Abstrak
Tujuan penelitian dalam makalah ini yaitu untuk mendeskripsikan bentuk bentuk kilir lidah
yang terjadi dalam kehidupan sehari hari di sekitar lingkungan rumah di mana sang penulis
tinggal. Penelitian ini dilakukan menggunakan kajian psikolinguistik yang merupakan salah
satu bagian dari kekeliruan dalam berbicara yaitu kilir lidah yang terbagi menjadi dua bagian
yaitu kilir lidah karena seleksi yang keliru, diantaranya seleksi semantik yang keliru dan
Malaproprisme. Kekeliruan bicara yang kedua yaitu kekeliruan assembling diantaranya
preseveransi, antisipasi, dan transposisi. Penggunaan data pada penelitian ini berasal dari
tuturan atau ujaran pada masyarakat di lingkungan sekitar Gang Jayaniti, Kota Sukabumi.
Metode pengumpulan data yang digunakan merupakan metode simak yakni dengan cara
menyimak kekeliruan berbicara pada masyarakat Gang Jayaniti. Teknik yang dilakukan
merupakan teknik sadap dan teknik catat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif-deskriptif dengan pendekatan psikolinguistik yang menelaah proses-proses
mental yang dilalui manusia dalam memproduksi ujaran.
1. PENDAHULUAN
Pada dasarnya, sejak lahir manusia sudah dikaruniai oleh Tuhan dengan apa yang
disebut sebagai bakat bahasa. Hal itu terbukti apabila kita menyaksikan betapa sulitnya
manusia melakukan interaksi sosial antara satu manusia dengan manusia yang lainnya. Maka
dari itu, Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan satu-satunya yang diberikan kemampuan
untuk dapat berbicara melalui alat ucap, tidak sama halnya dengan binatang yang hanya dapat
berkomunikasi tetapi tidak dapat mengelurkan bunyi bahasa melalui alat-alat ucapnya.
Manusia mampu untuk memahami dan mengujarkan ujaran baru, walaupun ujaran itu tidak
pernah akan sama.
Kasus kekeliruan bicara ini terjadi pada siapapun, entah itu bangsawan ataupun orang
biasa. Seringkali ditemukan ketika orang tersebut salah menyebutkan nama barang karena
barang-barang tersebut masih termasuk ke dalam lingkup semantik yang sama. Hal tersebut
disebut kekeliruan seleksi pada bentuk semantik. Begitu pula saat kita berinteraksi dengan
masyarakat di lingkungan sekitar tempat tinggal yang kita huni, pasti banyak sekali yang
mengalami kekeliruan bicara pada bentuk seleksi yang keliru maupun asemblingnya dalam
bertutur. Hal tesebut akan menarik untuk dikaji mengenai kekeliruan berbicara pada
percakapan masyarakat di lingkungan sekitar Gang Jayaniti, Kota Sukabumi. Kajian penelitian
ini terinspirasi dari kajian penelitian salah satu dosen Sastra Inggris di UMMI yang bernama
Ramdan Sukmawan. S.S., M.Hum dengan sumber data yang berbeda.
2. LANDASAN TEORI
2.1. Psikolingustik
Secara etimologis kata psikolinguistik berasal dari dua kata, yakni psikologi dan linguistik
yang sebenarnya merupakan dua disiplin ilmu yang berbeda dan dapat berdiri sendiri. Pada
mulanya istilah yang digunakan untuk psikolinguistik adalah psikologi linguistik (linguistic
psychology) dan ada pula yang menyebutnya dengan psikologi bahasa (psychology of
language). Menurut Simanjuntak (1987: 1), Psikolinguistik merupakan ilmu yang menguraikan
proses proses psikologis yang terjadi apabila seseorang menghasilkan kalimat dan memahami
kalimat yang didengarnya waktu berkomunikasi dan bagaimana kemampuan berbahasa itu
diperoleh oleh manusia.
Sedangkan menurut Mansoer Pateda (2015) pada bukunya yang berjudul Lingusitik :
Sebuah Pengantar, menyebutkan bahwa Psikolinguistik merupakan ilmu yang mempelajari
bahasa akibat latar belakang kejiwaan penutur bahasa. Pada psikolinguistik dipelajari pula
proses perolehan bahasa seseorang. Kita mengetahui bahwa penguasaan bahasa melalui proses
mental. Seorang psikolog memepergunakan bahasa untuk mempelajari jiwa seseorang. Bahasa
bukan merupakan objeknya, melainkan hanya sebagai alatnya.
