Anda di halaman 1dari 9

METODOLOGI PENGAJARAN BAHASA DAN SASTRA

INDONESIA

Dosen Pengampu:
Dr. Sariban, M.Pd.

Disusun oleh:
Mulyati Mualimatul Choiriyah NIM: 22062101003
Sjahidul Haq Chotib NIM: 22062101004
Mulyati NIM: 22062101009
Muhajiron Anil Ma’ashi NIM: 22062101020
Sudarman Aris Fachrudin NIM: 22062101023
Ahmad Marzuqi NIM: 22062101025
I’anatul Fitria NIM: 22062101028

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM DARUL ULUM
LAMONGAN
2023

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bahasa Indonesia merupakan sarana komunikasi dan sastra sebagai salah satu hasil budaya
yang menggunakan bahasa sebagai alat kreativitasnya, sehingga bahasa Indonesia sebaiknya
diajarkan melalui pendekatan tertentu sesuai dengan hakikat dan fungsinya. Pada prinsipnya
pembelajaran bahasa Indonesia merupakan sebuah fakta sosial dan sarana komunikasi, sehingga
pendekatan pembelajaran bahasa yang digunakan haruslah mengaitkan antara bahasa dan sastra.
Pendekatan pembelajaran bahasa lebih menitikberatkan pada aspek perfomansi atau kinerja
bahasa sesuai dengan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, sehingga pendekatan yang tepat
digunakan adalah pendekatan komunikatif. Sedangkan pembelajaran sastra lebih
menitikberatkan pada apresiasi sastra, sehingga pendekatan yang tepat digunakan adalah
pendekatan apresiatif (Depdiknas, 2004: 3).
Untuk mencapai tujuan itu, maka diperlukan strategi pembelajaran bahasa Indonesia yang
tepat. Strategi pembelajaran adalah semua kegiatan yang dipilih oleh guru dalam proses
pembelajaran dengan pertimbangan tertentu sehingga dapat membantu dan memudahkan
pembelajar ke arah tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Sannang, 1985: 5).
Sedangkan Trianto (2010: 139) mengemukakan bahwa secara umum strategi mempunyai suatu
garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Uno dkk. (2010: 80) mengemukakan bahwa ada 3 jenis strategi pembelajaran yang dapat
digunakan guru, yaitu (1) strategi pengorganisasian pembelajaran; (2) strategi penyampaian
pembelajaran; dan (3) strategi pengelolaan pembelajaran. Hakikat strategi pembelajaran adalah
semua kegiatan yang menyangkut komponen materi atau paket pembelajaran dan prosedur yang
digunakan untuk membantu pembelajar dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan sebelumnya. Dalam memilih dan menentukan strategi pembelajaran diperlukan
pendekatan tertentu. Pendekatan merupakan sudut pandang atau titik tolak untuk memahami
seluruh persoalan dalam proses pembelajaran.
Sesuai latar belakang tersebut, maka kami mereview buku dengan judul: Metodologi
Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Penulis: H.E. Zaenal Arifin dan Anung Haryono,
Penerbit: Pustaka Mandiri Tangerang, Tahun: 2016.

B. Batasan Masalah
1. Dasar dan prinsip pengajaran bahasa.
2. Metodologi mengajarkan bahasa di berbagai tingkat.
3. Gaya dan strategi pengajaran bahasa.

C. Tujuan Masalah
Dengan melihat pada batasan masalah maka tujuan dari review ini adalah sebagai
berikut:
1. Mendeskripsikan tingkat keterbacaan wacana-wacana dalam pengajaran bahasa.
2. Mendeskripsikan solusi dalam proses pengajaran bahasa .

D. Manfaat Masalah
Hasil review ini diharapkan dapat memberikan informasi lengkap terhadap
keterbacaan wacana wacana dan solusi dalam proses pengajaran bahasa.

