Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

PUISI
A. Pengertian Puisi
Puisi merupakan sebuah karya sastra dengan bahasa yang terikat oleh irama, rima, serta
susunan bait dan larik. Puisi berisi tentang pengungkapan emosi atau pengalaman penulis
tentang sesuatu yang dikemas dalam bentuk gaya bahasa yang beirama dan memiliki makna
tersirat.

B. Unsur Pembangun Puisi


Unsur-unsur pembangun puisi ada dua yaitu unsur intrinsic dan unsur ekstrinsik. Unsur
intrinsik ada dua, yaitu unsur fisik dan unsur batin. Struktur fisik terdiri atas diksi, imaji,
rima, majas, tipografi. Berikut uraian struktur fisik puisi, sedangkan unsur batin terdiri atas
tema, perasaan, nada, suasana, dan amanat. Berikut ini akan kita bahas tentang unsur fisik.
1. Diksi merupakan pilihan kata yang digunakan oleh penulis untuk memperindah puisi.
Pemilihan kata dalam puisi dilakukan untuk mempertimbangkan irama, nada dan estetika
puisi. Perhatikan penggalan puisi Chairi Anwar yang berjudul Doa berikut

Doa
Karya Chairil Anwar

Tuhanku

Dalam termangu

Aku masih menyebut namamu

Biar susah sungguh

Mengingat Kau penuh seluruh

Cahaya Mu panas suci

Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku
Aku hilang bentuk remuk
Tuhanku

Aku mengembara di negeri asing

Tuhanku

Di pintu Mu aku bisa mengetuk

Aku tidak bisa berpaling

Contoh
a. Termenung = termangu
b. Begitu susah = susah sungguh
c. Gelap = kelam
d. Hancur = remuk

2. Imaji merupakan unsur yang melibatkan indera manusia. Imaji disebut juga citraan.
Citraan adalah kesan yang tertangkap dalam kalimat atau baris-baris puisi. Citraan dapat
dirasakan oleh pancaindra. Pancaindra berkaitan dengan penglihatan, pendengaran, perasa,
penciuman, serta peraba.
a. Citraan penglihatan contohnya pada puisi Taufik Ismail yang berjudul Beri Daku
Sumba
Taufik Ismail
Beri Daku Sumba

Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka


Di mana matahari membusur api di atas sana (penglihatan)

Rinduku pada Sumba adalah rindu peternak perjaka


Bilamana peluh dan tenaga tanpa dihitung harga tanah rumput, topi rumput dan jerami
bekas rumput

Kleneng genta, ringkik kuda dan teriakan gembala

Berdirilah di pesisir, matahari ‘kan terbit dari laut

Dan angin zat asam panas dikipas dari sana

b. Citraan pendengaran contohnya pada puisi Taufik Ismail yang berjudul Beri Daku
Sumba
Kleneng genta, ringkik kuda dan teriakan gembala (pendengaran)

c. Citran peraba (halus, kasar, dingin, panas, lembut, keras) contohnya ada pada puisi Doa
karya Kairil Anwar “Cahaya Mu panas suci”
d. Citraan penciuman berkaitan dengan penciuman (wangi, bau,) contohnya ada pada puisi
Melatiku karya Abdul Malik “ Semerbak harummu menyentuh hingga ke kalbu”

e. Citraan pengecapan berkaitan dengan rasa (pahit, manis, asam) contohnya ada pada
puisi Secangkir Kopi dan Kenangan karya Abdul Malik “Sepahit kopi yang pernah
kurasakan”

3. Rima atau irama berkaitan dengan bunyi dalam penyampaiaan puisi, baik di awal,di
tengah, maupun di akhir. Perhatikan penggalan piusi Doa karya Chairil nawar berikut.

Doa
Karya Chairil Anwar

Tuhanku

Dalam termangu

Aku masih menyebut namamu

Biar susah sungguh

Mengingat Kau penuh seluruh

Cahaya Mu panas suci

Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

4. Majas atau gaya bahasa


Majas dapat dikatakan gaya bahasa yaitu pemanfaatan kekayaan bahasa,
pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu yang membuat sebuah
karya sastra semakin hidup, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara
khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis.
Majas adalah suatu gaya bahasa yang berbentuk kiasan/perumpamaan yang
digunakan untuk memperindah suatu kalimat baik itu lisan atau pun tertulis dengan
memanfaatkan kekayaan bahasa untuk menimbulkan kesan imajinatif bagi penyimak
dan pembicaranya. Majas biasanya digunakan pada puisi dan prosa, tetapi lebih banyak
digunakan pada puisi.
a. Jenis-jenis Majas
Secara garis besar, majas terbagi atas 4 jenis yaitu :
1. Majas Perbandingan
2. Majas Pertentangan
3. Majas Sindiran
4. Majas Penegasan