Hal tersebut pun sejalan dengan pendapat Slobin (Chaer, 2003:5) yang mengemukakan
bahwa psikolinguistik mencoba menguraikan proses-proses psikologi yang berlangsung jika
seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya pada waktu berkomunikasi dan
bagaimana kemampuan bahasa diperoleh manusia. Adapun Chaer (2003:6) menjelaskan
dengan lebih terperinci bahwa psikolinguistik mencoba menerangkan hakikat struktur bahasa,
bagaimana struktur itu diperoleh serta digunakan pada waktu bertutur, dan pada waktu
memahami kalimat - kalimat dalam pertuturan itu. Pada hakikatnya dalam kegiatan
berkomunikasi terjadi proses memproduksi dan memahami ujaran. Dalam kaitan ini Garnham
(Musfiroh, 2002:1) mengemukakan Psycholinguistics is the study of a mental mechanisms that
nake it possible for people to use language. It is a scientific discipline whose goal is a coherent
theory of the way in which language is produce and understood yakni Psikolinguistik adalah
studi tentang mekanisme mental yang terjadi pada orang yang menggunakan bahasa, baik pada
saat memproduksi atau memahami ujaran.
a) Seleksi semantik yang keliru juga disebut Freudian slips, manusia menyimpan kata
berdasarkan sifat-sifat kodrati yang ada pada kata-kata itu. Kekeliruan pada seleksi
semantik umumnya berwujud kata yang utuh dan berasal dari medan semantik yang sama.
b) Kilir lidah malaproprisme. Asal mula lahirnya istilah ini berasal dari peran seorang wanita
di dalam sebuah novel karangan Richard Sheridan The Rivals, yang bernama Ny. Malapro.
Dalam novel itu Ny. Malapro digambarkan sebagai wanita yang ingin kelihatan berkelas
tinggi dengan memakai kata yang muluk-muluk. Akan tetapi, yang terjadi adalah bahwa
kata-kata itu bentuknya memang mirip tetapi keliru. Misalnya: allegory untuk alligator
(dalam bahasa Inggris) dan antisisapi untuk antisipasi.
c) Campur-kata (blends), muncul bila orang tergesa-gesa sehingga dia mengambil satu atau
sebagian suku dari kata pertama dan satu atau sebagian suku lagi dari kata yang kedua dan
kemudian kedua bentuk itu dijadikan satu.
2.2.2. Kekeliruan Assembling
Kekeliruan asembling adalah bentuk kekeliruan di mana kata-kata yang dipilih sudah
benar namun assemblingnya keliru. Berikut adalah jenis-jenisnya:
a) Transposisi. Jenis dari kekeliruan asembling ini memindahkan kata atau bunyi dari suatu
posisi ke posisi yang lain. Kasus transposisi adalah apa yang dinamakan spoonerism.
b) Kekeliruan antisipasi, terjadi saat pembicara mengantisipasi akan munculnya suatu bunyi,
lalu bunyi itu diucapkan sebagai ganti dari bunyi yang seharusnya.
c) Kekeliruan perseverasi (perseveration) yang disebut juga repetisi adalah kebalikan dari
antisipasi. Perseverasi kekeliruan itu terjadi pada kata yang dibelakang.
3. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan pada makalah ini merupakan metode penelitian
kualitatif guna memahami fenomena yang terjadi pada penutur yang mengalami kekeliruan
bicara dalam memproduksi ujaran sehingga kata-kata tersebut bukanlah yang sebenarnya ia
maksudkan. Pendekatan kualitatif dipilih karena penelitian ini menggunakan interaksi sosial
seara langsung maupun tidak langsung sebagai cara memperoleh data dari sumber data secara
alami. Kegiatan ontologis dilibatkan dalam penelitian ini. Data yang dikumpulkan berupa kata-
kata, frase, klausa, dan kalimat atau gambaran sesuatu yang memiliki arti lebih daripada
sekedar angka atau frekuensi (Sutopo, 2002). Data pada penelitian ini dikumpulkan
menggunakan metode simak yaitu dengan cara menyimak dalam produksi ujaran khususnya
kekeliruan dalam berbicara pada lingkungan masyarakat sekitar Gang Jayaniti.
Teknik yang dipakai pada penelitian ini adalah teknik sadap yaitu dengan cara meyimak
kekeliruan bicara pada percakapan masyarakat dan disertai teknik catat dengan cara mencatat
kekliruan tersebut. Data penelitian ini bersifat deskriptif, artinya kata-kata yang keliru yang
dijadikan bahan utama dalam penelitian ini adalah sumber deskripsi dalam memaparkan
kekeliruan bicara pada masyarakat sekitar Gang Jayaniti, Kota Sukabumi. Oleh karena itu,
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif.
Metode penelitian deskriptif kualitatif dipandang sesuai untuk mendeskripsikan secara faktual,
akurat, dan sistematis mengenai kekeliruan bicara yang dilakukan oleh semua kalangan
masyarakat sekitar Gang Jayaniti.
