Anda di halaman 1dari 18

TEORI DALAM PENELITIAN BAHASA DAN KEBAHASAAN ARAB

SERTA PENGEMBANGAN FUNGSI PENELITIAN DALAM SEBUAH


PENELITIAN

(Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian
Pendidikan Bahasa Arab Interdisipliner)
Dosen Pengampu: Dr. Moh. Mukhlas, M.Pd.

Oleh:
Imron Rosidi
(504200002)

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA ARAB


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Alhamdulillāhi rabbil ‘ālamīn, puji syukur atas limpahan rahmat dan
kemudahan yang Allah berikan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Kemudian shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan
kepada baginda Agung Rasulullah Muhammad saw., yang telah membawa
cahaya, yakni agama Islam, sehingga manusia terbebas dari zaman jahiliyah dan
kita berharap semoga menjadi umat beliau yang mendapat syafaatnya.
Selanjutnya, makalah yang berjudul “Teori Penelitian Bahasa dan
Kebahasaan Arab Serta Pengembangan Fungsi Penelitian Dalam Sebuah
Penelitian” kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian
Pendidikan Bahasa Arab Interdisipliner pada Program Studi Magister Pendidikan
Bahasa Arab IAIN Ponorogo yang diampu oleh Dr. Moh. Mukhlas, M.Pd.
Kami berharap dengan disusunya makalah ini mampu memberikan
kemanfaatan dan pemahaman kepada para pembaca sebagai dasar pemahaman
teori penelitian bahasa Arab.
Kami sampaikan terimakasih kepada semua yang telah membantu
penyusunan makalah ini. Semoga diberikah oleh Allah swt. kemudahan dan
keridhaan-Nya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Madiun, 29 September 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar belakang ......................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN ................................................................................................ 3
A. Konsep tentang teori ............................................................................................... 3
B. Teori dalam penelitian bahasa................................................................................. 8
C. Pengembangan fungsi penelitian dalam sebuah penelitian ................................... 10
BAB III : PENUTUP ...................................................................................................... 14
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Penelitian pada hakekatnya adalah suatu kegiatan ilmiah untuk
memperoleh pengetahuan yang benar tentang suatu masalah. Pengetahuan
yang diperoleh dari penelitian terdiri dari fakta, konsep, generalisasi, dan teori
yang memungkinkan manusia dapat memahami fenomena an memecahkan
masalah yang dihadapinya. Masalah penelitian dapat timbul karena adanya
kesulitan yang mengganggu kehidupan manusia atau semata-mata karena
dorongan ingin tahu sebagai sifat naluri manusia.
Sudah dipahami bersama bahwa penelitian merupakan proses mencari
pemecahan masalah melalui prosedur ilmiah. Tahap-tahap yang harus dilalui
menurut prosedur ilmiah bukan hanya dapat dilakukan di laboratorium saja,
tetapi juga mencari kajian pustakanya atau teorinya. Kegiatan penelitian selalu
bertitik tolak dari pengetahuan dari pengetahuan yang sudah ada. Pada semua
ilmu pengetahuan, ilmuwan selalu memulai penelitiannya dengan cara
menggali apa-apa yang sudah ada.1
Dalam sub bab kajian teori memuat esinsi-esensi hasil penelitian
literatur yaitu teori-teori. Uraian teori yang disusun bisa dengan kata-kata
penulis secara bebas dengan tidak mengurangi makna teori tersebut atau
dalam bentuk kutipan dari tulisan orang lain. Teori-teori itu harus relevan
dengan permasalahan penelitian yang akan dilakukan. Sedangkan landasan
teoritis ini perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh,
bukan sekedar perbuatan coba-coba. Adanya landasan teoritis ini merupakan
ciri bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data.
Toeri merukan piasu analisis/ paradigm yang digunakan untuk
mengupas masalah yang terjadi dimeja penelitian, jadi teori ibaratnya pisau

