PROPOSAL PENELITIAN
Arif Kurniawan
Pembimbing
NIP 19751122008012011
2022
BAB I
PENDAHULUAN
bersosialisai dengan lingkungan sekitar. Agar komunikasi dapat berjalan lancar, Bahasa
merupakan alat untuk berinteraksi atau sarana dalam komunikasi untuk mencapai tujuan
atau perasaan.
merupakan milik manusia yang digunakan untuk alat komunikasi vital dan salah satu
ciri pembeda manusia dengan makhluk ciptaan tuhan lainnya.Dapat disimpulkan bahwa
dalam berkomunikasi yang dijadikan sebagai tolak ukur oleh penuturnya adalah Bahasa
hanya dimiliki oleh manusia dan tidak dimiliki oleh makhluk ciptaan tuhan lainnya.
Dalam berkomunikasi tuturan setiap penutur tidaklah sama dapat dimaknai secara
langsung. Untuk dapat memahami makna dari tuturan tersebut, diperlukannya sebuah
konteks.
suatu tindakan yang diungkapkan melalui bahasa yang disertai dengan gerak dan sikap
angggota badan yang mendukung maksud pembicara. Tindak tutur termasuk kedalam
bagian kajian pragmatik. Kajian pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang
membahas tentang apa yang termasuk struktur bahasa sebagai alat komunikasi antara
penutur dengan mitra tutur, dan sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa pada hal-hal
yang dibicarakan (Verhaar, 1996:14). Didalam kajian pragmatik dapat ditemukan
berbagai konteks, mulai dari konteks sosial, waktu, tempat, serta suasana. Jadi, peran
Pragmatik adalah telaah yang berhubungan dengan segala aspek makna yang
tidak tercakup dalam teori semantik, atau dengan kata lain, membicarakan tentang
segala aspek makna ucapan yang tidak dapat dijelaskan secara langsung kepada
mengkaji hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari penjelasan pengertian
bahasa. Artinya, bahwa untuk mengerti sesuatu ungkapan atau ujaran bahasa diperlukan
Tindak tutur merupakan sebuah gejala individual yang bersifat psikologis dan
tertentu (Chaer dan Agustina, 2004:50). Austin (1962:94-107) membagi tindak tutur
menjadi tiga jenis, yaitu tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Tindak tutur lokusi
adalah tindak tutur yang digunakan untuk menyatakan sesuatu. Tindak tutur ilokusi
adalah tindak tutur yang digunakan untuk menyatakan sesuatu juga melakukan
sesuatu, sedangkan tindak tutur perlokusi adalah efek dari tuturan yang diujarkan
oleh penutur kepada mitra tutur. Menurut Leech (dalam Imaniar 2013:20) bahwa
tindak tutur adalah suatu tindakan yang diungkapkan melalui bahasa yang disertai
dengan gerak dan sikap angggota badan yang mendukung maksud pembicara. Tindak
tutur ditentukan karena adanya beberapa aspek situasi ujaran, antara lain (1) penyapa
atau penutur, (2) konteks sebuah tuturan, (3) tujuan sebuah tuturan, (4) tuturan sebagai
bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu.Dalam tindak tutur dapat dilihat
pengertian dari sebuah konsep dapat dihasilkan melalui ungkapan bahasa disertai
Menurut John R. Searle (1969: 23-24) terdapat tiga macam tindak tutur
dalam pemakaian bahasa tersebut adalah tindak tutur lokusi (locutionary acts), tindak
tutur ilokusi (illocutionary acts), dan tindak tutur perlokusi (perlocutionary acts).
Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak tutur
lokusi ini disebut sebagai The Act of Saying Something (Wijana, 2009: 20). Tindak
tutur lokusi merupakan suatu tindakan bertutur yang dapat berupa kata, frasa, ataupun
kalimat sesuai dengan makna yang terkandung dalam kata, frasa, ataupun kalimat itu
sendiri.
Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang selain berfungsi untuk
mengatakan sesuatu dan dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Tindak
tutur ilokusi ini disebut sebagai The Act of Doing Something (Wijana, 2009: 22).
