Anda di halaman 1dari 4

A.

Struktur Batin
1) Tema
Tema adalah pokok persoalan (subyek matter) yang dikemukakan oleh pengarang melalui
puisinya. Pokok persoalan dikemukakan oleh pengarang baik secara langsung maupun secara
tidak langsung (pembaca harus menebak atau mencari-cari, menafsirkan).
Tema puisi Dibawa Gelombang di atas dikemukakan oleh pengarang secara tidak langsung.
Temanya adalah kepasrahan seseorang dalam hidupnya. Hidup itu bagai biduk yang ada di
lautan. Biduk diibaratkan seperti manusia, sedangkan lautan bagai kehidupan dunia. Serta arus
laut merupakan gambaran arah tujuan hidup. Penyair tidak punya tujuan dalam menghadapi
lika-liku kehidupan. Ia hanya pasrah terhadap nasib, bagai biduk yang terbawa arus yang tak
tentu arahnya. Hal tersebut seperti pada syair :
Alun membawa bidukku perlahan,
....
Entah kemana aku tak tahu.
2) Amanat
Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan penyair terhadap pembaca melalui
karyanya.
Amanat puisi diatas, diantaranya adalah :
· Hidup itu harus punya tujuan.
Tergambar pada syair :
Entah kemana aku tak tahu.
Syair tersebut menunjukan bahwa penyair tidak tahu tujuan hidupnya.
· Dalam mengahapi masalah kita tidak boleh berputus asa dan harus selalu ingat kepada
Tuhan.
Tergambar pada syair :
Tidak berpawang, tidak berkawan,
Pawang di sini dapat diibaratkan Tuhan.
· Jangan merasa rendah diri dan pesimis, seperti yang tergambarkan dalam syair :
Suaraku hilang dalam udara,
Dalam laut yang beralun-alun.
Dalam kehidupan yang luas ini penyair merasa dirinya kecil dan tak bisa apa-apa.
3) Nada
Nada adalah sikap penyair terhadap pembaca atau penikmat karyanya pada umumnya.
Terhadap pembaca, penyair bisa bersikap rendah hati, angkuh, persuatif, sugestif. Nada yang
digunakan pada puisi diatas adalah penyair bersikap pasrah, karena isi dari puisi tersebut
adalah sikap pasrah penyair terhadap permasalahan yang ia alami.
4) Suasana
Suasana adalah perasaan penyair ketika penyair membuat puisi tersebut. Suasana puisi
Dibawa Gelombang adalah sunyi dan tenang. Hal itu terbukti pada syair puisi tersebut,
diantaranya pada syair:
Dalam kesunyian malam waktu,
...
Seperti bisikan angin di daun;
B. Struktur Fisik
1) Tipografi
Tipografi adalah bentuk atau perwajahan puisi.
DIBAWA GELOMBANG
Karya : Sanusi Pane
Alun membawa bidukku perlahan,
Dalam kesunyian malam waktu,
Tidak berpawang, tidak berkawan,
Entah kemana aku tak tahu.

Jatuh di atas bintang kemilau,


Seperti sudah berabad-abad,
Dengan damai mereka meninjau,
Kehidupan bumi, yang kecil amat.

Aku bernyanyi dengan suara,


Seperti bisikan angin di daun;
Suaraku hilang dalam udara,
Dalam laut yang beralun-alun.

Alun membawa hidupku perlahan,


Dalam kesunyian malam waktu,
Tidak berpawang, tidak berkawan,
Entah kemana aku tak tahu.

