Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PEMBELAJARAN SASTRA BERBASIS KARAKTER

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu : Fahmi Surya Adikara, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :
Nama : Toni Aji

NIM : B.2019022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

MUHAMMMADIYAH BATANG

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayahNya kepada kami, hingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih
atas bantuan dari pihak yang telah membantu kami :

1) Pak Fahmi Surya Adikara, S.Pd., M.Pd. selaku dosen mata kuliah
Pembelajaran Bahasa Indonesia SD yang telah memberikan bimbingan dalam
penyusunan makalah ini.

2) Keluarga, teman dan semua pihak yang telah memberikaan semangat, ide dan
bantuannya sehingga penyusun dapat menylesaikan Makalah ini.

Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca, untuk


kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik. Kami yakin bahwa makalah masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Batang, Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I ............................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN......................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG.............................................................................................. 1

B. RUMUSAN MASALAH ......................................................................................... 2

C. TUJUAN PENULISAN ........................................................................................... 2

BAB II ........................................................................................................................... 3

ISI .................................................................................................................................. 3

A. PEMBELAJARAN SASTRA BERBASIS KARAKTER ....................................... 3

B. PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER ....................... 4

BAB III.......................................................................................................................... 8

PENUTUP ..................................................................................................................... 8

A. KESIMPULAN ........................................................................................................ 8

B. SARAN..................................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tujuan pembelajaran pada dasarnya adalah rumusan kualifikasi kemampuan


yang harus dicapai oleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran. Sasaran dari
tujuan pembelajaran meliputi bidang kognitif, afektif dan psikomotor. Secara hirarki
tujuan dapat di urutkan dari mulai yang bersifat umum atau jangka panjang sampai
pada tingkat tujuan jangka panjang sampai dengan yang spesifik. Pembelajaran
merupakan suatu sistem lingkungan belajar yang terdiri dari unsur dan tujuan, bahan
pelajaran, strategi, alat, siswa dan guru. Semua unsur atau komponen tersebut saling
berkaitan, saling mempengaruhi, dan berfungsi dengan berorientasi kepada tujuan.
Pembelajaran bahasa Indonesia yang di tata dan di atur sedemikian rupa dengan di
dasarkan pada berbagai aspek yang menyangkut aspek konsep pembelajaran dan sastra
Indonesia.

Kondisi masyarakat ini sangat memprihatinkan. Perkelahian, pembunuhan,


kesenjangan sosisal, ketidak adilan, penipuan terjadi dimana mana. Hal itu dapat
diketahui lewat berbagai media cetak seperti surat kabar, televisi atau internet. Bahkan,
tidak jarang kondisi seperti itu dapat diselesaikan secara langsung ditengah masyarakat.

Keprihatinan terhadap kondisi masyarakat yang demikian itu, menumbuhkan


semangat untuk mengkaji sebab dan mencari pemecahannya. Penelitian dan seminar
mengenai masalah itu telah berkali-kali yang diselenggarakan oleh berbagai instansi,
baik pemerintah maupun swasta. Ujungnya adalah persamaan persepsi terhadap
pentingnya menggalakan pendidikan karakter.

Respon masyarakat terhadap pendidikan karakter berbeda-beda. Dikalangan


kelompok pendidik muncul pendapat tentang perlunya pendidikan budi pekerti,
sedangkan pemuka agama memandang perlunya penguatan pendidikan agama. Mereka
yang berkecimpung dibidang politik mengusulkan refitalisasi pendidikan Pancasila.

1
Sehingga di dunia pendidikan juga menekankan pendidikan karakter melalui berbagai
pembelajaran, termasuk pembelajaran sastra.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan maslahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pembelajaran sastra berbasis karakter?

2. Apa saja prinsip-prinsip pembelajaran sastra berbasis karakter?

C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui pembelajaran sastra berbasis karakter

2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran sastra berbasis karakter.

