BAHASA INDONESIA
KELAS X
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
Tujuan Pembelajaran
10.3 Peserta didik terbiasa dan terampil menulis puisi berdasarkan pengetahuan, pengalaman, pengamatan,
dan gagasan orisinal untuk dipublikasikan di media cetak maupun digital masalah secara bersama-sama.
Fokus pembelajaran adalah berlatih menulis puisi dalam berbagai konteks dan memublikasikan di media cetak
maupun digital.
Materi ajar
Menulis puisi dan memublikasikan di media cetak maupun digital.
PERKIRAAN
FASE JENJANG KELAS JUMLAH MODEL PEMBELAJARAN ALOKASI WAKTU
SISWA
Tatap muka
12 X 45 Menit
E SMK X 36 PJJ
(3 Pertemuan)
Paduan tatap muka dan PJJ
Ketersediaan Materi:
a. Ada pengayaan untuk siswa berpencapaian tinggi : YA
b. Ada materi khusus untuk siswa yang mengalami kesulitan belajar : TIDAK
c. Ada materi khusus untuk siswa yang berkebutuhan khusus : TIDAK
d. Ada materi pengayaan alternatif menggunakan teknologi : YA
TUJUAN PEMBELAJARAN
KOMPETENSI INDIKATOR
PROFIL
TUJUAN YANG PENCAPAIAN
ELEMEN PELAJAR
PEMBELAJARAN MENJADI TUJUAN
PANCASILA
FOKUS PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran yang menjadi prasyarat bagi kegiatan dalam modul ini.
10.1 Peserta didik menganalisis dan menginterpretasikan isi puisi (visual/audiovisual) dalam konteks
personal, sosial budaya, dan saintifik
10.2 Peserta didik menilai penggunaan diksi dan majas (metafora, analogi, personifikasi) dalam puisi
Pertanyaan Inti:
1. Mengapa sejak zaman dahulu banyak orang menulis puisi, bahkan ada yang seumur hidup membaktikan diri
untuk menjadi penyair?
2. Bagaimana manfaat menulis puisi dalam kehidupan sehari-hari?
3. Bagaimana cara menulis puisi yang bermakna?
4. Mengapa dalam menulis puisi perlu memerhatikan etika dan estetika?
5. Diksi seperti apakah yang tepat digunakan dalam menulis puisi agar puisi lebih estetis?
Apakah pengetahuan latar yang perlu dimiliki siswa sebelum mempelajari topik ini?
Konsep struktur fisik dan batin puisi, cara mengapresiasi dan menafsirkan puisi, dan menggunakan diksi yang tepat.
Kegiatan Pembelajaran Utama
Kegiatan, Durasi Metode Pengaturan Siswa
1. Guru menampilkan contoh puisi yang dimuat di media 1. Project Based 1. Individu
massa (kliping) dan/atau puisi yang dibacakan di media Learning 2. Berkelompok
digital. (25 menit)
2. Guru menampilkan contoh proses kreatif penyair
menghasilkan puisi. (25 menit)
3. Guru menjelaskan tahap pertama menulis puisi yakni
mencari inspirasi yang bisa diambil dari pengalaman
maupun pengamatan atas peristiwa sosial budaya (misalnya
kliping gambar/foto di media massa). (30 menit)
4. Siswa mendata pengalaman berkesan, pengetahuan,
pengamatan, dan gagasan orisinal yang menjadi dasar
inspirasi puisi. (30 menit)
5. Siswa menulis draf puisi: menentukan topik puisi, memilih
jenis puisi, mendeskripsikan informasi, brainstorming
menulis bebas. Pada kegiatan ini, siswa dapat
memanfaatkan mind mapping untuk memudahkan tugas.
(45 menit)
6. Guru mengajak siswa melakukan permainan “kata bersajak”
atau “kata berkait” untuk melatih kepiawaian memilih kata.
