Anda di halaman 1dari 12

J-SIMBOL (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya)

TINDAK TUTUR ASERTIF PADA PROSES PEMBELAJARAN


BAHASA INDONESIA KELAS IX DAN IMPLIKASINYA

Oleh

Ririn Riana Sari


Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd.
Dr. Edi Suyanto, M.Pd.
email: rianasari70an@gmail.com
Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unila

Abstrac

This research was conducted to describe the assertive speech act of the teacher
and students, and also the modesty of the assertive speech act of the teacher and
students on Indonesian language learning process in the classroom at SMPN 17
Pesawaran on academic year 2016/2017. The method used in this research was
descriptive qualitative. The result of the research showed that the assertive speech
of the teacher involving declare, inform, recommend, boast, complain, and
demand. On the other hand, the assertive speech of students involving declare,
inform, recommend, boast, complain, demand and report. This research had an
implication on Indonesian language learning at SMP which can be used as
learning source one of them is on standard competency expressing idea, feeling,
and information through discussion and protocol. Basic competence delivering
agreement, refutation, and rejection of idea in discussion delivered with proof and
reason.

Keywords: students, implications, assertive speech act.

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan wujud tindak tutur asertif guru
dan siswa pada proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IX SMP Negeri 17
Pesawaran tahun pelajaran 2016/2017 dan implikasinya dalam pembelajaran
bahasa Indonesia di SMP. Metode penelitian ini deskriptif kualitatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa wujud tindak tutur asertif guru dalam proses
pembelajaran meliputi tindak tutur menyatakan, memberitahukan, menyarankan,
membanggakan, mengeluh, dan menuntut. Wujud tindak tutur asertif siswa
meliputi tindak tutur menyatakan, memberitahukan, menyarankan,
membanggakan, mengeluh, menuntut, dan melaporkan. Hasil penelitian ini
berimplikasi pada pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP yang digunakan
sebagai sumber pembelajaran salah satunya pada Standar Kompetensi (SK)
mengemukakan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan diskusi dan
protokoler. Kompetensi Dasar (KD) menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan
penolakan pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan.

Kata kunci: implikasi, siswa, tindak tutur asertif.

Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Hal 1


J-SIMBOL (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya)

PENDAHULUAN Austin. Dalam bukunya yang berjudul


How to Do Things with Words tahun
Bahasa memiliki fungsi yang hakiki 1962, ia mengemukakan bahwa
dalam kerangka hubungan aktivitas bertutur tidak hanya terbatas
antarmanusia, yakni sebagai pengukuh pada penuturan sesuatu, tetapi juga
hubungan antarsesama. Tanpa melakukan sesuatu atas dasar tuturan
kehadiran sosok bahasa, manusia tidak itu. tindak tutur adalah teori yang
akan dapat saling berhubungan antara mencoba mengkaji makna bahasa yang
yang satu dan yang lainnya. Kerja sama didasarkan pada hubungan tuturan
antarmanusia juga hampir mustahil dengan tindakan yang dilakukan oleh
dilakukan dengan optimal bilamana penuturnya. Kajian tersebut didasarkan
bahasa tidak benar-benar hadir sebagai pada pandangan bahwa (1) tuturan
piranti komunikasi dan interaksi. Hal merupakan sarana komunikasi utama
ini harus kita sadari, bahwa setiap dan (2) tuturan baru memiliki makna
interaksi selalu menggunakan bahasa. jika direalisasikan dalam tindak
Dengan kata lain, di mana aktivitas komunikasi nyata, misalnya membuat
terjadi, di situ aktivitas bahasa terjadi pernyataan, pertanyaan, perintah, atau
pula. Oleh karena itu, fungsi umum permintaan.
bahasa adalah sebagai alat komunikasi
sosial. Searle dalam Schiffrin (2007: 70)
menyatakan bahwa “tindak tutur adalah
Setiap komunikasi, manusia saling unit dasar dari komunikasi”. Lebih
menyampaikan informasi yang berupa lanjut, Searle dalam Rusminto (2009:
pikiran, gagasan, maksud, perasaan, 74−75) mengemukakan bahwa tindak
maupun emosi secara langsung. Maka, tutur adalah teori yang mencoba
setiap proses komunikasi ini terjadilah mengkaji makna bahasa yang
apa yang disebut peristiwa tutur dalam didasarkan pada hubungan tuturan
satu situasi tutur (Chaer, 1995:61). dengan tindakan yang dilakukan oleh
Peristiwa tutur adalah terjadinya atau penuturnya. Kajian tersebut didasarkan
berlangsungnya interaksi linguistik pada pandangan bahwa (1) tuturan
dalam satu bentuk ujaran atau lebih merupakan sarana komunikasi utama
yang melibatkan dua pihak, yaitu dan (2) tuturan baru memiliki makna
penutur dan lawan tutur, dengan satu jika direalisasikan dalam tindak
pokok tuturan, dalam waktu, tempat, komunikasi nyata, misalnya membuat
dan situasi tertentu (Chaer, 1995:61- pernyataan, pertanyaan, perintah, atau
62). permintaan.

Sebuah tuturan bisa mengimplikasikan Masalah-masalah komunikasi di kelas


berbagai tindak tutur. Begitu juga merupakan hal yang menarik untuk
tindak tutur bisa diwujudkan dengan diteliti karena interaksi guru dan murid
beberapa tuturan yang berbeda. Pada di kelas merupakan perwujudan proses
prinsipnya tindak tutur (speech act) berbahasa secara alamiah. Proses
merupakan unsur pragmatik yang berbahasa secara alamiah ini ditandai
melibatkan pembicara dan pendengar/ dengan kenyataan bahwa guru harus
penulis dan pembaca serta yang banyak menggunakan waktunya untuk
dibicarakan. Istilah dan teori tindak berhubungan dengan murid melalui
tutur pertama kali ditemukan oleh komunikasi lisan berupa tindak tutur
Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Hal 2
J-SIMBOL (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya)

(speech act). Apalagi, pada saat


pembelajaran berlangsung, seorang Pada kegiatan pembelajaran di kelas,
guru harus menarik dan tuturan yang dituturkan oleh guru dan
mempertahankan perhatian murid, siswa sangat dimungkinkan muncul
menyuruh mereka berbicara atau diam, tuturan asertif. Tuturan tersebut sangat
dan mencoba mengecek apakah murid- ditentukan oleh konteks situasi
murid mengikuti apa yang sedang pembelajaran di kelas. Konteks situasi
dilakukan. Oleh karena itu, ujaran guru kelas juga berpengaruh pada variasi
sangat berbeda dengan ujaran seorang tuturan guru dan siswa.
penceramah, pengkhotbah, orator Pada proses pembelajaran di kelas,
dalam kampanye, komentator dalam yang melibatkan interaksi guru-murid,
pertandingan olah raga atau pun selama ini hasil pengamatan ditemukan
seorang sales yang menjual barang bahwa baik guru maupun siswa kurang
dagangannya. Selain itu, ujaran guru memanfaatkan pengetahuan bahasa
dikarakterisasi dengan banyaknya yang dimilikinya berupa teori tindak
ujaran yang menindakkan tindak tutur tutur dalam berkomunikasi. Ada
(speech act) tertentu termasuk: beberapa guru dan siswa yang kurang
menyatakan, memberitahu, memperhatikan pentingnya penguasaan
menyarankan, membanggakan, bahasa dalam pembelajaran di kelas.
mengeluh, menuntut, dan melaporkan. Misalnya: (1) siswa malu bertanya dan
Berkenaan dengan tindak tutur di kelas, guru enggan untuk
dari hasil pengamatan di SMP bahwa memberitahukan/menjelaskan kembali
guru memiliki lebih banyak power dan materi yang disampaikan , maka akan
kontrol daripada murid. Hal ini bisa banyak siswa yang pada akhirnya tidak
diidentifikasikan dalam bahasa yang dapat memperoleh pesan komunikasi
mereka tuturkan. Dalam kegiatan secara baik; (2) ketika guru masuk
pembelajaran di kelas, guru biasanya kelas langsung meminta (menuntut)
selalu mendominasi untuk melakukan siswa mengumpulkan pekerjaaan
tuturan daripada muridnya, baik dalam rumah terkait materi pada pertemuan
kegiatan awal, kegiatan inti, dan sebelumnya, tanpa menanyakan apakah
kegiatan akhir. Kegiatan awal biasanya siswa mengalami kesulitan dalam
guru melakukan salam dan tegur sapa mengerjakannya atau tidak. Dengan
kepada murid, guru melakukan tuturan itu dapat diduga bahwa murid
pengecekan kehadiran siswa, dan merasa tidak nyaman dalam belajar
menyampaikan topik pembelajaran. karena suasana yang tegang dan tidak
Kegiatan inti biasanya yang dilakukan terjadi interaksi yang menyenangkan.
guru adalah memberikan penjelasan Selain itu, ditemukan pula situasi kelas
dan keterangan tentang pelajaran yang yang kurang kondusif dan tidak
dipelajari, melakukan tanya jawab, dan nyaman untuk sebuah pembelajaran
diskusi dengan muridnya. Pada disebabkan tidak terjalinnya
kegiatan inti inilah biasanya guru komunikasi yang harmonis antara guru-
melakukan tuturan asertif. Selanjutnya, murid di kelas.
kegiatan akhir biasanya guru
melakukan pengulangan, ulasan, dan Penelitian tentang tindak tutur asertif
refleksi terhadap pelajaran yang sedang sudah pernah dilakukan oleh para
dijelaskan. Guru juga melakukan peneliti, di antaranya: Eka Febriyani
motivasi dan salam untuk mengakhiri (2011) yang meneliti tentang tindak
proses pembelajaran. tutur direktif dalam tuturan asertif pada
Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Hal 3
J-SIMBOL (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya)

siswa kelas VIII SMP. Subjek Pemahaman maksud pembicara yang


penelitiannya adalah siswa kelas VIII demikian merupakan bidang garap
A SMP Negeri Sumberejo, Tanggamus pragmatik. Maksud tuturan ini
pada saat proses pembelajaran bergantung pada aspek bahasa yang
berlangsung dan Rika Puspitasari tampak dikaitkan dengan tindak tutur
(2010) yang meneliti tentang tindak asertif pada saat proses pembelajaran
ilokusi Guru Bahasa Indonesia dalam berlangsung. Tindak tutur di kelas
kegiatan pembelajaran SMP. Subjek inilah yang kemudian dijadikan dasar
penelitiannya adalah guru bahasa analisis untuk mendeskripsikan wujud
Indonesia SMP Muhammadiyah 1 pragmatiknya.
Pekalongan, Lampung Timur. Kedua, studi pragmatik adalah bertugas
Dari deskripsi di atas menunjukkan untuk mengkaji konteks tuturan yang
bahwa penelitian mengenai tindak tutur mempertimbangkan aspek ekstra
asertif telah diteliti oleh Eka Febriyani linguistik. Oleh karena itu, untuk
(2011) dan Rika Puspita Sari (2010) mengetahui seluk beluk tindak tutur
terdapat perbedaan dengan penelitian asertif guru dan siswa dalam
yang peneliti lakukan saat ini. Hal pembelajaran di kelas perlu
tersebut nampak pada penelitian pemahaman yang lebih mendalam.
peneliti yang meneliti tentang tindak Ketiga, studi pragmatik juga berusaha
tutur asertif pada proses pembelajaran menjelaskan bagaimana masyarakat
bahasa Indonesia di kelas IX SMP pengguna bahasa (dalam hal ini guru
Negeri 17 Pesawaran tahun pelajaran dan siswa) dalam proses pembelajaran
2016-2017, yang di dalamnya di kelas menggunakan maksim dan
mencakup wujud tindak tutur aserif skala kelangsungan dan
guru dan siswa, sedangkan penelitian ketidaklangsungan.
Eka Febriyana (2011) lebih fokus Keempat, untuk mendeskripsikan
meneliti tentang tindak tutur direkrif karakteristik tindak tutur asertif guru
dalam tuturan asertif dan Rika Puspita dan siswa dalam proses pembelajaran
Sari (2010) lebih fokus meneliti di kelas, studi pragmatik lebih lanjut
tentang tindak tutur asertif dan direktif akan membuktikan adanya wujud
pada tuturan guru. tindak tutur yang digunakan guru dan
siswa di kelas selama proses
Adapun penelitian tentang tindak tutur pembelajaran berlangsung. Dengan
asertif pada proses pembelajaran di menyingkap karakteristik tindak tutur
kelas ini didasarkan pada guru dapat dimungkinkan juga bisa
pertimbangan sebagai berikut. diketahui adanya karakteristik tindak
Pertama, dalam menganalisis tutur asertif guru dan siswa yang
pemakaian bahasa salah satu aspek mencakup; guru dalam menarik atau
penting adalah maksud pembicara menunjukkan perhatian, guru dan siswa
(speaker’s meaning). Studi tentang dalam mengontrol jumlah percakapan,
maksud pembicara berusaha dan sebagainya.
menangkap maksud pembicara yang
ditentukan oleh konteks, yakni waktu, Berkenaan dengan pembelajaran di
tempat, peristiwa, proses, keadaan, kelas, penelitian ini berkaitan erat
penutur, mitra tutur, latar belakang dengan kompetensi dasar berbicara
budaya, sosial dan lain-lain. Konteks yang dimiliki, baik oleh guru maupun
tuturan inilah yang kemudian bisa siswa. Namun demikian, kompetensi
menentukan maksud sebuah pertuturan. keduanya itu berbeda-beda satu sama
Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Hal 4
J-SIMBOL (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya)

lain. Dengan demikian, berdasarkan


paparan di atas, penelitian tentang 1. Teknik Pengumpulan Data
pemakaian bahasa pada proses Pengumpulan data dalam penelitian ini
pembelajaran bahasa Indonesia di dilakukan dengan teknik observasi
kelas, secara khusus tentang tindak nonpartisipasi, sehingga peneliti hanya
tutur asertif pada proses pembelajaran menyimak tanpa melibatkan diri secara
bahasa Indonesia di kelas masih perlu langsung dalam peristiwa tuturan atau
dilakukan. Berdasarkan latar belakang proses pembelajaran.
di atas, penelitian tentang tindak tutur
asertif pada pembelajaran bahasa 2. Teknik Analisis Data
Indonesia di kelas masih perlu
dilakukan. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik
METODE PENELITIAN analistik heuristik. Teknik analistik
heuristik merupakan proses berpikir
Desain yang digunakan dalam seseorang untuk memaknai sebuah
penelitian ini adalah deskriptif tuturan tidak langsung. Di dalam
kualitaif. Desain deskriptif adalah analisis heuristik sebuah tuturan tidak
desain yang digunakan untuk langsung diinterpretasikan berdasarkan
melukiskan secara sistematis fakta atau berbagai kemungkinan/ dugaan
karakteristik populasi tertentu atau sementara oleh mitra tutur, kemudian
bidang tertentu, dalam hal ini bidang dugaan sementara itu, disesuaikan
secara aktual, dan cermat (Hasan, dengan fakta-fakta pendukung yang
2002: 22). Data yang diperoleh tidak ada dilapangan.
dituangkan dalam bentuk bilangan atau
angka statistik, melainkan dalam PEMBAHASAN
bentuk kualitatif yang dinyatakan
dalam kata-kata. Pada bagian ini disajikan pembahasan
hasil tindak tutur asertif guru dan siswa
Penelitian ini menggunakan desain pada proses pembelajaran bahasa
deskriptif kualitatif yaitu untuk Indonesia yang berupa tindak tutur
mendeskripsikan penggunaan tindak langsung. Selanjutnya, disajikan wujud
tutur asertif pada proses pembelajaran kesantunan tindak tutur asertif guru dan
di sekolah. Penelitian bersifat kualitatif siswa yang meliputi wujud kesantunan
karena pelaksanaan penelitian terjadi linguistik dan wujud kesantunan
secara alamiah, apa adanya, dalam pragmatik.
situasi normal yang tidak dimanipulasi
keadaan dan kondisinya (Arikunto, 4.1.1 Wujud Verbal Tindak Tutur
2006: 12). Pengambilan data dilakukan Asertif Guru
oleh peneliti langsung di lapangan
secara alami atau natural. Pada Wujud tindak tutur asertif yang
penelitian kualitatif (1) peneliti sebagai dimaksud adalah realisasi tindak tutur
instrumen kunci, (2) data yang asertif guru pada pembelajaran bahasa
dikumpulkan dapat berupa kata-kata, Indonesia yang dikaitkan dengan
(3) penelitian dianalisis secara induktif, konteks tuturan yang
(4) dilakukan dengan observasi melatarbelakanginya
nonpartisipasi, dan (5) lebih ditekankan
pada proses.
Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Hal 5
J-SIMBOL (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya)

4.1.1.1 Tindak Tutur Asertif digunakan adalah tindak tutur asertif


Menyatakan memberitahukan secara langsung.
Berikut ini disajikan hasil kajian
Hasil kajian tindak tutur asertif pada tentang bentuk verbal tindak tutur
proses pembelajaran bahasa Indonesia memberitahukan.
di kelas IX menunjukkan bahwa dalam (4) Guru : “Berdoa suapaya
menyatakan sesuatu yang digunakan pelajaran yang ibu
adalah tindak tutur menyatakan secara sampaikan hari ini dan insya
langsung. Berikut ini disajikan hasil Allah kalian terima nanti bisa
kajian tentang bentuk verbal tindak bermanfaat dan kalian akan
tutur menyatakan secara langsung. memperoleh kemudahan
Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh untuk mencernanya. Ya!
tuturan berikut. Kemudian, setiap melakukan
suatu kegiatan, kita
(1) Siswa : “Ada, Imam Nuri, e, mempunyai apa? Tu….”
Iman Nuriansyah, Tegar Siswa : “Tujuan”
Deswantoro sakit.” Guru : “Tujuan kita belajar
Guru : “ Jadi yang sakit hari hari ini adalah membedakan
ini Tegar, Widi.” antara fakta dan opini. Yang
Siswa : “Sama Tegar, Widi, M. pertama, ibu ingin ada sesuatu yang
Abdiansyah, Iman Nuriansyah.” ingin ibu bagikan buat kalian. Tugas
kalian mencermati apa yang ada
Tuturan pada data wacana (1) Jadi dalam surat kabar atau koran ini.
yang sakit hari ini Tegar, Widi. Paham ya? Ibu bagikan satu-satu.”
dituturkan guru pada saat mendata
kehadiran siswa di kelas. Kondisi kelas Tuturan pada data wacana (4) “Tujuan
cukup kondusif, tidak berisik, dan kita belajar hari ini adalah
siswa duduk di bangku masing-masing membedakan antara fakta dan opini.
sehingga ketika guru menanyakan Yang pertama, ibu ingin ada sesuatu
siswa yang berhalangan hadir kepada yang ingin ibu bagikan buat kalian.
ketua kelas, ketua kelas langsung Tugas kalian mencermati apa yang ada
menjawab siapa saja siswa yang dalam surat kabar atau koran ini.
berhalangan hadir pada hari itu baik Paham ya? Ibu bagikan satu-satu.”
yang sakit, izin, atau tanpa keterangan dituturkan guru pada saat
(alfa). Tuturan pada data wacana (1) memberitahukan tujuan pembelajaran
berisi pernyataan guru yang yang akan dicapai pada hari itu, yakni
menyatakan bahwa siswa yang siswa harus bisa membedakan fakta
berhalangan hadir karena sakit pada dan opini dalam sebuah iklan. Kondisi
hari itu adalah siswa yang bernama kelas cukup kondusif, tidak berisik, dan
Tegar dan Widi. siswa duduk di bangku masing-masing
sehingga ketiga guru memberitahukan
4.1.1.2 Tindak Tutur Asertif tujuan pembelajaran hari itu, siswa
Memberitahukan dapat memahami tujuan pembelajaran
yang disampaikan oleh gurunya pada
Hasil kajian tindak tutur asertif pada hari itu.
proses pembelajaran bahasa Indonesia
di kelas IX menunjukkan bahwa dalam 4.1.1.3 Tindak Tutur Asertif
memberitahukan sesuatu yang Menyarankan
Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Hal 6
J-SIMBOL (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya)

4.1.1.4 Tindak Tutur Asertif


Hasil kajian tindak tutur asertif pada Membanggakan
proses pembelajaran bahasa Indonesia
di kelas IX bahwa dalam menyarankan Hasil kajian tindak tutur asertif
sesuatu, penutur (guru) menggunakan membanggakan pada proses
tindak tutur asertif menyarankan secara pembelajaran bahasa Indonesia di kelas
langsung. Berikut ini disajikan hasil IX bahwa dalam membanggakan
kajian tentang bentuk verbal tindak sesuatu penutur (guru) menggunakan
tutur menyarankan secara langsung. tindak tutur asertif membanggakan
(5) Guru : “Enggak ada secara langsung. Berikut ini disajikan
keterangan?” hasil kajian tentang bentuk verbal
Siswa : “Iya.” tindak tutur membanggakan secara
Guru : “Ya kita doakan langsung.
supaya kedepannya dia (6) Guru : “Apa kabar anak-
enggak, enggak anak?”
mengulanginya lagi. Siswa : “Alhamdulillah,
Bahasanya si Agung tobat luar biasa, Allahuakbar.”
katanya.” Guru : “Bagus.” (sembari
mengacungkan ibu jarinya
Tuturan pada data wacana (5) “Ya kita kepada semua murid)
doakan supaya kedepannya dia Guru : “Ibu absen dulu
enggak, enggak mengulanginya lagi. ya,”
Bahasanya si Agung tobat katanya.” Tuturan pada data wacana (6) “Bagus.”
dituturkan guru pada saat mendata (sembari mengacungkan ibu jarinya
kehadiran siswa atau peserta didik yang kepada semua murid) dituturkan guru
tidak hadir pada pada hari itu. Baik pada saat menanyakan kabar siswa atau
yang tidak hadir karena izin, sakit, atau peserta didiknya yang hadir pada
yang tanpa keterangan (alfa). Pada saat pembelajaran hari itu. Pada saat tuturan
tuturan tersebut berlangsung, suasana tersebut berlangsung, suasana kelas
kelas cukup kondusif, siswa tidak asyik cukup kondusif, siswa tidak asyik
berbincang sendiri-sendiri, melainkan berbincang sendiri-sendiri, melainkan
duduk di bangku masing-masing dan duduk di bangku masing-masing dan
menjawab pertanyaan yang diajukan menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh guru mereka yang menanyakan oleh guru mereka yang menanyakan
seputar siswa-siswa yang berhalangan seputar kabar siswa-siswa yang hadir
hadir. Setelah mengetahaui ada salah pada pembelajaran hari itu. Setelah
satu peserta didiknya yang bernama menanyakan kabar peserta didik nya,
Irfan tidak ada keterangan (alfa), guru guru tersebut mendapat jawaban
tersebut menyarankan kepada peserta “Alhamdulillah, luar biasa,
didik (siswa) yang lain atau siswa yang Allahuakbar.” dari peserta didiknya.
masuk pada hari itu untuk mendoakan Mendapat jawaban seperti itu, jawaban
temannya (Irfan) yang pada hari itu yang mengandung semangat belajar
berhalangan hadir karena tanpa yang tinggi, guru tersebut
keterangan (alfa) agar tidak mengucapkan kata bagus dan
mengulangi perbuatannya, yakni tidak mengacungkan ibu jarinya kepada
bersekolah dan tanpa keterangan (alfa). semua muridnya.

Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Hal 7


J-SIMBOL (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya)

4.1.1.5 Tindak Tutur Asertif tersebut dengan mengucapkan tindak


Mengeluh tutur asertif mengeluh “Kok kelas IX C
tidak atraktif seperti biasanya?
Hasil kajian tindak tutur asertif Kenapa?” kepada mitra tuturnya
mengeluhkan pada proses (siswa atau peserta didiknya).
pembelajaran bahasa Indonesia di kelas
IX bahwa dalam mengeluhkan sesuatu, 4.1.1.6 Tindak Tutur Asertif
penutur (guru) menggunakan tindak Menuntut
tutur asertif mengeluhkan secara
langsung. Berikut ini disajikan hasil Hasil kajian tindak tutur asertif
kajian tentang bentuk verbal tindak menuntut pada proses pembelajaran
tutur mengeluhkan secara langsung. bahasa Indonesia di kelas IX bahwa
dalam menuntut sesuatu, penutur
(7) Guru : “He eh. Belum dicoba (guru) menggunakan tindak tutur
ini artinya bahasa opini yang asertif menuntut secara langsung.
ditawarkan oleh yang Berikut ini disajikan hasil kajian
membuat iklan untuk tentang bentuk verbal tindak tutur
menarik konsumen supaya menuntut secara langsung.
membeli. Padahal, tadi ibu
sampaikan bahwa sebagai (8) Siswa : “Paham.”
konsumen kita mesti pin…?” Guru :“Ya kan? Untuk mengetahui
Siswa : “Pintar.” jasa atau produk yang diperjualbelikan
Guru : “Pintar. Jadi, tidak atau ditawarkan dalam ikan tersebut
terburu-buru membeli suatu baik, berkualitas baik harus bisa
produk atau memakai suatu membedakan mana yang fakta dan
jasa. Paham sampai di sini? opini. Sesuai dengan tujuan kita belajar
Paham? Bagus paham? Boleh hari ini. Sebagai konsumen, kira-kira
ibu tes? Ya Bagus, coba pilih kalau membeli produk apa yang kita
iklannya. Dibaca yang mana? cari? Dalam iklan yang ditawarkan,
Kamu pilih yang mana? Kok apa yang kita cari?”
kelas IX C tidak atraktif seperti
biasanya? Kenapa?” Siswa : “Produk.”
Siswa : “Nanti agak siang.” Guru : “Selain produk?”
Siswa : “Kualitas.”
Tuturan pada data wacana (7) “Kok Guru : “Kualitas, itu bisa
kelas IX C tidak atraktif seperti kita ketahui dari apa dalam
biasanya? Kenapa?” dituturkan guru bahasa iklan? Dari apa?”
pada saat menanyakan apakah siswa Siswa : “Teks.”
sudah paham atau belum untuk Siswa lain : “Fakta”
membedakan fakta dan opini dalam
sebuah iklan. Supaya tidak tertipu Tuturan pada data wacana (8) yang
dengan bahasa yang dipakai oleh meliputi (“Sebagai konsumen, kira-kira
pengiklan produk dan jasa. Akan tetapi, kalau membeli produk apa yang kita
pertanyaan yang diajukan guru tersebut cari? Dalam iklan yang ditawarkan,
tidak mendapatkan respon positif atau apa yang kita cari?” ; “Selain
respon yang bagus dari mitra tuturnya produk?”; Kualitas, itu bisa kita
(siswa atau peserta didik). Oleh karena ketahui dari apa dalam bahasa iklan?
itu, guru tersebut mengeluhkan kondisi Dari apa”) dituturkan guru pada saat
Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Hal 8
J-SIMBOL (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya)

menanyakan kepada siswa sebelum kajian tentang bentuk verbal tindak


membeli atau menggunakan produk tutur menyatakan secara langsung.
atau jasa tertentu, hal apa yang harus Tindak tutur yang dimaksudkan dalam
kita perhatikan atau kita kajian ini adalah tindak tutur
pertimbangkankan? Tentunya menyatakan secara langsung yang
jawabannya adalah fakta yang terdapat digunakan penutur (siswa atau peserta
dalam iklan tersebut. Akan tetapi, didik) kepada mitra tutur (siswa atau
karena guru tersebut tidak kunjung guru) agar mitra tutur mendapatkan
mendapatkan jawaban yang atau memperoleh informasi tentang
diinginkannya (fakta) dari mitra sesuatu yang dituturkan penutur
tuturnya (siswa atau peserta didik), (siswa).
guru tersebut terus (9) Guru : “Dan lain-lain. Jadi,
menggiring/menuntut mitra tuturnya kira-kira yang dimaksud
hingga pada akhirnya mitra tutur dengan fakta itu apa sih? Eh,
(peserta didik/sebagian siswa) fakta itu?”
menjawab fakta, sesuai dengan apa Siswa : “ Suatu”
yang diharapkannya. Guru : “Suatu yang?”
Shila : “Sesuatu yang sudah
4.1.2 Wujud Verbal Tindak Tutur terjadi.”
Asertif Siswa Guru : “Sesuatu yang sudah
Wujud tindak tutur asertif yang terjadi kata Shila, ada yang
dimaksud adalah realisasi tindak tutur lain?”
asertif siswa pada pembelajaran bahasa Tuturan pada data wacana (9) Sesuatu
Indonesia yang dikaitkan dengan yang sudah terjadi. dituturkan siswa
konteks tuturan yang yang bernama Shila pada saat guru
melatarbelakanginya. Oleh karena itu, (mitra tutur) yang menanyakan definisi
makna pragmatik tuturan yang seperti fakta kepada seluruh siswa. Kondisi
ini sangat ditentukan oleh konteksnya. kelas cukup kondusif, tidak berisik, dan
Konteks dalam hal ini dapat berupa siswa duduk di bangku masing-masing
konteks yang bersifat ekstralinguistik sehingga ketiga guru menanyakan
dan dapat pula bersifat intralinguistik. definisi fakta kepada siswa, salah satu
Wujud tuturan asertif siswa pada siswa (bernama Shila) dapat menjawab
pembelajaran bahasa Indonesia tidak pertanyaan dari gurunya tersebut.
selalu berkonstruksi imperatif. Dengan
kata lain, wujud tuturan asertif siswa 4.2.2.2 Tindak Tutur Asertif
pada pembejaran bahasa Indonesia Memberitahukan
dapat berupa konstruksi imperatif dan
nonimperatif. Tindak tutur yang dimaksudkan dalam
kajian ini adalah tindak tutur
4.2.2.1 Tindak Tutur Asertif memberitahukan secara langsung yang
Menyatakan digunakan penutur (siswa atau peserta
didik) kepada mitra tutur (siswa
Hasil kajian tindak tutur asertif pada lainnya atau guru) agar mitra tutur
proses pembelajaran bahasa Indonesia mendapatkan atau memperoleh
di kelas IX menunjukkan bahwa dalam informasi tentang sesuatu yang
menyatakan sesuatu menggunakan dituturkan (diberitahukan) oleh
tindak tutur menyatakan secara penutur. Untuk lebih jelasnya
langsung. Berikut ini disajikan hasil perhatikan contoh tuturan berikut.
Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Hal 9
J-SIMBOL (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya)

(17)Guru : “Jadi, ada berapa 4.2.2.3 Tindak Tutur Asertif


faktanya menurut kamu di Menyarankan
situ? Hasil kajian tindak tutur asertif pada
Agung : “Ada tiga.” proses pembelajaran bahasa Indonesia
Guru : “Tiga, sebutkan!” di kelas IX bahwa dalam menyarankan
Agung : “Blue cord teknologi.” sesuatu penutur (siswa) menggunakan
Guru : “Ya, kemudian?” tindak tutur asertif menyarankan secara
Agung : “Side head lime.” langsung. Berikut ini disajikan hasil
Guru : “He eh.” kajian tentang bentuk verbal tindak
Agung : “Head lime tutur menyarankan secara langsung.
indikator.” (18)Guru : “Ajis sudah bisa
Guru : “Iya, itu faktanya membedakan fakta dan
yang ditawarkan produk opini?”
Yamaha. Ya, ini Siswa : “Sudah.”
faktanya. Sekarang yang Guru : “ Gak kedengeran
bahasa opininya Gung yang lagi, kalau maju ke depan
mana?” ya?”
Siswa : “Pasti.”
Tuturan pada data wacana (17) (“Ada Guru : “Ya Gus, yakin
tiga.”; “Blue cord teknologi.”; “Side bisa?”
head lime.”; “Head lime indikator.”) Siswa : “Maju Gus, Buk
dituturkan siswa pada saat suruh maju geh Bu!”
memberitahukan bahawa ada tiga fakta Guru : “Gus, bisa ya?”
yang terdapat pada iklan Yamaha,
yakni Blue cord teknologi.”; “Side Tuturan pada data wacana (18) Maju
head lime.”; “Head lime indikator.”. Gus, Buk suruh maju geh Bu!”
Kondisi kelas cukup kondusif, tidak dituturkan siswa pada saat guru ingin
berisik, dan siswa duduk di bangku memastikan siswa yang bernama Agus
masing-masing sehingga ketiga guru sudah bisa membedakan fakta dan
menanyakan fakta yang terdapat pada opini atau belum. Kemudian, untuk
iklan Yamaha, siswa yang bernama memastikan siswa yang bernama Agus
Agung (siswa yang ditanya oleh guru tersebut sudah bisa membedakan fakta
tersebut) dapat memberitahukan dan opini dalam iklan, siswa lain
kepada guru dan siswa lainnya bahwa menyarankan kepada guru mereka agar
fakta yang terdapat dalam iklan menyuruh siswa yang bernama Agus
tersebut ada tiga. Selain itu siswa yang tersebut maju. Pada saat tuturan
bernama Agung tersebut juga dapat tersebut berlangsung, suasana kelas
memberitahukan ketiga fakta tersebut cukup kondusif, siswa tidak asyik
satu persatu dengan benar. Hal ini berbincang sendiri-sendiri, melainkan
dibuktikan dengan respon yang duduk di bangku masing-masing dan
diberikan oleh guru tersebut selaku menjawab pertanyaan yang diajukan
mitra tutur dengan memberikan oleh guru mereka yang menanyakan
jawaban “Iya, itu faktanya yang kepastian apakah Agus sudah bisa
ditawarkan produk Yamaha. Ya, ini membedakan fakta dan opini atau
faktanya. Sekarang yang bahasa belum.
opininya Gung yang mana?”

Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Hal 10


J-SIMBOL (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya)

4.2.3 Implikasi pada Pembelajaran 3. Implikasi tindak tutur asertif dapat


Bahasa Indonesia di SMP diterapkan pada proses
pembelajaran bahasa Indonesia di
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia SMP, diantaranya pada Kompetensi
(1999: 383), interaksi adalah yakni Dasar (KD)
saling melakukan aksi, berhubungan, berpidato/berceramah/berkhotbah
mempengaruhi. Interaksi verbal dalam dengan intonasi yang tepat dan
pembelajaran adalah hubungan antara artikulasi serta volume suara yang
orang yang satu dan yang lain dengan jelas di kelas IX semester 2, KD
menggunakan bahasa sebagai alat menceritakan pengalaman yang
komunikasinya. Setelah meneliti paling mengesankan
tuturan asertif pada interaksi menggunakan pilihan kata dan
pembelajaran siswa kelas IX SMP kalimat yang efektif di kelas VII
Negeri 17 Pesawaran, dapat dipaparkan semester 1, dan KD menyampaikan
implikasinya pada pembelajaran bahasa persetujuan, sanggahan, dan
Indonesia di SMP. Berdasarkan KTSP penolakan pendapat dalam diskusi
(Kurikulum Tingkat Satuan disertai dengan bukti atau alasan di
Pendidikan) tahun 2006, SK, KD, dan kelas VIII semester 2.
materi yang berkaitan dengan tindak
tutur asertif menyatakan, DAFTAR PUSTAKA
memberitahukan, menyarankan,
membanggakan, mengeluh, menuntut, Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
dan melaporkan sebagai berikut. Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Yogyakarta: Rineka Cipta.

SIMPULAN Austin, J.L. 1965. How to Do Things


With Words. Oxford New York:
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Oxford University.
tindak tutur asertif pada proses
pembelajaran bahasa Indonesia di kelas Chaer, Abdul dan Leoni Agustina.
IX SMP N 17 Pesawaran tahun 2004. Sosiolinguistk: Perkenalan Awal.
pelajaran 2016/2017 dapat disimpulkan Jakarta: Rineka Cipta.
sebagai berikut.
Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik:
1. Wujud tindak tutur asertif guru Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta.
meliputi enam tindak tutur, yaitu
tindak tutur asertif menyatakan, Hasan, Iqbal, 2002. Pokok-Pokok
memberitahukan, menyarankan, Materi Metodologi Penelitian dan
membanggakan, mengeluh, dan Aplikasinya. Jakarta: Galia Indonesia.
menuntut. Sementara tindak tutur
asertif melaporkan yang dituturkan Rusminto, Eko Nurlaksana. 2009.
oleh guru tidak ditemukan. Analisis Wacana Bahasa Indonesia.
2. Wujud tindak tutur asertif siswa Bandarlampung: Universitas Lampung.
meliputi tujuh tindak tutur, yaitu
tindak tutur menyatakan, Schiffrin, Deborah. 2007. Ancangan
memberitahukan, menyarankan, Kajina wacana. Yogyakarta: Pustaka
membanggakan, mengeluh, Pelaja
menuntut, dan melaporkan.
Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Hal 11
J-SIMBOL (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya)

Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Hal 12

Anda mungkin juga menyukai