Anda di halaman 1dari 26

TINDAK TUTUR EKSPRESIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES

BELAJAR MENGAJAR DI SMAN 9 PADANG

PROPOSAL PENELITIAN

Arif Kurniawan

NIM 19016072 / 2019

Pembimbing

Ena Noveria, M.Pd

NIP 19751122008012011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

DEPARTEMEN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk sosial,sangat membutuhkan komunikasi agar bisa

bersosialisai dengan lingkungan sekitar. Agar komunikasi dapat berjalan lancar, Bahasa

digunakan sebagai alat komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan gagasan,

pikiran, perasaan, dan pendapat dengan menggunakan Bahasa (Suci, dkk:2021).Bahasa

merupakan alat untuk berinteraksi atau sarana dalam komunikasi untuk mencapai tujuan

atau perasaan.

Tarigan (dalam Mella dan Tressyalina, 2022) menyatakan bahwa bahasa

merupakan milik manusia yang digunakan untuk alat komunikasi vital dan salah satu

ciri pembeda manusia dengan makhluk ciptaan tuhan lainnya.Dapat disimpulkan bahwa

dalam berkomunikasi yang dijadikan sebagai tolak ukur oleh penuturnya adalah Bahasa

untuk melakukan komunikasi baik menyampaikan gagasan,tujuan atau perasaan yang

hanya dimiliki oleh manusia dan tidak dimiliki oleh makhluk ciptaan tuhan lainnya.

Dalam berkomunikasi tuturan setiap penutur tidaklah sama dapat dimaknai secara

langsung. Untuk dapat memahami makna dari tuturan tersebut, diperlukannya sebuah

konteks.

Menurut Leech (dalam Imaniar 2013:20) bahwa tindak tutur merupakan

suatu tindakan yang diungkapkan melalui bahasa yang disertai dengan gerak dan sikap

angggota badan yang mendukung maksud pembicara. Tindak tutur termasuk kedalam

bagian kajian pragmatik. Kajian pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang

membahas tentang apa yang termasuk struktur bahasa sebagai alat komunikasi antara

penutur dengan mitra tutur, dan sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa pada hal-hal
yang dibicarakan (Verhaar, 1996:14). Didalam kajian pragmatik dapat ditemukan

berbagai konteks, mulai dari konteks sosial, waktu, tempat, serta suasana. Jadi, peran

konteks tutur dapat memperkuat tuturan yang dimaksud dalam berkomunikasi.

Pragmatik adalah telaah yang berhubungan dengan segala aspek makna yang

tidak tercakup dalam teori semantik, atau dengan kata lain, membicarakan tentang

segala aspek makna ucapan yang tidak dapat dijelaskan secara langsung kepada

kondisi-kondisi kebenaran kalimat yang diucapkan. Sependapat dengan Levinson

(dalam Nababan, 1987:2) menyatakan bahwa pragmatik merupakan ilmu yang

mengkaji hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari penjelasan pengertian

bahasa. Artinya, bahwa untuk mengerti sesuatu ungkapan atau ujaran bahasa diperlukan

pengetahuan dari makna kata dan hubungan dengan konteks pemakainya.

Tindak tutur merupakan sebuah gejala individual yang bersifat psikologis dan

keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan berbahasa penutur dalam situasi

tertentu (Chaer dan Agustina, 2004:50). Austin (1962:94-107) membagi tindak tutur

menjadi tiga jenis, yaitu tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Tindak tutur lokusi

adalah tindak tutur yang digunakan untuk menyatakan sesuatu. Tindak tutur ilokusi

adalah tindak tutur yang digunakan untuk menyatakan sesuatu juga melakukan

sesuatu, sedangkan tindak tutur perlokusi adalah efek dari tuturan yang diujarkan

oleh penutur kepada mitra tutur. Menurut Leech (dalam Imaniar 2013:20) bahwa

tindak tutur adalah suatu tindakan yang diungkapkan melalui bahasa yang disertai

dengan gerak dan sikap angggota badan yang mendukung maksud pembicara. Tindak

tutur ditentukan karena adanya beberapa aspek situasi ujaran, antara lain (1) penyapa

atau penutur, (2) konteks sebuah tuturan, (3) tujuan sebuah tuturan, (4) tuturan sebagai

bentuk tindakan, dan (5) tuturan sebagai produk tindak verbal.


Chaer (dalam Rohmadi, 2004:29) menyatakan bahwa tindak tutur merupakan

gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan oleh kemampuan

bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu.Dalam tindak tutur dapat dilihat

pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya.

Dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa,tindak tutur adalah

pengertian dari sebuah konsep dapat dihasilkan melalui ungkapan bahasa disertai

dengan gerakan badan pada situasi tertentu.

Menurut John R. Searle (1969: 23-24) terdapat tiga macam tindak tutur

dalam praktik penggunaan bahasa di masyarakat,. Ketiga macam tindak tutur di

dalam pemakaian bahasa tersebut adalah tindak tutur lokusi (locutionary acts), tindak

tutur ilokusi (illocutionary acts), dan tindak tutur perlokusi (perlocutionary acts).

Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak tutur

lokusi ini disebut sebagai The Act of Saying Something (Wijana, 2009: 20). Tindak

tutur lokusi merupakan suatu tindakan bertutur yang dapat berupa kata, frasa, ataupun

kalimat sesuai dengan makna yang terkandung dalam kata, frasa, ataupun kalimat itu

sendiri.

Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang selain berfungsi untuk

mengatakan sesuatu dan dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Tindak

tutur ilokusi ini disebut sebagai The Act of Doing Something (Wijana, 2009: 22).

Tindak tutur ini merupakan tindak tutur yang maksud penyampaiannya bergantung

pada siapa, kapan, dan di mana tuturan tersebut dilakukan, sehingga tuturan ini tidak

mudah diidentifikasi begitu saja seperti tindak tutur lokusi. Menurut Searle (Rahardi,

2003: 72), tindak tutur ilokusi ini dapat digolongkan dalam aktivitas bertutur itu ke

dalam lima macam bentuk tuturan yang masing-masing memiliki fungsi


komunikatifnya sendiri-sendiri. Kelima macam bentuk tuturan tersebut adalah asertif,

direktif, deklarasi, komisif, dan ekspresif.

Tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang diutarakan oleh seseorang

dan seringkali mempunyai daya pengaruh (perlocution force) atau efek bagi yang

mendengarkannya. Efek atau daya pengaruh ini dapat secara sengaja maupun tidak

sengaja dikreasikan oleh penuturnya. Tindak tutur ini disebut juga The Act of

Affecting Someone (Wijana, 2009: 23).

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa tuturan ekspresif merupakan

bagian dari tindak tutur ilokusi. Menurut Searle (Rahardi, 2003: 73), tuturan ekspresif

adalah bentuk tuturan yang dimaksudkan untuk menyatakan atau menunjukkan sikap

psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Tuturan ini diutarakan dengan maksud

agar ujaran yang disampaikan oleh penutur kepada lawan tuturnya dapat diartikan

sebagai evaluasi mengenai hal yang disebutkan di dalam ujaran itu. Adapun beberapa

fungsi tuturan ekspresif yang terkandung dalam sebuah ujaran yang disampaikan oleh

penutur kepada lawan tuturnya, yakni dapat berfungsi untuk mengucapkan selamat,

terima kasih, mengkritik, mengeluh, menyalahkaan, memuji, menyindir, dan meminta

maaf.

Tindak tutur dapat diguakan oleh guru dalam melaksanakan proses

pembelajaran di kelas. Guru menggunakan tindak tutur ekspresif dalam proses

pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting selama proses pembelajaran yang

dilaksanakan di kelas. Tindak tutur yang digunakan oleh guru dalam proses

pembelajaran membuat guru dengan siswa menjadi lebih mengenal karakter satu sama

lain antar guru dan siswa.


Proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas memiliki

tolak ukur bukan kepada apa yang diajarkan oleh guru dan bagaimana cara guru

mengajarkannya, melainkan pada apa yang perlu dipelajari oleh siswa dan bagaimana

cara siswa belajar, serta berfokus pada kegiatan di kelas (Djago, dkk. 1996:4).

B. Fokus Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut, penelitian ini difokuskan

pada bentuk tindak tutur ekspresif, dan strategi berututur guru bahasa Indonesia dalam

proses belajar mengajar di SMAN 9 Padang.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah bentuk tindak

tutur guru bahasa Indonesia dalam proses belajar mengajar di SMAN 9 Padang?”

D. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama,

bentuk tindak tutur ekspresif apa saja yang digunakan oleh guru bahasa Indonesia di

SMAN 9 Padang?

Kedua, bagaimanakah strategi bertutur yang digunakan oleh guru bahasa

Indonesia dalam proses belajar mengajar di SMAN 9 Padang?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan sebagai berikut. Pertama, bentuk tindak tutur ekspresif yang

digunakan oleh guru bahasa indonesi dalam proses belajar mengajar di SMAN 9

Padang.

Kedua, strategi bertutur apa yang digunakan oleh guru bahasa Indonesia

dalam proses belajar mengajar di SMAN 9 Padang.


F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan pada tujuan penelitian diatas, manfaat penelitian ini diharapkan

dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis. Secara teoritis, penelitian ini

diharapkan dapat bermanfaat untuk mengumpulkan teori serta memberikan informasi

terkait bagaimana penggunaan tindak tutur ekspresif dan strategi bertutur yang

digunakan guru bahasa Indonesia di SMAN 9 Padang.

Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak berikut.

Pertama, bagi guru bahasa Indonesia SMAN 9 Padang. Dimana hasil penelitian ini

dapat bermanfaat serta menjadi acuan dalam proses pembelajaran bahasa indoneia di

sekolah. Kedua, bagi peneliti. Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengenal

tindak tutur ekspresif guru, sehingga menambah wawasan peneliti yang mana

nantinya akan menjadi calon guru. Ketiga, bagi peneliti selanjutnya. Penelitian ini

diharapkan dapat memberikan pedoman dalam melakukan penelitian.

