Anda di halaman 1dari 17

karya ilmiah AMBIGUITAS BAHASA PADA IKLAN TOLAK ANGIN DI SURYA

CITRA TELEVISI(SCTV)
Diposkan oleh rika agustina on Sabtu, 30 Mei 2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap orang tidak pernah luput dari komunikasi. Komunikasi merupakan suatu
cara bagi Manusia untuk berinteraksi dengan manusia lainnya. Salah satunya
dengan menggunakan media bahasa. Dengan menggunakan bahasa inilah manusia
dapat berkomunikasi. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terpenting di kawasan
republik kita, karena dengan adanya bahasa Indonesia, seluruh suku yang ada di
Indonesia dapat disatukan sehingga dapat berkomunikasi dengan baik. Meskipun
bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional dan sudah diresmikan secara nasional,
tetapi masih ada penggunaan bahasa Indonesia yang tidak sesuai dengan kaidah
yang berlaku, yaitu masih ada kesalahan-kesalahan dalam penggunaan bahasa,
baik itu dalam pengucapan maupun pada penulisan.
Salah satu jenis kesalahan dalam berbahasa dan komonikasi suatu tulisan atau
tuturan ialah karena adanya ambiguitas atau sering disebut ketaksaan. Salah
satunya terdapat pada iklan Tolak Angin karena begitu pentingnya bahasa
Indonesia di negara kita ini dan untuk memperbaiki paradigma terhadap bahasa
iklan tersebut maka penulis tertarik untuk menganalis bahasa iklan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1

Apa maksud dari tuturan orang pintar minum tolak angin tersebut?

1.2.2

Apa tujuan yang ingin dicapai dari penggunaan jargon tersebut?

1.2.3
1.2.4
1.2.5

Bagaimana pengaruh kepada masyarakat terhadap bahasa ambiguitas dalam


iklan Tolak Angin Sidomuncul tersebut?
Bagaimana masyarakat memaknai jargon yang digunakan?
Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap bahasa ambiguitas dalam iklan
produk jamu Tolak Angin Sidomuncul tersebut?

1.3 Metodologi Penelitian


Langkah-langkah dalam mengambil data menggunakan metode kualitatif, yaitu:
1.3.1

Mendownload iklan Tolak Angin Sidomuncul dari youtube.

1.3.2

Mewawancarai masyarakat tentang bagaimana tanggapan mereka terhadap


bahasa iklan tolak angin tersebut.

1.3.3

Menganalisis tindak tutur yang ambigu tersebut dengan cara menghubungkannya


dengan tanggapan masyarakat terhadap bahasa iklan tersebut.

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1

Untuk mengetahui apa itu bahasa ambiguitas.

1.4.2

Menganalisis penggunaan bahasa ambiguitas pada sebuah iklan produk jamu.

1.4.3

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahasa ambiguitas pada iklan terhadap


masyarakat.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penulisan karya ilmiah ini yaitu agar tidak terjadi kerusakan dalam citra
bahasa Indonesia maka perlu diajarkan kepada para masyarakat kita tentang apa
itu bahasa yang ambigu dan bagaimana itu bahasa iklan.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Karya ilmiah ini berjudul Ambiguitas Bahasa pada Iklan Tolak Angin Di Surya
Citra Televisi(SCTV), dari hasil penelusuran yang dilakukan, ditemukan beberapa
buku yang membahas tentang teori Ambiguitas. Adapun buku-buku tersebut yaitu:
Pertama, buku karya Abdul Chaer yang berjudul,MORFOLOGI BAHASA INDONESIA
(Pendekatan Proses), (Jakarta: Rineka Cipta, 2008) buku ini memberikan suatu
tinjauan mengenai penjelasan mengenai pembentukan kata, semua satuan bentuk
sebelum menjadi kata.
Kedua,
buku
karya
Abdul
Chaer
yang
berjudul,Fonologi
BAHASA
INDONESIA, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2009) buku ini memberikan suatu tinjauan
mengenai bunyi-bunyi bahasa sebagai satuan yang terkecil dari ujaran beserta
dengan gabungan antar bunyi yang membentuk suku kata.
Ketiga, buku karya Prof. Drs. M Ramlan yang berjudul Ilmu Bahasa Idonesia
Sintaksis, ( Yogyakarta: C.V KARYONO, buku ini memberikan suatu tinjauan
mengenai penggunaan kalimat dan frase.
Keempat, buku Hasan Alwi, dkk. Berjudul TATA BAHASA BAKU BAHASA
INDONESIA, (Jakarta: Balai Pustaka, 1992) buku ini memberikan suatu tinjauan
mengenai rambu-rambu yang harus disadari dan sekaligus dipatuhi oleh para
pemakai bahasa indonesia agar perilaku berbahasa mereka tetap memperlihatkan
ciri dan kecermatan.
Kelima, Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Departemen Pendidikan Nasional,
(Jakarta: Gramedia, 2008). Pada kamus ini tertera penjelasan serta penentuan katakata baku.

