1
1.3. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk memahami pengertian dari pembelajaran bahasa Indonesia kelas tinggi
2. Untuk mengetahui pembelajaran bahasa Indonesia kelas tinggi?
3. Untuk mengetahui prinsip pembelajaran bahasa Indonesia kelas tinggi?
4. Untuk memahami pendekatan/metode/model pembelajaran bahasa
Indonesia kelas tinggi?
5. Untuk memahami hakikat (komponen, fungsi dan kompetensi) bahasa
kelas tinggi?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kelas tinggi adalah siswa yang terdiri dari siswa kelas 4,5, dan 6. Menurut Sri Anitah
dkk (2008:2.37) esensi proses pembelajaran kelas tinggi sekolah dasar adalah suatu
pembelajaran yang dilaksanakan secara logis dan sistematis untuk membelajarkan konsep, dan
generalisasi hingga penerapannya (menyelesaikan soal, menggabungkan, menghubungkan,
memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat, dan membagi). Banyak strategi belajar yang
dapat digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas tinggi sekolah dasar, diantaranya
adalah tanya jawab, latihan atau drill, belajar kelompok, observasi atau pengamatan, inkuiri,
pemecahan masalah dan discovery.
3
Pembelajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah membelajarkan peserta didik
tentang keterampilan berbahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai tujuan dan fungsinya.
Menurut Atmazaki, mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik
secara lisan maupun tulis, menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan dan bahasa negara, memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya
dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, menggunakan bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial, menikmati dan
memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, budi pekerti, serta meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan menghargai dan membanggakan sastra
Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
2.2. Ciri-Ciri Pembelajaran Bahasa Kelas Tinggi
Pengembangan sikap ilmiah pada siswa kelas tinggi di sekolah dasar dapat dilakukan
dengan cara menciptakan pembelajaran yang memungkinkan siswa berani berargumentasi dan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mendorong siswa supaya memiliki rasa ingin
mengetahui, memiliki karakter yang baik. Kegiatan pembelajaran di kelas tinggi sekolah dasar
banyak menggunakan pembelajaran berbasis masalah. Karakteristik pembelajaran kelas tinggi
di sekolah dasar terlihat bahwa selain dituntut aktivitas yang tinggi, kemampuan siswa dalam
melakukan kegiatan pembelajaran seperti tahapan penelidikan, melakukan pemecahan
masalah sebagainya.
2.3. Prinsip Pembelajaran Bahasa Kelas Tinggi
Adapun prinsip pembelajaran Bahasa Indonesia dikelas tinggi adalah:
1. Prinsip Kontekstual
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang
bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya
terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural),
sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk
mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
4
Contextual Teaching and Learning (CTL) disebut pendekatan kontekstual karena
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
Sampai saat ini, pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh kelas yang berfokus
pada guru sebagai utama pengetahuan, sehingga ceramah akan menjadi pilihan utama dalam
menentukan strategi belajar. Sehingga sering mengabaikan pengetahuan awal siswa. Untuk itu
diperlukan suatu pendekatan belajar yang memberdayakan siswa.
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat (US Departement of Education, 2001). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti
apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya.
Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai
hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang
memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha
untuk menggapainya. Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu siswa
dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan strategi daripada
memberi informasi. Guru hanya mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk
menemukan suatu yang baru bagi siswa. Proses belajar mengajar lebih diwarnai Student
centered daripada teacher centered.
Menurut Depdiknas guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai berikut:
a. Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa .
b. Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses
pengkajian secara seksama.
c. Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang
selanjutnya memilih dan mengkaitkan dengan konsep atau teori yang
akan dibahas dalam pembelajaran kontekstual.
d. Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari
dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dan lingkungan
hidup mereka. Melaksanakan penilaian terhadap pemahaman siswa, dimana
hasilnya nanti dijadikan bahan refeksi terhadap rencana pemebelajaran dan
5
pelaksanaannya.
Menurut Blanchard, ciri-ciri kontekstual:
a. Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah.
b. Kegiatan belajar dilakukan dalam berbagai konteks
c. Kegiatan belajar dipantau dan diarahkan agar siswa dapat belajar mandiri.
d. Mendorong siswa untuk belajar dengan temannya dalam kelompok atau secara
mandiri.
e. Pelajaran menekankan pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda.
f. Menggunakan penilaian otentik
g. Bertanya (Questioning) dalam Pendekatan Kontektual (CTL)
Menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan kontektual (CTL) memiliki
tujuh komponen utama untuk pembelajaran efektif, yaitu konstruktivisme (constructivism),
menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat-belajar (Learning Community),
pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic
Assesment).