2
BAB II
PEMBAHASAN

Dasar dan Prinsip Pengajaran Bahasa


Bahasa (dari bahasa Sanskerta 797, bhāṣā) adalah kemampuan yang dimiliki manusia
untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya menggunakan tanda, misalnya kata dan gerakan.
Bahasa sebagai alat bantu penyampai pesan, yang dalam hal ini berkaitan dengan pembelajar,
mempunyai beberapa ciri, yaitu:
a. Bahasa bersifat simbolik.
b. Makna ada pada orang,tidak pada kata-kata.
c. Bahasa membentuk persepsi Individu.
d. Bahasa mencerminkan sikap Individu
Untuk bisa melaksanakan pembelajaran sehingga siswa mampu belajar untuk
mengetahui (larning how to now), belajar untuk belajar (learning how to learn, to relearn, to
unlearn), belajar untuk mengerjakan sesuatu (learning how to do), belajar untuk memecahkan
masalah (learning how to solve problems), belajar untuk hidup bersama (learning how to live
together), dan belajar untuk kemajuan kehidupan (learning how to be) maka dalam
melaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia guru perlu memahami prinsip-prinsip dan
landasan pembelajaran bahasa Indonesia yang akan dipaparkan berikut ini:
1. Prinsip Kontekstual Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar pada saat guru
menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong peserta didik membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehiduan sehari-
hari. “Kontekstual adalah pembelajaran yang dilakukan secara konteks, baik dalam
konteks linguistik maupun dalam konteks nonlinguistik.” menjalaskan pembelajaran
kontekstual adalah “pembelajaran yang mengaitkan materi yang diajarkan dengan dunia
nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan pengetahuan dalam kehidupan seharihari. Contextual Teaching
and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan
membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya dengan
konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural),
sehinggasiswa memiliki pengetahuan maupun keterampilan yang dinamis dan fleksibel
untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya. Contextual Teaching and
Learning (CTL) disebut pendekatan kontekstual karena konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
2. Prinsip Integratif Bahasa adalah suatu sistem. Bahasa adalah suatu sistem. Hal
tersebut berarti suatu keseluruhan kegiatan yang satu dengan yang lainnya saling
berkaitan untuk mencapai tujuan berbahasa yaitu berkomunikasi. Subsistem bahasa adalah
fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Keempat sistem ini tidak dapat berdiri
sendiri. Dapat diartikan bahwa, pada saat kita menggunakan bahasa, tidak hanya
menggunakan salah satu unsur tersebut. Sebagai contoh pada saat pembelajaran berbicara,
kita menggunakan kata, kata disusun menjadi kalimat, kalimat yang kita ucapkan
menggunakan intonasi yang tepat. Berkaitan dengan ini secara tidak sadar kita telah
memadukan unsure fonologi (lafal, intonasi), morfologi (kata), sintaksis (kalimat), dan
semantic (makna kalimat). Berdasarkan kenyataan di atas,maka pembelajaran bahasa

3
Indonesia hendaknya tidak disajikan secara terpisah-pisah. Pembelajaran bahasa Indonesia
hendaknya disajikan secara terpadu atau terintegratif baik antara unsur fonologi,
morfologi, sintaksis, dan semantik ataupun pemaduan antara keterampilan berbahasa
Indonesia.
3. Prinsip Fungsional Tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan
Kurikulum 2004 adalah agar peserta didik dapat menggunakan bahasa Indonesia dalam
berkomunikasi dengan baik dan benar. Hal ini sejalan dengan prinsip pembalajaran bahasa
yang fungsional, yaitu pembelajaran bahasa harus dikaitkan dengan fungsinya, baik dalam
berkumunikasi maupun dalam memenuhi keterampilan untuk hidup Prinsip fungsional
dalam pembalajaran bahasa pada hakikatnya sejalan dengan konsep pembelajaran
pendekatan komunikatif. Konsep pendekatan komunikatif mengisyaratkan bahwa guru
bukanlah penguasa dalam kelas. Guru bukanlah satu-satunya pemberi informasi dan
sumber belajar. Sebaliknya, guru harus sebagai penerina informasi. Jadi, pembelajaran
harus berdasarka multisumber.
4. Prinsip Apresiatif Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “apresiasi” berarti
“penghargaan”. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, istilah apresiatif dimaknai
“menyenangkan”. Jadi, prinsip pembelajaran yang apresiatif merupakan pembelajaran
yang menyenangkan. Jika dilihat dari artinya, prinsip apresiatif ini tidak hanya berlaku
untuk pembelajaran sastra, tetapi juga untuk pembelajaran aspek yang lain seperti
keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis). Dalam hal ini
pembelajaran sastra dapat dipadukan dalam pembelajaran keempat keterampilan
berbahasa tersebut.

