PENDAHULUAN
Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan satu sama lain dengan cara
berkomunikasi. Komunikasi sangat diperlukan sebagai penunjang utama keberlangsungan
hidup manusia. Komunikasi merupakan keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, dimana dapat kita lihat komunikasi dapat terjadi pada setiap gerak langkah manusia.
Satu-satunya alat untuk dapat berhubungan dengan orang lain dilingkungannya adalah
komunikasi baik secara verbal maupun non verbal, karena pada dasarnya komunikasi
digunakan untuk menciptakan atau meningkatkan aktifitas hubungan antara manusia atau
kelompok.
Adapun rumusan masalah yang terdapat pada makalah ini, yaitu sebagai berikut:
3. Bagaimanakah definisi dan jenis-jenis dari bahasa kiasan pada sebuah puisi?
4. Bagaimanakah analisis bahasa kiasan pada puisi "The Blue Bowl" karya Jane Kenyon?
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat diketahui bahwa tujuan dari penelitian pada
makalah ini, yaitu sebagai berikut:
3. Mengetahui definisi dan jenis-jenis dari gaya bahasa pada sebuah puisi.
4. Mengetahui bagaimana caranya menganalisis bahasa kiasan pada puisi "The Blue
Bowl" karya Jane Kenyon.
Metode penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
deskriptif. Metode kualitatif ini berfokus terhadap data alamiah, data dalam hubungannya
dengan konteks keberadaanya. Menurut Moleong (2007:6) metode kualitatif adalah metode
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah.
1.5.1. Puisi
Meskipun sampai sekarang para ahli tidak dapat memberikan definisi setepatnya dari
sebuah puisi, namun untuk memahaminya perlu diketahui ancar-ancar sekitar pengertian puisi.
Secara etimologis istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poites, yang artinya membangun,
2
pembentuk, pembuat. Dalam bahasa latin dari kata poeta, yang artinya membangun,
menyebabkan, menimbulkan, dan menyair. Dalam perkembangan selanjutnya, maka kata
tersebut menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu
dengan menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata kiasan (Sitomorang, 1983:10).
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Kosasih (2012: 97) bahwa puisi adalah bentuk
karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan kaya makna. Keindahan sebuah puisi
disebabkan oleh diksi, majas, rima dan irama yang terkandung dalam karya sastra itu. Adapun
kekayaan makna yang terkandung dalam puisi disebabkan oleh pemadatan segala unsur bahasa.
Bahasa yang digunakan dalam puisi berbeda dengan yang digunakan sehari-hari. Puisi
menggunakan bahasa yang ringkas, namun maknanya sangat kaya. Kata-kata yang
digunakannya adalah kata-kata konotatif yang mengandung banyak penafsiran dan pengertian.
Biasanya puisi didefinisikan sebagai karangan yang terikat, sedangkan prosa ialah
bentuk karangan bebas. Hal tersebut dipaparkan oleh Wirjosoedarmo yang mengemukakan
bahwa puisi adalah karangan yang terikat oleh:
4) Rima, dan
5) Irama
Berbeda hal dengan pendapat Riffaterre (1978:1) yang mengatakan bahwa secara
intuitif orang dapat mengerti apakah puisi berdasarkan konvensi wujud puisi, namun sepanjang
sejarahnya wujud puisi selalu berubah-ubah sesuai dengan evolusi selera dan perubahan konsep
estetikanya. Puisi itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting,
digubah dalam wujud yang paling berkesan (Pradopo, 1987: 7).
3
Unsur fisik puisi meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Diksi (Pemilihan Kata)
Kata-kata yang digunakan dalam puisi merupakan hasil pemilihan yang sangat
cermat. Kata-katanya merupakan hasil pertimbangan, baik itu makna, susunan
bunyinya, maupunhubungan kata itu dengan kata-kata lain dalam baris dan
baitnya.Kata-kata memiliki kedudukan yang sangat penting dalam puisi. Kata- kata
dalam puisi bersifat konotatif dan ada pula kata-kata yang berlambang. Makna dari
kata-kata itu mungkin lebih dari satu. Kata-kata yang dipilih hendaknya bersifat
puitis, yang memunyai efek keindahan, bunyinya harus indah dan memiliki
keharmonisan dengan kata-kata lainnya (Waluyo, 1987:106). Berikut merupakan
yang termasuk ke dalam diksi, yaitu kata konotasi dan kata-kata berlambang.
