Anda di halaman 1dari 5

TEKS PUISI

PERTEMUAN 1
A. Unsur Pembangun Puisi
1. Unsur Fisik
Unsur fisik puisi adalah unsur yang membangun puisi dari segi fisik atau yang nampak
oleh pembaca. Unsur fisik disebut juga unsur lahir yang meliputi diksi, pengimajian,
bahasa figuratif, rima/irama, dan perwajahan puisi (tipografi).
a. Diksi (Pilihan Kata)
Diksi yang digunakan dalam puisi adalah untuk memberikan nilai estetika
(keindahan) dalam puisi sehingga memperoleh efek yang puitis. Di samping itu, puisi
juga harus memiliki kekuatan ekspresi agar apa yang hendak diekspresikan oleh penyair
mampu dirasakan dan menciptakan suasana bagi pembacanya.
Dalam menggunakan diksi, seorang penyair selalu memperhitungkan hal-hal
sebagai berikut. a) diksi digunakan untuk memunculkan makna kias (bukan makna
sebenarnya); dan b) diksi digunakan untuk memunculkan lambang (simbol), yaitu
sebagai penggantian suatu hal/benda dengan benda lain.

b. Pengimajian (Citraan)
Pengimajian atau pencitraan adalah pengungkapan pengalaman sensoris penyair
ke dalam kata dan ungkapan sehingga terjelma gambaran suasana yang lebih konkret.
Ungkapan itu menyebabkan pembaca seolah-olah melihat sesuatu, mendengar sesuatu,
atau turut merasakan sesuatu.
Pengimajian atau pencitraan dalam puisi meliputi citraan penglihatan (imaji
visual), citraan pendengaran (imaji auditif), citraan penciuman, citraan perabaan (imaji
faktilis), citraan pencecapan (imaji gustatif), citraan gerak.
1) Citraan Penglihatan (Imaji Visual)
Imaji visual ditimbulkan oleh indra penglihatan (mata). Citraan ini merupakan jenis
yang paling sering digunakan penyair. Citraan penglihatan mampu memberi
rangsangan kepada indra penglihatan sehingga hal-hal yang tidak terlihat
menjadi seolah-olah terlihat.
2) Citraan Pendengaran (Imaji Auditif)
Citraan pendengaran berhubungan dengan kesan dan gambaran yang diperoleh
melalui indra pendengaran (telinga). Citraan ini dapat dihasilkan dengan
menyebutkan atau menguraikan bunyi suara, misalnya dengan munculnya
diksi sunyi, tembang, dendang, suara mengiang, berdentum-dentum, dan
sayup-sayup.
3) Citraan Penciuman
Penciuman atau pembauan disebut juga citraan olfactory. Dengan membaca atau
mendengar kata-kata tertentu, kita seperti mencium bau sesuatu. Citraan atau
pengimajian melalui indra penciuman ini akan memperkuat kesan dan makna sebuah
puisi.
4) Citraan Perabaan
Citraan perabaan adalah citraan yang dapat dirasakan oleh indra peraba (kulit).
Pada saat membacakan atau mendengarkan larik-larik puisi, kita dapat menemukan
diksi yang menyebabkan kita merasakan rasa nyeri, dingin, atau panas karena
perubahan suhu udara.
5) Citraan Pengecapan
Citraan pencecapan yakni citraan yang muncul dari puisi sehingga kita seakan-akan
mencicipi suatu benda yang menimbulkan rasa asin, pahit, asam, manis, atau
pedas.
6) Citraan Gerak
Citraan gerak adalah gerak tubuh atau otot yang menyebabkan kita merasakan
atau melihat gerakan tersebut. Munculnya citraan gerak membuat gambaran puisi
menjadi lebih dinamis.

c. Bahasa Figuratif (Majas)


Menurut Kosasih (2012), bahasa figuratif atau majas ialah bahasa yang
digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara membandingkan dengan
benda atau kata lain. Majas mengiaskan atau mempersamakan suatu hal dengan yang
lain. Maksudnya, agar gambaran benda yang dibandingkan itu lebih jelas. Adapun jenis-
jenis bahasa figuratif antara lain.
1) Perbandingan
a) Asosiasi
Asosiasi atau perumpamaan, perbandingan dua hal yang hakikatnya berbeda,
tetapi sengaja dianggap sama. Majas ini ditandai oleh kata bagai, bagaikan
seumpama, seperti, dan laksana.
Contoh:
Bagaikan pungguk merindukan bulan

b) Metafora
Metafora mengungkapkan makna yang tersirat dengan membandingkannya
dengan suatu perumpaan kiasan atau benda.
Contoh:
“Aku ini binatang jalang dari kumpulan yang terbuang”

c) Personifikasi
Personifikasi adalah majas yang membandingkan benda-benda tak bernyawa
seolah-olah mempunyai sifat seperti manusia.
Contoh:
....Bangku bangku taman di bawah pohon rimbun, minta kita
Marilah datang sepasang-sepasang....
2) Pertautan
a) Paralelisme
Paralelisme, merupakan majas yang mengulangi kata atau frase pada awal
baris atau bait.
Contoh:
Adalah ketika kamu menitikkan air mata
Dan masih peduli terhadapnya
Adalah ketika dia tidak mempedulikanmu
Dan kamu masih menunggunya dengan setia
b) Erotesis
Erotesis, majas dalam bentuk pertanyaan.
Contoh:
Nyanyian Sukma – Kahlil Gibran
Siapa berani memecah sunyi dan lantang menuturkan bisikan sanubari yang
hanya terungkap oleh hati? Insan mana yang berani melagukan kidung suci
Tuhan?