2
BAB II

ISI

A. PEMBELAJARAN SASTRA BERBASIS KARAKTER

Sejak tahun pelajaran 2011/2012 Depdiknas telah berketetapan bahwa materi


pendidikan karakter akan diberikan mulai jenjang PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)
hingga perguruan tinggi. Implementasi pendidikan karakter dalam kurikulum dapat
melalui tiga jalur, yakni (1) integrasi dalam mata pelajaran, (2) integrasi dalam muatan
lokal, dan (3) kegiatan pengembangan diri. Karakter adalah watak, tabiat, akhlak atau
kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan (nilai,
moral, norma) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang,
berpikir, bersikap, dan bertindak (Rencana Aksi Nasional, 2010).

Karakter dapat dimaknai sebagai kumpulan kualitas terbaik yang mungkin


dimiliki seorang manusia, misalnya kebijaksanaan, keberanian, keadilan, dan
kesederhanaan. Pendidikan karakter merupakan pendidikan nilai, pendidikan budi
pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan
kemampuan seluruh warga sekolah untuk memberikan keputusan baik buruk,
keteladanan, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam
kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati (Rencana Aksi Nasional Pendidikan
Karakter, 2010). Nilai-nilai karakter yang mesti dikembangkan meliputi nilai religious,
jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif,
cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

Pelaku pendidikan karakter harus dimulai dari guru/dosen. Guru/dosen tidak


hanya dituntut mampu mengajarkan konsep karakter tetapi juga harus mampu
menempa dirinya agar berkarakter. Menjadi guru/dosen Bahasa dan Sastra Indonesia
yang berkarakter dapat dimulai dari cara mengajar, cara berpakaian, cara
berkomunikasi, cara mencari tambahan penghasilan, dan seterusnya hingga cara hidup
sehari-hari. Salah satu faktor dalam pendidikan karakter adalah kemampuan untuk
3
memberikan apresiasi kepada orang lain dalam arti yang positif” (Kompas.com, 6
Desember 2010).

Kebijakan Nasional tentang Pembangunan Karakter Bangsa didasari oleh 4


nilai karakter esensial, yaitu: (1) Tangguh; (2) Jujur; (3) Cerdas; dan (4) Peduli sebagai
perwujudan yang terintegrasi dari karakter religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja
keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan/nasionalisme, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikati,
cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab
(Syawal: 2012).

Menurut Rahayu (2012) pelaksanaan pendidikan karakter diawali dari paradigma,


tujuan, materi, dan strategi implementasinya. Sebagai paradigma, pendidikan karakter
mencakup lebih dari sekadar pengetahuan dasar tentang moral yang baik. Pendidikan
karakter bukan sekadar mengajarkan mana yang benar dan yang salah, yang baik dan
yang buruk. Lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang hal
yang baik kepada peserta didik. Prinsip pengembangan pendidikan karakter adalah, (1)
berkelanjutan, (2) melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri dan budaya
sekolah, (3) nilai-nilai tidak diajarkan namun dikembangkan melalui proses belajar, (4)
menerapkan PAIKEM. Sedangkan pendekatan pendidikan karakter dapat
menggunakan (1) pengembangan proses pembelajaran baik di kelas, di sekolah,
maupun di luar sekolah, (2) pengembangan budaya satuan pendidikan, (3) integrasi
dalam mata pelajaran, (4) integrasi dalam kegiatan ekstrakurikuler, (5) program
pengembangan diri melalui kegiatan rutin sekolah, kegiatan spontan, keteladanan, dan
pengkondisian, (6) dukungan orang tua dan masyarakat. Semuanya harus bersinergi.

B. PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN SASTAR BERBASIS KARAKTER

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dilaksanakan dengan mengacu


pada wawasan pembelajaran yang dilandasi prinsip humanisme, progresivme dan
rekonstruksionisme (Slamet, 1995 : 46-51).

