Anda di halaman 1dari 8

PETUNJUK TEKNIS UJIAN PRAKTIK

MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA


TAHUN PELAJARAN 2020-2021

A. MATERI KEGIATAN
Membaca teks drama monolog 1 babak
 Drama monolog adalah drama yang mengandung percakapan atau narasi yang
disampaikan oleh satu tokoh, tanpa balasan dari tokoh lain.
 1 babak = 1 adegan

B. TUJUAN KEGIATAN
1. Untuk melatih siswa dalam memahami isi dan pesan suatu teks/bacaan
2. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memparafrasekan secara lisan teks/
bacaan
3. Untuk melatih siswa dalam mengembangkan kemampuan imajinya dalam
mengekpresikan suatu teks/bacaan
4. Untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap intonasi, jeda dan ekpresi terhadap
suatu teks/bacaan

C. TEKNIS KEGIATAN
1. Siswa diberikan 5 teks/ naskah drama monolog 1 babak, kemudian siswa memilih
salah satu naskah untuk dipresentasikan dalam betuk video
2. Durasi video 3 sampai dengan 5 menit
3. Pengumpulan video melalui web dengan mengirimkan link google drive

D. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Proses pembuatan video dimulai dari tanggal 1 Maret 2021 sampai dengan 5
Maret 2021
2. Video di kumpulkan dalam bentuk link google drive paling lambat tanggal 5
Maret 2021 pukul 15.00 di web CBT SMK Hang Tuah 1 di bagian ujian PAS

E. ASPEK PENILAIAN
Aspek yang dinilai, yaitu:
1. Intonasi, berkaitan dengan panjang pendeknya nada pada saat membaca.( 30
point)
2. Ekpresi, berkaitan dengan alur muka siswa menggambarkan ekpresi sedih,
senang, takut, marah, dsb (40 point)
3. Jeda, berkaitan dengan perhentian bacaan di setiap kalimat atau kata (30 point)

Jakarta, 23 Februari 2021


Penguji 1 Penguji 2

Yayi Setiawati, S.Pd Khairunnisa, S.Pd


NASKAH DRAMA MONOLOG 1 BABAK
BAHAN UNIAN PRAKTIK
TAHUN PELAJARAN 2020-2021

Pilihlah salah satu naskah di bawah ini, kemudian bacakan dan rekam dalam video dengan
durasi 3 s.d. 5 menit dengan ekpresi, intonasi dan jeda yang tepat. Kemudian upload ke web
CBT SMK Hang Tuah 1!
DIPERINGATKAN AGAR TIDAK UPLOAD VIDEO KE SOCIAL MEDIA, KARENA
NASKAH-NASKAH DI BAWAH INI MEMILIKI HAK CIPTA!

TIKUS DI SAWAH

SEORANG PETANI DATANG DENGAN CANGKUL DI PUNDAKNYA. IA MENARUH

CANGKUL, KEMUDIAN DUDUK DAN MENGIBASKAN KAOSNYA KARENA GERAH.

“Semakin hari bertani makin susah. Dulu sama Soeharto, petani dipaksa menanam padi. Semua

orang terpaksa makan nasi. Makan ubi, singkong, jagung, talas, dan sagu dianggap bodoh.

Makan nasi dianggap beradab. Adab, adab Bapakmu!” MELEPAS KAOS KARENA SEMAKIN

GERAH. IA GUNAKAN KAOSNYA SEBAGAI KIPAS. “Waktu makan sagu atau talas, kita

tidak perlu repot-repot tanam. Tidak repot-repot tebang hutan buat buka lahan. Wong tumbuh

liar. Bibitnya gratis, tis, tis, dari Allah. Sudah dikasih enak sama Allah kok cari yang repot.

Howalah susah, susah! Sekarang petani mau nanam padi kalau gak ada sawah ya mentok jadi

buruh tani. Beli bibit mahal, bikin bibit sendiri ditangkap negara karena melanggar kekayaan

intelektual. Tambah lagi semakin ke sini tanah semakin rusak kena pupuk. Tapi ya bingung juga,

kalau tidak dipupuk tidak bisa penuhi target panen. Malah rugi. Itu belum seberapa. Semua itu

tambah parah kalau sudah ada tikus-tikus.” BERDIRI. MENDEKAT KE PENONTON,

SEOLAH BERBISIK. “Saya cerita begini rahasia lho ya. Jangan bilang siapa-siapa. Jangan

direkam. Setelah saya cerita tolong lupakan. Tikus di sini ada banyak jenisnya. Yang biasa ada di

sawah ya biasa, tikus yang suka makan beras. Ada lagi tikus yang suka makan tanah. Tikus-tikus

itu berbahaya, mereka suka mengambil alih lahan. Menggusur rumah. Mengubah lahan sawah

jadi bandara, tambang, atau kebun sawit. Jenis tikus berikutnya yang suka sembunyi. Sebenarnya

sekilas ia tidak tampak bahaya, tapi ternyata dia sering membantu tikus pemakan tanah. Mereka

satu komplotan. Terakhir tikus hijau. Nah tikus jenis ini ganas sekali. Dia bisa membunuh petani

dengan alasan keamanan negara.”


PARA PELAYAT

TEMARAM MERAH YANG MENCEKAM DI ATAS PANGGUNG. BATU NISAN


BERSERAKAN DI MANA-MANA, SAMPAI KE ATAS MEJA. SEORANG TUA SEDANG
SIBUK MENATA RUANGAN AGAR KELIHATAN SEDIKIT RAPI. KEMUDIAN
MENGAMBIL SAPU LIDI, MENYAPU LAYAKNYA TUGAS PEMAKAMAN.

BACKROUND SILUET YANG MEMPERTONTONKAN ORANG-ORANG MENGERANG


(TERLEPAS DARI LAKI-LAKI ATAU PEREMPUAN) SALING CEKIK, SALING PUKUL,
SALING TENDANG, SAMPAI SALING BUNUH.

ORANG TUA ITU TIDAK BERGEMING

DIA MEMBETULKAN LETAK PHOTO-PHOTO ( PHOTO ORANG-ORANG YANG TAK


DIKENALNYA). DIA MELIRIK KE KANAN PANGGUNG, MELIHAT KERANDA YANG
KOSONG, LALU TERSENYUM DAN AKHIRNYA TERTAWA KERAS.

DIA MENGAMBIL KORAN, DUDUK DI MEJA SAMBIL MEMBACA.

Berita hari ini : headline-nya “KORBAN MUTILASI ITU BERNAMA BUNGA”

Hmmm, Bunga kenanga harum sepanjang malam, atau Bunga bangsa. Teramat ngeri!

Apa yang harus kuperbuat?

Wah,sepertinya aku harus bergegas ke warung Mpok Sumirah, menanyakan apa artinya nama
Bunga itu? Mungkin akan ada banyak jawaban dari pelanggan kopinya, dengan mengalihkan
sedikit cerita (DIA TERTAWA) agar deretan hutangku agak dilupakan oleh Mpok Sumirah,
walau mendamaikan ceracaunya sekedar hari ini, jadilah.

Astaga, aku lupa. Hari ini aku harus membayar juga hutang kepada Pak Pandu, tapi aku mampir
dulu ke warung kopi, setelah itu baru aku ke rumah Pak Pandu, minimal memberi tahu kalau aku
belum punya uang hari ini, sekaligus memohon memperpanjang tempo hutang. Seperti biasa Pak
Pandu.

SESAMPAI DI WARUNG KOPI, NAFASNYA MASIH TERENGAH-ENGAH, LANGSUNG


MENARIK PERHATIAN PENGUNJUNG LAINNYA.

Lha… kok bukan pelanggan yang lama Mpok Sumirah? Aku tak mengenal wajah-wajah dari
mereka, tak satu pun. Apa hal rupanya?

Sekilas aku melihat wajah Mpok Sumirah dengan bibirnya yang sungging. Lalu berkata:

Begitulah adanya Mukar, mereka datang dan pergi! Yang datang saya sambut,toh untung buat
saya, yang pergi saya persilakan. Begitu juga hidup, aku kira Kar.

Oooh,tapi hari ini ada sedikit kerikil kecil dalam pikiranku Mpok, tentang berita dalam Koran
hari ini. Korban mutilasi, dengan nama Bunga. Tapi tak ada keterangan Bunga jenis apa, itu terus
membuatku bertanya hari ini setelah membaca Koran tersebut.
PASIEN

LAMPU MERAH MENYOROTI PEMAIN YANG SEDANG DUDUK, DENGAN KAKI DI


ATAS MEJA. DIA MENGENAKKAN TOPI, TATAPAN KOSONG KE DEPAN LAMPU
MERAH MATI.

ADA LAMPU NEON TEPAT DI ATAS KEPALANYA, DAN AKTIVITASNYA SELALU


BEGITU.

LAMPU KEMUDIAN MATI, TERDENGAR SUARA RIUH DI LUAR PANGGUNG

SUARA DI LUAR

Mengapa kau bertingkah seolah sedang berpikir Mukar?

Masih punya otak toh, masih percaya nurani?

(MEREKA PUN TERTAWA DENGAN NADA YANG SANGAT MENGGIDIK)

MUKAR

(SEOLAH MUKAR MENGACUHKAN SUARA TADI, DAN DIAM BARANG SEJENAK,


KEMUDIAN AKHIRNYA ANGKAT BICARA)

Apa salah, hah?

Inilah cara saya menikam sepi-sepi, merasa merdeka dan tak pernah terkontaminasi oleh doktrin
yang sangat menggrogoti akal sehat. Dan juga, cara saya melayani diri sendiri

(MUKAR PUN TERTAWA, SEAKAN TAK ADA BEBAN)

Kalian mesti mencari cara sendiri-sendiri (SAMBIL MENGEJEK)

SUARA DI LUAR

Cara kau bilang?

Dan cara yang kau sebutkan adalah cara yang begitu aneh, lebih tepatnya adalah cara orang-
orang pesimis yang kalah bertarung dengan dunia luar. Kau mencoba untuk menghibur diri
sendiri dengan kekalahan yang bertubi-tubi yang selalu kau alami.

Kau memandang dirimu lebih besar dari dunia dan orang-orang yang kau temui.

MUKAR

Tapi aku jauh melihat ke dalam dan sangat meresapinya. Dengan begitu, aku lebih tahu
bagaimana diriku sebenarnya. Merasakan setiap hangat nafasku, ritme jantungku yang bermain
dengan delapan nadanya. Aku begitu menikmati ke mana kehendak kaki melangkah, kalau saja
aku bisa dalam satu waktu aku bisa melangkah ke seluruh penjuru mata angin, kenapa tidak?
MARKUS

(BACK SOUND SARJANA MUDA: IWAN FALS MODE ON)

(BERPAKAIAN KEMEJA SETENGAH RAPI, SAAT TERLINTAS KERUT DIWAJAHNYA


TERGAMBAR LELAKI PARUH BAYA ITU SEPERTINYA SEDANG STRESS)

Ohhh Tuhan!!! Kemana lagi saya harus melangkah, saya lelah… telah sekian hari saya mondar
mandir mencari pekerjaan tapi tak ada perusahaan yang mau menghargai ijazah-saya, jangankan
untuk menjadi seorang eksekutif muda jadi seorang kuli bangunan sajah saya ditolak mentah-
mentah, alasan mereka sederhana sekali ‘….anak muda tampangmu tidak mengizinkan untuk
menjadi seorang kuli kau akan merepotkan dirimu sajah…..’, tapi ketika lamaran kumasukkan ke
perusahaan , mereka justru menjawab sebaliknya ‘

….anak muda lebih baik kamu jadi kuli sebab tampangmu tidak lulus akreditasi….’ . . . Sial
mereka justru mengolok-olok saya!!!

(terdengar suara dentang denting besi…!!!!)

Lantas saya mau jadi apa?? Apa harus jadi Penjahat?? Akhhhh rasanya jawabannya akan sama
saja dengan mereka ‘…anak muda tampangmu itu masih baby face mana ada perawan yang
bakalan naksir kamu….‘ lho terus bwt apa saya sekolah tinggi-tinggi sampai gelar Sarjana
Hukum ini menempel di belakang namaku, kalau pun harus jadi Penjahat!! ternyata gelar ini
justru merepotkanku sajah lebih baik saya tidak perlu sekolah jauh jauh meninggalkan kampoeng
halaman , kalau tau dari dulu saja saya mengerjakan sawah milik pa’e dan bu’e , sekarang sawah
dan ladang telah habis dijual untuk membiayai sekolahku, hufhhh nasib nasib….!!!!

Nama saya Marjuki lengkapnya Marjuki Kusdianto’ dengan sedikit penekanan di O’ ,


membuktikan bahwa saya berdarah jawa,(heee….) disapa akrab Juki atau teman2 didesa
memanggil saya kus, Saya berangkat dari keluarga kecil tapi dengan cita2 besar, biaya sekolah
dari SD hingga SMU mungkin bisa jadi hampir separohnya dari hasil jerih payah saya sendiri,
pagi hingga siang saya sekolah , sorenya sehabis makan dan sholat saya bekerja di Gudang
pengepakan sayur sayuran, semuanya saya lakukan karena saya ingin maju, melebihi kedua
orang tua saya, saya ingin membahagiakan mereka seperti orang-orang lain, memberikan mereka
rumah, membiarkan mereka istirahat dengan nyaman, dan menaikkan mereka haji, amien….
Seusai tamat bangku smu, saya sadar ternyata saya hanyalah keluarga miskin dan tidak pantas
melanjutkan sekolah terlalu tinggi, huftt….akhirnya saya berpikir kembali untuk mengurungkan
niat saya melanjutkan kuliah sebab jelas tuntutan biaya kuliah sangat mahal, belum lagi 12 orang
adik saya masih kecil-kecil, mereka butuh biaya juga….!!! Tapi nasib berkata lain, tanpa
sepengetahuan saya orang tua saya nekat menjual hampir separoh sawahnya dan beberapa ekor
kerbau, hanya untuk menyekolahkan saya, saat itulah saya benar2 berjanji untuk serius dalam
kuliah. (Dengan mata yang telah berawan gelap,tapi penuh mimpi!!!)

Saya dikuliahkan di fakultas hukum ternama di Universitas BBB alias Universitas Bukan
Bintang Biasa, saya tumbuh menjadi mahasiswa yang begitu idealis, setiap ada kebijaksanaan
yang dirasakan bertentangan dengan suara hati mahasiswa, mungkin saya adalah pelopor yang
menentang pihak fakultas ataupun rektorat, ’…saudara-saudara mahasiswa!!!!...’ teriak saya
lantang!!! ‘…..Pihak fakultas baru saja mengeluarkan kebijaksanaan sangat merugikan
mahasiswa, merugikan kita semua, oleh sebab itu kawan2 semua mari sama2 kita bulatkan tekad
satukan hati untuk menentang keputusan dekan sebab keputusan tersebut sama sekali tidak
berdasar dan sangat merugikan mahasiswa, Setuju kawan2!!...’ spontan seluruh demonstran
menyambut teriakan ‘…Setuju!!!...’ , ‘…. Kami tidak akan membubarkan diri sebelum tuntutan
kami dikabulkan, satu komando satuu aksi!!!…’ seingat saya waktu itu matahari semakin terik,
yang terus saja membakar emosi yang semakin kian memuncak karena perwakilan pimpinan
belum juga keluar untuk memberi penjelasan, karena sepertinya tidak ada itikad baik dari pihak
fakultas akhirnya emosi massa yang sudah pada posisi klimaks mendadak pecah… dipicu lagi
salah satu mahasiswa mengaku dipukuli oleh satpam!!! Seperti tanpa aba-aba kami semua mulai
brutal, dengan masa yang hampir mencapai 500san orang, kami semua menembus gedung,
aparat yang menghadang kami serbu, kami pukul, barang2 administrasi kami hancurkan , semua
pora-poranda . . . kondisi ruangan tak terkondisikan lagi, semua ba bi bu . . . beruntung ketika itu
perwakilan pimpinan fakultas akhirnya keluar dibarengi beberapa orang dosen yang kelihatannya
sudah begitu ketakutan, kelihatan dari wajahnya sepertinya mereka merasa terancam, pelan-pelan
dengan nada sedikit gemetar “…saudara-saudara mahasiswa sekalian harap tenang, kami berjanji
akan meninjau segala keputusan yang telah kami keluarkan, sekarang kami mohon kepada
semuanya untuk membubarkan diri” huahaa… ketawaku dalam hati saat melihat jelas keringat
dingin sebesar biji jagung para dosen tersebut. hmm, rasanya tak perlu saya sebutkan berapa
banyak demonstrasi dan aksi lainnya yang kami lakukan untuk menentang segala peraturan yang
dirasakan bertentangan dengan hati nurani rakyat terutama mahasiswa.