1
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, ( Jakarta: PT Rineka Cipta,1995), hal. 75
1
untuk membelah sebuah roti, jika dapat menggunakan pisau yang tepat, dan
menggunakannya secara tepat pula, maka hasilnya akan memuaskan.
Dalam sebuah penelitian, teori juga menjadi jembatan bagi peneliti
untuk mendapatkan landasan konstruksi teoritis sebagai pedoman atau
pegangan, tolak ukur dan sumber hipotesis.
Teori mempunyai peranan penting dalam penyusunan karya ilmiah.
Karena memberikan banyak definisi teori yang akan dilakukan dalam
penelitian, memperjelas ruang lingkup penelitian, dan menghindari duplikasi
penelitian. Di samping itu, teori juga mempersempit pembahasan masalah
dalam penelitian dan mengidentifikasikan arah penelitian.
Dalam penelitian juga, teori akan mengalami uji yang bisa mengalami
perubahan atau perkembangan sebagai hasil akhir dari penelitian itu sendiri.
Dalam makalah ini, akan dibahas tentang teori dalam penelitian bahasa
dan kebahasaan Arab serta pengembangan fungsi penelitian dalam sebuah
penelitian.

B. Rumusan masalah
Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apa konsep teori dalam penelitian bahasa dan kebahasaan Arab itu?
2. Bagaimana pengembangan fungsi penelitian dalam penelitian?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Mengetahui konsep teori dalam penelitian bahasa dan kebahasaan Arab
2. Mengetahui pengembangan fungsi penelitian dalam penelitian.

2
BAB II
PEMBAHASAN

Pada makalah ini, akan disajikan beberapa teori penelitian bahasa berupa
paradigma, metode dan objek kajian linguistik. Sedangkan pada bagian berikutnya
membahas tentang pengembangan fungsi penelitian dalam sebuah penelitian.
A. Konsep tentang teori
Sebelum mendefinisikan teori, ada dua istilah yang perlu dijelaskan
yaitu konsep dan proposisi. Konsep menunjuk pada istilah dan definisi yang
digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok
atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Proposisi merupakan
hubungan yang logis antara dua konsep.2
Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat
konsep, definisi, dan proposisi yang di susun secara sistematis.3
Secara umum, teori adalah sebuah sistem konsep abstrak yang
mengindikasikan adanya hubungan diantara konsep-konsep tersebut yang
membantu kita memahami sebuah fenomena. Teori merupakan salah satu
konsep dasar penelitian sosial. Secara khusus, teori adalah seperangkat
konsep/konstruk, defenisi dan proposisi yang berusaha menjelaskan hubungan
sistimatis suatu fenomena, dengan cara memerinci hubungan sebab-akibat
yang terjadi.4
Sehingga bisa dikatakan bahwa suatu teori adalah suatu kerangka kerja
konseptual untuk mengatur pengetahuan dan menyediakan suatu cetak biru
untuk melakukan beberapa tindakan selanjutnya.

2
Nanang Martono, Metode penelitian Kuantitatif. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
2011), 40-41.
3
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta. Cet
Ke-14, 2011), hal. 54.
Apabila seseorang diberi stimulus, maka ia akan memberikan reaksi dengan cara tertentu.
Stimulus dan reaksi adalah dua konsep yang dihubungkan menjadi satu proposisi. Misalnya
konsep hukuman yang dihubungkan dengan konsep perilaku akan menjadi : ”Jika anak diberi
hukuman, maka perilakunya berubah ke arah yang positif.” Pernyataan ini disebut proposisi. Lihat,
W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta, Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002), hal, 5
4
Sardar Ziauddin, Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Bandung; Mizan. 1996), hal. 43
3
Mark membedakan adanya tiga macam teori. Ketiga teori yang
dimaksud ini berhubungan dengan data empiris. Dengan demikian dapat
dibedakan antara lain:5
1. Teori yang deduktif: memberi keterangan yang di mulai dari suatu
perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data akan diterangkan.
2. Teori yang induktif: cara menerangkan adalah dari data ke arah teori.
Dalam bentuk ekstrim titik pandang yang positivistik ini dijumpai pada
kaum behaviorist.
3. Teori yang fungsional: di sini nampak suatu interaksi pengaruh antara data
dan perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan
pembentukan teori kembali mempengaruhi data.
Kegunaan atau fungsi teori dalam penelitian secara umum mempunyai
tiga fungsi yaitu:
1. Untuk menjelaskan (explanation) yang digunakan memperjelas dan
mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variable yang akan diteliti.
2. Untuk meramalkan (prediction) yang digunakan memprediksi, memandu
serta menemukan fakta untuk merumuskan hipotesis dan menyusun
instrument penelitian, karena pada dasarnya hipotesis itu merupakan
pernyataan yang bersifat prediktif.
3. Untuk pengendalian (control) yang digunakan mencandra dan membahas
hasil penelitian, sehingga selanjutnya untuk memberikan saran dalam
pemecahan masalah.6
Menurut Nanang Martono, teori dalam penelitian mempunyai
kegunaan atau fungsi sebagai berikut:7
1. Memberikan pola dalam proses interpretasi data
Teori menyediakan berbagai argumentasi yang dapat digunakan untuk
menganalisis atau memberikan penafsiran atas hasil penelitian yang telah

