Anda di halaman 1dari 10

REKONSTRUKSI PROTO KELOMPOK BAHASA GORONTALO

Hamzah A, Machmoed
Universitas Hasanuddin
ABSTRACT
The various languages of multi ethnic groups in the Province of Gorontalo, Central Sulawesi and
North Sulawesi have brought particular implication upon the vitality of local languages that are
genetically interrelated or commonly identified (or historically associable with) with Gorontalo
Language Group. The aim of this research is to identify genetic relationship of Buol language in
Central Sulawesi, Gorontalo and Suwawa in Gorontalo province, Kaidipang, Bintauna and Bolango in
North Sulawesi Province.
This research was based on historical linguistics and through accurate syncronic facts the basic ties
among the diverse speech varieties are revealed by a large core of shared vocabulary, morphology, and
syntax, reflecting retentions from earlier proto language.
Keywords: diacronic, genetic relationship, syncronic facts, shared innovation, retentions.
1.1 Latar belakang
Bahasa dalam pertumbuhannya dan perkembangannya mengalami perubahan dari waktu ke
waktu maupun dari tempat ke tempat. Pandangan ini memicu para pakar/linguis dan peminat
linguistik untuk mengambil kesimpulan tentang adanya hubungan kekerabatan dan hubungan
dialektal antara komunulek yang berdampingan.
Selanjutnya sejumlah pakar berpendapat bahwa perubahan-perubahan bahasa yang disinggung
di atas dapat dipahami melalui dua pengertian yaitu (i) sebagai perubahan idiolek dan (ii) sebagai
perubahan kebiasaan bahasa (language customs). Pada prinsipnya kelihatan bahwa setiap idiolek
memberi kontribusi sejumlah perbedaan pada kebiasaan bahasa sebagai suatu keseluruhan
(komonulek-komonulek). Atas dasar pendapat ini, para pakar dialektologi berkesimpulan bahwa
setiap kata mempunyai sejarahnya masing-masing. Disini peranan perubahan bumi (fonologis)
sangat menentukan. Persamaan perwujudan maupun persamaan atau kemiripan bumi dapat
ditelusuri melalui pola perubahan fonologisnya.
Munculnya persamaan, kemiripan fonologis kata yang terdapat dalam dua bahasa yang
bertetangga, tidaklah hanya akibat proses pinjam-meminjam saja tetapi karena adanya hubungan
kekerabatan. Perubahan fonologis yang cakupannya meliputi pertukaran dan pergeseran bunyi
serta perubahan struktur kata merupakan salah sebuah penyebab terpilahnya bahasa proto ke
dalam bahasa-bahasa dan dialek-dialek di wilayah nusantara.
1.2 Metode dan Teknik.
Sesuai judul dan tujuan yang tertera di atas, penelitian ini berlandaskan pada metode
kemiripan dan kesamaan bentuk fonologis dan makna kata. Setiap kosa kata yang berkonfigurasi
dan bermakna yang sama akan dibandingkan sebagai unsur kata yang berkorespondensi.
1.3 Sumber data
Daftar kosa kata bahasa Gorontalo diambil dari Kamus Gorontalo-Indonesia oleh Mansoer
Pateda (1977) dan Gorontalo-English Dictionary oleh John Little dan Hamzah Machmoed (belum
diterbitkan). Anggota kelompok bahasa Gorontalo seperti Bahasa Buol, Suwawa, Kaidipang,
Bintauna dan Bolango dikumpulkan dengan memakai Wurm Finderlist. Sumber data etimon
diambil dari Rekonstruksi Proto Bahasa Gorontalo-Mongondow oleh Hunggu Usup (1986).