1) Kata Konotasi
Kata konotasi adalah kata yang bermakna tidak sebenarnya. Kata itu telah
mengalami penambahan-penambahan, baik itu berdasarkan pengalaman, kesan,
imajinasi, dan sebagainya.
2) Kata Kata Berlambang
Lambang atau simbol adalah sesuatu seperti lambang, tanda, ataupun kata yang
menyatakan maksud tertentu, sering digunakan penyair dalam puisinya.
b. Pengimajinasian
Pengimajinasian adalah kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan
khayalan atau imajinasi. Dengan daya imajinasi tersebut, pembaca seolah-olah
merasa, mendengar, atau melihat sesuatu yang diungkapkan penyair. Dengan kata-
kata yang digunakan penyair, pembaca seolah-olah:
1. Mendengar suara (imajinasi auditif)
2. Melihat benda-benda (imajinatif visual), atau
3. Meraba dan menyentuh benda-benda (imajinasi taktil)
c. Kata Konkret
Kata-kata harus diperkonkret atau diperjelas, jika penyair mahir memperkonkret
kata-kata, maka pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasa apa yang
dilukiskan penyair. Pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau
keadaan yang dilukiskan, setiap penyair berusaha mengonkretkan hal yang ingin
4
dikemukakan agar pembaca membayangkan dengan lebih hidup apa yang
dimaksudnya.
Cara yang digunakan oleh setiap penyair berbeda dari cara yang digunakan oleh
penyair lainnya. Pengonkretan kata ini erat hubungannya dengan pengimajian,
pelambangan dan pengiasan. Ketiga hal itu juga memanfaatkan gaya bahasa untuk
memperjelas apa yang ingin dikemukakan.
Puisi adalah ungkapan pengalaman puitis atau ungkapan pengalaman secara puitis.
Pengalaman-pengalaman tersebut ditata dengan rapi di dalam fikiran dan perasaan yang
kemudian di ungkapkan dengan kata-kata. Agar orang lain dapat memahami dan merasakan
apa yang di alaminya dan dapat pula bisa mengalaminya, maka penyair tersebut
menuangkannya dalam kata-kata yang ditulis lalu diedarkan dan dicetak agar dapat dibaca
orang lain. Pengalaman yang diperoleh penikmat itu tentu saja pengalaman imajinatif. Penyair
6
mengharapkan apa yang dilihatnya dapat dilihat pula oleh pembaca; apa yang dipikirkannya
dapat pula dipikirkan oleh pembaca; apa yang dirasakan, didengarkan, diraba, dan dicium juga
dapat dilakukan secara imajinatif oleh pembaca.
a) Perbandingan
b) Metafora
Metafora ini bahasa kiasan seperti perbandingan, hanya tidak mempergunakan kata-
kata pembanding, seperti: bagai, laksana, seperti, dan sebagainya. Metafora ini menyatakan
sesuatu sebagai hal yang sama atau seharga dengan hal lain, yang sesungguhnya tidak sama
(Altenbernd, 1970:15). Metafora terdiri dari dua term atau dua bagian, yaitu term pokok
(principal term) dan term kedua (secondary term). Term pokok disebut juga tenor,term kedua
disebut juga vehicle. Term pokok atau tenor menyebutkan hal yang dibandingkan, sedang term
kedua atau vehicle adalah hal yang untuk membandingkan.
c) Perumpamaan Epos
d) Alegori
Allegori ialah cerita kiasan ataupun lukisan kiasan. Cerita kiasan atau lukisan ini
mengiaskan hal lain atau kejadian lain. Alegori ini banyak terdapat dalam sajak-sajak Pujangga
baru.
e) Personifikasi
Kiasan ini mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat
berbuat, berpikir, dan sebagainya seperti manusia. Personifikasi ini banyak dipergunakan para
penyair dari dahulu hingga sekarang. Personifikasi ini membuat hidup lukisan, di samping itu
memberi kejelasan beberan, memberikan bayangan angan yang konkret.