Kata-kata pada tabel 1 diatas merupakan bentuk dari kekeliruan seleksi pada lingkup
semantik seperti kata tempe yang keliru diucapkan menjadi tahu. Kata tempe dan tahu
merupakan kata yang berasal dari lingkup semantik yang sama, yakni jenis makanan yang
terbuat dari kacang kedelai. Kata ketombe yang dimaksud keliru diujarkan menjadi komedo,
kedua kata tersebut sama-sama jenis kotoran yang ada dibagian kepala walaupun terdapat pada
bagian kepala yang berbeda. Kemudian, kata Samsung keliru diucapkan menjadi kata Iphone,
kedua kata tersebut merupakan sama-sama merek dari sebuah handphone. Adapun kata yang
keliru diucapkan selanjutnya yaitu kata Ayam menjadi Kucing, kucing dan ayam ini sama-sama
termasuk kedalam jenis binatang. Kata garpu keliru diucapkan menjadi sumpit yang keduanya
merupakan alat untuk makan. Untuk sesuatu yang berhubungan dengan kematian yang berasal
dari medan semantik yang sama, kata mayat diujarkan menjadi makam.
Kata yang berikutnya juga berasal dari medan semantik yang sama yakni jenis cahaya yaitu
pada kata lampu yang keliru diujarkan menjadi matahari. Ariel menjadi Aurel, dan Eric Nam
diujarkan menjadi Eric Moon, merupakan masih berasal dari lingkup semantik yang sama yaitu
nama artis Internasional. Kemudian, ada kata tidur menjadi ngantuk yakni sama-sama
menyangkut kepada tidur. Kata saos yang keliru diujarkan menjadi sambel, yakni keduanya
merupakan penyedap makanan rasa pedas. Selain itu, adapula kata yang keliru diujarkan yang
merupakan sama-sama alat kosmetik yang biasa dipakai wanita untuk mempercantik diri yaitu
kata Softlens menjadi Eyeliner. Selanjutnya adalah kata anget-anget yang salah diucapkan
menjadi gerah-gerah karena kedua kata tersebut sama-sama kata yang menjelaskan keadaan
suasana udara. Kata pantat keliru diujarkan menjadi paha yang keduanya merupakan sama-
sama bagian dari tubuh manusia. Begitu pula untuk nama negara yang berada di Asia Timur
yang medan semantiknya sama keliru diucapkan, yakni China menjadi Korea.
Kekeliruan bicara yang kedua yang akan dibahas selanjutnya merupakan kata-kata yang
diujarkan biasanya salah dalam pengucapan satu huruf suatu kata yang hampir sama. Biasanya
pembicara menggunakan kata-kata yang muluk namun tidak mengucapkannya dengan benar.
Hal ini terdapat pada tabel 2 berikut.
Tabel 2 Kekeliruan Seleksi Malaproprisme
Kekeliruan bicara yang terdapat pada tabel 2 diatas merupakan contoh kilir lidah dari
kekeliruan seleksi pada bentuk malaproprisme. Pada contoh pertama yaitu pada kata Service
yang salah diucapkan menjadi Serviz karena pembicara ingin terlihat lebih keren dalam
menggunakan bahasa Inggris namun ternyata ia malah salah dalam mengucapkannya. Pada
contoh kedua yaitu pada kata Kapitalisasi yang keliru diujarkan menjadi Kapitasilasi.
Pada bahasan kekeliruan yang telah dipaparkan pada kedua tabel diatas tersebut, yakni
kekeliruan pada semantik dan malaproprisme merupakan termasuk ke dalam jenis kilir lidah
yang disebabkan karena seleksi yang keliru. Berbeda dengan kekeliruan bicara yang akan
dibahas selanjutnya. Kekeliruan bicara yang akan dibahas selanjutnya merupakan kilir lidah
yang disebabkan karena kekeliruan assemblingnya.
Jenis kilir lidah yang disebabkan oleh kekeliruan asembling yang akan dibahas pertama
dinamakan Antisipasi. Jenis kekeliruan assembling ini terjadi ketika pembicara mengantisipasi
akan munculnya suatu bunyi, kemudian bunyi tersebut diucapkan sebagai ganti dari bunyi yang
seharusnya. Kekeliruan pada bentuk antisipasi terjadi pada kata serba salah yang keliru
diucapkan menjadi sebra salah. Kata yang seharusnya diucapkan adalah saus kacang, namun
karena pembicara mengantisipasi munculnya bunyi /r/ pada ser-ba salah, maka bunyi /r/ ini
dipakai untuk menggantikan /b/ dan tertukar sehingga munculah kata sebra salah bukannya
serba salah.