5
Sugiyono, Op.Cit., hal 53.
6
W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta, Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002), hal.
6-7
7
Nanang Marono, Op.Cit., hal. 43.
4
diolah. Argumentasi akan lebih kuat apabila di dukung dengan teori yang
ada.
2. Menghubungkan satu studi dengan studi lainnya
Teori membantu peneliti menemukan suatu kerangka konseptual untuk
menjelaskan hubungan antara hasil penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan.
3. Menyajikan kerangka
Teori memberikan penjelasan mengenai definisi atau makna sebuah
konsep atau variabel. Definisi konsep bermanfaat untuk membatasi studi
yang dilakukan serta memberikan informasi bagi orang lain yang tertarik
dengan hasil penelitian kita, sehingga ia dapat melakukan studi lanjutan.
4. Memungkinkan peneliti menginterpretasikan data yang lebih besar dari
temuan yang diperoleh dari suatu penelitian.
Menurut Snelbecker ada tiga kegunaan teori dalam
penelitian. Pertama, sebagai alat sistematisasi temuan-temuan
penelitian. Kedua, sebagai pendorong untuk menyusun hipotesis. Dan dengan
hipotesis membimbing peneliti mencari jawaban-jawaban serta membuat
ramalan-ramalan atas dasar penemuan. Ketiga, sebagai penyaji penjelasan
dalam menjawab pertanyaan.8
Jika dijabarkan ada beberapa kegunaan teori dalam penelitian yaitu:9
1. Sebagai penyusun generalisasi atas fakta-fakta
2. Menjadi kerangka orientasi untuk pengumpulan, pengolahan, dan analisa
data
3. Pembuat prediksi terhadap fenomena baru yang akan terjadi
4. Pengawas lowongan dalam pengetahuan dengan cara deduksi
5. Sebagai rujukan dalam pelaksanaan kegiatan penelitian
6. Sebagai kerangka penalaran logis.
Sebelum melakukan pilihan pendekatan (approach), metode (method),
teknik (technique) atau pun cara dan piranti (ways and instruments), peneliti
8
Sardar Ziauddin, Op.Cit., hal. 86.
9
Dr. Sandu Siyoto, SKM., M.Kes M. Ali Sodik, M.A, Dasar Metodologi Penelitian,
(Yogyakarta, Literasi Media Publishing, 2015), hal. 47.
5
menetapkan cara pandang yang digunakan terhadap bahan dan tujuan
kajiannya. Cara pandang mendasar ini disebut paradigma kajian (paradigm of
inquiry). Jadi, paradigma adalah pandangan mendasar mengenai pokok
persoalan, tujuan, dan sifat dasar bahan kajian. Dalam suatu paradigma
terkandung sejumlah pendekatan. Dalam suatu pendekatan terkandung
sejumlah metode. Dalam suatu metode terkandung sejumlah teknik.
Sedangkan dalam suatu teknik terkandung sejumlah cara dan piranti. Selaras
dengan tinjauan aksiologik, dalam khasanah metodologi penelitian atau kajian
dikenal, paling tidak, tiga paradigma kajian utama, yaitu: paradigma
positivistik (positivistic paradigm), paradigma interpretif (interpretive
pardigm), dan paradigma refleksif (reflexive paradigm). Lazimnya, paradigma
positivistik disepadankan dengan pendekatan kuantitatif (quantitative
approach), paradigma interpretif disepadankan dengan pendekatan kualitatif
(qualitative approach), sedangkan paradigma refleksif disepadankan dengan
pendekatan kritik (critical approach). Berikut disajikan langkah kerja masing-
masing paradigma tersebut :10
Paradigma Positivistik Paradigma Interpretif Paradigma Refleksif
Dalam kegiatan Dalam kegiatan penelitian, Dalam kegiatan penelitian,
kajian, paradigma paradigma interpretif paradigma refleksif terjabar ke
positivistik terjabar ke dijabarkan ke dalam langkah- dalam langkah-langkah:
dalam langkah-langkah: langkah: a. Penentuan topik kajian,
a. Perumusan a. Penentuan rumpun kajian yang mencakup kegiatan
masalah (research (focus of study), yaitu memilih dan merumuskan
problem), yang memilih masalah yang masalah yang bernilai bagi
meliputi kegiatan memenuhi syarat pembangkitan kesadaran
memilih masalah kelayakan dan manusia;
yang memenuhi kebermaknaan; b. Penetapan pendirian filsafat
syarat kelayakan b. Pengembangan kepekaan dan atau ideologik, yang
dan kebermaknaan; teoretik dengan menelaah meliputi kegiatan
b. Penyusunan bahan pustaka yang penelaahan pemikiran-
kerangka berpikir relevan dan hasil kajian pemikiran yang relevan, dan
dalam pengajuan sebelumnya: perumusan secara eksplisit
hipotesis, yang c. Penentuan kasus atau pokok-pokok pikiran yang
mencakup kegiatan bahan kajian, yang digunakan sebagai landasan
penelaahan teori meliputi kegiatan memilih pengajuan kritik;
dan hasil kajian dari mana dan dari siapa c. Pemilihan kasus atau bahan
sebelumnya; data diperoleh; kajian, dengan menentukan
c. Perumusan d. Pengembangan protokol dari mana dan dari siapa