1) Majas Perbandingan
a) Personifikasi ialah majas yang melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat-sifat
manusia kepada benda-benda mati sehingga seolah-olah seperti benda hidup.
Contoh : Kereta api tua itu meraung-raung di tengah kesunyian malam
b) Metafora Ialah majas yang melukiskan sesuatu dengan perbandingan langsung dan
tepat atas dasar sifat yang sama atau hampir sama.
Contoh : Anita bunga desa yang didambakan oleh semua pria di desanya.
c) Hiperbola ialah Majas yang sesuatu yang melebih-lebihkan sehingga tidak masuk
akal. Contoh : Diego menendang bola sampai ke ujung dunia.
d) Litotes ialah majas yang melukiskan keadaan dengan kata-kata yang berlawanan artinya
dengan kenyataan yang sesungguhnya dengan tujuan merendahkan diri.
Contoh : Jika Bapak ke Padang, silakan singgahlah ke gubukku saya.
e) Metonimia ialah majas yang menggunakan merek dagang atau nama barang untuk
melukiskan sesuatu yang dipergunakan sehingga kata itu berasosiasi dengan benda
keseluruhan.
Contoh : Lidahku digoyang oleh Sarimi Soto Koya
f) Eufimisme ialah majas yang menggunakan ungkapan yang memiliki nilai rasa positif.
Contoh : Tunanetra itu berjalan beriringan.
g) Simile ialah majas perbandingan yang menuliskan kata-kata perbandingannya yaitu
seperti, layaknya, laksana, bagaikan, dan lain-lain.
Contoh : Tatapannya laksana macan menerkam
h) Sinekdoke adalah majas yang menyebutkan unsur sebagian yang mengacu pada
keseluruhan (sinekdoke pars pro toto) atau menyatakan keseluruhan yang mengacu
pada Sebagian ( sinekdoke totum pro parte.
Contoh:
Setiap kepala harus membayar pajak ( sinekdoke totem pro parte)
Maksud dari kalimat di atas yaitu kata kepala menggantikan kata orang.
Indonesia memenangkan pertandingan bulu tangkis(sinekdoke pars pro parte)
Maksud dari kalimat di atas yaitu kata Indonesia menggantikan atlet yang bertanding yaitu
Rudi Hartono
i) Perifrase ialah majas yang menggunakan ungkapan yang panjang untuk mengganti
ungkapan yang lebih pendek.
Contoh : saya datang ke sini sebenarnya ingin menyatakan bahwa saya baru saja
kecopetan sehingga uang saya habis dan saya ingin meminjam uang kepada anda.
Padahal kalimat di atas intinya saya ingin meminjam uang.
j) Eponim ialah majas menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.
Contoh : Kita membutuhkan Hercules untuk melumpuhkan musuh. Hercules yang
dimaksud yaitu kekuatan
2) Majas Sindiran
a) Ironi adalah majas sindiran yang menyatakan sebaliknya dari apa yang sebenarnya
dengan maksud untuk menyindir seseorang.
Contoh : Rapormu sungguh indah, dihiasi dengan warna merah merona
b) Sakarsme merupakan majas sindiran, tetapi menggunakan kata-kat yang sangat kasar
Contoh: Bau sekali tubuhmu.
3) Majas Penegasan
a) Pleonasme ialah majas yang menggunakan sepatah kata yang sebenarnya tidak perlu
dikatakan lagi.
Contoh : Kucing itu naik ke atas meja

b) Repetisi ialah majas yang digunakan untuk menegaskan sesuatu hal dengan
menggulang kata-kata yang sama.
Contoh
Cinta ialah anugrah, cinta ialah kesetiaan, cinta ialah kerinduan dan
cinta ialah pengorbanan.
Untuk majas repetisi ini jenisnya ada 3, yaitu ada anafora dan epifora. Anafora
merupakan majas repitisi yang terdapat pengulangan kata pada setiap awal kata.
Epifora merupakan majas repetisi yang terdapat engulangan kata pada bagian akhir.
Biasanya, kedua majas ini banyak digunakan di dalam sebuah puisi.