Tindak tutur ini merupakan tindak tutur yang maksud penyampaiannya bergantung
pada siapa, kapan, dan di mana tuturan tersebut dilakukan, sehingga tuturan ini tidak
mudah diidentifikasi begitu saja seperti tindak tutur lokusi. Menurut Searle (Rahardi,
2003: 72), tindak tutur ilokusi ini dapat digolongkan dalam aktivitas bertutur itu ke
Tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang diutarakan oleh seseorang
dan seringkali mempunyai daya pengaruh (perlocution force) atau efek bagi yang
mendengarkannya. Efek atau daya pengaruh ini dapat secara sengaja maupun tidak
sengaja dikreasikan oleh penuturnya. Tindak tutur ini disebut juga The Act of
bagian dari tindak tutur ilokusi. Menurut Searle (Rahardi, 2003: 73), tuturan ekspresif
adalah bentuk tuturan yang dimaksudkan untuk menyatakan atau menunjukkan sikap
psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Tuturan ini diutarakan dengan maksud
agar ujaran yang disampaikan oleh penutur kepada lawan tuturnya dapat diartikan
sebagai evaluasi mengenai hal yang disebutkan di dalam ujaran itu. Adapun beberapa
fungsi tuturan ekspresif yang terkandung dalam sebuah ujaran yang disampaikan oleh
penutur kepada lawan tuturnya, yakni dapat berfungsi untuk mengucapkan selamat,
maaf.
pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting selama proses pembelajaran yang
dilaksanakan di kelas. Tindak tutur yang digunakan oleh guru dalam proses
pembelajaran membuat guru dengan siswa menjadi lebih mengenal karakter satu sama
tolak ukur bukan kepada apa yang diajarkan oleh guru dan bagaimana cara guru
mengajarkannya, melainkan pada apa yang perlu dipelajari oleh siswa dan bagaimana
cara siswa belajar, serta berfokus pada kegiatan di kelas (Djago, dkk. 1996:4).
B. Fokus Masalah
pada bentuk tindak tutur ekspresif, dan strategi berututur guru bahasa Indonesia dalam
C. Rumusan Masalah
tutur guru bahasa Indonesia dalam proses belajar mengajar di SMAN 9 Padang?”
D. Pertanyaan Penelitian
bentuk tindak tutur ekspresif apa saja yang digunakan oleh guru bahasa Indonesia di
SMAN 9 Padang?
E. Tujuan Penelitian
digunakan oleh guru bahasa indonesi dalam proses belajar mengajar di SMAN 9
Padang.
Kedua, strategi bertutur apa yang digunakan oleh guru bahasa Indonesia
dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis. Secara teoritis, penelitian ini
terkait bagaimana penggunaan tindak tutur ekspresif dan strategi bertutur yang
Pertama, bagi guru bahasa Indonesia SMAN 9 Padang. Dimana hasil penelitian ini
dapat bermanfaat serta menjadi acuan dalam proses pembelajaran bahasa indoneia di
sekolah. Kedua, bagi peneliti. Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengenal
tindak tutur ekspresif guru, sehingga menambah wawasan peneliti yang mana
nantinya akan menjadi calon guru. Ketiga, bagi peneliti selanjutnya. Penelitian ini
G. Batasan Istilah
Batasan istilah pada penelitian ini akan dielaskan mengenai tindak tutur,
1. Tindak Tutur
menghadapi situasi tertentu. Dalam hal ini tindak yang dimaksud yaitu tindak tutur
ekspresif guru bahasa Indonesia dalam proses belajar mengajar di SMAN 9 Padang.