(30 menit)
7. Guru menyampaikan teori menulis puisi dengan
memanfaatkan diksi, kalimat memikat dan bermajas;
melafalkan puisi untuk menguji rima dan bunyi; analogi;
dan menentukan akhir puisi sesuai intuisi. (45 menit)
8. Siswa praktik menulis puisi:
- Berlatih memanfaatkan diksi dengan mengganti
berbagai kata agar terbentuk rima
- Berlatih menyusun kalimat memikat dengan memilih
kalimat bermajas
- Siswa melafalkan puisi untuk menguji rima dan bunyi.
Apakah puisi yang disusun sudah enak dibaca/didengar.
Pada tahap ini siswa bisa bergantian membacakan
puisinya kepada teman satu meja untuk mendapatkan
tanggapan. (75 menit)
9. Guru menyampaikan materi secara singkat tentang cara
menyunting puisi: diksi, koherensi, dan harmoni. (45menit)
10. Siswa praktik menyunting puisi
- Memilah dan memilih diksi
- Mencermati apakah puisi sudah padu (koherensi)
- Mengecek kembali apakah puisi sudah bisa dinikmati,
enak dibaca. (45menit)
11. Siswa menyampaikan hasil menyunting disertai alasan
mengganti, menambah, atau menghapus sebuah
kata/frasa/kalimat. (25 menit)
12. Siswa memublikasikan puisi: (30 menit)
- Menampilkan di majalah dinding
- Mengunggah pada media social
- Mengirimkan ke media massa
Jumlah Jam kegiatan pembelajaran utama: 540 menit,
sedangkan siswa waktu 90 menit digunakan sebagai pembuka
dan penutup selama 3 X pertemuan.
Sarana Prasarana Perkiraan Biaya
Komputer/laptop/tablet, jaringan internet, mading. Foto kopi Kliping gambar dan puisi :
2 lb X 36 siswa X Rp. 500,00
= RP 36.000,00
PERSIAPAN PEMBELAJARAN
1. Guru mempersiapkan kliping puisi di media massa, rekaman pembacaan puisi oleh penyair terkenal, kliping
gambar peristiwa sosial budaya di koran
2. Guru menyiapkan materi teknik menulis puisi
PERTEMUAN 1
Jika kita disuruh untuk menggambar pemandangan, apa yang akan kita
gambar? Kebanyakan kita akan menggambar dua gunung yang di tengah-
tengahnya ada matahari. Dari Sabang sampai Merauke rata-rata seperti itu. Telah
terjadi penyeragaman yang berpotensi mengekang kreativitas.
Apakah hal serupa juga akan kita lakukan jika kita diminta menulis puisi?
Jika kita disuruh menulis puisi tentang Ibu, rata-rata kita akan menulis ibu, kau
yang melahirkanku/ berkorban siang malam menjagaku/ kasihmu tak terbatas/
jasamu tak terbalas//
Jika kita renungkan, apakah penggambaran ibu hanya sebatas itu? Bukankah
ibu kita memiliki perbedaan warna kesukaan, makanan kesukaan, maupun
perbedaan lainnya? Nah, mulai sekarang mari kita biasakan berpikir di luar kebiasaan (out of the box), berpikir
kreatif sampai mati! Sekarang mari kita mencari inspirasi penulisan puisi secara kreatif.
1. Siswa dan guru berdoa bersama untuk memulai Pengondisian (bina suasana) dapat dilakukan dengan
pembelajaran. permainan “kata bersajak” untuk melatih kepiawaian
2. Guru melakukan pengondisian untuk mendoroang memilih kata.
siswa siap belajar. Teknis permainan ini adalah sebagai berikut:
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yakni 1. Guru menyebutkan satu kata, misalnya “pasir”.
menulis puisi dan menyampaikan manfaat 2. Siswa diminta menyebutkan satu kata yang bersajak
mempelajari materi tersebut. Penyampaian manfaat sama, misalnya “desir”. Begitu seterusnya.
ini penting agar siswa lebih termotivasi mengikuti 3. Jika ada yang tidak bisa menyebutkan kata untuk
pembelajaran. melanjutkan, permainan berakhir. Permainan dapat
dimulai lagi dari siswa yang tadi tidak bisa
melanjutkan.