10
Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si , Lingkup dan Paradigma Penelitian Bahasa,
Makalah Disampaikan pada Semiloka Nasional Pengajaran & Penelitian Bahasa-Sastra Fakultas
Humaniora dan Budaya Universitas Islam Negeri (UIN) Malang pada 23 Februari 2005, hal. 8-15
6
Paradigma Positivistik Paradigma Interpretif Paradigma Refleksif
hipotesis, sebagai pemerolehan dan data diperoleh;
jawaban sementara pengolahan data, yang d. Pengembangan strategi
terhadap mencakup kegiatan pemerolehan dan
permasalahan; menetapkan piranti, pengolahan data, yang
d. Pemilihan atau langkah dan teknik terdiri atas kegiatan
pengembangan pemerolehan dan menetapkan piranti data,
rancangan kajian; pengolahan data yang langkah dan teknik yang
e. Pengembangan digunakan; digunakan;
piranti atau alat e. Pelaksanaan kegiatan e. Pelaksanaan kegiatan
pengumpulan data; pemerolehan data, yang pemerolehan data, yang
f. Pengumpulan atau terdiri atas kegiatan mencakup kegiatan
pemerolehan data; mengumpulkan data mengumpulkan data atau
g. Pengolahan data lapangan atau melakukan melakukan pembacaan
untuk menguji pembacaan naskah yang naskah yang dikaji;
hipotesis; dikaji; f. Pengolahan data perolehan,
f. Pengolahan data yang melipuiti kegiatan
h. Penafsiran hasil
perolehan, yang meliputi penyandian (coding),
kajian; dan
kegiatan penyandian pengkategorian
i. Penarikan (coding), pengkategorian (categorizing),
kesimpulan (categorizing), pembandingan
berdasarkan hasil pembandingan (contrasting), dan
pengolahan data; (comparing), dan pembahasan (discussing);
j. Penyatu-paduan pembahasan (discussing); g. Perumusan simpulan kajian,
hasil kajian ke g. Negosiasi hasil kajian yang dilakukan berdasarkan
dalam bangunan dengan subjek kajian; dan perenungan (reflextive
pengetahuan h. Perumusan simpulan thinking); dan
sebelumnya, serta kajian, yang meliputi h. Pengajuan rekomendasi baik
saran bagi kajian kegiatan penafsiran dan untuk arah kajian lanjutan
berikutnya. penyatu-paduan maupun agenda
(interpreting and pemberdayaan
integrating) temuan ke (empowerment agenda) ke
dalam bangunan depan.
pengetahuan sebelumnya,
serta saran bagi kajian
berikutnya.
Masing-masing paradigma tersebut berbeda sangat tajam dalam
memandang persoalan yang diangkat menjadi masalah penelitian, mulai dari
tujuan penelitian, desain penelitian, proses penelitian, bentuk pertanyaan
penelitian, metode perolehan data, mengukur keabsahan data, analisis data
hingga makna dan kegunaan teori.
Dalam metode penelitian kuantitatif, teori berguna sebagai dasar
penelitian untuk diuji. Oleh karena itu, sebelum mulai kegiatan pengumpulan
data, peneliti menjelaskan teori secara komprehensif. Uraian mengenai teori
ini dipaparkan dengan jelas dan rinci pada desain penelitian. Teori menjadi
kerangka kerja (framework) untuk keseluruhan proses penelitian, mulai bentuk
dan rumusan pertanyaan atau hipotesis hingga prosedur pengumpulan data.