f) Metonimia
Metonimia ini dalam bahasa Indonesia sering disebut kisan pengganti nama. Bahasa ini
berupa penggunaan sebuh atribut sebuh objek atau penggunaan sesuatu yang sangat dekat
berhubungan dengannya untuk menggantikan objek tersebut (Altenbernd,1970:21). Bahasa
kiasan yang lebih jarang dijumpai pemakaiannya dibanding metafora, perbandingan, dan
personifikasi ialah metonimia dan sinekdoki.
g) Sinekdoki (synecdoche)
Sinekdoki adlah bahasa kiasan yang menyebutkan suatu bagian yang penting suatu
benda (hal) untuk benda atau hal itu sendiri. (Altenbernd, 1970:22). Sinekdoki ini ada dua
macam:
Perrine dalam Waluyo (1987: 83) menerangkan bahwa bahasa Figurative dipandang
lebih efektif untuk menyatakan apa yang dimaksudkan penyair, karena (1) bahasa figuratif
mampu menghasilkan kesenangan imajinatif, (2) bahasa figuratif adalah cara untuk imaji
tambahan dalam puisi, sehingga yang abstrak jadi konkret dan menjadikan puisi lebih dinikmati
8
dibaca, (3) bahasa figuratif adalah cara menambah intensitas perasaan penyair untuk puisinya
dan menyampaikan sikap penyair, (4) bahasa figuratif adalah cara untuk mengkonsentrasikan
makna yang hendak disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas
dengan bahasa singkat.
BAB II
PEMBAHASAN
9
Dalam bab ini, penulis akan membahas mengenai bahasa kiasan yang terdapat dalam puisi
The Blue Bowl karya Jane Kenyon melalui pendekatan pengimajian. Berikut adalah objek
penelitiannya.
Jane Kenyon
10
2.2. Hasil Penelitian
Adapun hasil analisis mengenai bahasa kiasan (figurative language) yang terdapat pada
puisi The Blue Bowl karya Jane Kenyon.
Majas perbandingan (simile) terdapat dalam larik ke-1 pada stanza 1 yang berbunyi:
Penyair menggunakan majas perbandingan dengan kata pembanding like atau dalam bahasa
Indonesia biasa diartikan dengan "seperti" pada larik tersebut dengan menggambarkan
pengimajian citraan penglihatan mengenai penglihatan akan kegiatan penguburan kucing yang
sudah mati seperti orang jaman dahulu atau orang primitif.
Kata like atau "seperti" digunakan sebagai kata pembanding yang membandingkan proses
penguburan kucing yang modern dengan yang primitif. Kucing mereka dimakamkan dengan
mangkuk berwarna biru tanpa dimasukkan dalam semacam kotak atau peti mati. Kenyon
membandingkan tindakan ini dengan cara seperti orang primitif.
Selain terdapat pada stanza 1, majas perbandingan (simile) pada puisi tersebut juga terdapat
dalam larik ke-5 pada stanza 3 namun untuk dapat memaknainya diartikan dengan larik yang
menyambung dari larik ke-3 sampai larik ke-6 yang berbunyi:
........................and a robin
Penyair pun menggunakan majas perbandingan (simile) dengan kata pembanding like
atau "seperti" sama seperti dalam larik ke-1 stanza 1 dengan menggambarkan pengimajian
citraan pendengaran (auditory imagery) akan mengenai suara kicauan burung dan tetangga.
11
Kata like atau "seperti" dalam larik ke-5 tersebut digunakan sebagai kata pembanding yang
membandingkan "a robin burbles" dan "the neighbor who means well but always says the
wrong thing". Kata "a robin burbles" merupakan suatu kicauan burung yang biasanya terdengar
merdu dan enak di dengar.
Kenyon membandingkan suara kicauan burung tersebut dengan kata "the neighbor who
means well but always says the wrong thing" yang artinya perkataan seorang tetangga yang
bermaksud baik walaupun mengatakan hal yang selalu salah. Penyair membandingkan kedua
hal tersebut karena pada saat itu sang pemilik kucing masih dalam keadaan berduka, sehingga
suara kicauan burung yang merdu pun bagaikan terdengar seperti perkataan nasihat tetangga
namun tidak memberikan solusi.