2. Prinsip Integratif
Bahasa adalah suatu sistem. Hal ini senada dengan pendapat Maksan (1994:2) yang
mengatakan bahasa adalah suatu sistem. Hal tersebut berarti suatu keseluruhan kegiatan yang
satu dengan yang lainnya saling berkaitan untuk mencapai tujuan berbahasa yaitu
berkomunikasi. Subsistem bahasa adalah fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik.
Keempat system ini tidak dapat berdiri sendiri. Artinya, pada saat kita menggunakan bahasa,
tidak hanya menggunakan salah satu unsur tersebut
Berdasarkan kenyataan di atas, maka pembelajaran bahasa Indonesia hendaknya tidak
disajikan secara terpisah-pisah. Pembelajaran bahasa Indonesia hendaknya disajikan secara
terpadu atau terintegratif baik antara unsure fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik
ataupun pemaduan antara keterampilan berbahasa Indonesia. Sebagai contoh dalam
pembelajaran keterampilan membaca, kita dapat sekaligus memadukan keterampilan menulis,
dan keterampilan berbicara. Selain itu, dalam pembelajaran menyimak, kita dapat
memadukan keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, dan keterampilan membaca
atau menulis.
3. Prinsip Fungsional
6
Tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan Kurikulum 2004
adalah agar peserta didik dapat menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dengan
baik dan benar. Hal ini sejalan dengan prinsip pembalajaran bahasa yang fungsional, yaitu
pembelajaran bahasa harus dikaitkan dengan fungsinya, baik dalam berkumunikasi maupun
dalam memenuhi keterampilan untuk hidup (Purnomo, 2020:10-11).
Prinsip fungsional dalam pembelajaran bahasa pada hakikatnya sejalan dengan konsep
pembelajaran pendekatan komunikatif. Konsep pendekatan komunikatif mengisyaratkan
bahwa guru bukanlah penguasa dalam kelas. Guru bukanlah satu-satunya pemberi informasi
dan sumber belajar. Sebaliknya, guru harus sebagai penerina informasi (Hairuddin,
2000:136). Jadi, pembelajaran harus berdasarkan multisumber. Dengan kata lain, sumber
belajar terdiri atas peserta didik, guru, dan lingkungan sekolah. Lebih tegas lagi Tarigan
(Hairuddin, 2000:36) mengungkapkan bahwa dalam konsep pendekatan komunikatif peran
guru adalah sebagai pembelajar dalam proses pembelajaran disamping sebagai
pengorganisasi,, pembimbing, dan peneliti.
4. Prinsip Apresiatif
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988:46) kata “apresiasi”
berarti “penghargaan”. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, istilah apresiatif dimaknai
“menyenangkan”. Jadi, prinsip pembelajaran yang apresiatif berarti pembelajaran yang
menyenangkan. Jika dilihat dari artinya, prinsip apresiatif ini tidak hanya berlaku untuk
pembelajaran sastra, tetapi juga untuk pembelajaran aspek yang lain seperti keterampilan
berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis). Dalam hal ini pembelajaran sastra
dapat dipadukan dalam pembelajaran keempat keterampilan berbahasa tersebut.
2. Metode Komunikatif
Desain yang bermuatan komunikatif harus mencakup semua keterampilanberbahasa.
Setiap tujuan diorganisasikan kedalam pembelajaran. Setiap pembelajaran dispesifikkan
kedalam tujuan konkret yang merupakan produk akhir. Sebuah produk disini dimaksudkan
sebagai sebuah informasi yang dapat dipahami, ditulis, diutarakan, atau disajikan kedalam
nonlinguistic.sepucuk surat adalah sebuah produk.Demikianpula sebuah perintah, pesan,
laporan, atau peta, juga merupakan produk yang dapat dilihat dan diamati. Dengan
8
begitu,produk-produk tersebut dihasilkan melalui penyelesaian tugas yang berhasil.
Contohnya menyampaikan pesan kepada orang lain yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran.Tujuan itu dapat dipecah menjadi sebagai berikut.
a. Memahami pesan
b. Mengajukan pertanyaan untuk menghilangkan keraguan
c. Mengajukan pertanyaan unruk memperoleh lebih banyak informasi
d. Membuat cacatan
e. Menyusun cacatan secara logis,dan
f. Menyampaikan pesan secara lisan
Dengan begitu untuk materi bahasa penyampaian pesan saja,aktivitas komunikasi
dapat terbangun secara menarik,mendalam,da membuat siswa lebih intensif
3. Metode Produktif
Metode produktif diarahkan pada berbicara dan menulis. Siswa harus banyak
berbicara atau menuangkan gagasannya.Dengan menggunakan metode produktif diharapkan
siswa dapat menuangkan gagasan yang terdapat dalam pemikiranya kedalam keterampilan
berbicara dan menulis secara runtuh. Semua gagasan yang disampaikan dengan menggunakan
bahasa yang komunikatif.