Metodologi Mengajarkan Bahasa Di Berbagai Tingkat


Jenis Jenis Metode Pengajaran Bahasa dapat diterapkan, sebagai berikut:
1. Metode Audiolingual Metode audiolingual sangat mengutamakan drill (pengulangan).
Metode itu muncul karena terlalu lamanya waktu yang ditempuh dalam belajar bahasa
target. Padahal untuk kepentingan tertentu, perlu penguasaan bahasa dengan cepat.
2. Metode Komunikatif Desain yang bermuatan komunikatif harus mencakup semua
keterampilan berbahasa. Setiap tujuan diorganisasikan ke dalam pembelajaran. Setiap
pembelajaran dispesifikkan ke dalam tujuan konkret yang merupakan produk akhir.
Sebuah produk di sini dimaksudkan sebagai sebuah informasi yang dapat dipahami,
ditulis, diutarakan, atau disajikan ke dalam nonlinguistis.
3. Metode Produktif Metode produktif diarahkan pada berbicara dan menulis. Siswa harus
banyak berbicara atau menuangkan gagasannya. Dengan menggunakan metode produktif
diharapkan siswa dapat menuangkan gagasan yang terdapat dalam pikirannya ke dalam
keterampilan berbicara dan menulis secara runtun.
4. Metode Langsung Metode langsung berasumsi bahwa belajar bahasa yang baik adalah
belajar yang langsung menggunakan bahasa secara intensif dalam komunikasi. Tujuan
metode langsung adalah penggunaan bahasa secara lisan agar siswa dapat berkomunikasi
secara alamiah seperti penggunaan bahasa Indonesia di masyarakat.
5. Metode Partisipatori Metode pembelajaran partisipatori lebih menekankan keterlibatan
siswa secara penuh. Siswa dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa
didudukkan sebagai subjek belajar. Dengan berpartisipasi aktif, siswa dapat menemukan
hasil belajar.
6. Metode Membaca Metode membaca bertujuan agar siswa mempunyai kemampuan
memahami teks bacaan yang diperlukan dalam belajar siswa. Berikut langkah-langkah
metode membaca: (1) pemberian kosakata dan istilah yang dianggap sukar dari guru ke

4
siswa. Hal ini diberikan dengan definisi dan contoh ke dalam kalimat (2) Penyajian
bacaan di kelas. Bacaan dibaca dengan diam selama 10-15 menit (untuk mempercepat
waktu, bacaan dapat diberikan sehari sebelumnya) (3) Diskusi isi bacaan dapat melalui
tanya jawab
7. Metode Tematik Dalam metode tematik, semua komponen materi pembelajaran
diintegrasikan ke dalam tema yang sama dalam satu unit pertemuan. Yang perlu
dipahami adalah bahwa tema bukanlah tujuan tetapi alat yang digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
8. Metode Kuantum Quantum Learning (QL) merupakan metode pendekatan belajar yang
bertumpu dari metode Freire dan Lozanov. QL mengutamakan kecepatan belajar dengan
cara partisipatori peserta didik dalam melihat potensi diri dalam kondisi penguasaan diri.
9. Metode Diskusi Diskusi adalah proses pembelajaran melalui interaksi dalam kelompok.
Setiap anggota kelompok saling bertukar ide tentang suatu isu dengan tujuan untuk
memecahkan suatu masalah,menjawab suatu pertanyaan, menambah pengetahuan atau
pemahaman, atau membuat suatu keputusan
10. Metode Kerja Kelompok Kecil (Small-Group Work) Mengorganisasikan siswa dalam
kelompok kecil merupakan metode yang banyak dianjurkan oleh para pendidik. Metode
ini dapat dilakukan untuk mengajarkan materi-materi khusus. Kerja kelompok kecil
merupakan metode pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Siswa dituntut untuk
memperoleh pengetahunan sendiri melalui bekerja secara bersama-sama.