1. Prinsip humanisme berisi wawasan sebagai berikut.


4
a. Manusia secara fitrah memiliki bekal yang sama dalam upaya memahami
sesuatu. Pendidik bukan satu-satunya sumber informasi, siswa disikapi
sebagai subjek belajar yang secara kreatif mampu menemukan pemahaman
sendiri dan dalam proses belajar mengajar guru lebih banyak bertindak
sebagai model, teman pendamping, pemotivasi dan fasilitator.

b. Perilaku manusia dilandasi motif dan minat tertentu. Isi pembelajaran harus
memiliki kegunaan bagi siswa didik secara aktual, dalam kegiatan belajarnya
siswa harus menyadari manfaat penguasaan isi pembelajaran bagi
kehidupannya, dan isi pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat
perkembangan, pengalaman dan pengetahuan peserta didik.

c. Manusia selain memiliki kesamaan juga memiliki kekhasan. Dengan maksud


bahwa layanan pembelajaran selain bersifat klasikal dan kelompok juga
bersifat individual. Selain ada yang dapat menguasai materi pembelajaran
secara cepat juga ada yang menguasai isi pembelajaran secara lambat dan
siswa didik harus disikapi dengan subyek yang unik, baik menyangkut proses
merasa, berfikir dan karakteristik individual secara hasil bentukan lingkungan
keluarga, teman bermain maupun lingkungan kehidupan sosial
masyarakatnya.

2. Prinsip progresivme beranggapan bahwa:

a. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan tidak bersifat mekanistis tetapi


memerlukan daya kreatifitas. Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan
melalui kreativitas ini berkembang secara berkesinambungan.

b. Dalam proses belajarnya, siswa seringkali dihadapkan pada masalah yang


memerlukan pemecahan secara baru. Dalam memecahkan masalah tersebut
siswa perlu menyaring dan menyusun ulang pengalaman dan pengetahuan
yang dimilikinya secara coba-coba atau hipotesis. Dalam hal ini terjadi cara
berfikir yang terkait dengan suatu pengetahuan dengan pengalaman atau
pengetahuan lain melalui proses berpikir untuk menghasilkan sesuatu.
5
Terdapatnya kesalahan dalam proses memecahkan masalah maupun pada
hasil yang dibuahkan sebagai bagian dari kegiatan belajar merupakan sesuatu
yang wajar.

3. Prinsip konstruksionisme beranggapan bahwa:

a. Proses belajar disikapi sebagai kretivitas dalam menata serta menghubungkan


pengalaman dan pengetahuan hingga membentuk suatu keutuhan. Dalam
tindak kreatif tersebut murid pada dasarnya merupakan subyek pemberi
makna. Kesalahan sebagai bagian dari kegiatan belajar justru dapat
membuahkan pengalaman dan pengetahuan baru. Sebab dalam proses
pembelajaran, guru sebaiknya tidak menggurui melainkan secara adaptif
berusaha memahami jalan fikiran anak didik untuk kemudian menampilkan
sejumlah kemungkinan. Karena itu, guru juga perlu belajar mengembangkan
kreatifitas sejalan dengan kekhasan subyek didik, peristiwa belajar, konteks
pembelajaran maupun terdapatnya berbagai bentuk perkembangan.

b. Dalam mengembangkan materi atau bahan ajar, juga harus


mempertimbangkan beberapa prinsip seperti sahih, tingkat kepentingan,
kebermanfaatan, layak dipelajari, menarik minat. Bahan yang dipelajari
siswapun harus memperhatikan ruang lingkup, tata urutan, keberlanjutan dan
keterpaduan.

Agar kegiatan belajar terjadi secara efektif perlu diperhatikan beberapa prinsip
diantaranya :

1. Motivasi, yaitu dorongan untuk melakukan kegiatan belajar, baik motivasi


intrinsik maupun motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik dinilai lebih baik sebab
berkaitan langsung dengan tujuan pembelajaran itu sendiri.

2. Perhatian atau pemusatan energi psikis terhadap pelajaran erat kaitannya


dengan motivasi. Untuk memusatkan perhatian siswa terhadap pelajaran bisa
didasarkan terhadap diri siswa itu sendiri dan terhadap situasi pembelajarannya.