1.4 Kerangka Teori


Para pakar dari kelompok Neogramarian atau Junggramatiker pada abad XIX memaparkan
hubungan yang teratur mengenai bunyi-bunyi bahasa dengan nama hukum bunyi. Para pakar
Junggramatiker selanjutnya memberi status yang kuat bagi hubungan bunyi dan mengatakan
bahwa hukum ini berlaku tanpa kecuali. Hal ini disebabkan oleh karena hukum itu berlaku secara
buta (lihat Keraf, 1991:42-43). Prediksi mereka memang lebih sering tepat daripada
ketidakberaturan yang dijadikan kekecualian.
Pada hakekatnya istilah korespondensi fonemis mengandung makna yang sama dengan
hukum bunyi. Segmen-segmen yang berkorespondensi bagi glos yang sama, baik dilihat dari segi
bentuk maupun makna, diperbandingkan satu dengan lainnya.
Perubahan bunyi yang menjadi latar belakang bentuk kata pada akhirnya menjadi hal yang
bersifat umum bahkan sering merusak, sporadis dan tidak teratur. Lebih parah lagi apabila
pembentukan bunyi tersebut disebabkan oleh faktor-faktor non-fonetis seperti spoonerisme,
onomatope dan sebagainya. Dalam hubungan ini Hock (1988:35) merumuskan bahwa perubahan
pelafalan yang tidak dipengaruhi oleh faktor non-fonetis adalah teratur dan berlaku tanpa kecuali
dalam suatu lingkup tertentu dan lingkup pemakaian tertentu dengan kemungkinan pembatasan
lingkungannya.
2.1 Kelompok Bahasa Gorontalo
Bahasa Gorontalo yang disingkat Gtl digunakan oleh masyarakat Gorontalo yang kurang
lebih berjumlah 1.200.000 penutur sesuai data statistik 2010. Penutur Bahasa Gorontalo sebagian
besar tersebar di seluruh wilayah provinsi Gorontalo.
Sesuai laporan hasil penelitian Wahiji (1977) dan Usup (1986) kelompok bahasa Gorontalo
terdiri atas enam bahasa yakni bahasa Buol di Sulawesi Tengah, bahasa Gorontalo, bahasa
Suwawa, bahasa Kaidipang, bahasa Bintauna dan bahasa Bolango. Tiga bahasa yang terakhir
berada di wilayah Sulawesi Utara.
Berikut ini terlihat label bukti pengelompokan yang didasarkan pada persentase kesamaan
kata seasal (bukti kuantitatif) dengan menggunakan Daftar Swadesh 200 kata.
TABEL 1

Buol
Gtlo
Suw
Kaid
Bint.
Bol.

Buol

Gtlo

Suw

Kaid

Bint.

Bol.

51

47

47

42

44

55

45

40

49

51

58

60

64

57

68
-

Berdasarkan hasil perhitungan ini, tampak bahwa persentase kata seasal yang paling besar
adalah 68% di antara bahasa Bolango (di kabupaten Bolaang Mongondow dan Gorontalo) dan
Bintauna di kabupaten Bolaang Mongondow. Kemudian menyusul bahasa Kaidipang dan
Bintauna sebesar 64%. Bahasa Kaidipang, Bintauna, dan Bolango dapat dipertalikan pada
persentase kata seasal sebesar 60,5% karena persentase rata-rata Kaidipang ialah 64% dan
bahasa Kaidipang Bolango ialah 57%. Dengan demikian tiga bahasa yang tersisa ialah bahasa
Gorontalo, Buol dan Suwawa. Persentase kata seasl bahasa Gorontalo Suwawa ialah 55%
merupakan urutan persentase teratas untuk kelompok ini. Urutan berikut ialah bahaas Buol
2

Gorontalo51% dan bahasa Buol Suwawa 47%. Ketiga bahasa ini dipertalikan pada persentase
kata seasal sebesar 49% oleh karena persentase rata-rata Buol Gorontalo 51% dan Buol
Suwawa 47%.
Berdasarkan penemuan di atas maka berikut ini dapat dilihat garis silsilah kekerabatan
kelompok Gorontalo.
TABEL 2
Persentase
kesamaan
kata seasal
30