INTI (150 MENIT)
Penjelasan Guru Guru menampilkan contoh puisi yang dimuat di Siswa memperhatikan penjelasan guru
media massa (kliping) dan/atau puisi yang dan mencatat hal-hal penting mengenai
dibacakan di media digital. Guru menampilkan proses kreatif penyair.
contoh proses kreatif penyair menghasilkan puisi.
Mencari inspirasi Guru menjelaskan tahap pertama menulis puisi Siswa mendata pengalaman berkesan,
yakni mencari inspirasi yang bisa diambil dari pengetahuan, pengamatan, dan gagasan
pengalaman maupun pengamatan atas peristiwa orisinal yang menjadi dasar inspirasi
sosial budaya. Guru membagikan kliping puisi
gambar/foto berbagai peristiwa sosial budaya yang
dimuat di media massa.
Menulis draf Guru meminta siswa menulis draf puisi dan Siswa menulis draf puisi: menentukan
puisi memantau sekaligus memberi masukan dan saran. topik puisi, memilih jenis puisi,
Guru perlu menyampaikan pentingnya berani mendeskripsikan informasi,
mengekspresikan gagasan dan pikiran secara brainstorming menulis bebas. Pada
kreatif, perlu mencoba cara yang berbeda. Guru kegiatan ini, siswa dapat memanfaatkan
juga mereview mind mapping untuk memudahkan
tugas.
PENUTUP (15 MENIT)
Refleksi Guru Refleksi Siswa Catatan
1. Apakah pembelajaran 1. Bagaimana perasaan kamu saat Guru dan siswa komitmen dalam
yang saya lakukan belajar materi teks puisi? melaksanakan pembelajaran.
membuat siswa senang 2. Manfaat apa yang kamu Guru memaksimalkan pengamatan pada
dan antusias? dapatkan dari belajar teks puisi? praktik menulis puisi yang dilakukan
2. Apakah pembelajaran 3. Materi apa yang sulit dipahami siswa. Guru hendaknya sering
yang sudah saya selama pembelajaran memberikan apresiasi dalam bentuk
lakukan sudah sesuai berlangsung? pujian untuk memotivasi. Puisi sangat
dengan rencana yang 4. Materi apa yang mudah untuk subjektis sehingga tidak ada kata salah
saya buat? dipahami selama pembelajaran dalam puisi. Guru hanya boleh
3. Rencana pembelajaran berlangsung? mengarahkan, bukan menyalahkan.
mana yang tidak bisa 5. Solusi apa yang Anda harapkan Menyalahkan akan mematikan
saya lakukan? Apakah dari materi yang sulit agar Anda kreativitas siswa.
kendalanya? dapat memahaminya?
4. Apakah seluruh siswa
mencapai tujuan
pembelajaran? Jika
tidak, apa kendalanya
dan bagaimana cara
memperbaikinya?
MATERI PERTEMUAN 1
A. MENCARI INSPIRASI
1. Menulis tentang apa yang diketahui. Menulis tentang hal-hal yang kita pernah alami secara pribadi
menjadikan kita seorang penulis yang dapat dipercaya dan hal ini akan membuat pembaca bisa
terhubung kepada kita dengan lebih efektif melalui puisi yang kita tulis.
2. Menulis dari catatan kecil ataupun buku harian. Kita perlu membiasakan membawa catatan kecil
untuk menulis inspirasi. Kita fokus pada hal-hal yang indah atau memancing perasaan tertentu dalam
diri. Selain itu, kita pun bisa mendapat inspirasi dari buku harian kita.