Gaya dan Strategi Pengajaran Bahasa


Gaya belajar merupakan sebuah pendekatan yang menjelaskan mengenai bagaimana
individu belajar atau cara yang ditempuh oleh masing-masing orang untuk berkonsentrasi pada
proses, dan menguasai informasi yang sulit dan baru melalui persepsi yang berbeda. Gaya
bersifat individual bagi setiap orang, dan untuk membedakan orang yang satu dengan orang yang
lain. Dengan demikian secara umum gaya belajar diasumsikan mengacu pada kepribadian-
kepribadian, kepercayaan-kepercayaan, pilihan-pilihan dan perilaku-perilaku yang digunakan
oleh individu untuk membantu dalam suatu situasi yang telah dikondisikan.
Skehan (1991 h.288) mengemukakan bahwa gaya pembelajaran sebagai sebuah
kecenderungan umum untuk melakukan pemrosesan informasi dalam sebuah cara tertentu. Gaya
Belajar merupakan cara atau pendekatan yang berbeda dilakukan oleh seseorang dalam proses
pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia pendidikan, istilah gaya belajar tertuju pada untuk
penglihatan, pendengaran, dan kinestetik. Gaya belajar visual terkait penglihatan dan bayangan
mental. Gaya belajar pendengaran pada pendengaran dan pembicaraan. Gaya belajar kinestetik
menunjuk pada gerakan (Emirina, 2009).
Jadi gaya belajar adalah suatu kecenderungan yang dimiliki seseorang dalam proses
pembelajaran yang merupakan bagian tak terpisahkan dari orang itu. (Anonim, 2009: 6)
Berdasarkan jenis dan karakteristiknya, gaya belajar bahasa dibagi sebagai berikut:

Gaya Belajar Visual


Gaya belajar visual (visual learning) mengkususkan pada penglihatan. maknanya, bukti-
bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar siswa mengerti. Ciri-ciri siswa yang
memiliki gaya belajar visual ialah kebutuhan tinggi untuk melihat dan mencerna informasi secara
visual sebelum siswa memahaminya. Siswa yang memiliki gaya belajar visual, memahami
pelajaran melalui materi bergambar. Selain itu, memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna,
disamping punya pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik. Siswa cenderung
mempunyai kendala untuk berdialog secara langsung karena terlalu aktif terhadap suara, maka

5
sulit mengikuti anjuran secara lisan dan sering salah mengartikan kata atau ucapan
(Emirina,2009).
Beberapa ciri yang dimiliki siswa yang cenderung memiliki gaya belajar visual, antara
lain: selalu terlihat rapi, berbicara dengan cepat, teliti, mementingkan penampilan (baik dalam
hal pakaian maupun presentasi), mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar, pembaca
yang cepat dan tekun, suka membaca daripada dibacakan, suka mencoret-coret tanpa arti/ makna
ketika sedang berbicara atau mendengar, sering menjawab pertanyaan dengan singkat, seperti
“ya” dan “tidak”, lebih suka memperagakan daripada berbicara, lebih mudah mengingat jika
dibantu dengan gambar.

Gaya Belajar Auditorial


Gaya belajar auditorial mempunyai kemampuan dalam hal menyerap informasi dari
pendengaran. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan
menggunakan diskusi atau mendengarkan apa yang guru katakan (Shota, 2009). Adapun ciri-ciri
seseorang yang memiliki gaya belajar auditorial diantaranya: mudah terganggu oleh keributan,
menggerakkan bibir membaca dengan keras dan mendengarkan, dapat mengulangi kembali dan
menirukan nada, merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat bercerita, berbicara dalam irama
yang terpola, biasanya pembicara yang fasih, belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa
yang didiskusikan daripada yang dilihat, suka berbicara, suka berdiskusi dan menjelaskan
sesuatu panjang lebar, dan lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik (DePorter dan
Hernacki, terjemah Alwiyah, 2009).