c) Paralelisme ialah majas yang digunakan untuk menegsakan sesuatu dengan


mengunakan kata atau kelompok kata yang sama fungsinya.
Contoh :
Pejabat yang mengorupsi jatah orang yang ditimpa musibah tidak hanya jahat, tetapi
juga biadab.
4) Majas Pertentangan
a) Paradoks ialah majas yang seolah-olah ada pertentangan atau majas yang
antarbagiannya menyatakan sesuatu yang bertentangan.
Contoh :
1) Dia merasa kesepian di antara banyaknya orang yang sedang berpesta.
2) Gajinya besar, tapi hidupnya melarat. Artinya, uang cukup, tetapi jiwanya menderita

b) Antitesis ialah majas pertentangan yang menggunakan paduan kata yang berlawanan
makna (antonim).
Contoh :
1) Tua muda, besar kecil, semuanya hadir di tempat itu.
2) Kaya dan miskin di undang dalam acara pesta rakyat itu.

5. Tipografi adalah wujud estetik pada bentuk penulisan puisi. Misalnyanya saja ada puisi
yang ditulis berbentuk ziq zaq atau ada puisi yang ditulis dengan jumlah baris per bait
2,4,2,4, dan ada juga puisi yang ditulis membentuk gambar buah apel. Contoh puisi
Tragedi Winka Sihka karya Sutardji Calzoum Bachri yang menggunakan tipografi ziq
zaq.
Selanjutnya unsut batin yang terdapat pada puisi terdiri atas empat unsur, yakni tema, rasa,
nada, dan amanat.

1. Tema
Tema adalah gagasan pokok yang diungkapkan dalam sebuah puisi. Tema menjadi penentu
penyair untuk menentukan diksi dalam puisi. Contohnya, puisi dengan tema kasih sayang seorang
ibu kepada anaknya akan memiliki diksi yang berbeda dengan puisi bertemakan perjuangan para
pahlawan melawan penjajah.

2. Rasa

Rasa adalah ungkapan atau ekspresi penyair kepada sesuatu yang dituangkan ke dalam
puisi. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi
penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam
masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, serta pengetahuan penyair.

3. Nada

Nada adalah bentuk sikap penyair terhadap pembaca. Nada memiliki kaitan erat
dengan suasana. Penyair dapat menyampaikan puisi dengan berbagai nada. Misalnya, puisi dengan
nada sedih dapat membuat perasaan pembaca menjadi iba. Tentu saja hal ini dapat menghadirkan
suasana yang penuh kesedihan.

4. Amanat

Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca. Melalui puisi yang dibaca,
pembaca dapat memperoleh amanat secara tersurat ataupun tersirat.

Unsur Ekstrinsik Puisi

Unsur ekstrinsik puisi adalah unsur yang terdapat di luar karya sastra (puisi). Unsur ekstrinsik puisi
terdiri atas tiga unsur, yakni unsur biografi, unsur sosial, dan unsur nilai.

1. Unsur Biografi

Unsur biografi adalah unsur yang berkaitan dengan latar belakang penyair. Latar belakang cukup
berpengaruh dalam pembuatan puisi. Misalnya, penyair yang berasal dari keluarga kurang mampu,
ketika membuat puisi yang isinya mengisahkan tentang kesulitan hidup, dapat lebih memilih diksi
yang merepresentasikan kisah tersebut karena penyair tersebut pernah mengalaminya secara
langsung. Begitu pula puisi dengan tema lainnya.

2. Unsur Sosial

Unsur sosial adalah unsur yang sangat erat kaitannya dengan kondisi masyarakat ketika puisi
tersebut dibuat. Misalnya, sebuah puisi dibuat ketika akhir masa orde baru, maka puisi tersebut
akan menggambarkan kondisi masyarakat yang sedang sangat kacau, menggambarkan keadaan
pemerintahan yang sangat carut-marut, atau mengandung sindiran-sindiran terhadap pemerintah.

3. Unsur Nilai

Unsur nilai adalah unsur yang berkaitan dengan pendidikan, seni, ekonomi, politik, sosial, budaya,
adat-istiadat, hukum, dan sebagainya. Nilai yang terkandung dalam puisi menjadi daya tarik
tersendiri, sehingga dapat memengaruhi baik buruknya sebuah puisi.

Anda mungkin juga menyukai