Tindak tutur ekspresif merupakan yaitu tindak ilokusi yang memiliki fungsi
ekspresif yang dimaksud yaitu tindak tutur guru bahasa Indonesia dalam proses
3. Strategi Bertutur
Strategi bertutur adalah cara atau teknik yang digunakan penutur dalam
mempertimbangkan faktor dari situasi tutur. Dalam penelitian ini strategi bertutur
yang dimaksut yaitu strategi bertutur yang digunakan oleh guru bahasa Indonesia
dalam dunia pendidikan. Secara umum tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah
sebagai berikut: (1) peserta didik menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, (2) peserta didik memahami bahasa
Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi serta menggunakannya dengan tepat
dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan dan keadaan (3) peserta didik
memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis), (5) peserta
dan didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan
sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intektual manusia Indonesia ( BNSP,
2007).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
penelitian. Berdasarkan masalah yang diteliti, teori yang akan diuraikan sebagai berikut,
(1) tindak tutur, (2) tindak tutur ekspresif, (3) bentuk-bentuk tindak tutur ekspresif, (4)
1. Tindak Tutur
Tindak tutur adalah segala perbuatan bahasa yang dilakukan seseorang dalam
berbicara. Chaer (dalam Rohmadi, 2004:29) menyatakan bahwa tindak tutur merupakan
gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan oleh kemampuan bahasa
si penutur dalam menghadapi situasi tertentu.Dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna
atau arti tindakan dalam tuturannya. Sejalan dengan itu Chaer dan Agustina (2004:47)
peristiwa tutur adalah berlangsungnya interaksi linguistik dalam benuk ujaran yang
melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan mitra tutur, pada situasi tertentu. Menurut Leech
(dalam Imaniar 2013:20) bahwa tindak tutur merupakan suatu tindakan yang
diungkapkan melalui bahasa yang disertai dengan gerak dan sikap angggota badan yang
mendukung maksud pembicara. Tindak tutur ditentukan oleh adanya beberapa aspek
situasi ujar, antara lain (1) penyapa atau penutur, (2) konteks sebuah tuturan, (3) tujuan
sebuah tuturan, (4) tuturan sebagai bentuk tindakan, dan (5) tuturan sebagai produk
tindak verbal. Dari beberapa pengertian tindak tutur tersebut dapat disimpulkan bahwa
tindak tutur adalah pemahaman suatu konsep, dalam hal ini tuturan yang dihasilkan
merupakan bagian terkecil dalam interaksi lingual melalui ungkapan bahasa (produk
verbal), disertai dengan gerak dan sikap anggota badan pada situasi tertentu.
Austin (dalam Achmad, 2006:8) mengidentifikasi jenis jenis tindak tutur yang
dilakukan dalam Tindakan berbahasa, yaitu tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak
perlokusi. Tindak tutur ilokusi digolongkan menjadi lima jenis oleh Searle (Ariyanti,
Pertama, tindak tutur asertif, yakni tuturan yang mengikat penutur pada
Kedua, tindak tutur direktif, tuturan yang dimaksudkan agar si mitra tutur
Keempat, tindak tutur ekspresif, yakni ungkapan sikap dan perasaan tentang
suatu keadaan atau reaksi terhadap sikap dan perbuatan orang. Contoh memberi selamat,
atau kesesuaian antara proposisi dan realitas. Contohnya adalah membaptis, memecat,
tutur ilokusi adalah tindak tutur yang mengandung daya untuk melakukan suatu tindakan
tertentu dalam hunungannya dengan mengatakan sesuatu. Tindak tutur ilokusi terbagi
menjadi lima pembagian aitu (a) tindak tutur ekspresif, (b) tindak tutur direktif, (c) tindak
tutur representatif, (d) tindak tutur deklarasi, dan (e) tindak tutur komisif.
Tindak tutur pada penelitian ini berfokus pada tindak tutur ekspresif. Tindak
tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang dapat mengevaluasi maksud penutur kepada
Searle (dalam Rahardi, 2003:73) tuturan ekspresif adalah bentuk tuturan yang
dimaksudkan untuk menyatakan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Tuturan
ini diutarakan dengan maksud agar ujaran yang disampaikan penutur kepada mitra tutur
dapat bermaksud sebagai evaluasi mengenai hal yang disebutkan didalam ujaran itu.
Lebih lanjut Searle (dalam Gunarwan, 1994:48) tindak tutur ekspresif adalah
tuturan yang diutarakan dengan maksud agar ujaran yang disampaikan penutur kepada
lawan tuturnya dapat diartikan sebagai evaluasi mengenai hal yang disebutkan di dalam
Stambo, dkk (2019:251) juga menjelaskan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan tindak
tutur yang dilakukan dengan maksud menilai atau mengevaluasi hal yang disebutkan
dalam tuturannya.
(1999:42) mengemukakan bahwa bentuk tindak tutur ekspresif mencakup tuturan memuji,
tutur ekspresif adalah tindak tutur yang dimaksudkan oleh penuturnya agar ujarannya
dapat diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam tuturan tersebut.
berikut. Pertama, memuji. Merupakan tindak tutur yang terjadi untuk melegakan hati atau
terjadinya kesalahan yang dilakukan lawan tutur, lawan tutur tidak mau bertanggung
jawab atas kesalahan tersebut. Ketiga, mengkritik. Merupakan tindak tutur yang terjadi
karena penutur tidak suka dengan atau tidak sependapat dengan apa yang dilakukan atau
tutur yang terjadi karena pujian dari lawan tutur, atau kebaikan yang dilakukan oleh lawan
tuturnya. Kelima, mengucapkan selamat. Merupakan tindak tutur yang terjadi karena
mendapatkan sesuatu yang istimewa kepada lawan tutur. Keenam, meminta maaf.
Merupakan tindak tutur yang terjadi karena permintaan kepada lawan tutur, karena
perasaan tidak enak penutur terhadap lawan tutur. Pada penelitian ini peneliti melakukan
pembahasan terkait bentuk tindak tutur ekspresif, yaitu, (1) memuji, (2) menyalahkan, (3)
mengkritik, (4) mengucapkan terimakasih, (5) mengucapkan selamat, dan (6) meminta
maaf.
terjadi karena beberapa faktor, yakni dikarenakan kondisi dari lawan tutur yang sesuai
dengan kenyataan yang ada, karena penutur ingin melegakan hati lawan tutur, karena
penutur ingin merayu lawan tutur, karena penutur ingin menyenangkan hati lawan tutur,
atau karena perbuatan terpuji yang dilakukan oleh penutur. Berikut ini adalah salah satu
beberapa faktor, yakni karena adanya kesalahan yang dilakukan oleh lawan tutur, karena
lawan tutur tidak mau bertanggung jawab akan kesalahannya, atau karena lawan tutur
ingin melepaskan diri dari suatu kesalahan. Berikut ini adalah salah satu contoh tuturan
ekpresif menyalahkan.
karena penutur merasa tidak suka atau tidak sependapat dengan apa yang dilakukan atau
dituturkan oleh lawan tuturnya. Tuturan mengkritik biasanya berupa tanggapan, kadang-
kadang disertai dengan uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya,
pendapat dan sebagainya. Berikut ini adalah salah satu contoh tuturan ekpresif
mengkritik.
Tuturan ekspresif ucapan terima kasih merupakan tindak tutur yang biasanya
terjadi karena beberapa faktor diantaranya, yaitu dikarenakan mitra tutur atau lawan
tuturnya bersedia melakukan apa yang diminta oleh penutur, dikarenakan tuturan
‘memuji’ yang dituturkan oleh penutur kepada lawan tutur, atau dikarenakan kebaikan
hati penutur yang telah memberikan sesuatu kepada lawan tutur. Berikut ini adalah salah
Tuturan ekspresif ucapan selamat merupakan tindak tutur yang terjadi karena
beberapa faktor, yakni penutur mendapatkan sesuatu yang istimewa, penutur memberikan
sambutan istimewa kepada lawan tutur, atau sebagai sambutan atau salam penanda waktu
kebahagiaan. Berikut ini adalah salah satu contoh tuturan ekpresif ucapan selamat.
Tuturan ekspresif meminta maaf merupakan tindak tutur yang terjadi karena
beberapa faktor, yakni karena permintaan lawan tutur, karena perasaan tidak enak penutur
terhadap lawan tutur, karena telah mengganggu waktu lawan tutur, atau karena telah
berbuat kesalahan.Berikut ini adalah salah satu contoh tuturan ekpresif meminta maaf.
4. Strategi Bertutur
Strategi bertutur adalah cara atau teknik yang digunakan penutur dalam
mempertimbangkan faktor dari situasi tutur. Menurut Brown dan Levinson (dalam
pemilihan strategi bertutur, yaitu (1) jarak sosial antara penutur dan lawan tutur, (2)
perbedaan kekuasaan antara penutur dengan lawan tutur, dan (3) ancaman suatu tindak
strategi bertutur menjadi lima bagian, yaitu (1) strategi terus terang tanpa basa-basi
(BTTB), (2) bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan positif (BTDKP), (3)
bertutur terus terang dengan kesantunan negative (BTDKN), (4) bertutur samar-samar
Penutur akan melakukan tindak tutur terus terang tanpa basa-basi jika penutur
tidak khawatir atas pembelaan penutur. Strategi bertutur tanpa basa-basi dipilih jika
memiliki kekuasaan status sosial yang lebih tinggi dari lawan tutur.
strategi bertutur secara langsung. Bertutur terus terang tanpa basa-basi merupakan
tuturan yang diucapkan denga napa adanya tanpa basa-basi yang disampaikan melalui
Strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan positif ini mencakup
bentuk-bentuk tuturan yang dilakukan untuk melarang suatu Tindakan secara langsung
tanpa basa-basi, strategi bertutur ini biasanya sedikit dilunakkan. Penutur akan
melakukan tindak tutur terus terang tanpa basa-basi dipilih jika penutur memiliki
lawan tutur.
strategi yang digunakan penutur untuk menunjukan keakraban kepada lawan tutur
yang bukan orang dekat penutur. Untuk memudahkan interaksinya penutur mencoba
memberi kesan seolah-olah mempunyai tujuan yang sama dengan lawan tuturya.
bertutur mempunyai lima belas substrategi yaitu, (1) tuturan menggunakan penanda
identitas sebagai anggota kelompok yang sama,(2) tuturan memberikan alasan, (3)
tuturan melibatkan penutur dan lawan tutur dalam satu kegiatan, (4) tuturan mencari
kesepakatan, (5) tuturan melipatgandakan simpati, (6) tuturan berjanji, (7) tuturan
memberikan penghargaan kepada lawan tutur, (8) tuturan bersifat optimis kepada
lawan tutur, (9) tuturan bergurau, (10) tuturan menyatakan saling membantu, (11)
menawarkan atau berjanji, (12) melibatkan penutur dengan penutur dalam kegiatan,
(13) memberi alasan, (14) saling membantu, dan (15) memberi hadiah kepada penutur.
enam substrategi yaitu, (1) menyatakan tuturan tidak langsung secara konvensional,
impersonal.
bertutur secara tidak langsung. Strategi bertutur samar-samar (BSS) terdiri atas lima
yang sebenarnya, (5) menyatakan lebih dari kenyataan yang sebenarnya, (7)
secara tidak langsung. Strategi bertutur dalam hati adalah penutur tidak mengujarka
maksud hatinya merupakam strategi terakhir yang sering digunakan penutur dalam
tindak tutur. Penutur memilih diam dan hanya menyimpan tuturannya dalam hati,
karena penutur ingin menghindari dirinya untuk menyakiti lawan tutr melalui
Proses pembelajaran di kelas tak lepas dengan yang namanya belajar dan
mengajar atau hubungan timbal balik yang berlangsung antara guru dan siswa
dkk (2000) kata belajar berarti merupakan suatu proses perubahan tingkah laku
yang terjadi pada siswa akibat adanya interaksi yang terjadi di dalam kelas (guru
dan siswa).
kegiatan belajar yang lebih baik kepada seseorang dengan cara bimbingan, sajian
berkomunikasi dengan menetapkan bentuk dan strategi tuturan yang benar. Segala
hal yang dilakukan guru saat melakukan proses pembelajaran bahasa Indonesia di
dalam kelas tidak terlepas dari cara guru tersebut dalam bertindak tutur. Karena
pemilihan kosa kata dakam tindak tutur guru dalam proses pembelajaran sangat
Maros terdapat beberapa bentuk tuturan ekspresif yang berbentuk kata, frasa,
ditemukan dalam penelitian. Bentuk tuturan ekspresif guru terhadap siswa dalam
terdapat beberapa bentuk tuturan ekspresif yang berbentuk kata, frasa, klausa
dalam penelitian.
subjeknya yaitu sama-sama meneliti tindak tutur ekspresif guru bahasa indoneia
menganalisis tentang tindak tutur ekspresi guru dalam bahasa Indonesia dalam
menunjukkan fungsi tindak tutur ekspresif guru antara lain: fungsi sapaan, fungsi
mengungkapkan kekecewaan.
subjeknya yaitu sama-sama meneliti tindak tutur ekspresif guru bahasa indoneia
bahasa Indonesia kelas VIII SMP Negeri 7 Jember”. Sedangkan penelitian ini
menganalisis tentang tindak tutur ekspresi guru dalam bahasa Indonesia dalam
Tindak Tutur
Tindak Tutur Tindak Tutur Tindak Tutur Tindak Tutur Tindak Tutur
Asertif Direktif Ekspresif Komisif Deklaratif
Menyuruh BTTB
BTDKP
Memohon
BTBKN
Menuntut
BSS
Menyarankan
BDH
Menantang
Proses Pembelajaran
Pembuka
Inti
Penutup
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penelitian, seperti perilaku, persepso, motivasi, tindakan,
dan lain-lain dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Metode
deskriptif adalah metode yang dapat bertindak dalam pemberian gambaran terhadap
suatu proses atau kejadian yang sedang terjadi. Menurut Yusuf (2005:56) metode
kata dengan bahasa, dengan gambar, sebagaimana adanya sesuatu kejadian tertentu.
metode deskriptif berarti peneliti menganalisis data berupa kata-kata, gambaran dan
lingkungan penelitian berdasarka apa adanya atau kenyataannya tanpa ada rekaan.
Oleh sebab itu, maka penelitian ini berlandaskan pada penelitian kualitatif
berupa kata-kata yang berasal dari tuturan seorang guru dalam proses belajar
mengajar.
Data dalam penelitian ini berupa tuturan yang digunakan oleh guru Bahasa
Indonesia dalam proses belajar mengajar SMA N 9 Padang. Sumber data penelitian
ini adalah seluruh tuturan yang digunakan guru Bahasa Indonesia SMA N 9 Padang
dalam proses belajar mengajar dari awal pembukaan pembelajaran sampai akhir
pembelajaran.
C. Subjek Penelitian
penelitian. Dari berbagai pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa subjek
penelitian adalah seseorang atau perwakilan dari populasi yang dijadikan titik pusat
bagi peneliti untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Subjek
penelitian ini adalah guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA N 9 Padang.
D. Instrumen Penelitian
mengumpulkan data hasil penelitian. Penelitian ini menggunakan alat bantu berupa
alat perekam berupa handphone, alat tulis, dan lembar pengamatan. Alat perekam
digunakan untuk merekam tindak tutur guru dan respon siswa dalam proses belajar
untuk mencatat tindak tutur guru yang tidak terekam oleh alat perekam.
Metode pengumpulan data merupakan cara yang dapat dilakukan oleh peneliti
untuk mengumpulan hasil data penelitian. Pada penelitian ini peneliti menggunakan
metode simak dalam penelitian. Metode peyediaan data ini disebut metode simak
Penelitian ini fokusnya menggunakan teknik simak bebas libat cakap, catat,
dan teknik rekam. Menurut Mahsun (dalam Muhammad, 2011:194) Teknik simak
bebas libat cakap merupakan teknik yang digunakan oleh peneliti dimana peneliti
hanya berperan sebagai pengamat penggunaan bahasa yang dilakukan oleh subjek.
Dalam hal ini peneliti tidak terlibat dalam peristiwa tutur, jadi peneliti hanya
menyimak dialog antara guru dan siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan cara
rekam dan catat. Penulis hanya sebagai pengamat lalu merekam dan mencatat segala
tindak tutur dan kegiatan yang terjadi. Data yang diperoleh kemudian
Moleong (2010: 280) berpendapat bahwa teknik penganalisisan data adalah proses
satuan uraian dasar. Pada penelitian kualitatif kegiatan analisis data sudah dilakukan
Berikut teknik analisis data yang dilakukan penulis. Pertama, data hasil rekaman
tindak tutur guru dalam proses belajar mengajar di kelas berupa data lisan
tutur ekspresif apa saja yang digunakan oleh guru bahasa Indonesia dalam proses
pembelajaran.
Ketiga, menganalisis data berdasarkan bentuk tindak tutur yang digunakan oleh
guru bahasa Indonesia dalam proses pembelajaran. Untuk menganalisis data, peneliti
mempersiapkan tabel dengan keterangan no, kode tuturan data, tuturan, dan kode
data. Pada saat mengisi keterangan bagian kode tuturan data peneliti mengawali
dengan nama kode informan atau penutur. Langkah selanjutnya memasukan semua
tuturan yang disampaikan informan sesuai dengan kode yang telah disiapkan.
Berikutnya, pada bagian kode data, disusun dengan berurutan sesuai dengan kode
tuturan data.
lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap
berdasarkan metode yang ada, dengan bimbingan dan bantuan seseorang yang
dianggap ahli dalam bidang tersebut, yaitu dosen Fakultas Bahasa dan Seni,
Kembali data yang sudah didapati, agar tidak terjadinya keraguan serta kekeliruan