Berikut disajikan contoh puisi yang ditulis berdasarkan pengalaman penyair saat mendaki Gunung
Lawu di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Nama : ………………………………
Kelas : ………………………………
Petunjuk:
1. Tuliskan pengalaman berkesan, pengetahuan, pengamatan, dan gagasan orisinal yang bisa menjadi
inspirasi penulisan puisi!
2. Tuliskan draf puisi secara bebas!
3. Tuliskan hasil pada lembar berikut!
No Aspek Isi
1 Inspirasi
2 Draf Puisi
Kritertia Penilaian
NO Kriteria Skor
Kelanjutan dari pertemuan awal mencari inspirasi dan menulis draf puisi adalah mempraktikan menulis puisi
dengan memanfaatkan diksi, kalimat memikat dan bermajas; melafalkan puisi untuk menguji rima dan bunyi;
analogi; dan menentukan akhir puisi sesuai intuisi.
Ketika ada siswa yang membacakan puisi hasil karyanya, siswa lain memberikan tanggapan sebagai bentuk
apresiasi dan menghargai hasil karya orang lain.
Praktik menulis puisi Guru mendatangi setiap siswa untuk Siswa praktik menulis puisi:
memantau proses menulis, memberikan 1. Berlatih memanfaatkan
masukan dan saran perbaikan. diksi dengan mengganti
berbagai kata agar
terbentuk rima
2. Berlatih menyusun kalimat
memikat dengan memilih
kalimat bermajas.
3. Siswa melafalkan puisi
untuk menguji rima dan
bunyi. Apakah puisi yang
disusun sudah enak
dibaca/didengar. Pada
tahap ini siswa bisa
bergantian membacakan
puisinya kepada teman
satu meja untuk
mendapatkan tanggapan.
Pada pertemuan kedua:
melanjutkan praktik menulis
puisi
PENUTUP (15 MENIT)
Refleksi Guru Refleksi Siswa Catatan
5. Apakah pembelajaran 6. Bagaimana perasaan kamu saat Guru dan siswa komitmen dalam
yang saya lakukan belajar materi teks puisi? melaksanakan pembelajaran.
membuat siswa senang 7. Manfaat apa yang kamu Guru memaksimalkan pengamatan pada
dan antusias? dapatkan dari belajar teks puisi? praktik menulis puisi yang dilakukan
6. Apakah pembelajaran 8. Materi apa yang sulit dipahami siswa. Guru hendaknya sering
yang sudah saya selama pembelajaran memberikan apresiasi dalam bentuk
lakukan sudah sesuai berlangsung? pujian untuk memotivasi. Puisi sangat
dengan rencana yang 9. Materi apa yang mudah untuk subjektis sehingga tidak ada kata salah
saya buat? dipahami selama pembelajaran dalam puisi. Guru hanya boleh
7. Rencana pembelajaran berlangsung? mengarahkan, bukan menyalahkan.
mana yang tidak bisa 10. Solusi apa yang Anda harapkan Menyalahkan akan mematikan
saya lakukan? Apakah dari materi yang sulit agar Anda kreativitas siswa.
kendalanya? dapat memahaminya?
8. Apakah seluruh siswa
mencapai tujuan
pembelajaran? Jika
tidak, apa kendalanya
dan bagaimana cara
memperbaikinya?
MATERI PERTEMUAN 2
1. Perhatikan pemilihan kata (diksi). Dibandingkan dengan bentuk tulisan lainnya, diksi dan pemilihan
kata sangatlah penting dalam puisi. Coba gunakan kata yang deskriptif yang bisa melukiskan gambaran
dengan lebih jelas.
Contohnya, kita bisa menulis "bayang membalut malam yang gelap" bukan sekadar "malam yang gelap".
Hal ini lebih deksriptif dan memberikan gambaran yang lebih akurat kepada pembaca.
