Anda di halaman 1dari 10

Nama : Novita Anggelin Siagian

Npm : 1901020040
Prodi : Pendidikan Bahasa Indonesia
Mata Kuliah : Stilistika
Hari/Tanggal : Rabu/08 Juli 2020
Pukul : 08.10-09.50
Dosen : Martua Reynhat Sitanggang, S.Pd.,M.Pd.

Jawaban UAS

1. Tuliskan dan jelaskan pengertian stilistika puisi serta komponen


sitilistika puisi !

A. Pengertian Stilistika Puisi


Karya sastra sebagai kajian dari stilistik yang menggunakan gaya bahasa sastra
sebagai media untuk menemukan nilai estetisnya. Stilistika adalah ilmu
pemanfaatan bahasa dalam karya sastra. Penggunaan gaya bahasa secara khusus
dalam karya sastra yang diciptakan sendiri oleh pengarang. Oleh sebab itu, tujuan
analisis puisi ini adalah mendeskripsikan bahasa dan pembentukan kata dengan
aplikasi kajian stilistika pada puisi. Berdasarkan pendekatan stilistika yang
dikemukakan sebagai dasar untuk kajian teori yang digunakan dalam analisis.
Analisis stilistika memperhatikan pada dua aspek kekhasan karya sastra, yaitu dari
segi linguistik dan pemaknaan-nya. Keduanya menonjolkan keindahan suatu karya
sastra. Hal ini dapat pula menentukan suatu prinsip yang men-dasari kesatuan
karya sastra. Menemukan suatu tujuan estetika umum yang menonjol dalam sebuah
karya sastra dari keseluruhan unsurnya. Dengan demikian, nilai pemikiran dan
prinsip pengarang dapat dipahami. Puisi adalah salah satu objek kajian stilistika
yang tepat untuk diteliti. Puisi memiliki kekhasan bahasa dan kepadatan bahassa
yang sesuai untuk dikaji dengan stilistika.

B. Komponen Stilistika Puisi

A.Bunyi, Dalam puisi bunyi bersifat estetik, merupakan unsure puisi untuk
mendapatkan keindahan dan tenaga ekspresif. Misalnya : lagu, melodi, irama.
Bunyi di di samping hiasan dalam puisi, juga mempunyai tugas yang lebih penting
lagi, yaitu memperdalam ucapan, menimbulkan rasa dan menimbulkan bayangan
yang jelas, menimbulkan suasana yang khusus, dan sebagainya.
Karena pentingnya peranan bunyi ini dalam kesusastraan, bunyi ini pernah menjadi
kepuitisan yang utama dalam sastra romantic, yang timbul sekitar abad ke-18, 19
di Eropa Barat (Slametmuljana, 1956:56). Lebih-lebih lagi aliran simbolisme yang
dipelopori oleh Charles Baudelaire (1821-1867). Salah seorang simbolis, Paul
Varlaine (1844-1896) berkata bahwa musiklah yang paling utama dalam puisi(De
la musique avant chose). Para penyair romantic dan simbolis ingin menciptakan
puisi yang mendekati musik: merdu bunyinya dan berirama kuat. Mereka ingin
mengubah kata menjadi gaya suara, bahkan mereka menginginkan agar kata-kata
puisi adalah suara belaka.

B. Irama, Hal yang masih erat berhubungan dengan pembicaraan bunyi adalah
irama. Bunyi-bunyi yang berulang, pergantian yang teratur, dan variasi-variasi
bunyi menimbulkan suatu gerak yang hidup, seperti gemercik air yang mengalir
turun tak putus-putus. Gerak yang teratur itulah yang disebut irama. Irama dalam
bahasa asingnya rhythm (ing.), rhytme (Pr.), berasal dari kata Yunani, reo, yang
berarti riak air. Gerakan-gerakan air, riak air adalah gerakan yang teratur, terus
menerus tidak putus-putus. Itulah barangkali setiap gerak yang teratur disebut reo
(gerakan air mengalir), menjadi ritmos, Rhytmus (L), kemudian menjadi rhythm,
rhytme, ritme (Ind.). Irama dalam bahasa adalah pergantian turun naik, panjang
pendek, keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Secara umum dapat
disimpulkan bahwa irama itu pergantian berturut-turut secara teratur. Irama ini
tidak terbatas hanya pada kesusastraan, tetapi juga dalam seni rupa: lukis, patung,
bangunan dan sebagainya. Lebih-lebih dalam seni musik (nyanyian). Bahkan
semua yang teratur itu disebut irama atau berirama.