6
3. Aktivitas belajar itu sendiri adalah aktivitas. Bila pikiran dan perasaan siswa
tidak terlibat aktif dalam situasi pembelajaran pada hakikatnya siswa tersebut tidak
belajar. Penggunaan metode dan media yang bervariasi dapat merangsang siswa labih
aktif belajar.

4. Umpan balik didalam belajar sangat penting, supata siswa segera mengetahui
benar tidaknya pekerjaan yang ia lakukan. Umpan balik dari guru, sebaiknya yang
mampu menyadarkan siswa terhadap kesalahan mereka dan meningkatkan pemahaman
siswa akan pelajaran tersebut.

5. Perbedaan individual adalah individu tersendiri yang memiliki perbedaan


dari yang lain. Guru hendaknya mampu memperhatikan dan melayani siswa sesuai
dengan hakikat mereka masing-masing.

7
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sejak tahun pelajaran 2011/2012 Depdiknas telah berketetapan bahwa materi


pendidikan karakter akan diberikan mulai jenjang PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)
hingga perguruan tinggi. Nilai-nilai karakter yang mesti dikembangkan meliputi nilai
religious, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin
tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli
sosial, dan tanggung jawab.

Pelaku pendidikan karakter harus dimulai dari guru/dosen. Kebijakan


Nasional tentang Pembangunan Karakter Bangsa didasari oleh 4 nilai karakter esensial,
yaitu: (1) Tangguh; (2) Jujur; (3) Cerdas; dan (4) Peduli sebagai perwujudan yang
terintegrasi dari karakter religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan/nasionalisme, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat/komunikati, cinta damai, gemar membaca, peduli
lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab (Syawal: 2012).

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dilaksanakan dengan mengacu


pada wawasan pembelajaran yang dilandasi prinsip humanisme, progresivme dan
rekonstruksionisme (Slamet, 1995 : 46-51).

B. SARAN

Sastra secara etimologis berarti alat untuk mendidik, sehingga bersifat


didaktis. hal ini sesuai dengan fungsi sastra yaitu dulce et pulite (indah dan
bermanfaat). kebermanfaatannya diketahui karena sastra didalamnya terkandung
amanat yaitu nilaI moral yang bersesuaian dengan pendidikan karakter. banyak karya

8
sastra lama dan modern yang mengandung pendidikan karakter, seperti kemanusiaan,
harga diri, kritis, kerja keras, hemat.

Peran sastra dalam pembentukan karakter bangsa tidak hanya didasarkan pada
nilai yang terkandung didalamnya. pembelajaran sastra yang bersifat apresiatif pun
syarat dengan pendidikan karakter. kegiatan membaca, mendengarkan, dan menonton
karya sastra pada hakikatnya menanamkan karakter tekun,berpikir kritis,dan
bewawasan luas.pada saat yang bersamaan dikembangkan kepekaan perasan sehingga
pembaca cenderung cinta kepada kebaikan dan membela

9
DAFTAR PUSTAKA

Haryadi. 1994, Sastra melayu, Yogyakarta:IKIP Yogyakarta.


Suyanto. 2009. Urgensi pendidikan karakter. http:// Mandikdasmen.
depdiknas.go.id/web/pages/urgensi.html.
Zuchdi, Darmiyati. 2011. Pendidikan karakter dalam perspektif teori dan praktik.
Yogyakarta: UNY Press.
Zuhlan Najib. 2011. Pendidikan Berbasis Karakter.Surabaya : JePe Press Media
Utama.
Docplayer.2000.Pembelajaran-bahasa-dan-sastra-indonesia-berbasis-karakter-
sebuah-evaluasi-kinerja. http://docplayer.info.
Republik. 2016. Alasan mengapa penting mengembangkan Bahasa pada anak.
https://republik.co.id.

10

Anda mungkin juga menyukai