1. Pendahuluan
Makalah ini berisi laporan singkat dari mini riset untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi tentang Strategi, Media,dan
Metode Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas IV SD NEGERI 13 Sungai
Buluh Batang Anai Padang Pariaman.
Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa Degeng (1989). Kegiatan
pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu dengan cara efektif
dan efisien. Upaya-upaya yang dilakukan dapat berupa analisis tujuan dan karakteristik studi
dan siswa, analisis sumber belajar, menetapkan strategi pengorganisasian, isi pembelajaran,
menetapkan strategi penyampaian pembelajaran, menetapkan strategi pengelolaan
pembelajaran, dan menetapkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Oleh karena itu,
setiap pengajar harus memiliki keterampilan dalam memilih strategi pembelajaran untuk
setiap jenis kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, dengan memilih strategi pembelajaran
yang tepat dalam setiap jenis kegiatan pembelajaran, diharapkan pencapaian tujuan belajar
dapat terpenuhi. Gilstrap dan Martin (1975) juga menyatakan bahwa peran pengajar lebih erat
kaitannya dengan keberhasilan pebelajar, terutama berkenaan dengan kemampuan pengajar
dalam menetapkan strategi pembelajaran.
Sedangkan tujuan pembelajaran bahasa, menurut Basiran (1999) adalah keterampilan
komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi. Kemampuan yang dikembangkan adalah
daya tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai, dan mengekspresikan diri dengan berbahasa.
Kesemuanya itu dikelompokkan menjadi kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan.
Sementara itu, dalam kurikulum 2004 untuk SMA dan MA, disebutkan bahwa tujuan
pemelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia secara umum meliputi (1) siswa menghargai dan
membanggakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa negara, (2)
siswa memahami Bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi,serta
menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan
keadaan, (3) siswa memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional,dan kematangan sosial, (4)
siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis), (5) siswa
mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian,
memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa, dan (6) siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia.
2. Teori
Istilah pendekatan dalam pembelajaran bahasa mengacu pada teori-teori tentang hakekat
bahasa dan pembelajaran bahasa yang berfungsi sebagai sumber landasan/prinsip pengajaran
bahasa. Teori tentang hakikat bahasa mengemukakan asumsi-asumsi dan tesisi-tesis tentang
hakikat bahasa, karakteristik bahasa, unsur-unsur bahasa, serta fungsi dan pemakaiannya
sebagai media komunikasi dalam suatu masyarakat bahasa. Teori belajar bahasa
mengemukakan proses psikologis dalam belajar bahasa sebagaimana dikemukakan dalam
psikolinguistil. Pendekatan pembelajaran lebih bersifat aksiomatis dalam definisi bahwa
kebenaran teori-teori linguistik dan teori belajar bahasa yang digunakan tidak dipersoalkan
lagi. Dari pendekatan ini diturunkan metode pembelajaran bahasa. Misalnya dari pendekatan
berdasarkan teori ilmu bahasa struktural yang mengemukakan tesis-tesis linguistik menurut
pandangan kaum strukturalis dan pendekatan teori belajar bahasa menganut aliran
behavioerisme diturunkan metode pembelajaran bahasa yang disebut Metode Tata Bahasa
(Grammar Method).
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang
secara harfiah berarti ‘perantara’, maksudnya segala sesuatu yang dipakai oleh penyebar pesan dari
suatu sumber sehinga gagasan itu sampai kepada penerima pesan. Dengan demikian media
merupakan wahana penyalur informasi atau pesan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Depdikbud, 1994 : 640) media dapat diartikan “(1) alat; (2) alat (sarana) komunikasi seperti Koran,
majalah, radio, televisi, film, poster dan spanduk, (3) perantara; penghubung.” Mc-Luhan seorang
ahli komunikasi, memberi batasan media yang sangat luas. Menurutnya ‘Media itu adalah semua
saluran pesan yang dapat digunakan sebagai sarana komunikasi dari seorang ke orang lain yang tidak
di hadapannya’ (Wibawa dan Mukti, 1992/1993 : 7). Menurut pengertian ini media merupakan
sarana komunikasi yang meliputi surat, televisi , film dan telepon. Oleh karena itu pada hakekatnya
media merupakan sarana untuk memperpanjang atau memperluas kemampuan manusia untuk
merasakan sesuatu (mendengar, melihat, dan sebagainya). Kalau semula suatu kejadian itu dapat
sampai dalam batas jarak dan waktu tertentu, maka kini dengan bantuan sarana itu batasnya
menjadi hampir tidak ada.
Dari uraian tersebut di atas dapat kita simpulkan bahwa media dalam pengertian umum
merupakan sarana komunikasi. Sedangkan dalam pendidikan media dapat diartikan sebagai alat
bantu yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guru dalam mencapai tujuan pengajaran. oleh
karena itu media pengajaran lebih dikenal dengan sebutan alat bantu pengajaran atau alat peraga.
3.1 Kasus
Dalam Mini riset ini kasus yang saya ambil dari pengalaman mengajar kakak saya di
sekolah dasar tepat nya di SD Negeri 13 Sungai Buluh Batang Anai Padang Pariaman yang
sampai saat ini menjadi tenaga pengajar khusus bahasa dan sastra di kelas IV SD.
Menurut (Sapardi) Memaparkan bahwa sastra itu adalah lembaga sosial yang
menggunakan bahasa sebagai medium. Bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra
menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial.
Dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas IV SDN 13 sungai buluh,
guru harus merencanakan pembelajaran yang menarik agar siswa termotivasi dalam
pembelajaran. Guru tidak hanya bertindak sebagai nara sumber saja, tetapi juga bertindak
sebagai fasilitator, motivator, inspirator, serta pemberi jalan bagi siswa untuk berpikir dan
menemukan konsep-konsep yang akan diajarkan. Pembelajaran yang telah direncanakan
dapat dikatakan efektif apabila pembelajaran tersebut mampu membangkitkan semangat
siswa dan tercapainya tujuan pembelajaran.
Berdasarkan nilai Ulangan Harian siswa SD Negeri 13 Batang Anai dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia, terlihat bahwa nilai siswa masih banyak dibawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM). Dengan jumlah siswa 23 orang, hanya 8 orang yang tuntas
(34,78%) dan 15 orang yang tidak tuntas (65,22%). Sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) adalah 75 pada Ulangan Harian Bahasa Indonesia tahun ajaran 2016/2017. Secara
ringkas, gambaran pencapaian KKM di kelas IV ini bisa dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas IV SD Negeri 13 Batang Anai
Jumlah Siswa yang
Nilai Bahasa Indonesia
Semester Mencapai Ketuntasan
Tertinggi Terendah Rata-rata Tuntas Tidak tuntas
8 orang 15 orang
1 80 30 63,91%
(34,78%) (65,22%)
Sumber : Guru kelas IV Sekolah Dasar Negeri 13 Batang Anai
Dari hasil wawancara dengan guru kelas IV SD Negeri 13 Batang Anai, diperoleh
informasi bahwa rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kurang
aktifnya siswa dalam proses belajar mengajar, siswa kurang dapat pengalaman yang
menyenangkan dalam belajar, guru memakai metode ceramah, dan siswa lebih banyak
menjadi pendengar. Pada saat guru menerangkan pelajaran siswa banyak yang tidak
memperhatikan guru, siswa sering melihat kiri-kanan, bahkan ada siswa yang berbicara
dengan temannya. Siswa kurang bekerjasama dalam berkelompok, dan siswa kurang aktif
selama proses pembelajaran berlangsung.
Keadaan seperti yang ditunjukkan tersebut sangat tidak baik karena menyebabkan
hasil belajar siswa rendah. Guru kurang pandai dalam menggunakan model pembelajaran
yang baik, salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu dengan cara menggunakan metode The
Learning Cell.
Istarani (2012:228) menyatakan: The Learning Cell merupakan metode “Sell Belajar”
pertama kali dikembangkan oleh Goldschmid dari Swiss Federal Institute of Technology di
Lausanne (Goldschmid,1971). Learning Cell membentuk pada suatu bentuk belajar
kooperatif dalam bentuk berpasangan, di mana siswa bertanya dan menjawab pertanyaan
secara bergantian berdasarkan materi bacaan yang sama. Salah satu dari beberapa sistem
terbaik untuk membantu pasangan peserta didik belajar dengan efektif adalah “learning cell”
Dengan metode The Learning Cell siswa bisa senang dan aktif dalam belajar sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk mengatasi permasalahan pembelajaran Bahasa
Indonesia tersebut, maka peneliti melakukan Penelitian dengan judul “Strategi, Media,dan
Metode Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas IV SD NEGERI 13 Sungai
Buluh Batang Anai Padang Pariaman”.
3.1.2 Analisis
Dari contoh Kasus diatas peneliti dapat membuat analisis sebagai berikut :
a) Strategi Pembelajaran yang digunakan guru bahasa indonesia di SDN 13 Batang Anai
yaitu menggunakan Strategi penyampaian pembelajaran merupakan komponen
variabel metode untuk melaksanakan proses pembelajaran. Strategi ini memiliki dua
fungsi, yaitu (1) menyampaikan isi pembelajaran kepada pebelajar, dan (2)
menyediakan informasi atau bahan-bahan yang diperlukan pebelajar untuk
menampilkan unjuk kerja (seperti latihan tes).
b) Media Pembelajaran yang digunakan pada proses belajar dan mengajar di SDN 13
Batang Anai masih sangat sederhana karena hanya dengan menggunakan buku dan
guru hanya menyampaikan secara langsung kandungan dan isi dari materi yang ada
pada buku tersebut.
c) Metode pembelajaran yang digunakan pada proses belajar dan mengajar di SDN 13
Batang Anai dengan metode Ceramah yaitu, siswa lebih banyak menjadi pendengar.
Pada saat guru menerangkan pelajaran siswa banyak yang tidak memperhatikan guru,
siswa sering melihat kiri-kanan, bahkan ada siswa yang berbicara dengan temannya.
Siswa kurang bekerjasama dalam berkelompok, dan siswa kurang aktif selama proses
pembelajaran berlangsung.
4.2 Saran
Guru di kelas IV SDN 13 Batang Anai harusnya menggunakan metode the Learning Cell .
Learning Cell membentuk pada suatu bentuk belajar kooperatif dalam bentuk berpasangan, di
mana siswa bertanya dan menjawab pertanyaan secara bergantian berdasarkan materi bacaan
yang sama. Salah satu dari beberapa sistem terbaik untuk membantu pasangan peserta didik
belajar dengan efektif adalah “learning cell”
Dengan metode The Learning Cell siswa bisa senang dan aktif dalam belajar sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk mengatasi permasalahan pembelajaran Bahasa
Indonesia tersebut, maka peneliti melakukan Penelitian dengan judul “Strategi, Media,dan
Metode Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas IV SD NEGERI 13 Sungai
Buluh Batang Anai Padang Pariaman”.
Daftar Pustaka :
Jurnal :
1. PERANAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS
(D.Syahruddin)
2. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN (H.Abd.Hafid)
Internet :