G. Batasan Istilah

Batasan istilah pada penelitian ini akan dielaskan mengenai tindak tutur,

tindak tutur ekspresif, strategi bertutur, dan pembelajaran bahasa Indonesia.

1. Tindak Tutur

Tindak tutur merupakan gejala individual yang bersifat psikologis dan

keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa yang dimiliki penutur dalam

menghadapi situasi tertentu. Dalam hal ini tindak yang dimaksud yaitu tindak tutur

ekspresif guru bahasa Indonesia dalam proses belajar mengajar di SMAN 9 Padang.

2. Tindak Tutur Ekspresif

Tindak tutur ekspresif merupakan yaitu tindak ilokusi yang memiliki fungsi

untuk mengekspresikan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat

dalam ilokusi. Misalnya, memberikan selamat, mengucapkan terima kasih,


mengecam, memuji, dan mengucapkan belasungkawa. Pada penelitian ini tindak tutur

ekspresif yang dimaksud yaitu tindak tutur guru bahasa Indonesia dalam proses

belajar mengajar di SMAN 9 Padang.

3. Strategi Bertutur

Strategi bertutur adalah cara atau teknik yang digunakan penutur dalam

mempertimbangkan faktor dari situasi tutur. Dalam penelitian ini strategi bertutur

yang dimaksut yaitu strategi bertutur yang digunakan oleh guru bahasa Indonesia

dalam proses belajar mengajar di SMAN 9 Padang.

4. Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran penting

dalam dunia pendidikan. Secara umum tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah

sebagai berikut: (1) peserta didik menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia

sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, (2) peserta didik memahami bahasa

Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi serta menggunakannya dengan tepat

dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan dan keadaan (3) peserta didik

memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan

kemampuan, kematangan emoasional, dan kematangan sosial, (4) peserta didik

memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis), (5) peserta

dan didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan

kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan berbahasa, (6) peserta didik menghargai dan membanggakan karya

sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intektual manusia Indonesia ( BNSP,

2007).
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Kajian teori adalah teori-teori yang berkaitan dalam menganalisis data-data

penelitian. Berdasarkan masalah yang diteliti, teori yang akan diuraikan sebagai berikut,

(1) tindak tutur, (2) tindak tutur ekspresif, (3) bentuk-bentuk tindak tutur ekspresif, (4)

strategi bertutur, (5) proses pembelajaran di kelas.

1. Tindak Tutur

Tindak tutur adalah segala perbuatan bahasa yang dilakukan seseorang dalam

berbicara. Chaer (dalam Rohmadi, 2004:29) menyatakan bahwa tindak tutur merupakan

gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan oleh kemampuan bahasa

si penutur dalam menghadapi situasi tertentu.Dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna

atau arti tindakan dalam tuturannya. Sejalan dengan itu Chaer dan Agustina (2004:47)

peristiwa tutur adalah berlangsungnya interaksi linguistik dalam benuk ujaran yang

melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan mitra tutur, pada situasi tertentu. Menurut Leech

(dalam Imaniar 2013:20) bahwa tindak tutur merupakan suatu tindakan yang

diungkapkan melalui bahasa yang disertai dengan gerak dan sikap angggota badan yang

mendukung maksud pembicara. Tindak tutur ditentukan oleh adanya beberapa aspek

situasi ujar, antara lain (1) penyapa atau penutur, (2) konteks sebuah tuturan, (3) tujuan

sebuah tuturan, (4) tuturan sebagai bentuk tindakan, dan (5) tuturan sebagai produk
tindak verbal. Dari beberapa pengertian tindak tutur tersebut dapat disimpulkan bahwa

tindak tutur adalah pemahaman suatu konsep, dalam hal ini tuturan yang dihasilkan

merupakan bagian terkecil dalam interaksi lingual melalui ungkapan bahasa (produk

verbal), disertai dengan gerak dan sikap anggota badan pada situasi tertentu.

Austin (dalam Achmad, 2006:8) mengidentifikasi jenis jenis tindak tutur yang

dilakukan dalam Tindakan berbahasa, yaitu tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak

perlokusi. Tindak tutur ilokusi digolongkan menjadi lima jenis oleh Searle (Ariyanti,

2017). Kelima jenis itu yaitu.

Pertama, tindak tutur asertif, yakni tuturan yang mengikat penutur pada

kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya menyatakan, menyarankan, membual,

mengeluh, dan mengklaim.

Kedua, tindak tutur direktif, tuturan yang dimaksudkan agar si mitra tutur

melakukan tindakansesuai tuturan, misalnya, memesan, memerintah, memohon,

menasihati, dan merekomendasi.

Ketiga, tindak tutur komisif, yakni tindak yang menuntut penuturnya

berkomitmen melakukan sesuatu di masa depan. Contohnya adalah berjanji, bersumpah,

menolak, mengancam, dan menjamin.

Keempat, tindak tutur ekspresif, yakni ungkapan sikap dan perasaan tentang

suatu keadaan atau reaksi terhadap sikap dan perbuatan orang. Contoh memberi selamat,

bersyukur, menyesalkan, meminta maaf, menyambut, dan berterima kasih.

Kelima, tindak tutur deklaratif, yakni ilokusi yang menyebabkan perubahan

atau kesesuaian antara proposisi dan realitas. Contohnya adalah membaptis, memecat,

memberi nama, dan menghukum.

2. Tindak Tutur Ekspresif


Tindak tutur ekspresif termasuk kedalam jenis tindak tutur ilokusi. Tindak

tutur ilokusi adalah tindak tutur yang mengandung daya untuk melakukan suatu tindakan

tertentu dalam hunungannya dengan mengatakan sesuatu. Tindak tutur ilokusi terbagi

menjadi lima pembagian aitu (a) tindak tutur ekspresif, (b) tindak tutur direktif, (c) tindak

tutur representatif, (d) tindak tutur deklarasi, dan (e) tindak tutur komisif.

Tindak tutur pada penelitian ini berfokus pada tindak tutur ekspresif. Tindak

tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang dapat mengevaluasi maksud penutur kepada

mitra tutur melalui tuturan yang diucapkan.

Searle (dalam Rahardi, 2003:73) tuturan ekspresif adalah bentuk tuturan yang

dimaksudkan untuk menyatakan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Tuturan

ini diutarakan dengan maksud agar ujaran yang disampaikan penutur kepada mitra tutur

dapat bermaksud sebagai evaluasi mengenai hal yang disebutkan didalam ujaran itu.

Lebih lanjut Searle (dalam Gunarwan, 1994:48) tindak tutur ekspresif adalah

tuturan yang diutarakan dengan maksud agar ujaran yang disampaikan penutur kepada

lawan tuturnya dapat diartikan sebagai evaluasi mengenai hal yang disebutkan di dalam

ujaran itu. Misalnya, memuji, mengucapkan terimakasih, mengkritik, dan mengeluh.

Stambo, dkk (2019:251) juga menjelaskan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan tindak

tutur yang dilakukan dengan maksud menilai atau mengevaluasi hal yang disebutkan

dalam tuturannya.

Tindak tutur ekspresif mencakup memuji, mengkritik, meminta maaf,

mengucapkan terimakasih, mengeluh, dan mengucapkan selamat. Berikutnya Rustono

(1999:42) mengemukakan bahwa bentuk tindak tutur ekspresif mencakup tuturan memuji,

mengucapkan terimakasih, mengkritik, meminta maaf, menyalahkan, dan menyanjung.


Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa tuturan ekspresif atau tindak

tutur ekspresif adalah tindak tutur yang dimaksudkan oleh penuturnya agar ujarannya

dapat diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam tuturan tersebut.

3. Bentuk-bentuk Tindak Tutur Ekspresif

Sari (2012:7-12) menjelaskan bentuk-bentuk tindak tutur ekspresif sebagai

berikut. Pertama, memuji. Merupakan tindak tutur yang terjadi untuk melegakan hati atau

merayu mitra tutur. Kedua, menyalahkan. Merupakan tuturan yangterjadi karena

terjadinya kesalahan yang dilakukan lawan tutur, lawan tutur tidak mau bertanggung

jawab atas kesalahan tersebut. Ketiga, mengkritik. Merupakan tindak tutur yang terjadi

karena penutur tidak suka dengan atau tidak sependapat dengan apa yang dilakukan atau

diucapkan oleh lawan tuturnya. Keempat, mengucapkan terimakasih. Merupakan tindak

tutur yang terjadi karena pujian dari lawan tutur, atau kebaikan yang dilakukan oleh lawan

tuturnya. Kelima, mengucapkan selamat. Merupakan tindak tutur yang terjadi karena

mendapatkan sesuatu yang istimewa kepada lawan tutur. Keenam, meminta maaf.

Merupakan tindak tutur yang terjadi karena permintaan kepada lawan tutur, karena

perasaan tidak enak penutur terhadap lawan tutur. Pada penelitian ini peneliti melakukan

pembahasan terkait bentuk tindak tutur ekspresif, yaitu, (1) memuji, (2) menyalahkan, (3)

mengkritik, (4) mengucapkan terimakasih, (5) mengucapkan selamat, dan (6) meminta

maaf.

a) Tindak Tutur Memuji

Tuturan ekspresif menyanjung atau memuji merupakan tindak tutur yang

terjadi karena beberapa faktor, yakni dikarenakan kondisi dari lawan tutur yang sesuai

dengan kenyataan yang ada, karena penutur ingin melegakan hati lawan tutur, karena
penutur ingin merayu lawan tutur, karena penutur ingin menyenangkan hati lawan tutur,

atau karena perbuatan terpuji yang dilakukan oleh penutur. Berikut ini adalah salah satu

contoh tuturan ekpresif menyanjung atau memuji.

b) Tindak Tutur Menyalahkan

Tuturan ekspresif menyalahkan merupakan tindak tutur yang terjadi karena

beberapa faktor, yakni karena adanya kesalahan yang dilakukan oleh lawan tutur, karena

lawan tutur tidak mau bertanggung jawab akan kesalahannya, atau karena lawan tutur

ingin melepaskan diri dari suatu kesalahan. Berikut ini adalah salah satu contoh tuturan

ekpresif menyalahkan.

c) Tindak Tutur mengkritik

Tuturan ekspresif ucapan mengkritik merupakan tindak tutur yang terjadi

karena penutur merasa tidak suka atau tidak sependapat dengan apa yang dilakukan atau

dituturkan oleh lawan tuturnya. Tuturan mengkritik biasanya berupa tanggapan, kadang-

kadang disertai dengan uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya,

pendapat dan sebagainya. Berikut ini adalah salah satu contoh tuturan ekpresif

mengkritik.

d) Tindak Tutur mengucapkan terimakasih

Tuturan ekspresif ucapan terima kasih merupakan tindak tutur yang biasanya

terjadi karena beberapa faktor diantaranya, yaitu dikarenakan mitra tutur atau lawan

tuturnya bersedia melakukan apa yang diminta oleh penutur, dikarenakan tuturan

‘memuji’ yang dituturkan oleh penutur kepada lawan tutur, atau dikarenakan kebaikan
hati penutur yang telah memberikan sesuatu kepada lawan tutur. Berikut ini adalah salah

satu contoh tuturan ekpresif ucapan terima kasih.

e) Tindak Tutur Mengucapkan Selamat

Tuturan ekspresif ucapan selamat merupakan tindak tutur yang terjadi karena

beberapa faktor, yakni penutur mendapatkan sesuatu yang istimewa, penutur memberikan

sambutan istimewa kepada lawan tutur, atau sebagai sambutan atau salam penanda waktu

sehingga lawan tuturnya mengucapkan selamat kepada penutur sebagai ekspresi

kebahagiaan. Berikut ini adalah salah satu contoh tuturan ekpresif ucapan selamat.

f) Tindak Tutur Meminta Maaf

Tuturan ekspresif meminta maaf merupakan tindak tutur yang terjadi karena

beberapa faktor, yakni karena permintaan lawan tutur, karena perasaan tidak enak penutur

terhadap lawan tutur, karena telah mengganggu waktu lawan tutur, atau karena telah

berbuat kesalahan.Berikut ini adalah salah satu contoh tuturan ekpresif meminta maaf.

4. Strategi Bertutur

Strategi bertutur adalah cara atau teknik yang digunakan penutur dalam

mempertimbangkan faktor dari situasi tutur. Menurut Brown dan Levinson (dalam

Syahrul, 2008:18-19) menjelaskan 3 pertimbangan yang menjadikan dasar dalam

pemilihan strategi bertutur, yaitu (1) jarak sosial antara penutur dan lawan tutur, (2)

perbedaan kekuasaan antara penutur dengan lawan tutur, dan (3) ancaman suatu tindak

tutur berdasarkan pandangan budaya tertentu.

Lebih lanjut Brown dan Levinson (dalam Syahrul, 2008:18-19) membagi

strategi bertutur menjadi lima bagian, yaitu (1) strategi terus terang tanpa basa-basi

(BTTB), (2) bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan positif (BTDKP), (3)

bertutur terus terang dengan kesantunan negative (BTDKN), (4) bertutur samar-samar

(BSS), dan bertutur dalam hati (BDH).


a) Strategi Bertutur Terus Terang Tanpa Basa-Basi

Penutur akan melakukan tindak tutur terus terang tanpa basa-basi jika penutur

tidak khawatir atas pembelaan penutur. Strategi bertutur tanpa basa-basi dipilih jika

penutur memiliki keinginan untuk melakukan Tindakan mengancam muka tanpa

mempertimbangkan muka lawan tutur. Hal tersebut disebabkan penutur, misalnya

memiliki kekuasaan status sosial yang lebih tinggi dari lawan tutur.

Bertutur Terus Terang tanpa Basa-Basi (BTTB) dapat dikategorikan sebagai

strategi bertutur secara langsung. Bertutur terus terang tanpa basa-basi merupakan

tuturan yang diucapkan denga napa adanya tanpa basa-basi yang disampaikan melalui

tuturan yang diucapkan.

b) Bertutur Terus Terang dengan Basa-Basi Kesantunan Positif

Strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan positif ini mencakup

bentuk-bentuk tuturan yang dilakukan untuk melarang suatu Tindakan secara langsung

tanpa basa-basi, strategi bertutur ini biasanya sedikit dilunakkan. Penutur akan

melakukan tindak tutur terus terang tanpa basa-basi dipilih jika penutur memiliki

keinginan untuk melakukan Tindakan mengancam muka tanpa mempertimbangkan

lawan tutur.

Strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan positif merupkan

strategi yang digunakan penutur untuk menunjukan keakraban kepada lawan tutur

yang bukan orang dekat penutur. Untuk memudahkan interaksinya penutur mencoba

memberi kesan seolah-olah mempunyai tujuan yang sama dengan lawan tuturya.

Selanjutnya, Brown dan Levinson (1987:129) mengemukakan bahwa strategi

bertutur mempunyai lima belas substrategi yaitu, (1) tuturan menggunakan penanda

identitas sebagai anggota kelompok yang sama,(2) tuturan memberikan alasan, (3)

tuturan melibatkan penutur dan lawan tutur dalam satu kegiatan, (4) tuturan mencari
kesepakatan, (5) tuturan melipatgandakan simpati, (6) tuturan berjanji, (7) tuturan

memberikan penghargaan kepada lawan tutur, (8) tuturan bersifat optimis kepada

lawan tutur, (9) tuturan bergurau, (10) tuturan menyatakan saling membantu, (11)

menawarkan atau berjanji, (12) melibatkan penutur dengan penutur dalam kegiatan,

(13) memberi alasan, (14) saling membantu, dan (15) memberi hadiah kepada penutur.

c) Strategi Bertutur Terus Terang dengan Basa-Basi Kesantunan Negatif

Bertutur Terus terang dengan basa-basi kesantunan negatif dapat

dikategorikan sebagai strategi bertutur tidak secara langsung. Elan (2011:5)

mengemukakan strategi bertutur dengan basa-basi kesantunan negatif mempunyai

enam substrategi yaitu, (1) menyatakan tuturan tidak langsung secara konvensional,

(2) menyatakan kepesimisan, (3) meminimalkan beban, (4) menyatakan paksaan

kepada penutur, (5) memberikan penghormata, dan (6) menggunakan bentuk

impersonal.

d) Strategi Bertutur Samar-samar

Strategi bertutur samar-samar (BSS) dapat dikategorikan sebagai strategi

bertutur secara tidak langsung. Strategi bertutur samar-samar (BSS) terdiri atas lima

belas substrategi yaitu, (1) menggunakan isyarat, (2) menggunakan petunjuk-

petunjuk asosiasi, (3) memperanggapan, (4) menyatakan kurang dari kenyataan

yang sebenarnya, (5) menyatakan lebih dari kenyataan yang sebenarnya, (7)

menggunakan kontradiksi, (8) menjadikan ironi, (9) menggunakan metapora,(10)

menggunakan pernyataan retoris, (11) menjadikan peran ambigu, (12) menjadikan

pesan kabur, (13) menggeneralisasikan secara verlebihan, (14) mengalihkan

pertuturan, dan (15) menjadikan tuturan tidak lengkap atau elipasis.

e) Strategi Bertutur Dalam Hati


Strategi bertutur dalam hati dapat dikategorikan sebagai strategi bertutur

secara tidak langsung. Strategi bertutur dalam hati adalah penutur tidak mengujarka

maksud hatinya merupakam strategi terakhir yang sering digunakan penutur dalam

tindak tutur. Penutur memilih diam dan hanya menyimpan tuturannya dalam hati,

karena penutur ingin menghindari dirinya untuk menyakiti lawan tutr melalui

tuturan yang mungkin berpotensi mengancam muka penutur.

5. Proses Pembelajaran di Kelas

Proses pembelajaran di kelas tak lepas dengan yang namanya belajar dan

mengajar atau hubungan timbal balik yang berlangsung antara guru dan siswa

dalam situasi edukatif untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Menurut M.Subana,

dkk (2000) kata belajar berarti merupakan suatu proses perubahan tingkah laku

yang terjadi pada siswa akibat adanya interaksi yang terjadi di dalam kelas (guru

dan siswa).

Menurut Willian H. Burton (dalam M.Subana, dkk, 2000) mengajar adalah

upaya yang dilakukan oleh guru dalam memberikan rangsangan, bimbingan,

mengarahkan, serta memberikan dorongan kepada siswa agar semangat dalam

melaksanakan proses pembelajaran. Sutardji (1989:166) berpendapat bahwa

pembelajaran merupakan suatu usaha memberikan sesuatu untuk dapat melakukan

kegiatan belajar yang lebih baik kepada seseorang dengan cara bimbingan, sajian

pengetahuan agar dapat mengerti tentang sesuatu. Adanya proses berkomunikasi

dengan cara menguasai, memahami, serta mengimplementasikan keterampilan

berbicara sehingga dapat meningkatkan kemampuan dalam pembelajaran dan

berkomunikasi dengan menetapkan bentuk dan strategi tuturan yang benar. Segala

hal yang dilakukan guru saat melakukan proses pembelajaran bahasa Indonesia di
dalam kelas tidak terlepas dari cara guru tersebut dalam bertindak tutur. Karena

guru menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran di kelas.

Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan bahasa dan

pemilihan kosa kata dakam tindak tutur guru dalam proses pembelajaran sangat

mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelas. Oleh karena itu untuk

mewujudkan hal tersebut, guru harus memilii kemampuan komunikasiyang baik

dengan siswanya, seperti memilih tuturan yang tepat.

B. Penelitian yang Relevan

Tindak tutur merupakan penelitian yang banyak dilakukan sebelumnya,

diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Rahmaniar (2018) dengan judul

peneliitian “Tindak Tutur Ekspresif dalam Interaksi Pembelajaran Bahasa

Indonesia di SMA Negeri 8 Mandai Kabupaten Maros". Dapat disimpulkan hasil

penelitian menunjukkan bahwa bentuk tuturan ekspresif guru terhadap siswa

dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 8 Mandai Kabupaten

Maros terdapat beberapa bentuk tuturan ekspresif yang berbentuk kata, frasa,

klausa dan kalimat. Sedangkan fungsi tuturan ekspresif guru dalam

pembelajaran ditemukan 5 fungsi tuturan ekspresif guru terhadap siswa yaitu,

fungsi memuji, fungsi mengkritik, fungsi menyalahkan,fungsi memaafkan dan

fungsi mengeluh. Fungsi tuturan ekspresif mengucapkan terima kasih tidak

ditemukan dalam penelitian. Bentuk tuturan ekspresif guru terhadap siswa dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 8 Mandai Kabupaten Maros

terdapat beberapa bentuk tuturan ekspresif yang berbentuk kata, frasa, klausa

dan kalimat. Sedangkan fungsi tuturan ekspresif siswa dalam pembelajaran

ditemukan 3 fungsi tuturan ekspresif siswa terhadap guru yaitu, fungsi

mengucapkan terima kasih, fungsi mengkritik, dan fungsi mengeluh. Fungsi


tuturan ekspresif siswa memuji, memaafkan, dan menyalahkan tidak ditemukan

dalam penelitian.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada

subjeknya yaitu sama-sama meneliti tindak tutur ekspresif guru bahasa indoneia

dalam proses belajar mengajar. Sedangkan perbedaanya terletak pada objeknya.

Penelitian di atas menganalisis tindak tutur ekspresif pada pembelajaran bahasa

Indonesia di SMAN 8 Mandai Kabupaten Maros. Sedangkan penelitian ini

menganalisis tentang tindak tutur ekspresi guru dalam bahasa Indonesia dalam

proses belajar mengajar di SMAN 9 Padang.

Penelitian yang relevan selanjutnya dilakukan oleh Sutik (2012), dengan

judul penelitian “Tindak Tutur Ekspresif dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Kelas VIII SMP Negeri 7 Jember”. Dapat disimpulkan hasil penelitian

menunjukkan fungsi tindak tutur ekspresif guru antara lain: fungsi sapaan, fungsi

mengungkapkan rasa marah, fungsi menegur, fungsi menyindir, fungsi

mengeluh, fungsi menyalahkan, fungsi mengkritik, fungsi mencurigai, fungsi

memuji, fungsi mengucapkan selamat, fungsi mengucapkan terima kasih, fungsi

mengungkapkan kekecewaan.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada

subjeknya yaitu sama-sama meneliti tindak tutur ekspresif guru bahasa indoneia

dalam proses belajar mengajar. Sedangkan perbedaanya terletak pada objeknya.

Penelitian di atas menganalisis tindak tutur ekspresif dalam pembelajaran

bahasa Indonesia kelas VIII SMP Negeri 7 Jember”. Sedangkan penelitian ini

menganalisis tentang tindak tutur ekspresi guru dalam bahasa Indonesia dalam

proses belajar mengajar di SMAN 9 Padang.


C. Kerangka Konseptual

Tindak Tutur

Tindak Tutur Tindak Tutur Tindak Tutur


Lokusi Ilokusi Perlokusi

Tindak Tutur Tindak Tutur Tindak Tutur Tindak Tutur Tindak Tutur
Asertif Direktif Ekspresif Komisif Deklaratif

Bentuk-bentuk Strategi Bertutur

Menyuruh BTTB

BTDKP
Memohon

BTBKN
Menuntut
BSS
Menyarankan

BDH
Menantang

Proses Pembelajaran

Pembuka

Inti

Penutup

Tindak Tutur Ekspresif Guru Bahasa Indonesia


dalam Proses Belajar Mengajar di SMAN 9 Padang

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menghasilkan data berupa tuturan

ekspresif guru dalam proses belajar mengajar di SMA N 9 Padang. Penelitian

kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa

yang dialami oleh subjek penelitian, seperti perilaku, persepso, motivasi, tindakan,

dan lain-lain dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu

konteks yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah

(Moleong:2010). Senada dengan itu Tahta dan Tressyalina (2019) berpendapat


bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang datanya didapatkan dalam

bentuk verbal serta adanya analisis dengan menggunakan data statistik.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Metode

deskriptif adalah metode yang dapat bertindak dalam pemberian gambaran terhadap

suatu proses atau kejadian yang sedang terjadi. Menurut Yusuf (2005:56) metode

deskriptif merupakan metode yang menggambarkan sesuatu masalah dengan kata-

kata dengan bahasa, dengan gambar, sebagaimana adanya sesuatu kejadian tertentu.

Selanjutnya Moleong (dalam Khabib, 2015) mengatakan dengan menggunakan

metode deskriptif berarti peneliti menganalisis data berupa kata-kata, gambaran dan

bukan angka-angka. Dengan demikian metode deskriptif dapat diartikan sebagai

prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan

lingkungan penelitian berdasarka apa adanya atau kenyataannya tanpa ada rekaan.

Oleh sebab itu, maka penelitian ini berlandaskan pada penelitian kualitatif

berupa kata-kata yang berasal dari tuturan seorang guru dalam proses belajar

mengajar.

B. Data dan Sumber Data Penelitian

Data dalam penelitian ini berupa tuturan yang digunakan oleh guru Bahasa

Indonesia dalam proses belajar mengajar SMA N 9 Padang. Sumber data penelitian

ini adalah seluruh tuturan yang digunakan guru Bahasa Indonesia SMA N 9 Padang

dalam proses belajar mengajar dari awal pembukaan pembelajaran sampai akhir

pembelajaran.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan wakil dari populasi yang memegang kendali

dalam penelitian. Menurut Tatang (dalam Rahmadi, 2011:61) subjek penelitian


merupakan sumber tempat memperoleh sesuatu yang ingin diperoleh dalam

penelitian. Dari berbagai pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa subjek

penelitian adalah seseorang atau perwakilan dari populasi yang dijadikan titik pusat

bagi peneliti untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Subjek

penelitian ini adalah guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA N 9 Padang.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan data hasil penelitian. Penelitian ini menggunakan alat bantu berupa

alat perekam berupa handphone, alat tulis, dan lembar pengamatan. Alat perekam

digunakan untuk merekam tindak tutur guru dan respon siswa dalam proses belajar

mengajar Bahasa Indonesia di kelas. Sedangkan lembar pengamatan digunakan

untuk mencatat tindak tutur guru yang tidak terekam oleh alat perekam.

E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara yang dapat dilakukan oleh peneliti

untuk mengumpulan hasil data penelitian. Pada penelitian ini peneliti menggunakan

metode simak dalam penelitian. Metode peyediaan data ini disebut metode simak

karena cara mendaptkan data peneliti menyimak penggunaan bahasa (Mahsun:91).

Penelitian ini fokusnya menggunakan teknik simak bebas libat cakap, catat,

dan teknik rekam. Menurut Mahsun (dalam Muhammad, 2011:194) Teknik simak

bebas libat cakap merupakan teknik yang digunakan oleh peneliti dimana peneliti

hanya berperan sebagai pengamat penggunaan bahasa yang dilakukan oleh subjek.

Dalam hal ini peneliti tidak terlibat dalam peristiwa tutur, jadi peneliti hanya

menyimak dialog antara guru dan siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan cara
rekam dan catat. Penulis hanya sebagai pengamat lalu merekam dan mencatat segala

tindak tutur dan kegiatan yang terjadi. Data yang diperoleh kemudian

ditranskripsikan ke dalam bahasa tulis.

F. Teknik Penganalisisan Data

Moleong (2010: 280) berpendapat bahwa teknik penganalisisan data adalah proses

mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan

satuan uraian dasar. Pada penelitian kualitatif kegiatan analisis data sudah dilakukan

sejak awal yaitu pada analisis pengumpulan data dilapangan.

Berikut teknik analisis data yang dilakukan penulis. Pertama, data hasil rekaman

tindak tutur guru dalam proses belajar mengajar di kelas berupa data lisan

ditranskripsikan ke dalam data tulis, Kedua, pengelompokan data berdasarkan tindak

tutur ekspresif apa saja yang digunakan oleh guru bahasa Indonesia dalam proses

pembelajaran.

Ketiga, menganalisis data berdasarkan bentuk tindak tutur yang digunakan oleh

guru bahasa Indonesia dalam proses pembelajaran. Untuk menganalisis data, peneliti

mempersiapkan tabel dengan keterangan no, kode tuturan data, tuturan, dan kode

data. Pada saat mengisi keterangan bagian kode tuturan data peneliti mengawali

dengan nama kode informan atau penutur. Langkah selanjutnya memasukan semua

tuturan yang disampaikan informan sesuai dengan kode yang telah disiapkan.

Berikutnya, pada bagian kode data, disusun dengan berurutan sesuai dengan kode

tuturan data.

Keempat, melakukan penyimpulan terkait data yang telah dikelompokkan

berdasarkan hasil penganalisisan data.

G. Teknik Pengabsahan Data


Teknik pengabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

tringulasi. Menurut Moleong (2015:332) menyatakan bahwa teknik tringulasi

merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang

lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap

data tersebut. Kasiyan (2015) menyatakan bahwa Teknik trigulasi merupakan

pendekatan multimetode yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian,

baik dari pengumpulan data hingga penganalisisan data.

Teknik pengabsahan data penelitian ini dengan melakukan pengecekan data

berdasarkan metode yang ada, dengan bimbingan dan bantuan seseorang yang

dianggap ahli dalam bidang tersebut, yaitu dosen Fakultas Bahasa dan Seni,

Universitas Negeri Padang yang bertindak sebagai pengamat dan pengoreksi

Kembali data yang sudah didapati, agar tidak terjadinya keraguan serta kekeliruan

dalam proses pengumpulan data.

Anda mungkin juga menyukai