7
Peneliti menguji atau memverifikasi teori dengan cara menjawab hipotesis
atau pertanyaan penelitian yang diperoleh dari teori. Hipotesis atau pertanyaan
penelitian tersebut mengandung variabel untuk ditentukan jawabannya.
Karena itu, metode penelitian kuantitatif berangkat dari teori.
Berdasar proses penelitian, dalam penelitian kuantitatif, teori memiliki
kegunaan untuk memperjelas persoalan, menyusun hipotesis, menyusun
instrumen dan pembahasan hasil analisis data. Penelitian dengan paradigma
kuantitatif sebetulnya ialah mencari data untuk dibandingkan dengan teori.
Sebaliknya, metode penelitian kualitatif berangkat dari lapangan
dengan melihat fenomena atau gejala yang terjadi untuk selanjutnya
menghasilkan atau mengembangkan teori. Jika dalam metode penelitian
kuantitatif teori berwujud dalam bentuk hipotesis atau definisi sebagaimana
dipaparkan sebelumnya, maka dalam metode penelitian kualitatif teori
berbentuk pola (pattern) atau generalisasi naturalistik (naturalistic
generalization). Karena itu, pola dari suatu fenomena bisa dianggap sebagai
sebuah teori. sehingga dalam metode penelitian kualitatif, teori dipakai
sebagai bahan pisau analisis untuk memahami persoalan yang diteliti.
Berdasarkan proses penelitian, kegunaan teori dalam penelitian
kualitatif ialah untuk memperkuat peneliti sebagai human instrument,
sehingga peneliti memiliki skill untuk menggali data penelitian secara
lengkap, mendalam serta mampu melakukan konstruksi temuannya ke dalam
tema dan hipotesis. Karena itu, dalam penelitian kualitatif, peneliti mencari
teori untuk menjelaskan data penelitian yang diperoleh.

B. Teori dalam penelitian bahasa


Setelah kita mengenal konsep dasar tentang teori dalam penelitian, maka
selanjutnya kita akan mengenal teori dalam penelitian bahasa.
Dalam kajian linguistik modern, linguistik dibagi kepada berbagai sub
disiplin dengan aspek tinjau yang beragam.11 Melihat begitu luasnya cakupan