Status
Bahasa

Pengelompokan Kelompok Gorontalo

35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100

Bahasa
yang
berbeda
36
%

49

5
5

60,
5

6
81
%

Buol

Gtlo

Sww

Kdp

Btn

Bol

2.2 Inventarisasi Fonem Kelompok Gorontalo


Sebagai bahan rujukan atas hasil rekonstruksi kelompok Gorontalo dibawah ini diuraikan fonem
segmental bahasa-bahasa anggota kelompok tersebut.
1. Bahasa Suwawa (SWW)
Penutur bahasa Suwawa bermukim di kecamatan Suwawa dan kecamatan Bonepantai sekitar
10 kilometer ke arah timur dari pusat kota Gorontalo.
Fonem Segmental: Konsonan: p, t, , k, q, b, d, ,1, g, m, n, , , s, h, l, r, w, y
Vokal: i, u, e, o, a
Sama dengan bahasa Gorontalo, suku kata pada akhir kata bahasa SWW adalah suku kata
terbuka atau diakhiri oleh vokal. Dengan demikian semua konsonan hanya terdapat pada posisi awal
dan tengah kata. Pola suku kat SWW ialah (K1) V (K2) V di mana K1 dan K2 mewakili konsonan,
gugus konsonan maupun semivokal. Gugus konsonan pre-naasl /mb/, /nd/, /n/, dan /g/ menempati
posisi awal dan tengah kata. Kata ole kutang dan oa nyonya adalah kata serapan sehingga
dengan demikian fonem // dan // adalah fonem serapan.
(a) Proses Morfofonemik
Morfem penanda kata kerja moK- mempunyai alomorf mom-, mon- , mo-, mog- .
Alomorf mom- muncul pada kata yang dimulai dengan bilabial (p- , b-); mon- berada di depan
konsonan alveolar (t-); mo- sebelum konsonan velar (k- , q-) dan mog- di depan konsonan semi
vokal (w- , y-).
3

Contoh: mok- + butaqo


belah momutaqo membelah moK + tuladu tulis
monuladu
menulis moK + qaqudu gali moaqudu menggali moK + yiladu jemur mogiladu
menjemur
2. Bahasa Bintauna (BINT)
(a) Fonem Segmental Konsonan: p, t, , k, q, b, d, , g, m, n, , , , s, h, l, r,w,y
Vokal: i, u, e, o, a
Bunyi vokal berada pada semua posisi. Karena BINT mempunyai struktur suku kata terbuka
maka konsonan hanya terdapat pada posisi awal dan tengah saja. Konsonan (bilabial frikatif)
adalah fonemis sebab berkontras dengan /w/ dalam kata walu delapan dan alu mungkin.
Konsonan pre-nasal hanya menempati posisi tengah saja.
Contoh: /nd/ dalam kata pandino tempayan /nt/ dalam kata onto putus, Gorontalo
bundo /ns/ dalam kata pensuroterbentur /k/ dalam kata lakapa
ani-ani,
Gorontalo
lagapa /g/ dalam kata naga nangka , Gorontalo lage
Pola suku kata BINT ialah (K) V (K1) V di mana K1 mewakili konsonan, Gugus konsonan dan
semi vokal. Sama dengan SWW, fonem // dan // adalah fonem serapan.
(a) Proses Morfofonemik
Proses morfofonemik terjadi pada awalan kata kerja aktif moK- yang beralomorf mom- ~ mon- ~
mo- .
Contoh: moK + Vokal wotutu, mokotutu kentut, moK- + tril /r/ rilato, ondilato menjilat.
moK + tril /r/ ronoko mondonoko mendengar, moK + gotal /q/ qukoro, moukuro mengukur,
qohuto, moohuto mencubit moK + palato alveolar tumpilo
monumpilo me mbakar
uano monuano mengisi taka mona membuat moK+ bilabial pukuso
momukuso
meremasuaso momuaso membuka posa momosa memikul
Dari data statistik 2010 diperoleh informasi bahwa penutur bahasa ini berkisar 9000
orang dan berdomosili di kabupaten Bolaang Mongondow.
3. Bahasa Kaidipang
Data statistik 2010 memperlihatkan jumlah penutur bahasa yang terdapat di perbatasan
kabupaten Gorontalo Utara dan Kbupaten Bolaang Mongondow ini sebanyak 29.000 orang. Mereka
pada umumnya bermukim di kecamatan Kaidipang, Bolaang Itang di kabupaten Bolaang Mongondow
dan di desa Imana dan Gentuma kecamatan Atinggola di kabupaten Gorontalo Utara.
(a) Fonem segmental Konsonan: p, t, , k, q, b, d, , g, m, n, ,, s, h, , l, r,w, y
Vokal: I, u, e, o,a
Suku kata bahasa KAID adalah suku kata terbuka sebab bunyi konsonan hanya berada pada
posisi awal dan tengah saja. Gugus konsonan pre-nasal juga muncul pada posisi awal dan tengah.
Contoh: /mb/ mbaka biarpun pombonu kura-kura Gorontalo pombolu, /nd/ ndoli-ndoli
berkeping-keping pandolo tertancap, /n/ laniko lompat Gorontalo landiqo nauno
robek, /g/ buguhoho bengkarung.
Bahasa KAID berpola suku kata (K) V (K) V di mana K adalah konsonan,
gugus konsonan atau semi vokal. Fonem //, diserap dari Bahasa Indonesia seperti dalam kata ooko
cocok, booru bocor.
(a) Morfofonemik
Proses perubahan morfofonemik terjadi pada proses pengimbuhan di mana awalan
moK- mempunyai alomorf-alomorf sebagai berikut ini: moK ~ mom ~ mon- ~ mo- ~mog-.
mom- berada sebelum bilabial /p-, b-, -/: pusu patah momusu mematahkan bunjato
putus momunjato memutuskan uu lubang momuu, melubangi. mon- berada sebelum
4