C. Kata, Satuan arti yang menentukan structural formal linguistic karya sastra
adalah kata. Dalil sastra J. Elema menyatakan bahwa puisi mempunyai nilai seni,
bila pengalaman jiwa yang menjadi dasarnya dapat dijelmakan kedalam kata
(Slametmuljana, 1956:25). Untuk mencapai ini pengarang mempergunakan
berbagai cara. Terutama alatnya yan terpenting adalah kata. Dalam pembicaraan
ini akan ditinjau arti kata dan efek yang akan ditimbulkannya. Diantaranya arti
denotative dan kono tatif, perbendaharaan kata (kosa kata), pemilihan kata (diksi),
bahasa kiasan, citraan, sarana retorika, factor ketata bahasaan dan hal-hal yan
berhubugnan dengan struktur kata-kata atau kalimat puisi yang semuanya itu
dipergunakan oleh penyair untuk melahirkan pengamalan jiwanya dalam puisi-
puisinya. Kata-kata yang telah dipergunakan oleh penyair , oleh slametmuljana
disebut kata berjiwa (1956:4) yang tidak sama (artinya) dengan kata dalam kamus.
Yang masih menunggu pengolahan. Dalam kata berjiwa ini sudah dimasukkan
perasaan-perasaan penyair, sikapnya terhadap sesuatu singkatnya, kata berjiwa
sudah diberi sesuasana tertentu.

D. Kosa Kata, Alat untuk menyampaikan perasaan dan pikiran sastrawan dalam
bahasa. Baik tidaknya tergantung pada kecakapan sastrawan dalam menggunakan
kata-kata. Segala kemungkinan diluar kata tidak dapat dipergunakan
(Slametmuljana, 1956:7), misalnya mimic, gerak dan sebagainya. Kehalusan
perasaan sastrawan dalam mempergunakan kata-kata sangat yan gdiperlukan. Juga
diperbedaan arti dan rasa, sekecil-kecilnya pun harus dikusai pemakainya.
E. Pemilihan Kata, Penyair hendak mencurahkan perasaan isi pikirannya daengan
setepan-tepatnya seperti dialami batinnya. Selain itu, juga ia ingin
mengekspresikan dengan ekspresi yang dapat menjelmakan pengalaman jiwanya
tersebut, untuk itu haruslah dipilih kata setepatnya. Pemilihan kata dalam kata
disebut diksi. Barfield mengemukakan bahwa bila kat-kata dipilih dan disusun
dengan cara yang sademikian rupa hinga artinya menimbulkan atau dimaksudkan
untuk menimbulkan imajenasi estetik, maka hasilnya itu disebut diksi puitis
(1952:41). Jadi diksi itu untuk mendapatakan kepuitisan, untuk mendapatkan nilai
estetik. Penyair ingin mengekspresikan pengalaman jiwanya secara padat dan
intens. Untuk hal ini ia dapat memilih kata yang setepat-tepatnya yang dapat
menjelmakan pengalaman jiwanya. Untuk mendapatkan kepadatan dan intensitas
serta supaya selaran dengan sarana komunikasi puitis yang lain, maka penyair
memilih kata-kata dengan secermat-cermatnya (Altenbrend, 1970:9). Penyair
mempertimbangkan perbedaan arti yang sekecil-kecilnya dengan sangat cermat.

F. Denotasi & Konotasi, Termasuk pembicaraan diksi ialah tentang denotasi dan
konotasi. Dalam memilih kata supaya tepat dan menimbulkan gambaran yang jelas
dan padat itu penyair mesti mengerti denotasi dan konotasi sebuah kata.Sebuah
kata itu mempunyai dua aspek arti, yaitu denotasi, artinya yang menunjuk, dan
konotasi, yaitu arti tambahan. Denotasi sebuah kata adalah definisi kamusnya,
yaitu pengertian yang menunjuk benda atau hal yang diberi nama dengan kata itu,
disebut, kata atau diceritakan (Altenbrend, 1970:9). Bahasa yang denotatif
adalah bahasa yang menuju kepada korespondensi satu lawan satu antara tanda
(kata itu) dengan (hal) yang ditunjuk (Wellek, 1968:22). Jadi, satu kata itu
menunjukkan satu hal saja. Yang seperti ini ialah ideal bahasa ilmiah. Dalam
membaca puisi orang harus mengerti arti kamusnya. Arti denotatif, orang harus
mengerti apa yang ditunjuk oleh tiap-tiap kata yang dipergunakan.
G. Bahasa Kiasan, Unsur kepuitisan yang lain, untuk mendapatkan kepuitisan
ialah bahasa kiasan (figurative language). Adanya bahasa kiasan ini menyebabkan
puisi menjadi menarik perhatian, menimbulkan kesegaran, hidup, dan terutama
menimbulkan kejelasan gambaran angan. Bahasa kiasan ini mengiaskan atau
mempersamakan suatu hal dengan hal lain supaya
gambaran menjadi jelas, lebih menarik, dan hidup. Bahasa kiasan ada bermacam-
macam, meskipun bermacam-macam mempunyai suatu hal (sifat) yang umum,
yaitu bahasa-bahasa kiasan tersebut mempertalikan sesuatu dengan cara
menghubungkannya dengan susuatu yang lain (Altenbrend, 1970:15).