Gaya Belajar Kinestetik


Gaya belajar kinestetik ialah aktivitas belajar dengan cara bergerak, bekerja dan
menyentuh. Pembelajar tipe ini memiliki keunikan dalam belajar selalu bergerak dan menyentuh.
Siswa dengan tipe gaya belajar ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka
untuk beraktifitas dan eklorasi sangatlah kuat.
Ciri-ciri seseorang yang memiliki gaya belajar kinestetik di antaranya: berbicara dengan
perlahan, mudah terganggu dengan keributan, selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak,
belajar melalui praktik, menghafal dengan cara berjalan dan melihat, menggunakan jari sebagai
petunjuk ketika membaca, banyak menggunakan isyarat tubuh,dan tidak dapat duduk untuk
waktu yang lama.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gaya Belajar


1. Suara
Tiap siswa mempunyai reaksi yang berbeda-beda terhadap suara, ada yang menyukai belajar
dengan mendengarkan musik lembut, keras, ataupun menonton televisi. Ada juga yang
menyukai belajar dalam suasana sepi dan ada juga yang menyukai belajar dalam suasana
ramai dalam kelompok.
2. Pencahayaan
Pencahayaan juga faktor yang pengaruhnya kurang dirasakan dibandingkan pengaruh suara.
3. Temperatur
Tiap siswa juga mempunyai selera yang berbeda-beda. Ada yang suka tempat sejuk, ada
juga yang lebih menyukai tempat yang hangat ketika belajar.
4. Desain belajar
Desain belajar ada dua macam, yaitu desaian belajar formal dan desain belajar tidak formal.
Sebagai contoh desain formal belajar di meja dengan alat-alatnya, sedangkan belajar tidak
formal yaitu dengan belajar santai seperti, duduk di lantai ataupun sambil tiduran (Qodriyah,

6
2011: 29).

Sejalan dengan tujuan utama pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu agar siswa memiliki
kemahiran berbahasa diperlukan sebuah alternatif baru yang lebih variatif, aplikatif, dan menarik dalam
pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah. Pembelajaran yang menarik akan memikat anak didik untuk
terus dan betah mempelajari Bahasa Indonesia sebagai bahasa ke-2 setelah bahasa ibu. Apabila siswa
sudah tertarik dalam pembelajaran maka akan dengan mudah meningkatkan prestasi siswa dalam
bidang bahasa (Ishaq, 2006). Salah satu strategi pembelajaran yang variatif, aplikatif, dan menarik
adalah masyarakat belajar (learning community) yang menekankan kepada kerja sama kelompok untuk
menyelesaikan sebuah masalah.
Dalam strategi ini, siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4–5 orang yang
heterogen menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, siswa bekerja
dalam tim mereka untuk memastikan seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Saat
belajar kelompok, siswa saling membantu untuk menuntaskan materi yang dipelajari. Guru mamantau
dan mengelilingi tiap kelompok untuk melihat adanya kemungkinan siswa yang memerlukan bantuan
guru.
Strategi pengajaran dibagi menjadi tiga kategori utama, yaitu; strategi metakognitif, kognitif dan
sosioafektif. Strategi metakognitif yaitu strategi yang melibatkan perencanaan belajar, pemikiran
tentang proses pengajaran yang sedang berlangsung, pemantauan produksi dan pemahaman seseorang,
dan evaluasi pengajaran setelah sebuah aktivitas selesai. Strategi kognitif yaitu lebih terbatas pada
tugas-tugas pengajaran spesfik dan melibatkan pemanfaatan yang lebih langsung terhadap materi
pembelajaran itu sendiri. Sedangkan strategi sosioefektif yaitu aktivitas mediasi social dan interaksi
yang lain.