alveopalatal /t-, d-, s-, /: tako curi monako mencuri dodoko tarik monodoko menarik sugi
jolok monugi menjolok mo berada sebelum velar dan glotal /k-, g-, dan q/: kabibi nasi
moabibi menanak nasi gooto kurang moooto mengurangi qinumo minum moinumo
meminum qunumo obat mounomo mengobati mog berada di depan vokal: ibo teman
mogibo menemani unuru,dorong moguguru mendorong embelousirmogembelomengusir
ogo,angkut
mogogo mengangkut aparu bicara mogaparu berbicara okuto
angkatmogokuto mengangkat.
4. Bahasa Bolango (BOL)
Bahasa Bolango mempunyai dua dialek Bolango dan dialek Atinggola. Dialek
Bolango mempunyai dua penutur yang bemukim di kabupaten Bolaang Mongondow seperti di desa
Molibagu, Toluaya, dan desa Popodu di Kecamatan Bolaang Uki. Juga di desa Sauk dan Bumbung di
kecamatan Lolak dan di sebagaian desa Ayong di kecamatan Sang Tombilang. Dialek Atinggola
sendiri terdapat di Kecamatan Atinggola wilayah Kabupaten Gorontalo Utara dan juga di wilayah
kabupaten Bolaang Mongondow seperti di desa Kayuogu, Tontulow dan Buko di kecamatan
Kaidipang, kabupaten Bolaang
Mongondow. Persentase kognat dialek Bolango dan Atinggola ialah 90%.
(a) Fonem Segmental
Konsonan: p, t, , k, q, b, d, , g, m, n, , , s, h, l, r, w, y
Vokal: I, u, e, o, a
Fonem vokal menempati semua posisi dan fonem konsonan berada pada posisi awal
dan tengah saja. Gugus konsonan pra-nasal hanya muncul pada posisi tengah sperti tampak pada
contoh berikut ini: ninimpoto bintang kanjai tombak ikan yimbalu tegur lansigo lompat
tintino pukul likagu cepat pondama perasaan gogoyono berbisik
Pola suku kata bahasa BOL ialah (K) V (k1) V. Fonem // dan // hanya terdapat pada
kata-kata serapan misalnya dalam kata paaki penyakit, eti cat. Fonem retroflek lateral flap
bersuara /l/ terdapat pada kata-kata asli BOL misalnya [lima] lima, [qombile] mangga, [linkaso]
pipit, [solago] besar sedangkan [l] lateral alveolar bersuara hanya ditemukan pada katakata serapan seperti: [pulisi] polisi, [tahalili] tahlilan dan [kapali] kapal.
(a) Proses Morfofonemik
Perubahan bentuk morfem melalui proses morfofonemik terdapat pada prosespengimbuhan.
Awalan moK- pemarkah kata kerja aktif membentuk alomorf mom- ~ mon- ~ mon- ~ mogseperti tampak pada contoh berikut: moK
--------> mom- sebelum labial p-, b- baawao
bersih momaao membersihkan, padeqo bajak momadeqomembajak moK- ----> monsebelum alveopalatal t-, s- :
tadiqo tanduk monadiqo menanduk sayadu iris monayadu mengiris mo- sebelum
velar dan glotal k-, q- :
keedeno robek moeedeno merobek qentelo larang moentelo melarang qabuto
pintas moabuto memintas mog- sebelum vokal dan semivokal w-, vokal :
wotuto kentut mogotuto berkentut ilado jemur mogilado menjemur ulido
baringmogulido berbaring
5. Bahasa Buol (BWL)
Bahasa Buol digunakan di kecamatan Biau, Momonu, Bokat, Bunobogu, dan Paleleh di
kabupaten Buol Toli-Toli, propinsi Sulawesi Tengah. Menurut data Moseley (1994:122) penutur
bahasa ini berjumlah 75.000 jiwa. Garancang dkk (1986:1) melaporkan bahwa bahasa Buol tidak
berdialek. Pada peta yang terlampir terlihat bahwa anggota kelompok Gorontalo ini terisolasi oleh
pegunungan yang memisahkannya dari bahasa Gorontalo memanjang hampir 200 kilometer. Publikasi
mengenai bahasa ini hanyalah meliputi pemerintahan (Riedel 1872), outline bahasa (Adriani dan Kriut
1914), istilah hukum adat (van Andel 1929), asal usul negeri dan masyarakat (van Wouden 1941),
5

daftar kata (Jansen 1855, Barr dkk 1979), struktur bahasa (Garancang dkk 1986) dan daftar kata dan
kalimat (Stokhof ed. 1983)
(a) Fonem Segmental
Konsonan: p, t, , k, q, b, d, , g, m,n, , , , s, h, l, r, w, y
Vokal : i, u, e, o, a
Fonem vokal BWL menempati semua posisi dan demikian pula dengan konsonan. Pola sukukata
BWL ialah pola tertutup sehingga sangat berbeda dengan anggota kelompok Gorontalo yang lainnya.
Sama dengan Bahasa Kaidipang, Bintauna, bahasa Buol juga memiliki fonem frikatif bilabial ()
seperti dalam uta tanah, uok rambut, uku tulang.
Pola suku kata BWL adalah (K) V (K1) V (K2). Fonem /, dan / hanya diwakili oleh katakata serapan.
2.3 Hasil Pengelompokan
Dari hasil perhitungan 200 kata yang diambil dari daftar MORRIS SWADESH diperoleh bagan
kekerabatan kelompok bahasa Gorontalo seperti yang tertera berikut ini.
TABEL 3

BWL
GTL
SWW
KAID
BINT

BWL

GTL

SWW

KAID

BINT

BOL

51
-

47
55

47
45

42
40

44
49

51
-

58
64
-

60
57
68

BOL

Dengan demikian maka garis silsilah kekerabatan kelompok bahasa Gorontalo dapat digambarkan
dengan bagan seperti yang terlihat pada Tabel 4 di halaman sebelah

TABEL 4

Persentase
kesamaan
kata seasal

Garis silsilah kekerabatan kelompok bahasa Gorontalo

30

Status bahasa

kelompok
bahasa lain

35

36

40
45

%
keluarga
bahasa
sekerabat

48,4
49

50

5
5

55
60

60,
5

65

68

70
75
80

81
%

85
90

dialek

95
100
BWL

GTL

SWW

KAID

BINT

BOL

Bila digambarkan secara diagram pohon maka interpretasinya adalah seperti yang terlihat di bawah
ini.
KELOMPOK GORONTALO

BWL
3.1

SWW

GOR

KAID

Proses Rekonstruksi Kelompok Gorontalo


7

BINT

BOL

Rekonstruksi yang menurut Purwadarminta (1982: 812) adalah pengembalian sebagai semula
dapat diproses setelah fonem-fonem bahasa anggota kelompok Gorontalo dibandingkan. Pola yang
diterapkan dalam perekonstruksian ini berdasar pada Keraf (1991: 60).
3.2