Kata-kata lainnya yang termasuk kepada kekeliruan pada bentuk antisipasi yaitu pada kata
supir angkot menjadi super angkot, kacamata menjadi kamacata, saus kacang terkilir menjadi
kaus kacang, mumpung menjadi mampung, Kurung tutup keliru menjadi kutung tutup, sama
menjadi mama, sepatu menjadi supatu, terserah menjadi serterah, top ten terkilir menjadi tep
ton dan di lepas menjadi di lopas. Kata-kata tersebut ada pada tabel 3 berikut.
Kekeliruan asembling kedua yang akan dibahas selanjutnya ialah pada bentuk Perseverasi.
Kekeliruan pada bentuk ini merupakan kebalikannya dari bentuk antisipasi yakni terjadi sebuah
kekeliruan pada awal kata sedangakan perseveransi terjadi sebuah kekeliruan pada akhir kata.
Berikut merupakan kekeliruan asembling pada bentuk perseverasi yang terdapat pada tabel 4
dibawah ini.
Pada tabel 4 diatas, kata-kata yang merupakan kekeliruan asembling pada bentuk
perseverasi diantaranya yang pertama yaitu kata Pembunuhan yang keliru diucapkan menjadi
Pembunuhun. Kata yang seharusnya diucapkan Pembunuhan menjadi Pembunuhun itu terjadi
karena bunyi /un/ yang terbawa ke belakang. Hal ini juga terjadi pada bunyi /i/ yang terbawa
ke belakang pada kata Diare yang keliru menjadi Diari dan kata Mama yang menjadi Mami.
Kekeliruan kata juga terjadi pada kata Tua menjadi Tui karena bunyi /i/ yang terbawa ke
belakang. Adapun pada kata Seru menjadi Seri dan kata Cuti yang keliru menjadi Cute.
Selain terjadi pada bentuk Antisipasi dan Perseverasi, kekeliruan asembling juga terjadi
pada bentuk transposisi. Pada bentuk kekeliruan ini, terjadinya pemindahan kata dari satu
posisi ke posisi yang lain. Hal ini terjadi ketika seorang pembicara mencoba memerintah
pembicara yang lain untuk memasukan kucingnya ke dalam kamar. Pembicara berkata masukin
kamar ke Miko yang semestinya ia mengucapkan masukin Miko ke kamar. Pembicara
menempatkan kata kamar ke posisi depan sedangkan kata Miko menjadi pindah ke posisi akhir.
Hal itu pun terjadi ketika seorang pembicara ingin berfoto di bawah pohon dengan ujaran yakni
Pohon difoto yang seharusnya penempatan kata pohon ditukar dengan kata foto. Maka ujaran
yang benar bukan pohon difoto melainkan Foto dipohon. Kekeliruan pada bentuk transposisi
lainnya juga ditemukan ketika seorang pembicara berkata Kunci udah dipintu belum? yang
seharusnya penempatan kata pintu terlebih dahulu dan kata kunci ditempatkan setelahnya.
Kasus yang lainnya juga ditemukan pada ujaran Makan nasi pake sumpit yang keliru menjadi
Makan sumpit pake nasi, dan Habis baru bangun tidur yang keliru menjadi Habis bangun baru
tidur. Kata-kata tersebut sebenarnya sudah benar namun penempatannya saja yang salah atau
dalam ilmu linguistik disebut juga asemblingya yang salah.
Tabel 5 Kekeliruan Asembling Bentuk Transposisi
5. SIMPULAN
Psikolinguistik merupakan gabungan dua bidang ilmu yang berbeda, yakni psikologi dan
linguistik. Secara bahasa, Psikolinguistik merupakan ilmu yang mempelajari bahasa dalam sisi
kejiwaannya. Dalam psikolinguistik terdapat kajian yang mempelajari produksi ujaran, dan
dalam produksi ujaran tersebut mengkaji mengenai proses produksi ujaran dan kekeliruan
dalam berbicara. Kekeliruan dalam berbicara dibagi menjadi dua kelompok, yakni kekeliruan
seleksi dan kekeliruan asembling. Kekeliruan seleksi terbagi menjadi tiga bagian, yaitu seleksi
semantik yang keliru, malaproprisme, dan campur kata. Sedangkan kekeliruan asembling
dibagi menjadi tiga bagian yaitu Antisipasi, Perseverasi, dan Transposisi.
DAFTAR PUSTAKA
http://jonibiaryanto.blogspot.co.id/2012/12/senyapan-dan-kilir-lidah.html. Diakses
pada 8 Desember 2016.
HP, Ahmad dan Alek Abdullah. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Penerbit Erlangga.
https://andimaryam.wordpress.com/2012/03/02/tinjauan-ilmiah-kilir-lidah-dalam-
berbicara/. Diakses pada 8 Desember 2016.