Keenam, diambil dari jurnal karya Yelni Anwari yang berjudul Kalimat Ambigu
dalam Satuan Tinjauan Semantik, dengan link
http://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php?journal=JFIB&page=article&op=view&path
%5B%5D=1355

BAB III
PEMBAHASAN

3.1Teori Dasar
3.1.1

Ambiguitas

Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan
keinginan kepada orang lain. Ketika kita menyampaikannya kepada seseorang baik
secara lisan maupun secara tertulis, orang tersebut diharapkan dapat menangkap
apa yang kita maksud. Namun, ada kalanya dalam berkomunikasi terjadi
kesalahpahaman makna. Kesalahpahaman tersebut antara lain karena makna yang
ingin disampaikan oleh penulis/pembaca tidak dipahami secara sama oleh
pembaca/pendengar.
Makna dalam hal ini termasuk objek kajian semantik. Menurut Kridalaksana,
semantik adalah: (1) Bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna
ungkapan dan juga dengan struktur makna suatu wacana, (2) Sistem dan
penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya.
Sementara itu, Menurut Sutedi (2003:103), objek kajian semantik antara lain ialah
makna kata (go no imi), relasi makna antarsatu kata dengan kata lainnya (go no imi
kankei), makna frase dalam suatu idiom (ku no imi), dan makna kalimat (bun no
imi). Yang dimaksud dengan relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat
antara satuan bahasa yang satu dengan bahasa yang lainnya.Satuan bahasa di sini
diantaranya membicarakan ambiguitas. Ambiguitas adalah gejala dapat terjadinya
kegandaan makna akibat tafsiran gramatikal yang berbeda (Chaer,1994:297).
Ambiguitas (nomina) dari ambigu (adjektiva) ; 1 sifat atau hal yang berarti
dua: kemungkinan yang mempunyai dua pengertian; taksa; 2 ketidaktentuan;
ketidakjelasan; 3 kemungkinan adanya makna yang lebih dari satu atas suatu karya
sastra; 4 kemungkinan adanya makna lebih dari satu di sebuah kata, gabungan
kata, atau kalimat (Kamus Besar Bahasa Indonesia 1990: hlm.27).Ambiguitas
berasal dari bahasa Inggris yaitu ambiguity yang berarti suatu konstruksi yang
dapat ditafsirkan lebih dari satu arti. Ambiguitas sering juga disebut ketaksaan
(Alwi, 2002:36). Ketaksaan dapat diartikan atau ditafsirkan memiliki lebih dari satu
makna akan sebuah konstruksi sintaksis. Tidak dapat dipungkiri keambiguan yang
mengakibatkan terjadinya lebih dari satu makna ini dapat terjadi saat pembicaraan
lisan ataupun dalam keadaan tertulis.Saat pembicaraan lisan mungkin dapat
diantisipasi dengan pengucapan yang agak perlahan, sedangkan untuk yang tertulis
apabila kurang sedikit saja tanda baca maka kita akan menafsirkan suatu kalimat
atau kata menjadi berbeda dari makna yang diinginkan oleh penulis. Dari sudut
pandang linguistik murni. Ada tiga bentuk ambiguitas menurut (Ullmann, diadaptasi
Sumarsono, 2007:2002), yaitu :
1.