Tipografi dari puisi di atas adalah rata kiri dan teratur. Pada puisi Dibawa Gelombang terdiri dari
empat bait, dan dari setiap bait terdiri dari empat baris. Jumlah kata dalam satu baris antara
empat sampai lima kata, sedangkan jumlah suku kata dalam satu baris antara sepuluh sampai
sebelas suku kata.
2) Diksi
Diksi adalah pemilihan kata pada puisi.
Pemilihan kata terdapat dalam puisi Dibawa Gelombang yaitu pada kata alun yang artinya
gelombang yang memanjang dan bergulung-gulung, yang biasanya lebih kecil daripada ombak,
tetapi lebih besar daripada riak. Pada masa sekarang kata alun jarang digunakan lagi dalam
bahasa percakapan sehari-hari. Selain alun juga ada kata biduk yang artinya perahu kecil yang
dipakai untuk menangkap ikan atau menangkap barang -barang di sungai.
Pada puisi Dibawa Gelombang, juga disusun oleh kata dasar dan kata berimbuhan.
Contoh kata dasar : alun, malam, waktu, aku, entah, jatuh, angin, udara, dan lain-lain.
Contoh kata dasar berimbuhan : membawa, perlahan, kesunyian, berkawan, berkawang,
berkawan, meninjau, kehidupan, dan lain-lain.
3) Rima dan Irama
Rima adalah pengulan bunyi diakhir baris.
Pada semua bait yaitu dari bait pertama sampai bait ke empat rima yang digunakan adalah rima
ab-ab. Pemakaian kata yang digunakan dalam puisi untuk mendapatkan pola bunyi yang indah.
Pola bunyi dapat terjadi karena adanya asonansi dan aliterasi.
Asonansi yang muncul dalam puisi Dibawa Gelombang adalah :
1. Pengulangan fonem /a/
Contoh : Dalam kesunyian malam waktu
2. Pengulangan fonem /e/
Contoh : Seperti sudah berabad-abad
3. Pengulangan fonem /u/
Contoh : Suaraku hilang dalam udara
4. Pengulangan fonem /i/
Contoh : Seperti bisikan angin di daun
Aliterasi yang muncul dalm puisi Dibawa Gelombang adalah :
1. Pengulangan fonem /w/
Contoh : Tidak berpawang, tidak berkawan.
2. Pengulangn fonem /t/
Contoh : Entah kemana aku tak tahu
3. Pengulangan fonem /n/
Contoh : Dengan damai mereka meninjau
Irama ialah pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembutnya ucapan bunyi bahasa
dengan teratur. Irama dibedakan menjadi dua:
a. Metrum, yaitu irama yang tetap, menurut pola tertentu.
b. Ritme, yaitu irama yang disebabkan pergantian bunyi tinggi rendah secara teratur.
Irama puisi Dibawa Gelombang termasuk irama metrum, karena iramanya tetap (tidak
mengalami pergantian bunyi tinggi rendah), menurut pola tertentu.
Irama menyebabkan aliran perasaan atau pikiran tidak terputus dan terkonsentrasi sehingga
menimbulkan bayangan angan (imaji) yang jelas dan hidup. Irama diwujudkan dalam bentuk
tekanan-tekanan pada kata. Tekanan tersebut dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Dinamik, yaitu tyekanan keras lembutnya ucapan pada kata tertentu.
b. Nada, yaitu tekanan tinggi rendahnya suara.
c. Tempo, yaitu tekanan cepat lambatnya pengucapan kata.
Tekanan puisi Dibawa Gelombang adalah dinamik lembut, nada rendah, dan dengan tempo
lambat.
4) Pencitraan
Pencitraan adalah gambaran-gambaran angan (pikiran) untuk menimbulkan suasana khusus,
membuat puisi lebih hidup, dan lebih menarik perhatian.
Pencitraan yang digunakan pada puisi tersebut adalah :
a) Citraan pendengaran
Bukti:
Bait ke-3
Aku bernyanyi dengan suara,
Seperti bisikan angin di daun;
Suaraku hilang dalam udara,
b) Citraan perasaan
Bukti:
Bait ke-1
Dalam kesunyian malam waktu,
Bait ke-2
Dengan damai mereka meninjau,
5) Majas
Majas-majas dalam puisi Dibawa Gelombang:
1. Personifikasi atau prosopopoeia adalah semacam gaya bahasa kiasan yang
menggambarkan benda -benda mati atau barang –barang yang tidak bernyawa seolah-olah
memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Pada contoh :
Alun membawa bidukku perlahan
2. Persamaan /Simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit, yaitu menyatakan sesuatu
dengan hal lain. Pada contoh :
Seperti sudah beradab-adab
Seperti bisikan anging di daun
3. Antitesis adalah sebuah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang
bertentangan, dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang berlawanan. Pada
contoh :
Kehidupan bumi, yang kecil amat

Anda mungkin juga menyukai