Inventarisasi proto fonem kelompok Gorontalo

Leksem atau perangkat kata seasal bahasa-bahasa kelompok Gorontalo yang terdiri atas bahasa
Suwawa, Kaidipang, Bintauna, Bolango, Buol dan Gorontalo setelah direkonstruksi, menghasilkan
bentuk proto (*) sebagai berikut:
Konsonan : *p *t *k *q *b *d* *g *m*n * *s *l *L *w *y*Y *(w) *(y)
Pre-nasal : *mp *nt *k *mb *nd *g *ns
Vokal: *i *u *e *o *a
Sebagai contoh hasil rekonstruksi akar kata Austronesia SEP (Blust 1988:151) dalam bahasa
Gorontalo akan direfleksikan dengan po seperti contoh berikut.
SWW KAID BINT BOL BWL GTLO totopo sosopo sosopo sosopo totop(o) totopo isap
Dengan demikian bentuk proto Gorontalo (*) untuk akar yang berdasarkan teori akar Blust
berbunyi sep isap akan berbunyi *sopo-/ PG *-po oleh karena bunyi ini mengandung refleksi po/
-p pada anggota kelompok Gorontalo. Selanjutnya untuk Proto Gorontalo *dudupo pagi-pagi
terefleksi pada bentuk-bentuk berikut: SWW dudupo, KAID dudupo, BINT roropo, BOL dudupo,
BWL dudup(o) sedangkan PG *kokapo meraba di kegelapan (Bug. makaloloq) mempunyai
refleksi SWW qoqapo, KAID kokapo, BINT qoqapo, BOL qoqapo, BWL kokap(o) dan GTLO
qoqapo.
3.3 Korespondensi bunyi
Sebagai bahan perbandingan tingkat perwujudan korespondensi bunyi bentuk proto Gorontalo
(*PG) perlu pula dilihat perwujudannya dalam bentuk proto Austronesia.
REFLEKSI FONEM-FONEM PAN DALAM BAHASA GORONTALO
POSISI DALAM BAHASA GORONTALO

PROTO
AUSTRONESIA
(PAN)

AWAL

TENGAH

*a
*i
*u
*e
*p
*t
*c
*k
*b
*d, *D
*g
*m
*n
*
*q
*s

A
I
U
E
P
T
K
b/h
D
H
M
N
Q
T

a
i
u
e
p
t
k
b/h
d
h
m
n
q
t
8

AKHIR
a
i
u
e
-**)
-**)
-

*h
*R
*j(y)
*w
PAN
*mp
*nt
*k

H
h/l
Y
W

h
h/l
y
w
POSISI DALAM BAHASA GORONTALO

AWAL
TENGAH
mb
nd
g
**) hanya unsur serapan dan terbatas

AKHIR
-

3.4 Refleksi Etimon Rumpun Gorontalo


PAN *amaq ayah, PG *amaq, Gor, Bwl ti-amo, Tag qama, Bin i-yama, Bol si-ama, Kai ama
PAN *ha(n)ta insang PG *ansao, Bwl ata, Bin ansao, Bol wasao,
PAN *baRa geraham PG *bagao, Gor boheo, Bin akao
PAN *bukid bukit PG *bakidu, Gor huqidu, Bwl ukid, Bin uqiro, Sww buqido, Kai
ukiru
PAN *beNel tuli, PG *bunolo, Gor, Kai, Sww buolo, Bol buoo, Bwl
buoy, Bin oolo
PAN *(bB)entiis) betis, PG *busioti, Gor, Sww butioto, Bwl
butiot, Bin usioto, Bol bosioto, Kai usiot Ppil, PMP *besuR kenyang, PG *besugu, Gor
butuhu, Bug ma-buseg, Kai usugu, Bol bosugo, Bwl butug, Bin usuko, Sww butugo
Ppil *buri pulang kembali (ke belakang, PG *bui, Gor. huli belakang, moto-wuli pulang,
Sww bui, Bin ui,
PAN *binaj isteri, PG *bule, Gor hule (difosilkan > mo-hule menggauli isteri), Bin ule, Bwl
buaiy, Bol bue
PAN *laud laut, PPil *daRat, Gor deheto, Bol, Sww dagato, Bwl dogot
PAN *dataR, PPil *dataR datar, rata, PG *datagu, Gor datahu, Sww, Bol datago
PAN *Ratus ratus, PG *gasuto, Gor hetuto, Bwl gotut, Kaid, Bol gosuto, Sww gauto, Bin
kasuto
PPil *g-in-hawa suka, mau, PG *gina(w)a, Gor (qo)hila(wo), Bwl, Kai kogina,
Sww mo-ti-ginawa, PPil *Ru(w)es, PG *guoso, Gor huwoto, Kai, Bol guwoso, Sww guwoto,
PAN *Rakit rakit, PG*gakit, Gor heqita, Kai gokito, Sww, Bol gaqita, Bin kaito, Buol
gokit
PMP *kalawaR kunyit PG *kolawagu, Gor alawahu, Kai kolawagu, Sww
olawago, Bol oawago, Bin olawako, Bwl koyawag
PAN *minaa muara sungai, PG *minaa, Gor milao, Bin, Sww, Bol minaa,
PAN *pened, PM *ponod rapat, Gor polodu, Bol ponodo,
PAN *banu[v]a Ppil *butaq tanah Gor huta, Bwl, Bin uta, Sww, Bol buta,
Ppil *Rimuku(jd) PG *gimukudu, Bol, Sww gimuqudo, Gor himuqudu, Bin kimiquro, Bwl
ginugud, PAN *Rabii(h) PG *gubii malam, Kai, Sww gubi, Bol gobi, Bin koi, Bwl gui,
Gor hui
PAN *ka-wiRi kiri PG *koloigi, Gor oloihi, Bwl koyoigi, Bin oleiki, Bol
oaigi, Sww oloyigi,
PAN *ka-wanan kanan PG *koloana, Gor olowala, Sww olwana,
Bol oowana, Bin olana, Bwl koyoana.
Ppil *la(n)sik, PAN *lumpat PG *lansiko, Gor l-um-andiqo, Bwl y-um-andik, Bin l-umansiqo, Bol ansiqo, Sww l-um-antiqo, Kai lanjiko
PAN *layuG, PPil *layuR menjulang, Gor layuhu, Sww layugo, Bol ayugo, Bwl yayug,
PAN *binta, PMP *peri(Oqh)ama, PG poliamaq, Gor poliyama, Bol poiama
4.O Kesimpulan
9

Pada rekaman bentuk-bentuk kata yang diwariskan oleh etimon Proto Gorontalo dalam bahasabahasa di kelompoknya telah terjadi perubahan bersifat sporadis dan pada umumnya tidaklah
mengacu kepada suatu rampatan yang bersistem. Berpatokan pada hasil rekaman refleksi di atas,
maka dapatlah ditarik simpulan sebagai berikut.
1. Etimon-etimon Proto Gorontalo (PG) yang direfleksikan oleh bentuk-bentuk kata anggota
kelompoknya ternyata tidak mengalami perubahan yang mencolok. Dengan demikian hubungan
kekerabatan anggota kelompok tersebut sangat erat.
2. Perubahan-perubahan bunyi yang terjadi pada umumnya masih berkaitan dengan wilayah
artikulasi. 3. PAN *R > PG *g > Gor /h/ dan pada umumnya tetap /g/ pada anggota kelompok
Gorontalo.
RUJUKAN
Adelaar, K.A. 1993. The internal classification of the Malayic subgroup. Bulletin of the School of
Oriental and African Studies 6: 566- 581.
Adelaar, K.A. 1994. Bahasa Malayik Purba rekonstruksi fonologi dan sebagian dari leksikon dan
morfologi. Terjemahan. Jakarta: Djambatan.
Campbell, L. 2001. Historical linguistics: an introduction. Cambridge: The MIT Press.
Crowley, T. 1992. An introduction to historical linguistics. Auckland: Oxford University.
Dahl, Otto Christian. 1981. Early Phonetics and Phonemic Changes in Austronesian. Institutet for
Sammenlignende Kulturforskning. Universitets for laget. Oslo-Bergen-Trom.
Garancang, A. dan kawan-kawan. 1986. Struktur Bahasa Buol. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Fox, A. 1995. Linguistics reconstruction: an introduction to theory and method. New York: Oxford
University Press.
Machmoed, Hamzah. 1973. Gorontalo Phonology and Morphophonemics. Tesis M.A., Cornell
University, Ithaca, New York.
Pateda, Mansoer. 1977. Kamus Suwawa-Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa. .
Rahim Aman. 2006a. Linguistik sejarah. Dalam Zulkifley Hamid, Ramli Md. Salleh dan Rahim
Aman (pnyt). Linguistik Melayu: 142-159. Bangi: Universiti Kebangsaan Malaysia.
Usup, Hunggu T. 1986. Rekonstruksi Proto Bahasa Gorontalo-Mongondow. Disertasi Doktor
Universitas Indonesia.
Wahiji, Habu. 1977. Pemetaan Dialek Atinggola. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa.

10

Anda mungkin juga menyukai