Ambiguitas pada tingkat fonetik (bunyi)

a)

Fonetik (bunyi)
Fonetik adalah cabang kajian linguistik yang meneliti bunyi-bunyi bahasa
tanpa melibatkan apakah bunyi-bunyi itu dapat membedakan makna kata atau
tidak. Berdasarkan dimana beradanya bunyi bahasa itu, sewaktu dikaji, dibedakan
ada tiga macam fonetik, yaitu fonetik artikulatoris, fonetik akustik, dan fonetik
auditoris. Sewaktu bunyi itu berada dalam proses produksi di dalam mulut penutur,
dia menjadi objek kajian fonetik artikulatoris. Sewaktu bunyi bahasa itu berada atau
sedang merambat di udara menuju telinga pendengar, dia menjadi objek kajian
fonetik akustik. Lalu, sewaktu bunyi bahasa itu sampai atau berada di telinga
pendengar, menjadi objek kajian fonetik audioris.

b)

Ambiguitas pada tingkat fonetik (bunyi)


Ambiguitas pada tingkat ini terjadi karena membaurnya bunyi-bunyi bahasa
yang diucapkan. Terkadang kita bisa saja salah menafsirkan makna suatu kata atau
frasa karena saat percakapan frasa atau kata itu terlalu cepat diucapkan. Misalnya :
a Kata kapan emas kawinnya? dapat ditafsirkan salah bila kita tidak
memperhatikan konteksnya. Apabila pengucapannya terlalu cepat, itu bisa
ditafsirkan menjadi kapan emas kawin (benda) akan diberikan kepada pengantin
misalnya atau mungkin penafsirannya ke arah kapan seseorang yang dipanggil mas
(kakak
laki-laki)
tersebut
akan
menikah.
b Kalimat Yang berdiri di depan kakak ibu. Kalimat ini jika pengucapannya tidak
dibatasi oleh jeda akan dapat ditafsirkan yang berdiri di depan itu kakak dari ibu
(paman/bibi) atau bisa juga ditafsirkan yang berdiri di depan kakak itu adalah ibu.

2.

Ambiguitas pada tingkat gramatikal


Ambiguitas gramatikal muncul ketika terjadinya proses pembentukan satuan
kebahasaan baik dalam tataran morfologi, kata, frasa, kalimat ataupun patagraf dan
wacana. Ambiguitas kata yang disebabkan karena morfologi akan hilang dengan
sendirinya ketika diletakkan dalam konteks kalimat yang benar. Berikut adalah
contoh ambiguitas gramatikal :

a)

Ambiguitas yang disebabkan oleh peristiwa pembentukan kata secara gramatikal.


Gramatikal
adalah lingsesuai
dengan
tata bahasa;
menurut tata
bahasa(Drepdiknas, 2008:461). Makna gramatikal adalah makna yang berubahubah sesuai dengan konteks pemakainya. Ambiguitas gramatikal terjadi karena
proses pembentukan suatu ketatabahasaan baik pembentukan kata, prasa, maupun
kalimat. Kata kata atau frasa yang memiliki keambiguitasan jenis ini akan hilang
jika dimasukan ke dalam konteks kalimat.Ambiguitas yang disebabkan oleh
peristiwa pembentukan kata secara gramatikal misalnya kata tidur setelah
mendapat awalan pe- berubah menjadi penidur. Penidur, kata ini dapat berarti

orang yang suka tidur dan dapat juga berarti obat yang menyebabkan orang
tertidur.
b)

