang kalian pelajari saat ini bermanfaat untuk kehidupan
Anda?
2. Apakah ada materi yang Anda harapkan ada, tetapi tidak disampaikan oleh
guru? Jika ada, sebutkan materi tersebut dan alasan mengapa materi
tersebut penting!
REKOMENDASI BACAAN
Sumber bacaan untuk memperkaya pengetahuan guru dan siswa tentang tema atau materi
pembelajaran.
Siswa Guru
1. Kementerian Pendidikan dan 1. Widarmanto, Tjahjono. 2018. Yuk, Nulis
Kebudayaan.2017. Bahasa Indonesia Kelas Puisi. Yogyakarta: Laksana.
X SMA/MA/SMK/MAK.. Edisi Revisi Jakarta: 2. Waluyo, Herman J. 2010. Apresiasi
Kementerian Pendidikan dan Puisi. Jakarta: Erlangga.
Kebudayaan.
2. Widarmanto, Tjahjono. 2018. Yuk, Nulis
Puisi. Jakarta Selatan: Laksana.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.youtube.com/watch?v=TObTybYkA6A&t=2s