11
Keberagaman pandangan para pakar terhadap linguistic menunjukkan bahwa bahasa
senantiasa mengalami perkembangan seiring perkembangan zaman sesuai penelitian yang
8
kajian linguistik, para ahli membagi bidang kajian linguistik ke dalam dua
bagian, yaitu:
1. Bidang mikrolinguistik. Mikrolinguistik adalah bidang linguistik yang
mengkaji bahasa untuk kepentingan pengembangan ilmu bahasa itu sendiri
tanpa mengaitkannya dengan ilmu-ilmu lain. Bidang mikrolinguistik ini
meliputi:
a. Linguistik deskriptif (sinkronik) (terdiri dari fonetik, fonemik,
morfologi, sintaksis, semantik, dan leksikologi)
b. Teori-teori linguistik (terdiri dari teori tradisional, teori struktural dan
turunannya, serta teori transformasional dan turunannya)
c. Linguistik historis komparatif (diakronik)
d. Linguistik kontrastif.
e. Bidang makrolinguistik. Makrolinguistik adalah bidang linguistik yang
mengkaji bahasa hubungannya dengan interdisipliner dan bidang terapan.
Bidang makrolinguistik ini meliputi:
a. Linguistik interdisipliner (antara lain sosiolinguistik, psikolinguistik,
etnolinguistik, antropolinguistik, komputer linguistik, filologi, stilistika
etimologi, serta dialektologi)
b. Linguistik terapan (antara lain perencanaan bahasa, pengajaran bahasa
(analisis konstrastif dan analisis kesalahan, metodologi pengajaran
bahasa, tes bahasa, literasi), penerjemahan, dan leksikografi, Fonetik
terapan, Sosiolinguistik terapan, Pembinaan bahasa internasional,
Pembinaan bahasa khusus, Linguistik medis).12
Dalam ilmu bahasa (linguistik), sejak kemunculannya pada abad ke-19,
dikenal paling tidak empat metode, yaitu metode komparatif, metode
deskriptif, metode historis dan metode kontrastif.13 Adapun penjelasannya
sebagai berikut :

dikembangkan dari berbagai aspek keilmuan. Klasifikasi pakar A, misalnya, pada saat sekarang,
bisa jadi akan mengalami perubahan/perkembangan di masa yang akan dating. Dari sinilah, betapa
pentingnya pengembangan fungsi penelitian dalam sebuah penelitian.
12
Soeparno, Dasar-dasar Linguistik Umum, (Yogyakarta: Tiara Wacana. 2002). Dalam
klasifikasi ini, ditambahkan beberapa cabang linguistic dari sumber lainnya.
13
Mahmûd Fahmi Hijâzi, Madkhal ila `ilm al-Lughah, (Kairo: Dâr Qubâ`, 1998), h. 19.
9
Metode Komparatif Metode Deskriptif ( Metode Historis (al- Metode Kontrastif
( al-Manhaj al- al-manhaj al-washfy manhaj- al- (al-manhaj al-
Muqāran ) ) Tārīkhiy) taqābuliy)
Adalah cara adalah cara adalah kajian tentang adalah perbandingan
membandingkan data pengkajian bahasa perkembangan antara dua bahasa
satu dengan data secara ilmiah dengan sebuah bahasa dalam atau dua dialek atau
lainnya. mendeskriptifkan kurun waktu antara sebuah bahasa
Perbandingan yang sebuah bahasa atau (sepanjang zaman) dengan sebuah
dilakukan akan sebuah dialek yang atau perubahan yang dialek. Hasil yang
menghasilkan ada pada masa dan terjadi pada sebuah dicapai dari metode
kesamaan-kesamaan tempat tertentu. bahasa sepanjang ini dalam pengkajian
atau perbedaan- Objek pengkajian zaman. bahasa adalah
perbedaan. Oleh itu, dengan metode perbedaan-
penelitian dengan deskriptif hanya perbedaan.
metode ini dengan sebuah
didasarkan pada bahasa. Berbeda
adanya hubungan dengan rnetode
yang jelas bahwa komparatif yang
bahasa-bahasa mengkaji bahasa
tersebut berada dengan cara
dalam satu rumpun membandingkan
bahasa antara dua arau lebih
pada bahasa yang
serumpun.

C. Pengembangan fungsi penelitian dalam sebuah penelitian


Menurut Endang Mulyatiningsih dan Sugiyono, seperti yang dikutip dari
Giphart, (1986), bahwa secara umum fungsi penelitian ada tiga yaitu, untuk
memahami fenomena (need to know), membantu pelaksanaan pekerjaan (need
to do) dan untuk memilih (need to choose) dan mengukur.14
Secara sederhana, fungsi penelitian digambarkan sebagai berikut :