3) Pertentangan
a) Antiklimaks
Antiklimaks adalah majas yang menyajikan kata-kata mulai dari yang
kompleks (besar) ke yang paling sederhana (kecil).
Contoh:
“ini kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali”
Antiklimaks dari kutipan di atas terletak pada kata-kata gudang (sangat besar),
rumah tua (besar), tiang (sedang), dan temali (kecil).

b) Klimaks (Kebalikan Antiklimaks)


Klimaks adalah majas yang mengandung urutan pikiran yang setiap kali
semakin meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya.
Contoh:
Wajah-wajh terbakar mentari
Semangatnya terbakar mentari
Tak ada tempat berteduh di sini
Suara resah lebih meninggi
Klimaks pada kutipan teks di atas terletak pada kata-kata wajah-wajah (tekanan
awal yang penting), semangat (tekanan kedua yang lebih penting), dan suara
(tekanan ketiga yang sangat penting).

c) Hiperbola
Hiperbola, menyatakan sesuatu dengan berlebih-lebihan dari kenyataan yang
sebenarnya untuk menonjolkan gagasan yang dimaksudkan.
Contoh:
Jangan lagi kamu bercerita
Sudah tercacar semua di muka
Nanah meleleh dari muka
Sambil berjalan kau usap juga

d. Rima dan Irama


Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata-
kata dalam larik dan bait. Sedangkan irama (ritme) adalah pergantian tinggi rendah,
panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi.
Terdapat beberapa jenis rima/ irama dalam puisi yaitu:
1) Rima sempurna, yaitu persamaan bunyi pada suku-suku kata terakhir.
2) Rima tak sempurna, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada sebagian suku
kata terakhir.
3) Rima mutlak, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada dua kata atau lebih secara
mutlak (suku kata sebunyi).
4) Rima terbuka, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku akhir terbuka atau
dengan vokal sama.
5) Rima tertutup, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku kata tertutup
(konsonan).

e. Perwajahan Puisi (Tipografi)


Dalam puisi mutakhir banyak ditulis puisi yang mementingkan tata wajah,
bahkan penyair berusaha menciptakan puisi seperti gambar. Puisi semacam ini sering
disebut puisi konkret karena tata wajahnya membentuk gambar yang mewakili maksud
tertentu.
Contoh:

2. Unsur Batin
Unsur batin puisi adalah unsur yang tidak tampak langsung dalam penulisan kata-
katanya, harus ditelaah atau dimengerti secara mendalam. Struktur batin meliputi
tema/makna, perasaan, nada, dan suasana serta amanat.
a. Tema
Tema adalah salah satu struktur batin yang merupakan gagasan pokok yang
dikemukakan oleh penyair melalui puisinya.
Contoh:

Untukmu Pahlawan Indonesiaku


Demi negri…
Engkau korbankan waktumu
Demi bangsa…
Rela kau taruhkan nyawamu
Maut menghadang di depan
Kau bilang itu hiburan

Pada contoh penggalan puisi di atas bertemakan perjuangan.

b. Perasaan
Rasa adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terkandung dalam
puisinya. Contoh:
.....
Rumah Tua
Dan Pagar batu
Kenangan lama
Dan sepi yang syahdu
Rasa yang muncul dari kutipan tersebut adalah rasa sedih, haru, terkenang.
c. Nada dan Suasana
Nada adalah sikap penyair terhadap pokok persoalan dan sikap penyair terhadap
pembaca. Nada yang berhubungan dengan tema menunjukan sikap penyair terhadap
objek yang digarapnya.
Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat
psikologis yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan suasana saling
berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya.
Nada duka yang diciptakan penyair menimbulkan suasana iba hati.
Nada kritik dapat menciptakan suasana penuh pemberontakan.
Nada religius menimbulkan suasana khusyuk.

Contoh:

Untukmu Pahlawan Indonesiaku


Demi negri…
Engkau korbankan waktumu
Demi bangsa…
Rela kau taruhkan nyawamu
Maut menghadang di depan
Kau bilang itu hiburan
Penggalan puisi di atas menggandung nada menyemangati, dan suasana
menggebu-gebu.

d. Amanat
Amanat, pesan atau nasihat merupakan kesan yang ditangkap pembaca setelah
membaca dan memahami puisi. Amanat dirumuskan sendiri oleh sikap pembaca
dan pengalaman pembaca sangat berpengaruh kepada amanat puisi. Cara
menyimpulkan amanat puisi sangat berkaitan dengan cara pandang pembaca
terhadap suatu hal. Meskipun ditentukan berdasarkan cara pandang pembaca,
amanat tidak dapat lepas dari tema dan isi puisi yang dikemukakan oleh penyair
(Waluyo 2002).

TUGAS BAHASA INDONESIA KELAS 8


SELASA JAM KE-1&2 8A
JAM KE-8&9 8C

RABU JAM KE-1&2 8D


JAM KE-3&4 8B
JAM KE-8&9 8C

KAMIS JAM KE-1&2 8A


JAM KE-3&4 8D
JAM KE-7&8 8B

Anda mungkin juga menyukai