Ambiguitas pada morfologi


Secara etimologi katamorfologi berasal dari kata morfyang berarti bentuk
dan kata logiyang berarti ilmu. Jadi secara harfiahkata morfologi berarti ilmu
mengenai bentuk. Di dalam kajian linguistik, morfologi berarti ilmu mengenai
bentuk-bentuk dan pembentukan kata. Pembicaraan mengenai pembentukan kata
akan melibatkan pembicaraan mengenai komponen atau unsure pembentukan kata
itu, yaitu morfem, baik morfem dasar maupun morfem afiks dalam proses
pembentukan kata itu, yaitu dalam proses pembentukan kata melalui proses
afiksasi, duplikasi ataupun pengulangan dalam proses pembentukan kata melalui
proses reduplikasi, penggabungan dalam proses pembentukan kata melalui proses
komposisi, dan sebagainya. Jadi, ujung dari proses morfologi adalah
terbentuknya kata dalam bentuk dan makna sesuai dengan keperluan dalam satu
tindak pertuturan.

c)

Ambiguitas pada frase


Frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak
melampaui batas fungsi unsure klausa. Ambiguitas pada frase. misalnya, orang tua
dalam bahasa Indonesia dapat bermakna orang tua kita yaitu ibu dan ayah, atau
orang yang sudah tua. Untuk menghandiri ambiguitas ini, kita harus menambahkan
unsur penjelas seperti: orang tuaku atau orang tuanya untuk frase yang mengacu
kepada ayah dan ibu. Sedangkan untuk makna yang kedua dapat ditambahkan kata
yang maka menjadi orang yang sudah tua.

d)

Kalimat dan wacana


Kalimat adalah mengandung unsure paling tidak subjek dan prediket, tetapi
telah dibubuhi intonasi atau tanda baca. Wacana adalah rentetan kalimat yang
berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi diantara kalimat-kalimat itu.
Contoh: Mainan teman baru itu berwarna kuning. Kalimat tersebut menimbulkan
makna ganda pada frasa mainan teman baru.

1.

mainan/teman baru = yang baru adalah teman.

2.

mainan teman/baru = yang baru adalah mainan.


Agar tidak menimbulkan makna ganda, kalimat di atas dapat diubah menjadi
kalimat berikut.

1.

Mainan-teman baru itu berwarna kuning.

2.

Mainan teman-baru itu berwarna kuning.

Cara membaca kalimat nomor 1 tersebut adalah setelah kata mainan diberi jeda.
Pada kalimat nomor 2 jeda pembacaan dilakukan setelah kata baru. Jadi, frasa yang
tidak ambigu pada kalimat nomor 1 adalah teman baru. Selanjutnya, pada kalimat
nomor 2 frasa yang tidak ambigu adalah mainan teman.

3.

Ambiguitas pada tingkat leksikal


Makna leksikal adalah makna yang secara inheren dimiliki oleh setiap bentuk
dasar( morfem dasar atau akar). Umpamanya makna leksikal akar pensiladalah
sejenis alat tulis terbuat dari kayu dan arang.Setiap kata dalam bahasa dapat
memiliki makna lebih dari satu. Akibatnya, orang sering kali keliru menafsirkan
makna suatu kata. Jadi, makna suatu kata dapat saja berbeda tergantung dari
konteks kalimatnya sendiri. Seperti kata menggali yang digunakan dalam bidang
perkebunan akan berbeda maknanya jika digunakan dalam bidang hukum atau
keadilan. Contoh dalam kalimat: petani sedang menggali tanah dibelakang
rumahnya. Akan berbeda maknanya dengan kalimat Polisi sedang berusaha
menggali informasi dari saksi mata.

4.