Jenis-jenis bahasa kiasan tersebut adalah :


a.Perbandingan(simile)
b.metafora,
c.Perumpamaan epos (epik smile)

d.Personifikasi

e.Metonimi

f.Sinekdoki

g.Allergi

2. Analisis teks puisi tersebut menurut pakar /ahli yang kamu ketahui !

Segala,Segala ( karya : st. Takdir Alisjahbana)

Ani, ya aniku, Ani

Mengapa kemas engkau tinggalkan ?

Lenggang sepi rasanya rumah,


lapang meruang tiada tentu.

Buka lemari pakaian berkata ,


Di tempat tidur engkau terbaring,
Diatas kursi engkau duduk,
pergi ke dapur engkau sibuk.
segala kulihat segala membayang,
segala kupegang segala menyenang.
sekalian ruang rasa mengingat,
sebanyak itu cita melenyap.
Pilu pedih menyayat di kalbu,
Pelbagai rasa datang merusak.

ANALISIS
Puisi ini adalah salah satu puisi yang diciptakan dengan rangakain makna indah
oleh STA,tentang keyakinan masa depan,kata mengalir pasti dengan pola yang
terencana apik.
Tipografi
Puisi “Segala,segala,” terdiri dari 5 bait. Pada bait 1 dan 2 masing-masing memiliki 4
larik, sedangkan bait ketiga dan ke empat terdiri dari 2 bait dan bait ke lima terdiri
dari 2 bait. Setiap larik dalam puisi terdiri dari empat kata. Bentuk penulisannya
teratur.
Diksi
Pemilihan kata yang dilakukan oleh Sutan Takdir Alisjahbana dalam puisi ini,
dapat dikatakan menarik. Beberapa kata dalam puisi ini pun cukup banyak yang
sukar dipahami karena jarang digunakan di masa sekarang.
 Kata konkret
Dalam analisis puisi, kata kongkret berarti kata yang dapat ditangkap oleh indra
sehingga memunculkan imaji. Dalam kasus puisi “segala segala,” salah satu kata
konkret dalam puisi ini terdapat pada larik keempat dan larik terakhir dalam puisi.
Majas
 Salah satu jenis majas yang terdapat dalam puisi ini adalah majas personifikasi.
Lapis bunyi (sound stratum)
a. Pola persajakan : pada bait pertama yaitu : a-b-b-c, bait kedua :a-b-c-c, bait
ketiga : a-a, bait keempat: a-a, bait kelima : a-b
b. Aliterasi ( persamaan bunyi konsonan)
Bait pertama : Ani, ya aniku ani, kamas engkau tinggalkan , rasanya rumah, tiada
tentu.
Bait kedua : pakaian berkata, tempat tidur, diatas kursi engkau duduk, ke dapur
engkau sibuk.
Bait ketiga : segala kupegang,
Bait keempat : ruang rasa
Bait kelima : pilu pedih
c. Asonansi :
Bait pertama : rasanya rumah
Bait kedua : engkau duduk-engkau sibuk.
Bait ketiga : segala kulihat segala membayang- segala kupegang segala
mengenang
Bait keempat : sekalian ruang rasa mengingat, cita melenyap
Bait kelima : rasa datang merusak
Lapis Arti
Bait pertama : Seorang penyair mencantumkan seseorang yag dirindukannya
yaitu ani dan ia bertanya-tanya mengapa ani meninggalkan rumah, sehingga
pengarang merasa kesepian berada dalam rumahnya sehingga ia merasa tak punya
tujuan atau arah yang jelas. Bait kedua : pengarang selalu terbayang kebiasaan yag
sering dilakukan oleh Ani misalnya seperti membuka lemari pakaian, ketika
berbaring di tempat tidur, dan duduk diatas kursi bahkan kesibukannya di dapur.
Bait ketiga : apa yang dilihat dan dipegang oleh pengarang seolah-olah sosok yang
dirindukanya berada bersamanya yang sekarang hanya tinggal kenangan. Bait
keempat : semakin pengarang mengingat sosok ani maka ia semakin merasa
bahwa ia telah kehilangan impian nya. Bait kelima : menceritakan kesedihan