14
Endang Mulyatiningsih dan Sugiyono, Penulisan Karya Ilmiah Inovasi Pembelajaran
Panduan Bagi Pemula, (Yogyakarta : UNY Press), 2019 , hal. 64
10
Adapun fungsi penelitian secara umum menurut Prof. Dr. A. Muri Yusuf,
M.Pd., yaitu:15
1. Mendeksripsikan gejala dan peristiwa
Fungsi penelitian ini adalah mendeksripsikan gejala dan peristiwa
dengan memberikan data atau informasi sesuai dengan kenyataan
sebenarnya pada waktu itu. Penelitian dengan fungsi ini banyak dilakukan
dalam bidang sosial. Salah satu jenis penelitian dengan fungsi ini adalah
penelitian eksploratif.
2. Menerangkan (eksplanasi) data atau kondisi latar belakang terjadinya
suatu peristiwa atau fenomena
Penelitian ini menerangkan peristiwa jauh lebih kompleks dan luas
daripada fungsi sebelumnya dengan menerangkan mengapa peristiwa
peristiwa itu terjadi, apa sebab terjadinya dan sebagainya .beberapa jenis
penelitian dengan fungsi ini yaitu penelitian deskriptif eksplanatif,
korelasional, sebab akibat, studi kasus, dan eksperimen.
3. Meramalkan (prediksi)
Penelitian ini meramalkan, mengestimasi, dan memproyeksi suatu
peristiwa yang mungkin terjadi berdasarkan data-data yang telah diketahui
dan dikumpulkan.
4. Mengontrol peristiwa atau situasi
Penelitian ini mengendalikan gejala maupun peristiwa yang terjadi
dimana peneliti dapat merancang sedemikian rupa bentuk penelitian untuk
mengendalikan peristiwa itu. Pengendalian dapat dilakukan pada variabel
pengganggu, variabel bebas dan variabel terikat.
5. Mengembangkan dan menyusun teori
Penelitian ini mengkaji kembali terhadap teori yang sudah ada dan
menyusun teori baru namun penyusunan teori baru memakan waktu yang
cukup lama, karena akan menyangkut pembakuan dalam berbagai
instrumen, prosedur, maupun populasi dan sampel.

15
Prof. Dr. A. Muri Yusuf.. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan. (Jakarta: Kencana. 2014), hal. 33-36.
11
Kelima fungsi penelitian tersebut menuntut kualitas dan jenis penelitian
yang berbeda-beda. Namun dalam satu penelitian kita dapat menggabungkan
beberapa fungsi penelitian sesuai dengan tujuan penelitian yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Fungsi teori dan fungsi penelitian mempunyai korelasi yang kuat. Dimana
keduanya berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengendalikan.
Sehingga pengembangan fungsi sebuah penelitian bisa dilakukan melalui
pengembangan teori yang digunakan.
Dalam konteks penelitian bahasa, apabila kita bandingkan metode
penelitian bahasa dengan teori kebahasaan Arab sesuai dengan fungsi
penelitian, maka pada dasarnya 4 metode tersebut hanya ‘bermain’ di wilayah
mikrolinguistik/linguistic murni/teoritis. Dengan perspektif lain, Mahmud
Fahmi Hijazi memetakan kisi-kisi kecenderungan penelitian kebahasaan
dalam hal keterkaitan antara linguistic murni dan metode penelitian bahasa
sebagai berikut:16
Aspek/ Fonologi Morfologi Sintaksis Semantik
Metode
Linguistik -Deskripsi -Deskripsi -Deskripsi Kamus untuk
Deskriptif fonologis -Studi morfologis -Studi sintaksis -Studi tingkatan bahasa
Deskriptif deskriptif deskriptif yang sama
fonologis morfologis sintaksis/struktu
r
Linguistik -Perkembangan -Perkembangan Sejarah Nahwu Kamus/ensiklope
Historis bunyi sharaf/morfologis -Perkembangan di historis
-Studi historis -studi historis Nahwu
fologis morfologis -Studi historis
-Perkembangan sintaksis
bangunan kata
Linguistik -Komparasi -Komparasi sharaf - -Komparasi Kamus derivatif
Komparatif fologis Studi morfologis nahwu
-Studi komparatif -Studi sintaksis
komparatif komparatif
fonologis
Linguistik Studi fonologis Studi morfologis Studi sintaksis -Kamus Bilingual
Kontrastif kontrastif kontrastif kontrastif -Studi semantik
kontrastif

Meskipun sebenarnya, para peneliti linguistik terapan dapat bekerja sama


dengan para peneliti linguistik murni untuk memanfaatkan teori-teori yang

16
Mahmûd Fahmi Hijâzi, Op.Cit, hal. 44.
12
dihasilkan oleh para peneliti linguistik murni untuk tujuan pedagogis.17
Sehingga 4 metode diatas tetap bisa diterapkan pada bidang kajian linguistik
apapun sesuai dengan fungsi dan tujuan penelitian.
Bentuk pengembangan fungsi penelitian dalam kebahasaan sudah banyak
menghasilkan teori-teori baru. Utamanya dalam makrolinguistik (linguistic
terapan dan interdisipliner). Misalnya teori linguistik dihubungkan dengan
neurologi menghasilkan teori neurolinguistik, Epigrafi yang merupakan
cabang linguistik yang menelaah isi tulisan pada prasasti, Paleografi yang
mempelajari penafsiran tulisan kuno, Politikolinguistik, Geolinguistik, dan
masih banyak lagi.
Sedangkan dalam bidang linguistic terapan, pengembangan teori dan
fungsi penelitian bahasa menghasilkan linguistic medic (language pathology),
lingusitik edukasional/linguistic pedagogis, linguistic forensic, grafologi,
stenografi, mekanolinguistik/linguistik komputasional, medikolinguistik dan
lain sebagainya.

17
Tajudin Nur, Analisis Kontrastif Dalam Studi Bahasa , Jurnal Arabi : Journal of Arabic
Studies, Vol. 1 No. 2, 2016, hal. 67.
13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penguasaan teori merupakan hal yang penting bagi seorang peneliti.
Dengan menguasai teori, peneliti akan lebih mampu memberikan interpretasi
data yang tepat dan lebih besar, menghubungkan satu studi dengan studi
lainnya dan menyajikan kerangka berpikir yang tepat.
Kegunaan teori sangat terkait erat dengan fungsi penelitian. Dimana
terdapat benang merah diantara keduanya, yaitu menjelaskan, meramalkan dan
mengendalikan.
Sehingga fungsi penelitian bisa dikembangkan dalam sebuah penelitian
melalui pengembangan teori yang digunakan.
Teori penelitian bahasa semakin lama akan semakin berkembang seiring
dengan berkembangnya fungsi penelitian. Dimana antara teori penelitian
bahasa dan fungsi penelitian akan saling membutuhkan satu sama lain. Teori
penelitian bahasa berasal dari hasil penelitian berdasarkan fungsi penelitian.
Sedangkan fungsi penelitian bisa tercapai dengan adanya teori yang sudah ada.

14
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Manajemen Penelitian, Jakarta: PT Rineka Cipta,1995.

Martono, Nanang, . Metode penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada. 2011

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta. Cet Ke-14, 2011

Gulo, W., Metodologi Penelitian, (Jakarta, Gramedia Widiasarana Indonesia,


2002

Ziauddin, Sardar, , Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung; Mizan. 1996

Siyoto, Dr. Sandu, SKM., M.Kes M. Ali Sodik, M.A, Dasar Metodologi
Penelitian, (Yogyakarta, Literasi Media Publishing, 2015)

Rahardjo, Prof. Dr. H. Mudjia, M.Si , Lingkup dan Paradigma Penelitian Bahasa,
Makalah Disampaikan pada Semiloka Nasional Pengajaran & Penelitian
Bahasa-Sastra Fakultas Humaniora dan Budaya Universitas Islam Negeri
(UIN) Malang .

Soeparno, Dasar-dasar Linguistik Umum, Yogyakarta: Tiara Wacana. 2002.

Hijâzi, Mahmûd Fahmi, Madkhal ila `ilm al-Lughah, Kairo: Dâr Qubâ`, 1998.

Mulyatiningsih, Endang dan Sugiyono, Penulisan Karya Ilmiah Inovasi


Pembelajaran Panduan Bagi Pemula, Yogyakarta : UNY Press, 2019.

Yusuf, Prof. Dr. A. Muri.. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan


Penelitian Gabungan. Jakarta: Kencana. 2014.

Nur, Tajudin, Analisis Kontrastif Dalam Studi Bahasa , Jurnal Arabi : Journal of
Arabic Studies, Vol. 1 No. 2, 2016.

15

Anda mungkin juga menyukai