Ambiguitas dalam semantik


Ambiguitas atau ketaksaan sering diartikan sebagai kata yang bermagna ganda
atau mendua arti. Konsep ini tidak salah, tetapi juga kurang tepat sebab tidak dapat
di bedakan dengan polisemi. Polisemi juga bermakna ganda hanya kalau kegandaan
makna dalam polisemi berasal dari kata , sedangkan kegandaan makna dalam
ambiguitas berasal dari satuan gramatikal yang lebih besar, yaitu fraseatau kalimat,
dan terjadi sebagai akibat penafsiran sruktur gramatikal yang berbeda. Dalam
bahasa penafsiran ganda ini mungkin tidak akan terjadi karena stuktur gramatikal
itu dibantu oleh unsur intonasi.
Tetapi didalam bahasa tulis penafsiran ganda ini dapat saja terjadi jika penandapenanda ejaan tidak lengkap diberikan. Barang kali kalau contoh buku-sejarah
baru dimaksudkan untuk makna atau penafsiran (1), maka sebaiknya ditulis bukusejarah baru;tetapi jika dimaksudkan makna atau penafsiran (2) makna sebaiknya
ditulis buku sejarah-baru. Jadi , yang pertama antara kata buku dan sejarah diberi
tanda hubung(-) sedangkan pada keduanya tanda hubung itu diletakan diletakan
diantara kata sejarah dan kata baru.
Pembicaraan mengenai ambiguitas ini tampaknya sama dengan pembicaraan
mengenai homonimi. Contoh kalimat istri lurah yang baru itu cantik pada
pembicaraan tentang homomin, juga dapat menjadi contoh dalam pembicaraan
ambiguitas. Kalau begitu, apa bedanya ambiguitas dengan? Perbedaannya adalah
homonimi dilihat sebagai dua bentuk yang kebetulan sama dan dengan makna,

yang berbeda, sedangkan ambiguitas adalah sebuah bentuk dengan makna yang
berbeda sebagai akibat dari perbedaannya penafsiran struktur gramatikal bentuk
tersebut. Lagi pula ambiguitas hanya tejadi pada satuan frase dan kalimat
sedangkan homonimi dapat terjadi pada semua satuan gramatikal (morfem, kata,
frase, dan kalimat) seperti sudah dibicarakan di atas.

5.

Faktor Struktural
Faktor struktural adalah faktor yang menyebabkan keambiguitasan akibat dari
struktur kalimat itu sendiri.
Contoh:

Pembacaan, puisi baru dilaksanakan pada hari minggu. (Yang dibaca puisi baru )

Pembacaan puisi, baru dilaksanakan pada hari minggu. (Yang dibaca hari minggu
adalah puisi)
Contoh Contoh Kalimat Ambigu

Saya membaca buku sejarah musik baru.


Kalimat di atas menimbulkan pertanyaan pertanyaan apakah bukunya yang baru,
sejarahnya yang baru atau musiknya yang baru. Untuk menghindari keambiguan
pada kalimat di atas, Seharusnya penulisannya adalah sebagai berikut:

Saya membaca buku-sejarah-musik yang baru (Jika bukunya yang baru)


Saya membaca buku tentang sejarah-musik yang baru (Jika sejarahnya yang
baru)
Saya membaca buku sejarah tentang musik yang baru (Jika musiknya yang baru)

3.2Analisis Data
3.2.1

Data dari percakapan yang berlangsung dalam iklan produk jamu Tolak Angin
Sidomuncul.
Agnes Monica

: Indonesia memang hebat.

Ari Lasso

: Memang hebat

Agnes Monica
: Wahh,keren yah budaya Indonesia. Batik pekalongan,
batiknya halus dan indah. Buah-buahannya enak dan segar tetapi kenapa yah

dikasih nama Bangkok? Nanamnya disini, yang nanam petani kita. Harusnya kasih
nama aja pepaya Bogor, jambu Jakarta, belimbing Depok, iya kan. Nah, yang ini
pintar, ngasih nama durian Medan, apel Malang, salak Bali, iya kan. Dan kalau sakit
berobat di negri sendiri.
Ari Lasso

: Makanya kita yang muda-muda harus jadi pelopor.

Agnes Monica
: Bangga dan gunakan produk negeri sendiri. Seperti Tolak
Angin obat asli Indonesia yang sudah dikembangkan dengan ilmu dan teknologi.
Ari dan Agnes : orang pintar yakin dan percaya ramuan bangsa sendiri. Orang
Pintar Minum Tolak Angin

Dari tuturan iklan tersebut, menggunakan ambiguitas dalam kalimat orang


pintar minum tolak angin. Jargon tersebut terbukti efektif karena pasar merespons
dengan piositif. Bahkan jargon tersebut pernah menjadi black campaign atau
kampanye hitam pada obat masuk angin BINTANGIN yang menertawakan jargon
pintar tersebut dengan kata-kata bahwa tidak perlu menjadi pintar kalau cuma mau
minum tolak angin. Apapun reaksinya, sepertinya jargon tersebut sangat mengena
dan tertanam dengan mudah di benak masyarakat. Hal ini terbukti diraihnya Satrian
Brand Award (SBA) 2012 yang diprakarsai Harian suara Merdeka dan
Indoresearch. iklan Tolak Angin yang diperankan oleh artis Agnes Monica dan Ari Lasso. Jargon
orang pintar digunakan untuk mengubah image jamu yang dekat dengan arti kuno,
kampungan dan tua menjadi produk yang baru, modern danmembanggakan. Jargon tersebut
terbukti efektif karena pasar merespons dengan positif. Berikut gambarblack campaign pada
obat masuk angin BINTANG TOEDJOE:

Jargon atau slogan yang digunakan oleh produk Tolak angin Sidomuncul telah menjadi
cirri khas dari perusahaan Sidomuncul. Berbagai prosuk jamu lainnya menjadikan jargon Tolak
Angin sebagai perbandingan dalam produk yang mereka tawarkan. Penggunaan bahasa
ambiguitas yang digunakan produk Tolak Angin telah berhasil memikat konsumen dan membuat
pesaingnya lebih berkreasi untuk mematahkan atau mengalahkan penggunaan jargon tersebut.

Versi iklan Tolak Angin Sidomuncul juga dibintangi oleh Agnes Monika dan
Butet Kertaeadjasa. Ketika itu sedang hebohnya klaim budaya Indonesia oleh
Malaysia. Di iklan tersebut ditampilkan berbagai bentuk seni budaya, seperti
angklung, reog, batik dan back sound atau suara latar Rasa Sayange. Kemudian
sang bintang iklan mengatakan bahwa orang pintar tahu yang benar dan Tolak
Angin Trully Indonesia. Paparan iklan tersebut sungguh aktual, cerdik, dan benarbenar pintar. Pembuatan iklan tersebut murni sebagai aksi nasionalisme melawan
Malaysia atau hanya memanfaatkan momentum, tetapi masyarakat akan secara
tidak sadar untuk memberikan simpati kepada aksi tersebut.

3.2.2

Ambiguitas dari jargon iklan produk jamu Tolak Angin Sidomuncul pada Surya
Citra Televisi.

Iklan produk obat ini begitu dekat dengan masyarakat. Dari sabang sampai
merauke masyarakat Indonesia mengetahui iklan ini. Siapa yang tak kenal iklan ini?
Bahkan kata mujarab iklan ini yakni orang pintar minum tolak angin sudah tidak
asing lagi di telinga masyarakat kita. Bahasanya yang ambigu dapat memutar
balikkan pikiran orang-orang yang mendengarnya. Ada 2 makna yang dapat

ditimbulkan oleh kalimat ini. Dari hasil wawancara dengan dua narasumber yang
berbeda dari sudut pandang pola pikir yakni seorang yang berpendidikan tinggi
dengan individu yang tidak berpendidikan ketika ditanya dalam memaknai jargon
atau selogan dari iklan produk jamu Tolak Angin yang tayang di Surya Citra
Televisi, yaitu:
a)

Mahasiswa tersebut memaknai slogan iklan produk jamu Tolak Angin Sidomuncul
yaitu orang pintar minum tolak angin maksudnya semua orang bisa minum tolak
angin karena gampang mengonsumsinya. Rasa dan bentuk obatnya mungkin
berbeda dengan obat-obat lainnya yang biasanya berbentuk tablet dan rasanya
pahit.

b)

Sedangkan pandangan individu yang tidak berpendidikan memakna slogan


tersebut bahwa orang pintar minum tolak angin maksudnya orang yang minum
tolak angin adalah orang pintar atau dengan kata lain orang yang minum tolak
angin dapat menjadi pintar.
Kedua makna di atas adalah makna yang dapat ditimbulkan oleh ungkapan iklan
tersebut. Mungkin maksud yang dituju oleh iklan tersebut adalah makna yang ada
dalam poin 1, namun mungkin hal itu hanya disadari oleh para masyarakat yang
memiliki pendidikan tinggi. Namun pada kenyataanya masyarakat Indonesia belum
100% yang dapat mengecap bangku sekolah. Ada beberapa tingkatan pendidikan
yang ada di Indonesia ini yakni:

a.

Tidak pernah mengecap pendidikan

b.

Lulusan SD

c.

Lulusan SLTP

d.

Lulusan SMA

e.

Lulusan D3/S1

f.

Lulusan S2

g.

Lulusan S3
Namun kenyataannya lebih banyak masyarakat Indonesia yang tidak pernah
mengecap bangku sekolah, lulusan SD dan lulusan SLTP dibandingkan dengan
masyarakat yang lulusan SMA, D3/S1, S2 bahkan S3. Hal ini dapat diakibatkan oleh
beberapa faktor yakni :

1.

Keadaan ekonomi yang kurang memadai.

2.

Kurangnya kesadaran akan pentingnya pendidikan oleh masyarakat.

3.

Anggapan masyarakat yang menganggap bahwa pendidikan adalah suatu hal yang
membosankan.
Dari hal ini dapat kita ketahui tingkat berpikir masyarakat Indonesia lebih
banyak masyarakat yang tingkat berpikirnya rendah dibanding tingkat berpikir
tinggi. Masyarakat yang tingkat pemikiran dan pendidikan rendah mungkin akan
berpikir makna yang ditimbulkan oleh ujaran dalam iklan tolak angin tersebut
adalah makna yang ada dalam poin ke 2
Hal ini mungkin kelihatan sepele atau dipandang sebelah mata namun akan
menimbulkan dampak yang besar yakni rusaknya kaidah bahasa indonesia yang
baik dan benar, karena ambiguitas bahasa adalah salah satu kesalahan dalam
berbahasa. Bahasa iklan ini termasuk pada ambiguitas pada tingkat leksikal.
Banyak masyarakat yang percaya terhadap tayangan-tayangan yang ada di
televisi. Mereka menganggap semua hal yang ditayangkan dalam televisi adalah
benar. Sehingga mereka akan percaya dan meniru atau melaksanakan hal tersebut.
Mereka akan percaya bahwa orang yang minum tolak angin adalah orang pintar.
Padahal, bukan hanya tolak angin obat yang dapat menyembuhkan masuk angin
pada manusia. Masih banyak lagi obat yang dapat dikonsumsi untuk mengatasi
masuk angin. Namun inilah bahasa iklan, semua kata-kata ampuh digunakan demi
memikat masyarakat agar membeli dan menggunakan produk mereka tanpa
memikirkan efek yang dapat timbul akibat bahasa iklan mereka tersebut.
Masyarakat dituntut untuk jeli dalam memilih obat yang akan mereka konsumsi.
Karena tidak semua obat cocok untuk dikonsumsi.
Agar tidak terjadi kerusakan dalam citra bahasa Indonesia maka perlu diajarkan
kepada para masyarakat kita tentang apa itu bahasa yang ambigu dan bagaimana
itu bahasa iklan. Sekolah adalah salah satu wadah untuk mendidik dan megajarkan
mana yang baik dan mana yang benar. Perlu diajarkan kepada peserta didik apa itu
ambiguitas bahasa dan apa itu iklan serta bagaimana itu bahasa iklan. Hal ini dapat
dilakukan melalui pelajaran bahasa indonesia, karena semenjak Sekolah Dasar
hingga perguruan tinggi pasti mendapatkan mata pelajaran bahasa Indonesia.

3.2.3

Tujuan penggunaan jargon pada iklan produk jamu Tolak Angin Sidomuncul pada
Surya Citra Televisi
Tujuan penulisan di media masa adalah membantu pembaca memahami soal
yang ditulis; bukan memamerkan kepintaran penulis. Jargon adalah istilah khusus
yang diciptakan dan dipakai dalam bidang keilmuan, profesi, kegiatan atau
kelompok tertentu. Maka tujuan penulisan jargon pada iklan khususnya pada iklan
produk jamu Tolak Angin Sidomuncul yaitu:

1.

