Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS WACANA LISAN INTERAKSI GURU DAN SISWA DI KELAS

(Studi Kasus Pemakaian Bahasa di SMPN 11 Kota Jambi


dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Proposal Tesis Magister Program

Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh:
Hendri Ristiawan
NIM P2A317017

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS JAMBI
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Proses belajar mengajar yang berlangsung di SMP merupakan proses

komunikasi yang melibatkan guru dan siswa. Proses ini bertujuan untuk

mengadakan perubahan tingkah laku anak didik menuju kemandirian dan

kedewasaan diri. Dalam melakukan perubahan ini guru SMP memiliki dua peran

,yaitu sebagai pengajar dan pendidik. Zamzani (2002: 129) menyatakan bahwa

sebagai pengajar, guru berkewajiban memberikan pengetahuan dan keterampilan

kepada anak didik sehingga anak didik menjadi manusia yang cerdas dan

terampil. Sebagai pendidik, guru berkewajiban memberikan nilai-nilai dan

membina anak didik agar menjadi manusia yang memiliki moral dan budi pekerti

yang baik.

Proses pendidikan dan pengajaran di sekolah berlangsung interaksi guru dan

siswa dalam proses belajar mengajar yang merupakan kegiatan paling pokok. Jadi

proses belajar mengajar merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur

manusiawi yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang

mengajar.

Dalam berinteraksi dalam kelas baik guru dan siswa harus mampu merespon

apa yang terjadi dalam kelas. Guru tanggap tentang perilaku siswa baik dalam

bertutur ,siswa kadang kala diikuti gerakan atau tindakan untuk membantu proses

berkomunikasi.
Interaksi dalam kelas antara guru dan siswa jelas konteksnya yaitu guru

menyampaikan pelajaran. Dalam menyampaikan pelajaran tidak lepas dari

komunikasi antara guru dan siswa. Proses komunikasi ini menggunakan media

bahasa. Hal ini sesuai dengan fungsi utama bahasa yaitu sebagai alat komunikasi.

Sebagai alat komunikasi, penggunaan bahasa dapat bersifat transaksional dan

bersifat interaksional. Menurut Brown dan Yule (1985: 1-2), fungsi bahasa yang

digunakan untuk mengungkapkan isi informasi faktual atau proposional, disebut

fungsi bahasa transaksional;sedang fungsi bahasa dalam pengungkapan hubungan

sosial dan sikap-sikap pribadi disebut fungsi bahasa interaksional.

Proses komunikasi atau pemakaian bahasa dalam interaksi antara guru dan

siswa di kelas banyak kejadian yang menarik untuk diteliti. Peristiwa tutur yang

terjadi pada interaksi guru dan siswa di dalam kelas adalah pemakaian bahasa baik

yang bersifat interaksional ataupun bersifat transaksional. Hal ini berkaitan

dengan pemakaian bahasa guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada

siswa. Sebaliknya pemakaian bahasa siswa saat merespons guru dalam

menyampaikan pelajaran. Disamping itu pemakaian bahasa interaksi siswa satu

dengan siswa yang lain di dalam kelas.

Berdasarkan hasil observasi, penelitian mengenai analisis wacana lisan

interaksi guru dan siswa di SMPN 11 Kota Jambi belum pernah dilakukan. Hal ini

yang menjadi salah satu faktor mengapa dilakukannya penelitian ini.

Dari uraian mengenai latar belakang masalah tersebut, penelitian akan

mengkaji masalah struktur percakapan interaksi antara guru dan siswa dalam kelas

dan fungsi bahasa dalam interaksi guru dan siswa dalam kelas.
Dalam penelitian ini dibahas struktur wacana lisan interaksi guru dan siswa

dalam kelas dan fungsi bahasa dalam interaksi guru dan siswa dalam.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah utama yang menjadi perhatian penelitian adalah kasus pemakaian

bahasa guru dan siswa dalam kelas di SMPN 11 Kota Jambi. Lingkup masalahnya

adalah wacana lisan interaksi guru dan siswa dalam kelas pada waktu yang sudah

ditentukan. Agar jelas arah penelitian ini maka dirumuskan masalah penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut :

1) Bagaimanakah struktur wacana lisan interaksi guru dan siswa dalam

kelas di SMPN 11 Kota Jambi pada waktu proses belajar mengajar?

2) Bagaimanakah fungsi bahasa dalam wacana lisan interaksi guru dan

siswa dalam kelas di SMPN 11 Kota Jambi pada waktu proses belajar

mengajar?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan rumusan sasaran penelitian yang hendak

dicapai sebagai jawaban dari masalah penelitian. Berdasarakan rumusan masalah

penelitian tersebut diatas,maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dengan

dilaksanakan penelitian ini adalah :

1) Mendeskripsikan dan menjelaskan struktur wacana lisan guru dan siswa

dalam kelas di SMPN 11 Kota Jambi pada waktu proses belajar mengajar

.
2) Mendeskripsikan dan menjelaskan fungsi bahasa dalam wacana lisan

interaksi guru dan siswa dalam kelas di SMPN 11 Kota Jambi pada

waktu proses belajar mengajar .

1.4 Manfaat Penelitian

1) Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah kekayaan pustaka di bidang

linguistik dan pengajarannya, khususnya kajian pragmatik di Indonesia.

Diharapkan penelitian ini dapat mengungkap struktur wacana lisan dalam

interaksi guru dan siswa di kelas dan fungsi bahasa dalam wacana lisan interaksi

guru dan siswa dalam kelas.

2) Manfaat Praktis

a. Bagi Kepala Sekolah

Kepala sekolah akan mengetahui pemakaian bahasa guru, sehingga jika

ditemukan tindak tutur yang tidak sesuai dengan situasi kondisi siswa, kepala

sekolah dapat mengadakan pembinaan terhadap guru yang bersangkutan.

b. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan salah satu bentuk alternatif

bertutur dengan siswa dalam proses belajar mengajar. Dengan bertutur yang

sesuai dengan situasi kondisi siswa akan memotivasi siswa untuk aktif dalam

belajar sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai dengan maksimal.

c . Bagi Siswa

Siswa akan mengetahui struktur wacana lisan dalam interaksi belajar

mengajar,dan siswa akan bertutur dengan menggunakan prinsip


kerjasama,serta santun dalam berbahasa. Hal ini bila terkondisikan proses

belajar mengajar di kelas akan baik.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Interaksi Belajar Mengajar di Kelas

Interaksi (interaction) di sini mengandung pengertian hubungan

komunikasi timbal balik. Dalam komunikasi dikenal istilah komunikan dan

komunikator. Hubungan antara kominikan dan komunikator adalah

berhubungan dengan pesan (message) yang hendak disampaikan. Di dalam

menyampaikan pesan diperlukan media atau sarana yang sering diistilahkan

(channel). Saluran pesan ini dapat berupa tulis dan lisan. Dengan demikian

dalam komunikasi agar dapat berlangsung harus ada : komunikator,

komunikan, pesan, dan saluran atau media. (Sumiati, dan Asra, 2007: 67)

Sementara itu Thibaut dan Kelly (1979) di dalam Mohammad Asrori

(2007: 107) mendeinisikan interaksi sebagai peristiwa saling mempengaruhi

satu sama lain, ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan

suatu hasil satu sama lain,atau berkomunikasi satu sama lain. Pendapat lain

dikemukakan oleh Chaplin (1979) juga terdapat dalam Mohammad Asrori

(2007: 107) mendefinisikan bahwa interaksi merupakan hubungan sosial antara

beberapa individu yang bersifat alami di mana individu-individu itu saling

mempengaruhi satu sama lain secara serentak.

Dari beberapa pendapat di atas,dapat disimpulkan bahwa interaksi

mengandung pengertian hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih,
dan masing-masing orang yang terlibat memainkan peran yang aktif dalam

interaksi tersebut. Demikian halnya interaksi yang terjadi di dalam kelas

dituntut adanya komunikasi yang baik antara guru,siswa,ataupun juga dengan

pihak-pihak yang terkait,sehingga interaksi belajar mengajar dapat berlangsung

secara efektif dan efisien

2.1.2 Wacana Lisan Guru dan Siswa di Kelas

2.1.2.1 Hakikat Wacana

Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki

gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar (Abdul

Chaer,1994: 27). Wacana dikatakan lengkap karena didalamnya terdapat

konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang dapat dipahami oleh

pembaca (dalam wacana tulis) sedangkan oleh pendengar (dalam wacana

lisan) tanpa keraguan apapun.

Definisi wacana dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia

(Hasan Alwi, 2008: 419), dijelaskan wacana adalah rentetan kalimat yang

berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang

lain itu membentuk kesatuan yang utuh.

Dari uraian singkat tersebut dapat dipahami bahwa hakikat wacana

adalah satu kesatuan bahasa yang utuh yang dipakai untuk berkomunikasi

baik secara tertulis (transaksi komunikasi) dan secara lisan (interaksional

komunikasi). Jadi, analisis wacana lisan interaksi guru dan siswa di kelas

termasuk studi tentang wacana lisan.

2.1.2.2 Analisis Wacana Lisan


Analisis wacana (discourse analysis) dapat didefinisikan sebagai ilmu

yang mengkaji organisasi bahasa secara utuh di atas tingkat kalimat atau

klausa. Karena itu, ia mengkaji satuan-satuan kebahasaan yang lebih besar

seperti percakapan atau teks tertulis. Di samping itu, ia juga mengkaji

pemakaian bahasa dalam konteks sosial, termasuk interaksi di antara penutur

bahasa (Stubs, 1983: 1).

George Yule (1996: 1) berpendapat analisis wacana adalah analisis atas

bahasa yang digunakan. Maka analisis tidak dapat dibatasi pada deskripsi

bentuk bahasa yang tidak terikat tujuan atau fungsi yang dirancang untuk

menggunakan bentuk tersebut dalam urusan–urusan manusia. Kalau ada ahli

linguistik yang memusatkan perhatian pada penentuan sifat-sifat formal suatu

bahasa, penganalisis wacana berkewajiban menyelidiki untuk apa bahasa itu

dipakai.

Analisis wacana yang akan digunakan untuk mendeskripsikan

karakteristik wacana lisan interaksi guru dan siswa dalam kelas yaitu

pemakaian bahasa dalam interaksi dalam kelas,akan mencakup konteks

wacana serta temuan-temuan dalam kelas berkaitan dengan fungsi bahasa dan

partikel dalam wacana lisan.

2.1.2.3 Pragmatik

Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur

(atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Sebagai

akibatnya studi ini banyak berhubungan dengan analisis tentang yang

dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturanya daripada dengan makna

terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. 1)
Pragmatik adalah studi tentang maksud penutur, 2) Pragmatik adalah studi

tentang makna kontekstual, 3) Pragmatik adalah studi tentang bagaimana agar

lebih banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan, dan 4) Pragmatik

adalah studi tentang ungkapan dari jarak hubungan ( George Yule, 2006: 3-

4).

Sementara itu, menurut Thomas (1995: 2) menyebut dua

kecenderungan dalam pragmatik terbagi menjadi dua bagian, pertama, dengan

menggunakan sudut pandang sosial, menghubungkan pragmatik dengan

makna pembicara (speaker meaning); dan kedua, dengan menggunakan sudut

pandang kognitif, menghubungkan pragmatik dengan interpretasi ujaran

(utterance interpretation).

Dari batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa pragmatik yaitu

ilmu bahasa yang mempelajari kondisi penggunaan bahasa manusia pada

dasarnya sangat ditentukan oleh konteks yang mewadahi dan

melatarbelakangi bahasa itu

2.1.2.4 Konteks Situasi Tutur

Prakmatik adalah studi bahasa yang mendasarkan pijakan analisisnya

pada konteks. Konteks yang dimaksud adalah segala latar belakang

pengetahuan yang dimiliki bersama penutur dan mitra tutur serta yang

menyertai dan mewadahi sebuah penuturan. Berdasarkan gagasan Leech

(1983: 13-14), I Dewa PutuWijana (1996: 10-11) menyatakan bahwa konteks

yang semacam itu dapat disebut konteks situasi tutur (speech situational

contecxts) Konteks situasi tutur menurutnya mencakup aspek-aspek berikut :

1) Penutur dan lawan tutur, 2) konteks tuturan, 3) tujuan tuturan, 4) tuturan


sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, dan 5) tuturan sebagai produk tindak

verbal.

2.1.2.5 Tindak Tutur

Dalam berkomunikasi sesungguhnya , penggunaan bahasa itu berwujud

tindak tutur (speech act ) Tindak tutur itu tidak akan dipahami dengan baik

apabila mitra tutur tidak memahami situasi tutur. Situasi tutur ( speech event )

adalah terjadinya interaksi linguistic dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang

melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan mitra tutur dengan satu pokok

tuturan di dalam waktu, tempat dan situasi tertentu ( Abdul Chaer, 1994 : 61-

62) Dengan kata lain , peristiwa tutur pada dasarnya menerangkan tindak

tutur yang jenisnya bermacam-macam. Fenomena tindak tutur inilah yang

menurut Levinson merupakan fenomena faktual dalam situasi tutur.

2.2 Penelitian yang Relevan

Marfuah (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “ Pengungkapan Makna

Pragmatik Imperatif Bahasa Indonesia dalam Proses Belajar Mengajar di Kelas (

Kajian Pragmatik : Studi Kasus di Taman Kanak-kanak ), kesimpulan dari

penelitian ini guru lebih dominan menggunakan tuturan imperatif untuk

mengungkapkan makna pragmatik imperatif,karena mengingat tingkat kognitif

anak usia TK tentang pemahaman bahasa masih rendah.

Sugeng Lestari (2005) dalam penelitiannya,” Analisis Wacana Lisan Pada

Interaksi Belajar Mengajar di Kelas 5 SDIT Nur Hidayah Surakarta, kesimpulan

dari penelitian tersebut sebagai berikut:

Pembelajaran yang terjadi antara guru dan siswa di kelas 5 SDIT Nur

Hidayah Surakarta dapat dikatakan berhasil karena siswa dapat menjawab


sebagian besar pertanyaan yang diberikan oleh guru. Fungsi bahasa meliputi tiga

hal, yaitu menyatakan sesuatu atau memberikan informasi yang direalisasikan

dengan kalimat deklaratif, meminta informasi atau menanyakan sesuatu yang

direalisasikan dengan kalimat interogatif, dan memberikan perintah atau

melakukan sesuatu yang direalisasikan dengan kalimat imperatif. Walaupun

fungsi bahasa telah memiliki bentuk sendiri-sendiri, namun dalam aplikasinya

antara bentuk dan fungsi bahasa tersebut tidak selalu sama. Dengan kata lain

bahwa antara bentuk dan fungsi bahasa bersifat fleksibel.

Sedangkan penelitian ini dengan subyek penelitiannya adalah guru dan

siswa di kelas di fokuskan pada struktur wacana lisan dalam interaksi belajar

mengajar, fungsi bahasa dalam interaksi guru dan siswa dalam kelas, dan partikel

dalam wacana lisan tindak tutur di dalam kelas.

2.3 Kerangka Berpikir

Berdasarkan deskripsi teori yang telah dipaparkan diatas ,maka dapat

disusun kerangka berpikir sebagai berikut :

Dalam proses belajar mengajar terdapat interaksi antara guru dan siswa.

Dalam interaksi ini terjadi tindak tutur antara guru dan siswa. Guru lebih dominan

sebagai pemicu terjadinya tindak tutur di dalam kelas. Juga tindak tutur ini dapat

berhasil antara penutur dan mitra tutur ada kerja sama. Akan lebih baik lagi jika

dalam tindak tutur menjaga kesantunan dalam tindak tutur.

Setelah data-data terkumpul langkah pertama adalah memparafrasekan

Tindak Tutur Langsung dan Tindak Tutur Literal. Kemudian data dianalisis

dengan konteksnya.
Berdasarkan analisis data itu ditemukan : (1) Ciri-ciri struktur wacana lisan

interaksi guru dan siswa di kelas, dan (2) fungsi bahasa dalam wacana lisan

interaksi guru dan siswa di kelas.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian tentang Analisis Wacana Lisan antara Interaksi Guru dan Siswa

ini dapat dikelompokkan ke dalam kategori penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif menurut Moleong (2010: 8-13) sebagai berikut: melakukan penelitian

pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan (entity); peneliti sendiri

atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama; penelitian

menggunakan metode kualitatif.

Penelitian ini kualitatif yang bersifat deskriptif, karena data yang

dikumpulkan terutama berupa tuturan–tuturan lisan yang terjadi saat interaksi

belajar mengajar, bukan data yang berupa angka-angka. Peneliti menekankan

catatan dengan deskripsi kalimat yang rinci, lengkap, dan mendalam, yang

menggambarkan situasi sebenarnya guna mendukung penyajian data. Sifat

penelitian seperti itu senada pendapat dengan Lincoln dan Guba (1985) di dalam

Sutopo (2006: 40) Sifat semacam ini lebih peka dan dapat disesuaikan dengan

pengkajian bentuk pengaruh dan pola nilai-nilai yang mungkin dihadapi peneliti.

Analisis Wacana Lisan antara Guru dan Siswa ini, sasaran penelitian tetap

pada berada pada kondisi aslinya secara alami. Penelitian ini meneliti secara

langsung peristiwa tutur dalam interaksi belajar mengajar di dalam kelas, peneliti

tidak terlibat dalam peristiwa tutur. Peneliti di lingkungan sekitar kelas hanya

sebagai pengamat, jadi dalam interaksi belajar mengajar di kelas, terjadi


percakapan antara guru (penutur) dengan siswa (petutur) atau sebaliknya secara

alamiah.

Penelitian ini juga merupakan analisis isi (content analysis) menurut

Barelson (1952) di dalam Stefan Titscher (2009: 97) menyatakan analisis isi

merupakan suatu teknik penelitian untuk menguaraikan isi komunikasi yang jelas

secara objektif dan sistematis.

Interaksi antara guru dan siswa di kelas, tidak lepas dari pesan secara

sistematis. Guru masuk ke dalam kelas untuk menyampaikan materi pelajaran,

pada hakekatnya sudah ada tujuan yang pasti yaitu untuk menyampaikan pesan

sesuai dengan tujuan pembelajaran.

3.2 Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti dalam penelitian berperan sebagai pengamat, untuk

memperoleh data yang akurat keharidan peneliti sangat dibutuhkan untuk

mengamati penelitian ini. Peneliti berfungsi sebagai pengumpul data dari

percakapan yang berlangsung. Kehadiran peneliti bertujuan untuk mengumpulkan

data berupa tuturan guru dan siswa.

3.3 Data dan Sumber Data

Data merupakan bahan jadi penelitian yang ada karena proses pemilihan dan

pemilahan dari berbagai macam tuturan. Data tidak hanya sekedar sebagai sesuatu

yang telah disediakan oleh alam, namun sebenarnya data ada karena adanya

proses interaksi antara peneliti dengan sumber data penelitian (Sudaryanto, 1990:

3) Data penelitian ini berbentuk semua tuturan lisan dalam interaksi belajar

mengajar di SMPN 11 Kota Jambi yang diobservasi, dicatat, direkam, dan

dideskripsikan dalam bentuk teks. Semua data yang ditemukan saat interaksi
belajar mengajar di kelas semua dipakai dalam analisis. Data yang dipakai adalah

data tuturan lisan guru dan siswa di kelas tanpa direduksi. Hal ini sesuai dengan

tujuan penelitian yaitu mendeskripsikan dan menjelaskan struktur wacana lisan

guru dan siswa dalam kelas di SMPN 11 Kota Jambi pada waktu proses belajar

mengajar ; mendeskripsikan dan menjelaskan fungsi bahasa dalam tindak tutur

interaksi guru dan siswa dalam kelas di SMPN 11 Kota Jambi pada waktu proses

belajar mengajar. Data penelitian ini berbentuk semua tuturan lisan dalam

interaksi belajar mengajar di SMPN 11 Kota Jambi yang diobservasi, dicatat,

direkam, dan dideskripsikan dalam bentuk teks.

Adapun yang menjadi sumber datanya adalah tiga orang guru Bahasa

Indonesia yang mengajar di kelas VII A, VIII M, dan IX M. Dan juga siswa yang

terlibat dalam proses pembelajaran di dalam kelas tersebut.

3.4 Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di SMPN 11 Kota Jambi, Jalan Hos Cokroaminoto

Kelurahan Selamet. Di pilihnya lokasi ini karena SMPN 11 Kota Jambi tergolong

SMP yang cukup besar, dan siswanya bervariasi dari berbagai kalangan.

Pertimbangan yang lain adalah SMPN 11 Kota Jambi dikategorikan sebagai

sekolah yang menempati strata menengah di antara sekolah-sekolah negeri di

tingkat SMP di Kota Jambi. Selain itu guru-guru yang ada di sekolah ini sudah

memenuhi kualifikasi pendidikan minimal yaitu sarjana, bahkan ada beberapa

guru yang sudah menyelesaikan pascasarjana. Saat ini guru di SMPN 11 Kota

Jambi sebagian besar sudah lulus sertifikasi guru. Pertimbangan selanjutnya, saat

mengadakan observasi pendahuluan ditemukan cara mengajar guru pada saat


memberikan pelajaran di kelas cenderung berceramah dan pola komunikasi pada

umumnya searah didominasi guru, hanya saat-saat tertentu guru memberikan

pertanyaan kepada siswa, dan siswa menjawab. Pada proses interaksi belajar

mengajar jarang siswa mengajukan pertanyaan kepada guru. Guru juga sering

memberikan selingan–selingan berupa humor untuk melepas kepenatan siswa saat

mengikuti pelajaran. Dengan demikian, SMPN 11 Kota Jambi layak dipakai

sebagai lokasi penenelitian tentang analisis wacana lisan interaksi guru dan siswa

di kelas.

3.5 Prosedur Pengumpulan Data

Data ini diperoleh dengan menggunakan metode simak. Metode simak

merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan menyimak tindak

tutur dalam kelas. Metode simak ini disamakan dengan metode observasi yang

dikenal dalam disiplin ilmu sosial. Dalam pelaksanaan metode simak ,digunakan

teknik sadap sebagai teknik dasar ,teknik rekam,dan teknik catat sebagai teknik

lanjutan.

Teknik observasi atau teknik simak adalah mengadakan penyimakan

terhadap pemakaian bahasa lisan yang bersifat spontan dan mengadakan

pencatatan terbhadap data relevan yang sesuai dengan sasaran dan tujuan

penelitian (Edi Subroto, 2007: 47) . Teknik ini digunakan untuk menggali data

dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi dan rekaman peristiwa

tutur atau interaksi guru dan siswa di kelas. Teknik yang digunakan dalam

observasi berperan pasif. Artinya, dalam mengobservasi kehadiran peneliti sama

sekali tidak mempengaruhi aktivitas interaksi guru dan siswa di kelas. Hal yang
dilakukan peneliti hanya mengamati dan mencatat ha-hal yang berlangsung di

dalam peristiwa tutur.

Teknik rekam adalah pemerolehan data dengan cara merekam pemakaian

bahasa lisan yang bersiffat spontan (Edi Subroto, 2007: 40). Teknik ini digunakan

untuk merekam pemakaian bahasa guru dan siswa pada saat interaksi belajar

mengajar di kelas. Agar hasil rekaman yang diperoleh dapat menyajikan data yang

alamiah,perekaman dilakukan secara tertutup tanpa sepengetahuan siswa sehingga

interaksi di kelas berjalan wajar. Selanjutnya data rekaman itu ditranskripsikan

untuk memudahkan analisis data.

Teknik pencatatan dilakukan untuk menangkap hal-hal khusus yang

menandai karakteristik wacana pemakaian bahasa yang dilakukan secra spontan

untuk melengkapi data-data yang telah diperoleh secara terencana Teknik

wawancara mendalam (indepth interviewing) ,hal ini dilakukan untuk

memperoleh informasi yang mendalam dari informan (Edi Subroto, 2007: 42).

Dan dengan teknik ini dalam upaya memperoleh validitas data.

3.6 Teknik Analisis Data

Setelah data disediakan dengan baik dalam arti sudah diklasifikasikan

,tahapan berikutnya menganalisis data. Analisis data pada penelitian ini dengan

metode kontekstual. Yang dimaksud analisis kontekstual adalah cara analisis yang

diterapkan pada data dengan mendasarkan ,memperhitungkan ,dan mengaitkan

konteks. Konteks itu sendiri telah didefinisikan oleh Brown & Yule (1985)

sebagai lingkungan (environment:circumstances) dimana bahasa itu digunakan.

Lingkungan disini mencakup lingkungan fisik,nonfisik,dan sosial.


Pemahaman konteks yang demikian sejalan dengan pendapat Harimurti

Kridalaksana (1993) di dalam I Dewa Putu Wijana (1996: 11) bahwa konteks

adalah aspek-aspek lingkungan fisik atau lingkungan sosial yang berkaitan dengan

tuturan . Perlu dicatat bahwa lingkungan fisik tuturan dapat disebut koteks (cotex)

sedangkan lingkungan sosial tuturan disebut konteks (context). Dalam pragmatik

konteks adalah segala latar belakang pengetahuan yang dipahami secara bersama

oleh penutur dan mitra tutur.

Dalam penelitian ini latar belakang pengetahuan yang dimaksud adalah guru

datang ke kelas dengan tujuan menyampaikan pelajaran,dan siswa sebagai mitra

tutur datang ke kelas untuk memperoleh informasi sesuai dengan materi pelajaran.

Dengan demikian data yang dikumpulkan adalah data tentang wacana lisan

interaksi guru dan siswa di kelas.

Setiap data yang dianalisis akan disajikan dalam urutan dengan

menggunakan angka yang diapit dua kurung,mulai (1), (2), (3), dan seterusnya.

Selain itu, setiap data juga dilengkapi nomor data pada setiap akhir penulisan data.

Pencatuman nomor data dimaksudkan untuk mempermudah pengecekan sumber

data.

Tuturan berikut dapat memperjelas pernyataan di atas.

Guru : ”Siapa yang di pojok?”

Siswa : ”Ayub!” (dijawab serentak siswa satu kelas)

Guru : ”Tahu maksud saya?”

Konteks tuturan: Dituturkan oleh guru ditujukan kepada siswa yang bernama

Ayub, waktu itu Ayub kurang konsentrasi dalam mengikuti

pelajaran tentang proses generatif. Guru bertanya itu


dimaksudkan siswa agar tertuju pada penjelasan guru tentang

proses generatif.

Secara linguistik tuturan tersebut hanya memerlukan jawaban tentang hal

yang baru dijelaskan guru. Akan tetapi, bila tuturan itu dilihat secara pragmatik

mengandung maksud guru menghendaki perhatian semua siswa dalam kegiatan

belajar mengajar.

3.7 Pengecekan Keabsahan Temuan

Data yang dikumpulkan akan diuji keabsahan datanya dengan melakukan

pengujian. Pengujian tersebut yakni dengan uji kredebilitas dengan triangulasi.

“Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu dengan yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu”, Moleong (2014:330). Triangulasi dapat dilakukan

dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya dalam hal ini adalah

untuk membantu mengurangi kemelencengan dalam pengumpulan data

(Moleong,2014:331)

Menurut sugiyono (2012:273) ada tiga macam triangulsi sebagai teknik

pemeriksaan untuk mencapai keabsahan data, yaitu triangulasi sumber, triangulasi

teknik, dan triangulasi waktu. Dalam penelitian ini triangulasi yang digunakan

adalah triangulasi teknik.

Sugiyono (2012:274) mengungkapkan triangulasi teknik sebagai berikut

ini.

“Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara


mengecek data dengan sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya
data diperoleh dengan wawancara lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau
kuesioner bila dengan tiga teknik kredibilitas data tersebut, menghasilkan data
yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber
data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang
dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya
berbeda.”

Triangulasi teknik dilakukan dengan mengecek keabsahan data dengan cara

berbeda. Pada penelitian peneliti menggunakan teknik catat dan rekam. Jika data

diperoleh dengan teknik catat, lalu dicek dengan teknik rekam.

3.8 Tahap-tahap Penelitian

Moleong (2014:127) mengatakan bahwa ada tiga tahap penelitian secara

umum, yaitu tahap pralapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data.

1. Tahap-Pra Lapangan

Pada tahap ini peneliti menyusun rencana penelitian yang berupa proposal

penelitian dan izin penelitian.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Pada tahap ini peneliti memahami latar belakang penelitian, ikut serta

secara lengkap sambil mengumpulkan data yang berupa tuturan, kemudian

mencat dan merekam kedalam catatan lapangan.

3. Tahap Analisis Data

Pada tahap ini diadakan analisis data dengan tahap reduksi, penyajian data dan

penyimpulan. Tahap ini berlangsung selama dan sesudah pengumpulan data.


DAFTAR RUJUKAN

Abdul Chaer. 1994. Sosiolinguistik (Perkenalan Awal). Jakarta: Reneka Cipta

Brown,Gillian and George Yule. 1985. Discourse Analysis. Cambridge :


Cambridge University Press.

Edi Subroto D. 2007. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural.


Surakarta Sebelas Maret University Press

Hasan Alwi., dkk. 2008. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka.

I Dewa Putu Wijana. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Jogjakarta : Andi Offset.

Leech,Geoffrey.1993. The Principles of Pragmatics diterjemahkan M.D.D. Oka.


Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Marfuah.2006. “Pengungkapan Makna Pragmatik Imperatif Bahasa Indonesia


Dalam Proses Belajar Mengajar di Kelas”. TESIS. UNS.

Moleong. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mohammad Asrori. 2007. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Stubbs, Michael.1983.Discourse Analysis: The Sosiolinguistic Analysis of Natural


Language . Oxford.

Sudaryanto. 1990. Aneka Konsep Kedataan Lingual dalam Linguistik.


Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Sugiyono, 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sumiati, dan Asra.2007. Metode Pembelajaran.Bandung: CV. Wacana Prima.


Sutopo, H. B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret

Thomas. Jenny. 1995. Meaning in Interaction: an Introduction to Pragmatics.


London/New York: Longman.

Titscher, Stefan (et. al) . 2009. Methods of Text and Discourse Analysis editor
Abdul Syukur Ibrahim. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yule, George. 1996. Pragmatics. diterjemahkan Indah Fajar Wahyuni Oxford.


Oxford University Press.

Zamzani. 2002. Pemakaian Bahasa Selain Bahasa Indonesia dalam Interaksi


Belaja Mengajar Pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan
SastraIndonesia FBS Universitas Negeri Jogjakarta. Litera (Jurnal
Penelitian Bahasa, Sastra dan Pengajaran ), No. 1. Jogjakarta : Jogjakarta
University.

Anda mungkin juga menyukai