2. Majas Metafora
Majas metafora terdapat dalam baris ke-8 pada stanza 1 yang berbunyi:
Pada baris tersebut, Kenyon menggambarkan hidung sang kucing yang tampak tidak seperti
hidung rajawali yang bengkok namun dalam kenyataannya adalah hidungnya yang panjang
serta pesek dengan pengimajian citraan penglihatan. Pembaca dapat melihat perbedaan atau
perbandingan hidung kucing yang panjang pesek dengan hidung rajawali yang mancung
bengkok melalui citraan penglihatan yang diharapkan penyair kepada pembaca agar dapat
melihatnya juga.
Penyair membandingkan bentuk hidung sang kucing dengan hidung rajawali tidak dengan
memakai kata pembanding seperti like ataupun as, namun membandingkannya dengan
perantara benda lain. Kenyon membandingkan hidung sang kucing dengan hidung rajawali
berdasarkan sifat pembandingnya.
Bahasa kiasan metafora yang lain juga terdapat dalam baris ke-2 sampai baris ke-4 pada
stanza 3 yang berbunyi:
...............It stormed
Hal yang menyebabkan mengapa dalam baris-baris puisi di atas tersebut adalah karena
penyair memberikan perumpamaan keadaan pikiran sang pemilik kucing yang masih dalam
keadaan sedih seperti suara kicauan burung yang mengganggunya memang terlihat tidak jelas
dalam larik puisi tersebut karena Kenyon menggambarkannya dengan perantara maksud lain.
Maksud penyair puisi tersebut yaitu membandingkan keadaan fikiran dan jiwa sang pemilik
kucing yang kacau namun mulai mereda malah mendengar suara kicauan burung seperti
mengingat kembali kenangan kucing terhadap dirinya. Metafora yang terdapat pada larik puisi
di atas adalah pada perumpamaan fikiran orang setelah kehilangan kucing terlihat saat
mendengar kicauan burung.
3. Personifikasi
Majas personifikasi terdapat dalam larik ke-4 dan larik ke-5 pada stanza 1 yang berbunyi:
Hal tersebut dapat dikatakan personifikasi karena tidak mungkin pasir dan kerikil
menghasilkan suara desisan dan gedebuk karena pasir dan kerikil merupakan benda mati.
Pengimajian yang digunakan sehingga dapat dikatakan bahasa kiasan personifikasi adalah
citraan suara (auditory imagery) akan suara desisan dan suara gedebuk yang dihasilkan karena
13
sesuatu yang jatuh. Dalam kamus Cambridge, arti kata hiss adalah suara yang dihasilkan oleh
mulut ataupun ular dan arti kata thud adalah suara yang dihasilkan oleh sesuatu yang berat ke
permukaan yang kasar.
4. Sinekdoke
Majas sinekdoke yang terdapat dalam puisi The Blue Bowl karya Jane Kenyon tersebut ada
dalam larik ke-1 dan menyambung ke larik ke-2 pada stanza 3 yang berbunyi:
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Penelitian ini menganalisis bahasa kiasan yang terdapat dalam puisi The Blue Bowl karya
Jane Kenyon. Adapun simpulan dari hasil analisis sebagai berikut:
1) Diantara semua jenis-jenis bahasa kiasan, yang terdapat dalam puisi The Blue Bowl
karya Jane Kenyon adalah bahasa kiasan seperti Simile, Metafora, Personifikasi dan
Sinekdoke.
2) Bahasa kiasan dalam puisi tersebut, terdapat 2 simile dengan pengimajian penglihatan
dan pendengaran, 2 metafora dengan pengimajian penglihatan dan perasaan, 1
personifikasi dengan pengimajian penglihatan, dan 1 sinekdoke dengan pengimajian
gerak.
3.2 Saran
15
1) Dapat lebih memahami isi dalam sebuah karya sastra, terutama puisi.
DAFTAR PUSTAKA
Angkasa.
2017.
https://www.slideshare.net/innunkalliff/ringkasan-buku-pengkajia
16