Bentuk komitmen

Pengusaha ingin usahanya maju harus memiliki pemikiran visioner dan komitmen
dalam mengembangkan usahanya. Ketika produk itu tidak memuaskan konsumen,
maknanya produsen mengingkari janji kepada konsumen.
2.

Bentuk agunan kualitas

Menajaga kualitas produk ialah tugas primer seorang produsen agar konsumen
percaya dengan kualitas produk yang ditawarkan.

3.

Menyusun taktik mengalahkan pesaing

Penggunaan jargon yang unik dan membekas dihati konsumen dapat menjadi salah
satu cara menarik produsen untuk membeli produk yang ditawarkan.

4.

Cepat diingat

Penggunaan jargon yang singkat dan bahasa yang mudah dimengerti akan cepat
diingat oleh konsumen.

3.2.4

Ambiguitas berdasarkan frase


Ambiguitas pada iklan tersebut yaitu orang pintar minum tolak angin.
Secara frase, terdapat dua penyusun frase dalam kalimat tersebut yaitu pada kata
orang pintar termasuk Frase Nomina(FN) + Frase Adjektif(FA) tergolong Frase
Nominal Subordinatif (FNS) sedangkan kata minum tolak angin termasuk Frase
Verba(FV) + Frase Nomina(FN) tergolong Frase Verbal Subordinatif (FVS).
Ambiguitasnya yaitu pada kata orang pintar dalam bahasa Indonesia dapat
menghasilkan dua makna yaitu orang yang pintar atau orang pintar(dukun).
Maka untuk menghindari ambiguitas ini, kita harus menambahkan unsur penjelas
seperti menyelipkan kata yang diantara orang pintar yaitu menjadi orang yang
pintar. Jadi, maknanya pun dengan jelas dapat diketahui.

3.2.5

Tanggapan masyarakat dalam pemakaian bahasa ambigu pada iklan khususnya


iklan produk jamu Tolak Angin Sidomuncul.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Iklan adalah hal memberitahukan atau memperkenalkan suatu barang atau
jasa kepada khalayak ramai sehingga masyarakat tertarik terhadap barang atau
jasa yang ditawarkan. Bahasa iklan dirancang sedemikian rupa untuk memikat
perhatian masyarakat terhadap barang atau jasa tersebut. Banyak kesalahankesalahan berbahasa yang dapat ditemukan dalam iklan-iklan. Pengiklan tidak akan
fokus terhadap tata bahasa yang baik dan benar, namun akan fokus terhadap katakata yang memikat walaupun sebenarnya itu adalah salah. Salah satu contohnya
adalah ambiguitas bahasa pada iklan obat tolak angin. Oleh karena itu masyarakat
dituntut untuk lebih jeli dalam memilih produk atau jasa yang ada dalam iklan-iklan.
Jangan sampai masyarakat tertipu oleh bahasa-bahasa iklan yang sangat
menggoda.

4.2 Saran
Sekolah adalah salah satu wadah untuk mendidik dan megajarkan mana yang
baik dan mana yang benar. Perlu diajarkan kepada peserta didik apa itu ambiguitas
bahasa dan apa itu iklan serta bagaimana itu bahasa iklan. Hal ini dapat dilakukan
melalui pelajaran bahasa indonesia, karena semenjak Sekolah Dasar hingga
perguruan tinggi pasti mendapatkan mata pelajaran bahasa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2008. MORFOLOGI BAHASA INDONESIA (Pendekatan Proses). Jakarta:


Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2009. Fonologi BAHASA INDONESIA. Jakarta: Rineka Cipta.
Ramlan, 2005. ILMU BAHASA INDONESIA SINTAKSIS. Yogyakarta: CV. Karyono.
Alwi, Hasan dkk. 2003. TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA. Jakarta: Balai
Pustaka.
Depdiknas, 2008. KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Anwari,
Yelni.
Kalimat
Ambigu
dalam
Semantik.http://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php?
journal=JFIB&page=article&op=view&path%5B%5D=1355

Satuan

Tinjauan

Anda mungkin juga menyukai