(terdengar suara dentang denting besi kembali, marjuki mulai berang!!!)


MEREKA

PANGGUNG SEPI,SURAM KACAU,TAPI TERLIHAT BERANTAKAN.

KEMUDIAN CAHAYA SAMAR MENYOROT SAMPAH SAMPAH YANG ADA


DIRUANGAN.

SUARA-SUARA BINATANG MALAM MENEMANI SEPI DAN SURAMNYA


MALAM,DAN JUGA ALUNAN-ALUNAN MUSIK YANG SEAKAN MENGIRINGI
KEMATIAN SESUATU YANG TERHORMAT.

(dari kejauhan) hei,hei !!! jangan,jangan !!!

Ini sudah tidak ada isinya lagi ! masih saja kau ingin merebutnya….

Dasar makhluk miskin!! Aku yang seperti ini,masih saja di incarnya.

Padahal yang saya lihat,mereka lebih kaya dari saya.

Mereka mengenakan dasi,baju rapih yang berkerah saban hari…

Aha…yayaya…sepatunya,sepatu kulit!

Mungkin mereka membelinya dari luar negri,atau justru mereka membelinya dipasar
asongan,yang harganya bisa di nego....hahahaha…

Ah,tapi tidak mungkin juga kalau mereka membelinya dipasar asongan…

Lha upah mereka sebulan saja,mungkin cukup untuk biaya makan ku setahun.

Tapi…kalau mereka benar-benar membelinya dipasar asongan yang harganya bisa di nego
itu….lalu kemana sisa-sisanya upah mereka?

(tampak kebingungan,lalu mencari-cari sesuatu disekitar ruangan yang kacau)

Tidak ada….tidak ada….tidak ada….tidak ada…..tidak adaaaaaaaaa…..

Brengsek!!! Dimana mereka menyimpan sisa-sisanya?

Disini tidak ada,disitu tidak ada,disini tidak ada,disitu tidak ada.

Brengsek mereka!!! Ahli betul dalam sembunyi-sembunyi.

(kepada penonton) hei kalian!!! Jangan hanya duduk manis saja! Ayo bantu saya untuk
menemukan yang mereka sembunyikan.

Yayaya…jangan-jangan,kalian adalah anak-anak kutu dari mereka ya!?

Sebenarnya,kalian tau kan,dimana mereka menyembunyikan sisa uang belanjaan mereka.

Hahahaha….bodoh,bodoh,bodoh.

Tidak mungkin kalian tau,lha kalian saja hanya duduk termenung,tanpa tau apa yang saya
rasakan….ya kan?!
(lelah mencari,sangat lelah,kemudian tersungkur lemas)

Hahaha….saya tau! Saya ingat! Saya mengerti !

Sisa-sisanya itu,mereka gunakan untuk membeli karung sampah!

Ya…karung sampah yang seperti saya miliki ini…

Saban hari saya mengisi karung ini hingga penuh…saya isi dengan sampah-sampah yang saya
temukan.

Tapi tak jarang pula,saban hari mereka menginkan karung yang saya bawa ini.

Mereka ingin sampahnya? Atau karungnya ya?

Aaahhhh….masa bodo! Siapa yang peduli…

Terserah mereka saja ingin sampahnya,atau karungnya!

Mereka sendiri yang membuktikan,kalau mereka miskin.

Miskin!!!miskin!!!miskin!!!miskin!!!woy makhluk miskin!!!!

(tiba-tiba muncul suara sirine yang mengagetkan)

Apa itu? jangan-jangan!....

(tokoh lari bersembunyi dengan rasa ketakutan)

Ampun!!! Ampun pak!!! Ampun!!! Saya tadi hanya bercanda…sungguh,saya hanya bercanda…
ampun…ampun….saya hanya orang kecil pak,tidak punya apa-apa…

Ini-ini,ambil saja karung saya,kalau memang anda mau….

Atau silahkan anda memilih sampah mana saja yang anda ingin kan…

Anda mungkin juga menyukai