2. Tuliskan kalimat pertama yang memikat. Ingat, kalimat pertama dalam puisi kita harus mampu
memerangkap ketertarikan pembaca! Selain itu, bagian ini juga berperan sangat penting untuk menentukan
nuansa dan irama keseluruhan puisi. Namun, pastikan kalimat tersebut tidak terlalu rumit sehingga
berpotensi membuat pembaca kebingungan dan enggan melanjutkan membaca puisi.
Mengacu pada topik laut, kalimat pertama yang bisa kita tulis adalah:
Berperisai biru, batasnya tak bersekat
Ciptakan kalimat yang berima. Seperti yang sudah
dijelaskan, sebagai pemula, kita perlu terlebih dahulu
belajar menulis puisi yang berima. Dengan kata lain,
kita perlu mencoba mencari kata yang berima dengan
suku kata terakhir pada kalimat sebelumnya. Mengacu
pada contoh di atas, cari kata yang berima dengan suku
kata “kat” dari kata bersekat: pekat, lekat, rekat, dekat,
singkat, pukat, pikat, dan lain-lain.
Catatan: Untuk mempermudah proses penulisan puisi
bagi pemula, cukup cari kata yang berima dengan suku
kata terakhir pada kalimat sebelumnya.
Sumber gambar: https://ms.wikipedia.org/wiki/Ombak
3. Gunakan Majas. Majas seperti metafora dan simile menambah keragaman dan kedalaman makna pada
puisi. Penggunaan perangkat seperti ini bisa membuat puisi tampak lebih menonjol dan memungkinkan
untuk menawarkan gambaran yang lebih teperinci bagi para pembaca. Kita mencoba menggunakan
perangkat sastra pada puisi dan menggunakan perangkat yang berbeda agar tidak hanya menggunakan
metafora atau simile saja pada proses penulisan puisi.
a. Metafora merupakan majas perbandingan satu subjek/objek dengan subjek/objek lain dalam cara yang
berbeda atau “mengejutkan”. Contohnya, “Aku adalah burung dalam sangkar emas.” Metafora
membandingkan dua hal secara langsung berdasarkan kesamaan dengan menjabarkan seolah-olah
mereka sama.
Dalam sandiwara yang ditulisnya berjudul "As You Like It," William Shakespeare berkata, "Dunia
adalah panggung sandiwara/ Selurh pria dan wanita hanyalah pemain:/ Mereka semua naik dan turun
panggung." Shakespeare menggunakan metafora yang membandingkan aksi dalam kehidupan nyata
dengan aksi dalam sandiwara teater. Shakespeare berkata bahwa dunia "adalah" panggung sandiwara
dan seluruh orang "adalah" aktor, tetapi bukan berarti mereka tersebut aktor sungguhan.
b. Simile merupakan majas perbandungan satu subjek/objek dengan subjek/objek lain yang ditandai
dengan kata “seperti” atau “bagaikan”. Contohnya, “Ia seperti pelangi di malam hari” atau “Hati
wanita bagaikan lautan rahasia yang begitu dalam.”
c. Kita juga bisa menggunakan majas lain seperti personifikasi. Dengan majas ini, kita bisa
mendeskripsikan objek atau ide menggunakan sifat atau karakter manusia. Sebagai contoh, “Menari-
nari nyiur di pantai” atau “Angin pun berteriak, memanggil namamu.”
4. Gunakan analogi. Analogi merupakan perbandingan antara dua hal yang dimaksudkan untuk membantu
pembaca memahami sebuah situasi atau peristiwa. Biasanya, para penulis membandingkan sebuah hal
yang dikenal dengan hal yang tidak begitu dikenal untuk membantu pembaca memahami.
a. Contohnya, kalimat "dia pendiam seperti tikus" merupakan analogi yang memperbolehkan pembaca
memahami sang subjek, "dia", dengan menghubungkan fakta tentangnya dengan fakta yang diketahui
semua orang (bahwa tikus itu pendiam).