pengarang dan perasaan yang campur baur yang sering menghantui setelah dia
kehilangan sosok Ani.
Lapis ketiga (latar, pelaku, objek, pelaku dan dunia pengarang)
a). Latar : latar tempat : rumah, latar waktu : siang, suasana : sedih.
b). Objek : rumah, lemari, tempat tidur, kursi, dapur
c). Pelaku : Aku
d). Dunia pengarang : ketika si aku berada di dalam rumah ia merasa kesepian
karena sosok yang dicintainya pergi meninggalkannya. Kebiasaan yang sering
dilakukan oleh Ani selalu terbayang seperti membuka lemari pakaian, berbaring di
tempat tidur serta kesibukannya di dapur. Tapi kini semuanya hanya tinggal
kenangan yang membekas dalam pikirannya. Ia pun merasa sedih dan kehilangan
karena Ani telah meninggakalkan dirinya bersama impian.
Lapis keempat (lapis dunia)
Bait pertama : merasa kesepian karena Ani telah meninggalkan rumah
Bait kedua : selalu terbayang apa yang dilakukan oleh Ani.
Bait ketiga : kenangannya bersama Ani yang tak bisa dilupakan.
Bait keempat : impian yang telah hilang.
Bait kelima : menggambarkan kesedihan pengarang.
Lapis kelima (lapis metafisis), Pesan yang terdapat dalam puisi diatas yaitu : kita
sebagai manusia jangan pernah menyia-nyiakan seseorang yang kita sayang karena
kita akan merasa sangat kehilangannya ketika ia sudah tak ada lagi dihadapan kita.
Citraan Rasaan
Citraan pengecapan merupakan segala yang berhubungan dengan
segala sesuatu yang memancing emosi pendengar untuk seolah-olah dapat
merasakan sesuatu yang berkenan dengan indra pengecapan. Penyair dapat
membawa pembaca untuk merasakan sesuatu yang ia lukiskan dalam
sajaknya. Hasanuddin WS (2002:125) menegaskan bahwa lewat citraan ini
digambarkan sesuatu oleh penyair dengan mengetengahkan atau memilih
kata-kata untuk membangkitkan emosi pada sajak guna mengiring daya
bayang pembaca lewat sesuatu yang seolah-olah dirasakan oleh indra
pembaca. Adapun citraan rasaan yang terdapat dalam sajak ini adalah
sebagai berikut.
(1)Segala, Segala
Sekalian barang rasa mengingat

Sebanyak itu cita melenyap

Pilu sedih menyayat di kalbu

Pelbagai rasa datang merusak.

Citraan rasaan yang terdapat dalam sajak tersebut dapat dilihat dalam

mengisyaratkan bahwa penyair merasakan pilu yang mengiris di hatinya.

Makna dari larik di atas adalah kerinduan hati yang membuat pilu. Penyair

pun turut mengajak pembaca untuk merasakan apa yang dirasakannya pada

sajak tersebut.

Citraan Rabaan

Citraan rabaan merupakan gambaran yang mampu menciptakan

sesuatu daya saran bahwa seolah-olah pembaca dapat tersentuh, atau yang

melibatkan efektifitas indra kulitnya. Sesuatu yang diungkapkan seolah-olah

dapt dirasakan (Hasanuddin, WS, 2002:127-128). Adapun citraan rabaan


yang terdapat dalam sajak ini adalah sebagai berikut.

(1)Segala, Segala

Sekulihat segala membayang,

Segala ku pengang segala mengingat.

Citraan rabaan yang terdapat dalam sajak tersebut dapat dilihat dalam

dapat emngingat kenangan bersama istrinya lewat benda-benda yang ia

pegang betapa indahnya dulu kebersamaan dirinya bersama istri tercinta..

Makna dari larik di atas adalah kerinduan hati yang membuat sedih. Penyair

pun turut mengajak pembaca untuk merasakan apa yang dirasakannya pada sajak
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai