Anda di halaman 1dari 12

PENGAJUAN JUDUL PROPOSAL TESIS

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU PADA PEMBELAJARAN BAHASA

INDONESIA KELAS VII SMP NEGERI 13 SELUMA

DISUSUN OLEH:
Aziz Rio Kausar ( A2A022018 )

UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SATRA INDONESIA
PROGRAM STUDI MAGISTER (S-2) PENDIDIKAN BAHASA
INDONESIA
TAHUN AJARAN 2022-2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan orang lain.
Dalam mengadakan hubungan atau interaksi dengan sesamanya, manusia
memerlukan sebuah alat komunikasi.Alat komunikasi tersebut digunakan untuk
menyampaikan ide, gagasan, atau pun alat pendapat.Alat komunikasi itu
disebut bahasa.Bloomfield (via Sumarsono, 2009: 18) menyatakan bahwa
bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi yang bersifat sewenang-wenang
(arbitrer) yang dipakai oleh anggota-anggota masyarakat untuk saling
berhubungan dan berinteraksi.
Bahasa merupakan alat atau sarana komunikasi yang sangat penting
dalam interaksi belajar mengajar.Bahasa sebagai alat komunikasi digunakan
oleh guru dan siswa untuk saling berinteraksi. Melalui kegiatan berkomunikasi
yang baik akan menciptakan interaksi belajar mengajar yang berjalan sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, peran bahasa dalam
pembelajaran tidak dapat dipisahkan karena interaksi belajar mengajar tidak
bisa berjalan dengan lancar tanpa adanya fungsi bahasa.
Menurut Chaer dan Agustina (2004: 11) fungsi utama bahasa adalah
sebagai alat komunikasi atau alat interaksi.Melalui kegiatan berkomunikasi
setiap penutur hendak menyampaikan tujuan atau maksudtertentu kepada mitra
tutur. Komunikasi yang terjadi harus berlangsung secara efektif dan efisien,
sehinggapesan yang disampaikan dapat dipahami dengan jelas oleh mitra tutur
yang terlibat dalam proses komunikasi. Proses komunikasi yang efektif dan
efesien tidak akan terjadi dengan baik, apabila bahasa yang digunakan oleh
penutur tidak mampu dipahami oleh mitra tutur. Dengan demikian, untuk
mempermudah proses komunikasi, bahasa yang digunakan oleh penutur harus
bahasa yang mudah dipahami oleh mitra tutur.
Penggunaan bahasa Indonesia dalam interaksi belajar mengajar
merupakan salah satu bentuk komunikasi. Melalui proses komunikasi akan
memunculkan peristiwa tutur dan tindak tutur. Peristiwa tutur merupakan
proses terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam suatu bentuk
ujaran atau lebih yang melibatkan dua belah pihak, yaitu penutur dan lawan
tutur, dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu.
Tindak tutur merupakan gejala individual yang bersifat psikologis dan
keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam
menghadapi situasi tertentu (Chaer dan Agustina, 2004: 50).
Tindak tutur dalam interaksi belajar mengajar di kelas dapat
dimanfaatkan sebagai pengajaran pragmatik.Pragmatik adalah studi yang
mempelajari tentang makna yang berhubungan dengan situasi ujar (Leech,
1993: 8).Pragmatik mengkaji makna tuturan yang dikehendaki oleh penutur
dan menurut konteksnya.Konteks dalam hal ini berfungsi sebagai dasar
pertimbangan dalam mendeskripsikan makna tuturan dalam rangka
penggunaan bahasa dalam komunikasi.Salah satu objek kajian pragmatik yaitu
tindak tutur.
Salah satu situasi tutur yang dapat memberikan gambaran
mengenaipenggunaan tindak tutur yang mempunyai ciri khas tertentu adalah
kegiatanbelajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar memiliki ciri khusus
yangmembedakannya dengan situasi tutur yang lain, yakni (1) memiliki tujuan
yangjelas, yaitu membantu siswa dalam suatu perkembangan tertentu
denganmemusatkan perhatian pada siswa, (2) ada suatu prosedur (jalannya
interaksi)yang didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, (3)
ditandai dengansatu penggarapan materi khusus,(4) ditandai dengan adanya
aktivitas siswa, (5)guru berperan sebagai pembimbing, (6) ada pola tingkah
laku yang diatursedemikian rupa menurut ketentuan yang harus ditaati oleh
semua pihak, baikguru maupun murid, dan (7) ada batas waktu untuk mencapai
tujuan (Sunardi,1980: 16- 17 dalam Mulyani, 2011: 22). Berdasarkan ciri
tersebut, tampak peranguru sangat besar dalam proses belajar mengajar yakni
menjadi pembimbing danpengatur kegiatan belajar dan pola tingkah laku.
Sebagai seseorang yang menjadi pembimbing dan bertanggung jawab
ataskegiatan belajar mengajar, seorang guru mempunyai wewenang
untukmemberikan perintah, nasehat, petunjuk kerja, maupun larangan pada
siswa dalamrangka menjalankan kegiatan belajar mengajar.Perintah, nasehat,
petunjuk kerja,atau larangan tersebut umumnya diwujudkan dalam tindak tutur
direktif, yaknitindak tutur yang dimaksudkan agar mitra tutur melakukan
sesuatu sesuai dengankeinginan penutur.Tindak tutur direktif dapat
direalisasikan kedalam berbagaijenis dan strategi tuturan yang dimaksudkan
agar siswa melakukan tindakansesuai dengan keinginan guru.Seorang guru
perlu memilih bahasa yang sesuaidalam bertutur sehingga maksud tuturan
dapat diterima dengan baik danmenumbuhkan kepercayaan siswa. Hal ini
sebagaimana dikemukakan oleh David(2004) dalam Lavalle-Alcudia (tanpa
tahun) bahwa pemilihan dan kesesuaianbahasa yang digunakan oleh guru di
dalam kelas akan meningkatkan kepercayaansiswa.
Penelitian ini mengkaji penggunaan tindak tutur direktif guru pada
pembelajaran Bahasa Indonesia dengan fokus penelitian interaksi belajar
mengajar. Halini karena, perangurubahasa Indonesia dalam usaha membimbing
siswa agar mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar untuk
berkomunikasi sesuai konteksnya. Selain itu, guru harus mampu membimbing
dan menarik minat siswanya agar mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan
baik dan tekun. Dengan demikian, penggunaan tindak tutur yang baik dan
sesuai dengan konteks dalam interaksi belajar mengajar akan menciptakan
susasana belajar mengajar yang mengesankan bagi guru dan siswa.
Faktor terbesar yang berpengaruh dalam komunikasi pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia adalah karakteristik kemampuan pengetahuan
kebahasaan yang dimiliki oleh pendidik dan peserta didik.Oleh karena itu, guru
harus mampu memahami semua karakteristik pembelajaran agar interaksi
belajar mengajar berlangsung efektif dan efisien.Selain itu, guru profesional
harus mampu melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang mendidik,
berkepribadian, dan selalu berusaha untuk dapat memecahkan permasalahan
yang dihadapi ketika pembelajaran berlangsung.
Kemahiran berbahasa dapat dikuasai seoptimal mungkin oleh siswa
apabila guru dapat memperlihatkan kemahiran bertindak tutur yang baik dalam
menyampaikan pelajaran di kelas. Kemahiran guru dalam tindak tutur berperan
untuk meningkatkan keterampilan berbahasa siswa dengan menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar, secara lisan maupun tertulis.
Penggunaan bahasa Indonesia dalam kegiatan belajar mengajar di kelas
merupakan realitas komunikasi yang berlangsung dalam interaksi kelas. Dalam
interaksi tersebut, guru selalu menggunakan bahasa Indonesia untuk
memperlancar proses menyampaikan maksud. Guru sebagai orang yang
mempunyai peranan penting dalam interaksi belajar mengajar selalu
menggunakan tuturan sebagai media untuk menyampaikan ide kepada siswa.
Penggunaan tuturan oleh guru sebagai media penyampai ide kepada siswa tidak
selalu setia pada satu ragam tindak tutur tertentu.
Penggunaan tindak tutur direktif dalam interaksi belajar mengajar
merupakan salah satu bentuk penggunaan ragam tindak tutur. Melalui tindak
tutur direktif guru dapat memanfaatkan jenis-jenis tindak tutur direktif
(permintaan, pertanyaan, perintah, larangan, pemberian izin, nasihat) untuk
menghidupkan interaksi belajar mengajar.Setiap jenis-jenis tindak tutur direktif
tersebut mempunyai fungsi-fungsi yang penting dalam interaksi belajar
mengajar.Dengan demikian, guru dapat mempergunakan jenis tindak tutur
direktif secara bergantian yang disesuaikan dengan fungsi ujaran yang sesuai
dengan konteksnya.
Mempelajari dan mengkaji bahasa Indonesia merupakan hal yang sangat
penting karena secara langsung melestarikan bahasa tersebut. Sehubungan
dengan hal itu, melalui penelitian ini akan dikaji pemakaian tindak tutur
direktif dalam interaksi belajar mengajar mata pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia. Penulis memilih tempat penelitian di SMP Negeri 5Bontoramba
Kabupaten Jeneponto karena penulis bermaksud mengetahui secara langsung
bagaimana pemakaian tindak tutur direktif guru dalam interaksi belajar
mengajar di sekolah tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini antara lain:
Bagaimana jenis-jenis tindak tutur direktif yang terdapat dalam
interaksi belajar mengajar mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas
VII SMP 13 Negeri seluma?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
antara lain:
1. Mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur direktif yang terdapat dalam
interaksi belajar mengajar mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas VII SMP 13 Negeri seluma.
2. Mendeskripsikanfungsi setiap jenis-jenis tindak tutur direktif dalam
interaksi belajar mengajar mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas VII SMP 13 Negeri seluma.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang baik, harus dapat memberikan manfaat bagi pengembangan
ilmu maupun untuk khalayak umum.Manfaat dalam penelitian ini mencakup
dua hal yaitu, (1) teoretis dan (2) praktis.Berikut penjabaran manfaat dalam
penelitian ini.
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi atau
pengetahuandalam bidang linguistik khususnya bidang pragmatik, yang
berkaitan dengan tindak tutur guru dalam proses belajar mengajar pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia di kelas VII SMP 13 Negeri seluma.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
pembaca mengenai tindak tutur direktif dalam interaksi belajar mengajar di
kelas.Selain itu, penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi guru
dan siswa, terutama tentang pemanfaatan tindak tutur direktif yang sesuai
dengan interaksi belajar mengajar.
D. METODE PENELTIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif


dengan prosedur penelitian yang menghasilkan data tentang bentuk dan
fungsi tindak tutur direktif guru pada pembelajaran bahasa indonesia kelas
vii smp negeri 13 seluma. Penelitian berlatar alamiah sebagai keutuhan
yang mengandalkan peneliti sebagai alat penelitian atau instrumen.
Penelitian bersifat naturalistik sehingga mampu mengungkap hal yang ada
di lapangan yang selanjutnya dianalisis secara induktif (analisis data
spesifik dari lapangan menjadi unit-unit dan dilanjutkan dengan
kategorisasi) yang mengarahkan pada usaha menemukan teori.

Data hasil penelitian bersifat deskriptif yang mementingkan proses,


membatasi studi fokus, dan memiliki kriteria untuk mencapai keabsahan.
Metode deskriptif dilakukan berdasarkan pada fakta yang ada atau
fenomena yang secara empiris pada tindak tutur direktif guru pada
pembelajaran bahasa indonesia kelas vii smp negeri 13 seluma yang
dihasilkan atau dicatat sebagai paparan seperti adanya dan tidak
mempertimbangkan benar salahnya penggunaan bahasa pada tindak tutur,
Sudaryanto (Karsana, 2015).

2. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah bentuk dan tindak tutur
direktif guru pada pembelajaran bahasa indonesia kelas vii smp negeri
13 seluma yang implementasinya dilakukan dalam pembelajaran
daring. Setiap tindak tutur tersebut mengganbarkan kesantunan
berbahasa sebagai wujud rasa cinta terhadapa bahasa Indonesia
b. Sumber Data

Sumber data adalah guru dan tindak tutur direktif guru pada
pembelajaran bahasa indonesia kelas vii smp negeri 13 seluma yang
dinyatakan dalam bentuk dan fungsinya. Data tindak tutur yang
diperoleh melalui observasi dan catatan, dianalisis secara deskriptif
untuk menjawab pertanyaan penelitian yang diangkat, sebagai hasil
tindak tutur direktif guru pada pembelajaran bahasa indonesia kelas
vii smp negeri 13 seluma.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini terdiri atas observasi,


wawancara terbuka, studi dokumen, dan catatan lapangan yang diuraikan
sebagai berikut:

1) Teknik observasi dilakukan melalui hasil dalam melakukan tindak


tutur direktif guru pada pembelajaran bahasa indonesia kelas vii smp
negeri 13 seluma yang implementasinya dilakukan dalam
pembelajaran daring sehingga ditemukan bentuk dan fungsi dari
setiap tindak tutur tersebut. Observasi dilakukan untuk memudahkan
menganalisis setiap tindak tutur direktif guru.
2) Teknik wawancara yaitu memberikan pertanyaan-pertanyaan secara
terbuka sebagai penguatan tentang tindak tutur direktif guru.
Wawancara terbuka dilakukan kepada guru Smpn 13 Seluma yang
berhubungan dengan informasi atau pesan-pesan yang disampaikan
melalui secara langsung.
3) Teknik studi dokumen dilakukan dengan menghimpun dan
menganalisis dokumen-dokumen yang meliputi tindak tutur direktif
guru yang dapat dihimpun melalui dokumentasi dan wawancara
secara langsung .
4) Catatan lapangan dimaksudkan sebagai alat perantara antara yang
dilihat, di- dengar, dan dirasakan oleh guru dan peserta didik dalam
pembelajaran daring. Catatan lapangan berupa catatan-catatan yang
tidak terekam melalui observasi, wawancara, dan studi dokumen.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1) Instrumen utama adalah peneliti yang menyusun perencanaan,


melakukan pengumpulan data dalam kegiatan penelitian,
menganalisis data, menarik kesimpulan, dan melaporkan hasil
penelitian. Peneliti sebagai instrumen utama mempermudah peneliti
dalam menggali informasi dari subjek sesuai dengan tujuan
penelitian.
2) Instrumen pendukung lainnya adalah pedoman wawancara terbuka
yang digunakan dengan tujuan menemukan informasi atau data
secara terbuka dan luas, dengan mengajak guru untuk
mengemukakan pernyataannya tentang tindak tutur direktif serta
fungsi yang terkandung dalam tindak tutur tersebut.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini mengacu pada analisis data
kualitatif model Miles dan Huberman dalam (Made Cahrianto, 2019)
dengan tahapan: (1) reduksi data; (2) penyajian data; dan (3) kesimpulan
atau verivikasi. Seluruh perolehan diinterprestasikan sesuai dengan hasil
implementasi dengan langkah-langkah analisis yaitu:

1) Reduksi data adalah kegiatan merangkum, memilih hal-hal yang


pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, sehingga data yang
diperoleh memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data. Tahap reduksi yaitu:
a) Menganalisis hasil tindak tutur guru yang diperoleh dari hasil
observasi langsung dan rekaman tentang tindak tutur deriktif
guru dalam proses pembelajan berlangsung.
b) Data yang diperoleh ditransformasikan pada catatan sebagai
bahan wawancara guru smp negri 13 seluma.
c) Hasil wawancara disederhanakan menjadi susunan yang baik
dan komunikatif, kemudian ditransformasikan ke dalam catatan.

2) Penyajian data yaitu penyajian sekumpulan data hasi reduksi,


termasuk kesulitan, kelemahan, dan kelebihan peserta didik dalam
mengeksplorasi kemampuan bertuturnya sebagai bentk kesantunan
berbahasa.
3) Kesimpulan atau verivikasi dilakukan selama kegiatan analisis
berlangsung yaitu membandingkan hasil analisis dengan pernyataan-
pernyataan melalui wawancara sehingga diperoleh kesimpulan akhir
dari keseluruhan data penelitian.
6. Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan data penelitian, diperoleh melalui hasil triangulasi
teknik pemeriksaan keabsahan data yang dimanfaatkan sebagai sesuatu
yang lain di luar data untuk pengecekan data atau pembanding terhadap
data tersebut. Proses upaya keabsahan data menggunakan metode padan
intralingual dan metode padan ekstralingual. Metode padan intralingual
adalah metode analisis dengan cara menghubungbandingkan unsur-unsur
yang bersifat lingual, untuk menentukan jenis- jenis tindak tutur asertif
dalam pembelajaran. Kedua metode ini digunakan untuk menganalisis
unsur-unsur bahasa dengan hal yang berada di luar bahasa yang
penerapannya untuk menemukan fungsi pragmatik dalam pembelajaran
di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

(Prasetyo, 2018). Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada


Media Group.

Ciptaningtyas, Ika Septiana. 2012. Tindak Tutur Direktif dalam Film Asterix
EtObelix Mission Cleopatra. http://eprints.uny.ac.id.Diunduh pada
tanggal 14 Januari 2013

Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie.2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal.


Jakarta: Rinekacipta.

Coumming, Louise. 1999. Pragmatics, AMutidiciplinary Perspective. New York:


Oxford University Press.

Terjemahan. Ibrahim, Abdul Syukur (editor). 2007. Pragmatik:


Sebuah Prespektif Multidispliner. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Darmansyah. 1989. Semantik Beberapa Topik Utama. Jakarta: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan.

Etikasari‚ Dian. 2012. “Tindak Tutur Direktif dalam Wacana Kelas (Kajian
Mikroetnografi Terhadap Bahasa Guru)”. Tesis. Malang: Universitas
Negeri Malang.

Fitriah.2008. Tindak Tutur Direktif dalam Wacana Novel Blantik Karya Ahmad
Tohari Tindak Tutur Direktif dalam Wacana Novel Blantik Karya
Ahmad Tohari.http://bayu-bajoelz.blogspot.com. Diunduh pada tanggal
14 Januari 2013.

Ibrahim, AbdSyukr. 1993. Kajian Tindak Tutur. Surabaya: Usaha Nasional.

Kurniari, Novika. 2010. Tindak Tutur Mahasiswa PPL UNY 2010 dalam Proses
Belajar Mengajar Bahasa Indonesia di SMP N 1 Seyegan.Tesis.
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, PPs,UNY.
Kurniawan, David. 2010. Analisis Tindak Tutur Wacana dalam Iklan Siswa Kelas
IX SMP N 1 Srandakan, Bantul, Yogyakarta.Skripsi S1. Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS,UNY.

Anda mungkin juga menyukai