7
BAB III
PENUTUP

Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan kegiatan yang bertujuan untuk


mengembangkan empat keterampilan berbahasa bagi pelajar. Pembelajaran bahasa Indonesia
juga merupakan kegiatan yang bermakna. Karena dalam kegiatan belajar seharusnya berarti
dan berguna bagi pembelajar dikehidupannya sehari-hari.Tujuan adanya prinsip dalam
pembelajaran bahasa Indonesia yaitu agar tujuan pembelajaran tercapai. Ada empat prinsip
dalam pembelajaran bahasa Indonesia yaitu:
Pertama prinsip kontekstual, konsep belajar pada prinsip ini menghadirkan dunia nyata
kedalam kelas dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimiliki dengan kehidupan nyata.
Kedua prinsip integratif, yaitu pembelajaran bahsa disajikan tidak terpisah-pisah.
Pembelajaran bahasa secara terpadu atau terintegratif. Bisa dipadukan pembelajaran
menyimak. mendengarkan, membaca, dan menulis. Prinsip yang ketiga yaitu prinsip
fungsional yang mengisyaratkan bahwa guru bukanlah bukanlah penguasa dalam kelas,
bukanlah satu-satunya pemberi informasi dan sumber belajar.
Jadi pembelajaran didasarkan pada multi sumber. Keempat, prinsip apresiatif yaitu yang
memberikan dasar bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menyenangkan.
Kesimpulan dapat bersifat generalisasi temuan sesuai permasalahan yang ditemukan,
dideskripsi secara singkat dan padat sesuai dengan dengan hasil dan pembahasan, rekomendasi
implikatif dari temuan penelitian. Maka, strategi pembelajaran bahasa dapat diuraikan dengan
mengacu kepada keterampilan berbahasa yang dituju.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2008. Psikologi Belajar.Rineka Cipta : Jakarta.
Arsyad, Azhar. 2008. Media Pembelajaran. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Burhani. Ahmad Najib. 2012. “Al-Tawassut wal I’tidal: The NU and Moderatism in
Indonesian Islam”. Asian Journal of Social Science. Vol. 40. Issue 5-6. Internasional
Seminar of Islamic Studies, Vol. 1 (1)
Byrne, D. (1998). Teaching writing skills. London: Longman.
Dryden, Gordon dan Dr. Jeannette Vos. 2002. Revolusi Belajar (the Learning revolution):
Belajar akan efektif kalau anda dalam keadaan Fun. Kaifa : Bandung.
Hastuti P.H., Sri. 1997. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Depdiknas: Jakarta.
Hedge, T. (1992). Writing: Resource books for teachers. Alan Maley (Ed.) Oxford: Oxford
University Press.
Hernowo, Ed. 2003. Quantum reading. Jakarta: MLC.
Huda, Nuril.1999. Implikasi Kajian Strategi Belajar Bahasa Kedua. Depdikbud: Malang.
Hamzah, Uno. 2008.Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Bumi Aksara:Jakarta.
Mavianti, Harfiani, R. 2019. The Role Of Hots Learning As An Effort To Improve Critical
Thinking On Students In Communication Science Reviews, Internasional Seminar of
Islamic Studies, Vol. 1 (1).
Nurzannah, Ginting, N. & Setiawan, H. R., 2020. Implementation Of Integrated Quality
Management In The Islamic Education System. Medan, UMSU Press, p. 8.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Standar Nasional
Pendidikan. 16 Mei 2005. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41.
Jakarta
Pohan, S., 2021. Strategi dan Metode Pembelajaran Generasi Milenial. Yogyakarta: Bildung
Nusantara Setiawan, H. R., 2018. Media Pembelajaran (Teori dan Praktek). Yogyakarta:
Bildung.
Subini, Nini. 2012. Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak. Javalitera : Jogjakarta.
S. Nasition. 2011. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar & Mengajar. Bumi
Aksara:Jakarta.
Syahfitri, R. & Setiawan, H. R., 2020. Implementasi E-Learning Pada Mata Pelajaran PAI
Dimasa Pandemi Covid-19. Al-Ulum: Jurnal Pendidikan Islam, 1(1), p. 2.
Sukadi. 2008. Progressive Learning. Niaga Qolbun Salim : Bandung.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. 8
Juli 2003. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 4301. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai