CITRA TELEVISI(SCTV)
Diposkan oleh rika agustina on Sabtu, 30 Mei 2015
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap orang tidak pernah luput dari komunikasi. Komunikasi merupakan suatu
cara bagi Manusia untuk berinteraksi dengan manusia lainnya. Salah satunya
dengan menggunakan media bahasa. Dengan menggunakan bahasa inilah manusia
dapat berkomunikasi. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terpenting di kawasan
republik kita, karena dengan adanya bahasa Indonesia, seluruh suku yang ada di
Indonesia dapat disatukan sehingga dapat berkomunikasi dengan baik. Meskipun
bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional dan sudah diresmikan secara nasional,
tetapi masih ada penggunaan bahasa Indonesia yang tidak sesuai dengan kaidah
yang berlaku, yaitu masih ada kesalahan-kesalahan dalam penggunaan bahasa,
baik itu dalam pengucapan maupun pada penulisan.
Salah satu jenis kesalahan dalam berbahasa dan komonikasi suatu tulisan atau
tuturan ialah karena adanya ambiguitas atau sering disebut ketaksaan. Salah
satunya terdapat pada iklan Tolak Angin karena begitu pentingnya bahasa
Indonesia di negara kita ini dan untuk memperbaiki paradigma terhadap bahasa
iklan tersebut maka penulis tertarik untuk menganalis bahasa iklan tersebut.
Apa maksud dari tuturan orang pintar minum tolak angin tersebut?
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.2.5
1.3.2
1.3.3
1.4.2
1.4.3
Manfaat penulisan karya ilmiah ini yaitu agar tidak terjadi kerusakan dalam citra
bahasa Indonesia maka perlu diajarkan kepada para masyarakat kita tentang apa
itu bahasa yang ambigu dan bagaimana itu bahasa iklan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Karya ilmiah ini berjudul Ambiguitas Bahasa pada Iklan Tolak Angin Di Surya
Citra Televisi(SCTV), dari hasil penelusuran yang dilakukan, ditemukan beberapa
buku yang membahas tentang teori Ambiguitas. Adapun buku-buku tersebut yaitu:
Pertama, buku karya Abdul Chaer yang berjudul,MORFOLOGI BAHASA INDONESIA
(Pendekatan Proses), (Jakarta: Rineka Cipta, 2008) buku ini memberikan suatu
tinjauan mengenai penjelasan mengenai pembentukan kata, semua satuan bentuk
sebelum menjadi kata.
Kedua,
buku
karya
Abdul
Chaer
yang
berjudul,Fonologi
BAHASA
INDONESIA, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2009) buku ini memberikan suatu tinjauan
mengenai bunyi-bunyi bahasa sebagai satuan yang terkecil dari ujaran beserta
dengan gabungan antar bunyi yang membentuk suku kata.
Ketiga, buku karya Prof. Drs. M Ramlan yang berjudul Ilmu Bahasa Idonesia
Sintaksis, ( Yogyakarta: C.V KARYONO, buku ini memberikan suatu tinjauan
mengenai penggunaan kalimat dan frase.
Keempat, buku Hasan Alwi, dkk. Berjudul TATA BAHASA BAKU BAHASA
INDONESIA, (Jakarta: Balai Pustaka, 1992) buku ini memberikan suatu tinjauan
mengenai rambu-rambu yang harus disadari dan sekaligus dipatuhi oleh para
pemakai bahasa indonesia agar perilaku berbahasa mereka tetap memperlihatkan
ciri dan kecermatan.
Kelima, Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Departemen Pendidikan Nasional,
(Jakarta: Gramedia, 2008). Pada kamus ini tertera penjelasan serta penentuan katakata baku.
Keenam, diambil dari jurnal karya Yelni Anwari yang berjudul Kalimat Ambigu
dalam Satuan Tinjauan Semantik, dengan link
http://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php?journal=JFIB&page=article&op=view&path
%5B%5D=1355
BAB III
PEMBAHASAN
3.1Teori Dasar
3.1.1
Ambiguitas
Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan
keinginan kepada orang lain. Ketika kita menyampaikannya kepada seseorang baik
secara lisan maupun secara tertulis, orang tersebut diharapkan dapat menangkap
apa yang kita maksud. Namun, ada kalanya dalam berkomunikasi terjadi
kesalahpahaman makna. Kesalahpahaman tersebut antara lain karena makna yang
ingin disampaikan oleh penulis/pembaca tidak dipahami secara sama oleh
pembaca/pendengar.
Makna dalam hal ini termasuk objek kajian semantik. Menurut Kridalaksana,
semantik adalah: (1) Bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna
ungkapan dan juga dengan struktur makna suatu wacana, (2) Sistem dan
penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya.
Sementara itu, Menurut Sutedi (2003:103), objek kajian semantik antara lain ialah
makna kata (go no imi), relasi makna antarsatu kata dengan kata lainnya (go no imi
kankei), makna frase dalam suatu idiom (ku no imi), dan makna kalimat (bun no
imi). Yang dimaksud dengan relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat
antara satuan bahasa yang satu dengan bahasa yang lainnya.Satuan bahasa di sini
diantaranya membicarakan ambiguitas. Ambiguitas adalah gejala dapat terjadinya
kegandaan makna akibat tafsiran gramatikal yang berbeda (Chaer,1994:297).
Ambiguitas (nomina) dari ambigu (adjektiva) ; 1 sifat atau hal yang berarti
dua: kemungkinan yang mempunyai dua pengertian; taksa; 2 ketidaktentuan;
ketidakjelasan; 3 kemungkinan adanya makna yang lebih dari satu atas suatu karya
sastra; 4 kemungkinan adanya makna lebih dari satu di sebuah kata, gabungan
kata, atau kalimat (Kamus Besar Bahasa Indonesia 1990: hlm.27).Ambiguitas
berasal dari bahasa Inggris yaitu ambiguity yang berarti suatu konstruksi yang
dapat ditafsirkan lebih dari satu arti. Ambiguitas sering juga disebut ketaksaan
(Alwi, 2002:36). Ketaksaan dapat diartikan atau ditafsirkan memiliki lebih dari satu
makna akan sebuah konstruksi sintaksis. Tidak dapat dipungkiri keambiguan yang
mengakibatkan terjadinya lebih dari satu makna ini dapat terjadi saat pembicaraan
lisan ataupun dalam keadaan tertulis.Saat pembicaraan lisan mungkin dapat
diantisipasi dengan pengucapan yang agak perlahan, sedangkan untuk yang tertulis
apabila kurang sedikit saja tanda baca maka kita akan menafsirkan suatu kalimat
atau kata menjadi berbeda dari makna yang diinginkan oleh penulis. Dari sudut
pandang linguistik murni. Ada tiga bentuk ambiguitas menurut (Ullmann, diadaptasi
Sumarsono, 2007:2002), yaitu :
1.
a)
Fonetik (bunyi)
Fonetik adalah cabang kajian linguistik yang meneliti bunyi-bunyi bahasa
tanpa melibatkan apakah bunyi-bunyi itu dapat membedakan makna kata atau
tidak. Berdasarkan dimana beradanya bunyi bahasa itu, sewaktu dikaji, dibedakan
ada tiga macam fonetik, yaitu fonetik artikulatoris, fonetik akustik, dan fonetik
auditoris. Sewaktu bunyi itu berada dalam proses produksi di dalam mulut penutur,
dia menjadi objek kajian fonetik artikulatoris. Sewaktu bunyi bahasa itu berada atau
sedang merambat di udara menuju telinga pendengar, dia menjadi objek kajian
fonetik akustik. Lalu, sewaktu bunyi bahasa itu sampai atau berada di telinga
pendengar, menjadi objek kajian fonetik audioris.
b)
2.
a)
orang yang suka tidur dan dapat juga berarti obat yang menyebabkan orang
tertidur.
b)
c)
d)
1.
2.
1.
2.
Cara membaca kalimat nomor 1 tersebut adalah setelah kata mainan diberi jeda.
Pada kalimat nomor 2 jeda pembacaan dilakukan setelah kata baru. Jadi, frasa yang
tidak ambigu pada kalimat nomor 1 adalah teman baru. Selanjutnya, pada kalimat
nomor 2 frasa yang tidak ambigu adalah mainan teman.
3.
4.
yang berbeda, sedangkan ambiguitas adalah sebuah bentuk dengan makna yang
berbeda sebagai akibat dari perbedaannya penafsiran struktur gramatikal bentuk
tersebut. Lagi pula ambiguitas hanya tejadi pada satuan frase dan kalimat
sedangkan homonimi dapat terjadi pada semua satuan gramatikal (morfem, kata,
frase, dan kalimat) seperti sudah dibicarakan di atas.
5.
Faktor Struktural
Faktor struktural adalah faktor yang menyebabkan keambiguitasan akibat dari
struktur kalimat itu sendiri.
Contoh:
Pembacaan, puisi baru dilaksanakan pada hari minggu. (Yang dibaca puisi baru )
Pembacaan puisi, baru dilaksanakan pada hari minggu. (Yang dibaca hari minggu
adalah puisi)
Contoh Contoh Kalimat Ambigu
3.2Analisis Data
3.2.1
Data dari percakapan yang berlangsung dalam iklan produk jamu Tolak Angin
Sidomuncul.
Agnes Monica
Ari Lasso
: Memang hebat
Agnes Monica
: Wahh,keren yah budaya Indonesia. Batik pekalongan,
batiknya halus dan indah. Buah-buahannya enak dan segar tetapi kenapa yah
dikasih nama Bangkok? Nanamnya disini, yang nanam petani kita. Harusnya kasih
nama aja pepaya Bogor, jambu Jakarta, belimbing Depok, iya kan. Nah, yang ini
pintar, ngasih nama durian Medan, apel Malang, salak Bali, iya kan. Dan kalau sakit
berobat di negri sendiri.
Ari Lasso
Agnes Monica
: Bangga dan gunakan produk negeri sendiri. Seperti Tolak
Angin obat asli Indonesia yang sudah dikembangkan dengan ilmu dan teknologi.
Ari dan Agnes : orang pintar yakin dan percaya ramuan bangsa sendiri. Orang
Pintar Minum Tolak Angin
Jargon atau slogan yang digunakan oleh produk Tolak angin Sidomuncul telah menjadi
cirri khas dari perusahaan Sidomuncul. Berbagai prosuk jamu lainnya menjadikan jargon Tolak
Angin sebagai perbandingan dalam produk yang mereka tawarkan. Penggunaan bahasa
ambiguitas yang digunakan produk Tolak Angin telah berhasil memikat konsumen dan membuat
pesaingnya lebih berkreasi untuk mematahkan atau mengalahkan penggunaan jargon tersebut.
Versi iklan Tolak Angin Sidomuncul juga dibintangi oleh Agnes Monika dan
Butet Kertaeadjasa. Ketika itu sedang hebohnya klaim budaya Indonesia oleh
Malaysia. Di iklan tersebut ditampilkan berbagai bentuk seni budaya, seperti
angklung, reog, batik dan back sound atau suara latar Rasa Sayange. Kemudian
sang bintang iklan mengatakan bahwa orang pintar tahu yang benar dan Tolak
Angin Trully Indonesia. Paparan iklan tersebut sungguh aktual, cerdik, dan benarbenar pintar. Pembuatan iklan tersebut murni sebagai aksi nasionalisme melawan
Malaysia atau hanya memanfaatkan momentum, tetapi masyarakat akan secara
tidak sadar untuk memberikan simpati kepada aksi tersebut.
3.2.2
Ambiguitas dari jargon iklan produk jamu Tolak Angin Sidomuncul pada Surya
Citra Televisi.
Iklan produk obat ini begitu dekat dengan masyarakat. Dari sabang sampai
merauke masyarakat Indonesia mengetahui iklan ini. Siapa yang tak kenal iklan ini?
Bahkan kata mujarab iklan ini yakni orang pintar minum tolak angin sudah tidak
asing lagi di telinga masyarakat kita. Bahasanya yang ambigu dapat memutar
balikkan pikiran orang-orang yang mendengarnya. Ada 2 makna yang dapat
ditimbulkan oleh kalimat ini. Dari hasil wawancara dengan dua narasumber yang
berbeda dari sudut pandang pola pikir yakni seorang yang berpendidikan tinggi
dengan individu yang tidak berpendidikan ketika ditanya dalam memaknai jargon
atau selogan dari iklan produk jamu Tolak Angin yang tayang di Surya Citra
Televisi, yaitu:
a)
Mahasiswa tersebut memaknai slogan iklan produk jamu Tolak Angin Sidomuncul
yaitu orang pintar minum tolak angin maksudnya semua orang bisa minum tolak
angin karena gampang mengonsumsinya. Rasa dan bentuk obatnya mungkin
berbeda dengan obat-obat lainnya yang biasanya berbentuk tablet dan rasanya
pahit.
b)
a.
b.
Lulusan SD
c.
Lulusan SLTP
d.
Lulusan SMA
e.
Lulusan D3/S1
f.
Lulusan S2
g.
Lulusan S3
Namun kenyataannya lebih banyak masyarakat Indonesia yang tidak pernah
mengecap bangku sekolah, lulusan SD dan lulusan SLTP dibandingkan dengan
masyarakat yang lulusan SMA, D3/S1, S2 bahkan S3. Hal ini dapat diakibatkan oleh
beberapa faktor yakni :
1.
2.
3.
Anggapan masyarakat yang menganggap bahwa pendidikan adalah suatu hal yang
membosankan.
Dari hal ini dapat kita ketahui tingkat berpikir masyarakat Indonesia lebih
banyak masyarakat yang tingkat berpikirnya rendah dibanding tingkat berpikir
tinggi. Masyarakat yang tingkat pemikiran dan pendidikan rendah mungkin akan
berpikir makna yang ditimbulkan oleh ujaran dalam iklan tolak angin tersebut
adalah makna yang ada dalam poin ke 2
Hal ini mungkin kelihatan sepele atau dipandang sebelah mata namun akan
menimbulkan dampak yang besar yakni rusaknya kaidah bahasa indonesia yang
baik dan benar, karena ambiguitas bahasa adalah salah satu kesalahan dalam
berbahasa. Bahasa iklan ini termasuk pada ambiguitas pada tingkat leksikal.
Banyak masyarakat yang percaya terhadap tayangan-tayangan yang ada di
televisi. Mereka menganggap semua hal yang ditayangkan dalam televisi adalah
benar. Sehingga mereka akan percaya dan meniru atau melaksanakan hal tersebut.
Mereka akan percaya bahwa orang yang minum tolak angin adalah orang pintar.
Padahal, bukan hanya tolak angin obat yang dapat menyembuhkan masuk angin
pada manusia. Masih banyak lagi obat yang dapat dikonsumsi untuk mengatasi
masuk angin. Namun inilah bahasa iklan, semua kata-kata ampuh digunakan demi
memikat masyarakat agar membeli dan menggunakan produk mereka tanpa
memikirkan efek yang dapat timbul akibat bahasa iklan mereka tersebut.
Masyarakat dituntut untuk jeli dalam memilih obat yang akan mereka konsumsi.
Karena tidak semua obat cocok untuk dikonsumsi.
Agar tidak terjadi kerusakan dalam citra bahasa Indonesia maka perlu diajarkan
kepada para masyarakat kita tentang apa itu bahasa yang ambigu dan bagaimana
itu bahasa iklan. Sekolah adalah salah satu wadah untuk mendidik dan megajarkan
mana yang baik dan mana yang benar. Perlu diajarkan kepada peserta didik apa itu
ambiguitas bahasa dan apa itu iklan serta bagaimana itu bahasa iklan. Hal ini dapat
dilakukan melalui pelajaran bahasa indonesia, karena semenjak Sekolah Dasar
hingga perguruan tinggi pasti mendapatkan mata pelajaran bahasa Indonesia.
3.2.3
Tujuan penggunaan jargon pada iklan produk jamu Tolak Angin Sidomuncul pada
Surya Citra Televisi
Tujuan penulisan di media masa adalah membantu pembaca memahami soal
yang ditulis; bukan memamerkan kepintaran penulis. Jargon adalah istilah khusus
yang diciptakan dan dipakai dalam bidang keilmuan, profesi, kegiatan atau
kelompok tertentu. Maka tujuan penulisan jargon pada iklan khususnya pada iklan
produk jamu Tolak Angin Sidomuncul yaitu:
1.
Bentuk komitmen
Pengusaha ingin usahanya maju harus memiliki pemikiran visioner dan komitmen
dalam mengembangkan usahanya. Ketika produk itu tidak memuaskan konsumen,
maknanya produsen mengingkari janji kepada konsumen.
2.
Menajaga kualitas produk ialah tugas primer seorang produsen agar konsumen
percaya dengan kualitas produk yang ditawarkan.
3.
Penggunaan jargon yang unik dan membekas dihati konsumen dapat menjadi salah
satu cara menarik produsen untuk membeli produk yang ditawarkan.
4.
Cepat diingat
Penggunaan jargon yang singkat dan bahasa yang mudah dimengerti akan cepat
diingat oleh konsumen.
3.2.4
3.2.5
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Iklan adalah hal memberitahukan atau memperkenalkan suatu barang atau
jasa kepada khalayak ramai sehingga masyarakat tertarik terhadap barang atau
jasa yang ditawarkan. Bahasa iklan dirancang sedemikian rupa untuk memikat
perhatian masyarakat terhadap barang atau jasa tersebut. Banyak kesalahankesalahan berbahasa yang dapat ditemukan dalam iklan-iklan. Pengiklan tidak akan
fokus terhadap tata bahasa yang baik dan benar, namun akan fokus terhadap katakata yang memikat walaupun sebenarnya itu adalah salah. Salah satu contohnya
adalah ambiguitas bahasa pada iklan obat tolak angin. Oleh karena itu masyarakat
dituntut untuk lebih jeli dalam memilih produk atau jasa yang ada dalam iklan-iklan.
Jangan sampai masyarakat tertipu oleh bahasa-bahasa iklan yang sangat
menggoda.
4.2 Saran
Sekolah adalah salah satu wadah untuk mendidik dan megajarkan mana yang
baik dan mana yang benar. Perlu diajarkan kepada peserta didik apa itu ambiguitas
bahasa dan apa itu iklan serta bagaimana itu bahasa iklan. Hal ini dapat dilakukan
melalui pelajaran bahasa indonesia, karena semenjak Sekolah Dasar hingga
perguruan tinggi pasti mendapatkan mata pelajaran bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Satuan
Tinjauan