5. Tuliskan sisa puisi. Pikirkan informasi apa lagi yang relevan dengan subjek puisi. Setelah itu, cobalah
mengombinasikannya dengan diksi yang dipilih pada tahap sebelumnya. Mengacu pada topik “laut”,
cobalah menguraikan keluasannya secara lebih mendetail. Misalnya, kalimat kedua Anda dapat berbunyi:
Keasingan si jagat, tak pelak membuatku terpikat
--yang dilanjutkan dengan:
Kuingin mengembara, meski diadang pekat
Namun tak perlu khawatir, karena kau tahu mata dan telingaku berbakat,
untuk merasai ketidaktahuan bak remaja nekat.
6. Lafalkan kata, frasa, atau kalimat yang sedang ditulis dalam hati atau dengan suara keras. Lakukan
ini untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan jumlah silabel untuk membuat alur puisi terdengar baik.
7. Tentukan akhir puisi. Sejatinya, tidak ada aturan khusus mengenai panjang sebuah puisi yang benar. Ada
puisi yang terdiri dari satu paragraf panjang, tetapi ada pula yang hanya mengandung satu kalimat singkat.
Kita bisa ikuti intuisi dan kreativitas masing-masing!
LEMBAR KERJA SISWA PERTEMUAN Ke-2
MENULIS PUISI
Nama : ………………………………
Kelas : ………………………………
Petunjuk:
1. Tuliskan puisi dengan memperhatikan diksi, kalimat memikat dan bermajas; melafalkan puisi untuk
menguji rima dan bunyi; memanfaatkan analogi; dan menentukan akhir puisi sesuai intuisi!
2. Tuliskan hasil pada lembar berikut!
Jawaban
No Aspek Tuliskan puisi secara utuh!
(ya/tidak)
1 Kalimat yang memikat dan
bermajas
3 Memanfaatkan Analogi
Kritertia Penilaian
NO Kriteria Skor
1 Jika siswa menuliskan 4 aspek 76-100
Pentingkah Menyunting?
Puisi bukanlah karya yang sekali jadi. Proses kreatif menulis puisi membutuhkan ketekunan dan kesabaran.
Penyair-penyair besar pun masih membutuhkan perbaikan pada isi maupun redaksi melalui kegiatan menyunting.
Mengapa menyunting harus dilakukan? Menyunting akan membuat puisi lebih utuh, bermakna, dan indah. Oleh
karena itu, langkah terakhir pada penulisan puisi adalah menyunting koherensi (keterpaduan), dan harmoni.
Menyunting bisa dilakukan secara peribadi ataupun meminta orang lain.
Kelanjutan dari pertemuan menulis puisi adalah menyunting puisi. Ketika ada siswa yang membacakan puisi hasil
karyanya, siswa lain memberikan masukan untuk perbaikan. Setelah puisi disunting, siswa perlu memublikasikan
puisi tersebut. Puisi tanpa publikasi ibarat pasar tanpa pembeli. Publikasi dapat dilakukan melalui media massa
(alamat redaksi dapat dilihat pada media yang dituju). Jika puisi ditolak redaksi media massa, jangan kecewa dan
berkecil hati. Teruslah berusaha dan yakinlah suatu ketika dapat menembus tembok tebal media massa. Cara lain
untuk publikasi adalah dengan mengunggah puisi pada blog, menempelkan puisi di majalah dinding, atau
merekam pembacaan puisi karya sendiri dan mengunggahnya di youtube atau media sosial.
1. Guru mengucapkan salam, berdoa bersama, dan mengecek Siswa bisa bermain kata berkait untuk
kehadiran siswa menentukan siapa yang akan
2. Guru menyampaikan review hasil menulis puisi pada pertemuan menampilkan puisi hasil karyanya untuk
sebelumnya. diberi masukan bersama.
3. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia kali ini adalah cara Permainan “kata berkait” mirip dengan
menyunting puisi: diksi, koherensi, dan harmoni. cara “kata bersajak”. Guru memberikan satu
menyunting puisi: diksi, koherensi, dan harmoni. kata untuk dimainkan, misalnya “jalan”,
4. Guru menjelaskan rencana dan langkah pembelajaran. Kegiatan siswa melanjutkan dengan kata “lancar”,
menyunting puisi adalah kegiatan individual. Namun, pada saat siswa lainnya bisa menyebutkan kata
penyampaian atau pembacaan hasil puisi, siswa lain dapat yang diawali “car“ yakni ‘’cari”, dan
memberikan masukan. seterusnya
INTI (150 MENIT)
KEGIATAN GURU SISWA
Menyimak penjelasan guru. Guru menyampaikan materi secara Siswa menyimak penjelasan guru
singkat tentang cara menyunting dengan penuh perhatian
puisi: diksi, koherensi, dan harmoni.
Praktik menyunting puisi Guru mendatangi setiap siswa untuk Siswa praktik menyunting puisi
memantau proses menyunting, 1. Memilah dan memilih diksi
memberikan masukan dan saran 2. Mencermati apakah puisi sudah
perbaikan. padu (koherensi)
3. Mengecek kembali apakah puisi
sudah bisa dinikmati, enak
dibaca (harmoni)
4. Siswa menyampaikan hasil
menyunting disertai alasan
mengganti, menambah, atau
menghapus sebuah
kata/frasa/kalimat
Publikasi Puisi Guru menyampaikan alternative Siswa menyimak penjelasan guru dan
publikasi: media massa, mading, mengirimkan tulisan ke media yang
internet. dituju.
Pensyair Joko Pinurbo (Jokpin) mengakui bahwa menulis puisi dan menyuntingnya adalah dua hal yang sangat
berbeda. Menulis itu gampang. Tapi menyunting? Ia bisa menghabiskan waktu semalaman dan hanya sanggup
menyunting dua baris, misalnya. Menurut Jokpin, ada tiga hal yang perlu diperhatikan saat menyunting puisi,
yaitu koherensi, diksi, dan harmoni.
1. Koherensi adalah soal kesatuan ide. Apa saja kata yang menjadi inti dari puisi. Kesinambungan antara bait
satu dengan bait selanjutnya termasuk dalam koherensi. Kalau nggak nyambung, terlalu banyak latar di
awal bait, berarti puisinya tidak koheren. Tentukan apa saja kata yang merupakan nyawa dari puisi.
Semakin sederhana dan ringkas, semakin baik pula dan kemungkinan dipahami pembaca akan lebih besar
Hal ini juga yang menjadi persoalan bagi para pesnyair. Kebanyakan pensyair merasa seluruh kalimat
dalam puisinya sakral dan bermakna. Padahal, ketika menyunting, kita bukan lagi melihat puisi dari
kacamata penulis, melainkan pembaca. Rendah hati dan pikiran terbuka jadi kunci saat menyunting puisi.
Kita harus kritis kepada diri sendiri tatkala menyunting puisi buatan kita sendiri. Jokpin pernah mengundur
naik cetak bukunya sampai lima kali di sebuah penerbit “hanya” karena ia masih ingin merevisi puisinya,
meski hanya satu kata. Satu kata. Katanya, sebuah puisi menjadi baik karena detail-detailnya. Maka ketika
dibacanya puisinya sendiri terdengar sumbang, ia akan segera membuka KBBI untuk mencari kata yang
terdengar lebih padu.
