INDONESIA
Dosen Pengampu:
Dr. Sariban, M.Pd.
Disusun oleh:
Mulyati Mualimatul Choiriyah NIM: 22062101003
Sjahidul Haq Chotib NIM: 22062101004
Mulyati NIM: 22062101009
Muhajiron Anil Ma’ashi NIM: 22062101020
Sudarman Aris Fachrudin NIM: 22062101023
Ahmad Marzuqi NIM: 22062101025
I’anatul Fitria NIM: 22062101028
1
BAB I
PENDAHULUAN
B. Batasan Masalah
1. Dasar dan prinsip pengajaran bahasa.
2. Metodologi mengajarkan bahasa di berbagai tingkat.
3. Gaya dan strategi pengajaran bahasa.
C. Tujuan Masalah
Dengan melihat pada batasan masalah maka tujuan dari review ini adalah sebagai
berikut:
1. Mendeskripsikan tingkat keterbacaan wacana-wacana dalam pengajaran bahasa.
2. Mendeskripsikan solusi dalam proses pengajaran bahasa .
D. Manfaat Masalah
Hasil review ini diharapkan dapat memberikan informasi lengkap terhadap
keterbacaan wacana wacana dan solusi dalam proses pengajaran bahasa.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Indonesia hendaknya tidak disajikan secara terpisah-pisah. Pembelajaran bahasa Indonesia
hendaknya disajikan secara terpadu atau terintegratif baik antara unsur fonologi,
morfologi, sintaksis, dan semantik ataupun pemaduan antara keterampilan berbahasa
Indonesia.
3. Prinsip Fungsional Tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan
Kurikulum 2004 adalah agar peserta didik dapat menggunakan bahasa Indonesia dalam
berkomunikasi dengan baik dan benar. Hal ini sejalan dengan prinsip pembalajaran bahasa
yang fungsional, yaitu pembelajaran bahasa harus dikaitkan dengan fungsinya, baik dalam
berkumunikasi maupun dalam memenuhi keterampilan untuk hidup Prinsip fungsional
dalam pembalajaran bahasa pada hakikatnya sejalan dengan konsep pembelajaran
pendekatan komunikatif. Konsep pendekatan komunikatif mengisyaratkan bahwa guru
bukanlah penguasa dalam kelas. Guru bukanlah satu-satunya pemberi informasi dan
sumber belajar. Sebaliknya, guru harus sebagai penerina informasi. Jadi, pembelajaran
harus berdasarka multisumber.
4. Prinsip Apresiatif Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “apresiasi” berarti
“penghargaan”. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, istilah apresiatif dimaknai
“menyenangkan”. Jadi, prinsip pembelajaran yang apresiatif merupakan pembelajaran
yang menyenangkan. Jika dilihat dari artinya, prinsip apresiatif ini tidak hanya berlaku
untuk pembelajaran sastra, tetapi juga untuk pembelajaran aspek yang lain seperti
keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis). Dalam hal ini
pembelajaran sastra dapat dipadukan dalam pembelajaran keempat keterampilan
berbahasa tersebut.
4
siswa. Hal ini diberikan dengan definisi dan contoh ke dalam kalimat (2) Penyajian
bacaan di kelas. Bacaan dibaca dengan diam selama 10-15 menit (untuk mempercepat
waktu, bacaan dapat diberikan sehari sebelumnya) (3) Diskusi isi bacaan dapat melalui
tanya jawab
7. Metode Tematik Dalam metode tematik, semua komponen materi pembelajaran
diintegrasikan ke dalam tema yang sama dalam satu unit pertemuan. Yang perlu
dipahami adalah bahwa tema bukanlah tujuan tetapi alat yang digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
8. Metode Kuantum Quantum Learning (QL) merupakan metode pendekatan belajar yang
bertumpu dari metode Freire dan Lozanov. QL mengutamakan kecepatan belajar dengan
cara partisipatori peserta didik dalam melihat potensi diri dalam kondisi penguasaan diri.
9. Metode Diskusi Diskusi adalah proses pembelajaran melalui interaksi dalam kelompok.
Setiap anggota kelompok saling bertukar ide tentang suatu isu dengan tujuan untuk
memecahkan suatu masalah,menjawab suatu pertanyaan, menambah pengetahuan atau
pemahaman, atau membuat suatu keputusan
10. Metode Kerja Kelompok Kecil (Small-Group Work) Mengorganisasikan siswa dalam
kelompok kecil merupakan metode yang banyak dianjurkan oleh para pendidik. Metode
ini dapat dilakukan untuk mengajarkan materi-materi khusus. Kerja kelompok kecil
merupakan metode pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Siswa dituntut untuk
memperoleh pengetahunan sendiri melalui bekerja secara bersama-sama.
5
sulit mengikuti anjuran secara lisan dan sering salah mengartikan kata atau ucapan
(Emirina,2009).
Beberapa ciri yang dimiliki siswa yang cenderung memiliki gaya belajar visual, antara
lain: selalu terlihat rapi, berbicara dengan cepat, teliti, mementingkan penampilan (baik dalam
hal pakaian maupun presentasi), mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar, pembaca
yang cepat dan tekun, suka membaca daripada dibacakan, suka mencoret-coret tanpa arti/ makna
ketika sedang berbicara atau mendengar, sering menjawab pertanyaan dengan singkat, seperti
“ya” dan “tidak”, lebih suka memperagakan daripada berbicara, lebih mudah mengingat jika
dibantu dengan gambar.
6
2011: 29).
Sejalan dengan tujuan utama pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu agar siswa memiliki
kemahiran berbahasa diperlukan sebuah alternatif baru yang lebih variatif, aplikatif, dan menarik dalam
pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah. Pembelajaran yang menarik akan memikat anak didik untuk
terus dan betah mempelajari Bahasa Indonesia sebagai bahasa ke-2 setelah bahasa ibu. Apabila siswa
sudah tertarik dalam pembelajaran maka akan dengan mudah meningkatkan prestasi siswa dalam
bidang bahasa (Ishaq, 2006). Salah satu strategi pembelajaran yang variatif, aplikatif, dan menarik
adalah masyarakat belajar (learning community) yang menekankan kepada kerja sama kelompok untuk
menyelesaikan sebuah masalah.
Dalam strategi ini, siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4–5 orang yang
heterogen menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, siswa bekerja
dalam tim mereka untuk memastikan seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Saat
belajar kelompok, siswa saling membantu untuk menuntaskan materi yang dipelajari. Guru mamantau
dan mengelilingi tiap kelompok untuk melihat adanya kemungkinan siswa yang memerlukan bantuan
guru.
Strategi pengajaran dibagi menjadi tiga kategori utama, yaitu; strategi metakognitif, kognitif dan
sosioafektif. Strategi metakognitif yaitu strategi yang melibatkan perencanaan belajar, pemikiran
tentang proses pengajaran yang sedang berlangsung, pemantauan produksi dan pemahaman seseorang,
dan evaluasi pengajaran setelah sebuah aktivitas selesai. Strategi kognitif yaitu lebih terbatas pada
tugas-tugas pengajaran spesfik dan melibatkan pemanfaatan yang lebih langsung terhadap materi
pembelajaran itu sendiri. Sedangkan strategi sosioefektif yaitu aktivitas mediasi social dan interaksi
yang lain.
7
BAB III
PENUTUP
8
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2008. Psikologi Belajar.Rineka Cipta : Jakarta.
Arsyad, Azhar. 2008. Media Pembelajaran. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Burhani. Ahmad Najib. 2012. “Al-Tawassut wal I’tidal: The NU and Moderatism in
Indonesian Islam”. Asian Journal of Social Science. Vol. 40. Issue 5-6. Internasional
Seminar of Islamic Studies, Vol. 1 (1)
Byrne, D. (1998). Teaching writing skills. London: Longman.
Dryden, Gordon dan Dr. Jeannette Vos. 2002. Revolusi Belajar (the Learning revolution):
Belajar akan efektif kalau anda dalam keadaan Fun. Kaifa : Bandung.
Hastuti P.H., Sri. 1997. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Depdiknas: Jakarta.
Hedge, T. (1992). Writing: Resource books for teachers. Alan Maley (Ed.) Oxford: Oxford
University Press.
Hernowo, Ed. 2003. Quantum reading. Jakarta: MLC.
Huda, Nuril.1999. Implikasi Kajian Strategi Belajar Bahasa Kedua. Depdikbud: Malang.
Hamzah, Uno. 2008.Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Bumi Aksara:Jakarta.
Mavianti, Harfiani, R. 2019. The Role Of Hots Learning As An Effort To Improve Critical
Thinking On Students In Communication Science Reviews, Internasional Seminar of
Islamic Studies, Vol. 1 (1).
Nurzannah, Ginting, N. & Setiawan, H. R., 2020. Implementation Of Integrated Quality
Management In The Islamic Education System. Medan, UMSU Press, p. 8.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Standar Nasional
Pendidikan. 16 Mei 2005. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41.
Jakarta
Pohan, S., 2021. Strategi dan Metode Pembelajaran Generasi Milenial. Yogyakarta: Bildung
Nusantara Setiawan, H. R., 2018. Media Pembelajaran (Teori dan Praktek). Yogyakarta:
Bildung.
Subini, Nini. 2012. Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak. Javalitera : Jogjakarta.
S. Nasition. 2011. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar & Mengajar. Bumi
Aksara:Jakarta.
Syahfitri, R. & Setiawan, H. R., 2020. Implementasi E-Learning Pada Mata Pelajaran PAI
Dimasa Pandemi Covid-19. Al-Ulum: Jurnal Pendidikan Islam, 1(1), p. 2.
Sukadi. 2008. Progressive Learning. Niaga Qolbun Salim : Bandung.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. 8
Juli 2003. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 4301. Jakarta.