Yang dimaksud dengan komunikatif disini adalah adanya respon dari lawan bicara. Bila kita
berbicara lawan bicara kita adalah pendengar, bila kita menulis lawan bicara kita adalah
pembaca.
4. Metode Partisipatori
Metode pembelajaran ini lebih menekankan keterlibatan siswa secara penuh.siswa
dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa diduduki sebagai subjek belajar.
.Denganberpartisipasi aktif, siswa dapat menentukan hasil belajar. Guru hanya bersifat
sebagai pemandu atau fasilitator.
Dalam metode partisipatori siswa aktif,dinamis dan berlaku sebagai sabjek. Namun,
bukan berarti guru harus pasif,tetapi guru juga aktif dalam memfasilitas belajar siswa dengan
suara,gambar, tulisan dinding dan sebagainya.
5. Metode Membaca
Metode membaca bertujuan agar siswa mempunyai kemampuan memahami teks
bacaan yang diperlukan dalam belajar siswa. Berikut langkah-langkah metode membaca
9
adalah sebagai berikut.
a. Pemberian kosakata dan istilah yang dianggap sukar dari guru ke siswa.Hal ini
diberikan dengan definisi dan contoh kedalam kalimat
b. Penyajian bacaan dikelas. Bacaan dibaca dengan diam selama 10-15 menit(untuk
mempercepat waktu,bacaan dapat diberikan sehari sebelunyaa)
c. Diskusi isi bacaan dapat melalui tanya jawab
d. Pembicaraan tata bahasa dilakukan dengan singkat. Hal itu diadakan jika
dipandang perlu oleh guru
e. Pembicaraan kosakata yang relevan
f. Pemberian tugas seperti mengarang(isinya relevan dengan bacaan) atau membuat
denah, skema,diagram, ikhtisar,rangkuman, dan sebagainya yang berkaitan
dengan isi bacaan
10
2.5.Hakikat (Komponen, Fungsi dan Kompetensi) Bahasa Kelas
Tinggi
2.5.1. Komponen Bahasa
1. Fonologi : aturan letak bunyi yang sama
2. Morfologi : aturan perubahan makna yang dimodifikasikan
3. Sintaksis : aturan susunan kata
4. Semantik : makna
5. Fonem : unit terkecil yang tidak mempunyai makna namun mampu mengubah
makna
Membaca adalah interaksi dengan bahasa yang sudah dialihkodekan dalam bentuk
tulisan.
4. Menulis
Menulis adalah kegiatan menempatkan suatu pada sebuah dimensi ruang yang
kosong.
11
12
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD khususnya kelas tinggi akan menjadi sangat
efektif, bermakna dan berhasil mencapai tujuan jika guru mempertimbangkan berbagai faktor
yang ada pada siswanya seperti motivasi, tipe belajar, lingkungan belajar yang disenangi,
kelemahan dan kelebihan yang dimiliki siswa.
Peran aktif guru dalam penyampaian materi pelajaran Bahasa Indonesia dikelas tinggi
sangat menentukan diterima atau tidaknya pesan dan informasi oleh siswa. Kesalahan-
kesalahan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia harus dapat dijadikan motivasi untuk
belajr memperbaiki kesalahan tersebut dan mengetahui kebenaran atas kesalahan tersebut.
Disinilah peran guru untuk meluruskan dan mengarahkannya.
3.2. Saran
Kita sebagai calon guru yang akan mengajar di sekolah dasar hendaknya mengetahui
tentang apa saja yang harus dipahami oleh kita sebagai calon guru. Jangan sampai kita
mengajar dengan asal-asalan karena itu akan membuat ketidaknyamanan bagi siswa.
11
DAFTAR PUSTAKA
Anitah Sei W, dkk. 2008. Strateg Pembelajaran di SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
Depdikbud. 1998. Permainan Tradisional Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Depdiknas. (2003). Undang-undang RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Hairuddin, dkk.2008. Bahan Ajar Cetak Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Dirjen
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor :
Ghalia Indonesia.
KBBI. 1996. Edisi Kedua. Jakarta : Balai Pustaka.
Tarigan, Henry Guntur. 2002. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbicara. Bandung :
Angkasa.