2. Diksi. Jangan sampai hanya karena memaksakan bunyi, seorang pensyair lalu memasukkan kata-kata yang
sesungguhnya tidak sesuai. Contoh yang diberikan saat itu adalah:
Guyuran hujan mematuk-matuk tanah
Bagian “hujan mematuk-matuk” diakuinya sangat brilian, sebab belum ada pensyair yang diketahuinya
menggunakan kata ‘mematuk’ setelah ‘hujan’, bahkan Sapardi sekalipun. Namun, karena ada kata
‘guyuran’ di awal, kalimat ini menjadi tidak nyambung. Wagu. Membuat pembaca bertanya-tanya, “jadi
hujannya mengguyur atau mematuk-matuk?” maka kata guyuran dihilangkan dan kalimat berubah
menjadi,
Masih belum puas, ia lalu mengatakan bahwa semua orang juga tahu kalau hujan mematuk-matuk tanah,
memang apalagi? Memang hujan kan jatuhnya ke tanah. Dengan segera, ia mengganti ‘tanah’ menjadi
‘rindu’. Ini dilakukannya bukan tanpa alasan. Puisi itu berisi tentang kedatangan musim hujan yang
menyelipkan rasa rindu ketika kemarau mulai pudar. Maka, kalimat kembali berubah menjadi,
Hujan mematuk-matuk rindu
Untuk menulis puisi dengan diksi yang beragam, Jokpin menyarankan penyair untuk memasang aplikasi
KBBI di handphone. Jangan bosan mencari kata baru. Indonesia kaya akan kata, tapi sedikit yang benar-
benar memakainya.
3. Harmoni. Terutama untuk puisi lirik yang menekankan keindahan. Jangan sampai puisi terdengar
sumbang ketika dibaca. Meski dikenal sebagai penulis puisi naratif yang lebih bercerita dan cenderung
merupakan kritik terhadap sesuatu, ia ternyata sangat memerhatikan bunyi pada puisinya. Pada suatu larik
yang terdiri dari lima kata dan empat di antaranya terdiri dari dua suku kata lalu ada satu kata yang terdiri
dari tiga suku kata, menurut Jokpin sebaiknya dicari padanannya yang hanya terdiri atas dua suku kata.
“Biar kalau dibaca, enak didengar.”
LEMBAR KERJA SISWA PERTEMUAN KE-3
Nama : ………………………………
Kelas : ………………………………
Petunjuk:
1. Suntinglah puisi dengan memperhatikan aspek diksi, koherensi, dan harmoni!
2. Tuliskan hasil pada lembar berikut!
1 Diksi
2 Koherensi
3 Harmoni
Kritertia Penilaian
NO Kriteria Skor
Skor maksimal 30 20 10
Skor maksimal 30 20 10
Skor maksimal 30 20 10
Skor maksimal
Kriteria Penilaian
A = 85-100
B = 70-84
C = 51-69
D = <51
MATERI PENGAYAAN UNTUK SISWA BERPENCAPAIAN TINGGI
Pelaksanaan pengayaan untuk siswa dengan berpencapaian tinggi dilakukan dengan cara individu.
Siswa melakukan hal-hal berikut:
1. Mencari puisi “Asmarandana” karya Goenawan Mohammad.
2. Membuat puisi untuk menanggapi puisi tersebut dengan sudut pandang Anjasmara.
1. Apakah materi yang kalian pelajari saat ini bermanfaat untuk kehidupan
Anda?
2. Apakah ada materi yang Anda harapkan ada, tetapi tidak disampaikan oleh
guru? Jika ada, sebutkan materi tersebut dan alasan mengapa materi tersebut
penting!
REKOMENDASI BACAAN
Sumber bacaan untuk memperkaya pengetahuan guru dan siswa tentang tema atau materi pembelajaran.
Siswa Guru
1. Kementerian Pendidikan dan 1. Widarmanto, Tjahjono. 2018. Yuk, Nulis Puisi.
Kebudayaan.2017. Bahasa Indonesia Kelas X Yogyakarta: Laksana.
SMA/MA/SMK/MAK.. Edisi Revisi Jakarta: 2. Waluyo, Herman J. 2010. Apresiasi Puisi.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Erlangga.
2. Widarmanto, Tjahjono. 2018. Yuk, Nulis Puisi.
Jakarta Selatan: Laksana.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.youtube.com/watch?v=TObTybYkA6A&t=2s