DI SEKOLAH
MAKALAH
Winarsih - 132110138
Nuraliyah - 132110079
Amalia Rahma Karim - 132110091
Bunga Febriani Putri - 132110125
Kelas : PGSD.21.C1
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.Atas rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Mengidentifikasi pendidikan karakter di
sekolah” dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan karakter. Selain itu
makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan para pembaca dan juga penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Nur Luthfi Rizqa Herianingtyas, M.Pd
selaku dosen mata kuliah Pendidikan karakter. Kami ucapkan terimakasih kepada kalian
yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu saran dan
kritik yang membangun semangat belajar kami sangat diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun,
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
F. Kesimpulan ................................................................................................................10
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pendidikan karakter sangat penting dalam kehidupan manusia,pendidikan umumnya
adalah upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan
batin,karakter).Pendidikan berkualitas menjadi hal penting yang harus di miliki suatu
bangsa,dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,maka peningkatan mutu
pendidikan menjadi suatu hal yang sangat penting bagi generasi-generasi muda yang akan
datang,maka marilah kita sama-sama untuk menanamkan karakter yang berkualitas untuk
anak-anak bangsa dan negara.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan mengidentifikasi pendidikan?
2. Ada berapa budaya di sekolah?
3. Apa saja tujuan untuk pengembangan diri?
Untuk memahami lebih dalam mengenai pendidikan karakter di sekolah dan apa saja
budaya yang ada di sekolah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Integrasi
Integrasi adalah konsep yang diterapkan dalam banyak bidang, mulai dari
sosial, politik, budaya, hingga ekonomi. Integrasi adalah pembauran hingga menjadi
kesatuan. Integrasi dalam banyak bidang keilmuan diartikan secara kasar sebagai
suatu bentuk penyatuan elemen-elemen yang berbeda karakter dan klasifikasinya
berdasarkan konsep, paradigma, dan unit.
Dalam pendidikan karakter tidak hanya mengajarkan tetang benar atau salah
pada anak, akan tetapi lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan
(habituation) tentang yang baik sehingga peserta didik paham, mampu merasakan, dan
mau melakukan yang baik. Maka dari itu, pendidikan karakter membawa tujuan yang
sama dengan pendidikan akhlak atau pendidikan moral.
1. Karakter yang bersumber dari olah hati antara lain beriman dan bertakwa, jujur,
amanah, adil, tertib, taat aturan, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil
resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik;
2. Karakter yang bersumber dari olah pikir antara lain cerdas, kritis, kreatif, inovatif,
ingin tahu, produktif, berorientasi Ipteks, dan reflektif;
3. Karakter yang bersumber dari olah raga/kinestetika antara lain bersih, dan sehat,
sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif,
kompetitif, ceria, dan gigih; dan
4. Karakter yang bersumber dari olah rasa dan karsa antara lain kemanusiaan, saling
menghargai, gotong royong, kebersamaan, ramah, hormat, toleran, nasionalis, peduli,
kosmopolit (mendunia), mengutamakan kepentingan umum, cinta tanah air (patriotis),
bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos
kerja.
Maka dari itu , ada banyak nilai karakter yang dapat dikembangkan dan
diintegrasikan dalam pembelajaran di sekolah. Memang berat menanamkan semua
butir nilai tersebut. Sehingga perlu dipilih nilai-nilai tertentu yang diprioritaskan
penanamannya pada peserta didik.
Dari ketiga bentuk inovasi di atas yang paling penting dan langsung bersentuhan
dengan aktivitas pembelajaran sehari-hari adalah pengintegrasian pendidikan karakter
dalam proses pembelajaran. Model ini ditempuh dengan paradigma bahwa semua
guru adalah pendidik karakter (character educator). Semua mata pelajaran juga
disasumsikan memiliki misi dalam membentuk karakter mulia para peserta didik
(Mulyasa, 2011: 59)
Kegiatan pengembangan diri mempunyai dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus.
1).Tujuan Umum
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat,
minat, kondisi dan perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan kondisi
sekolah/madrasah.
2).Tujuan Khusus
a. kehidupan pribadi
b. kehidupan sosial
c. kemampuan belajar
E. Budaya Sekolah
Program ini seharunya mendapat perhatian lebih dari pihak sekolah agar
proses penanaman karakter bisa berjalan lebih cepat. Sekolah harus menyediaan pojok
baca untuk dimanfaatkan oleh peserta didik. Dengan begitu, peserta didik bisa
memanfaatkannya baik pada waktu yang telah ditentukan maupun pada waktu-waktu
yang lain. Tentu akan sulit bagi anak untuk memiliki kesempatan membaca buku non
pelajaran di luar sekolah, karena mereka sudah di sibukkan dengan pekerjaan rumah
maupun interaksi sosial dengan masyarakat.
Dengan tempaan mental dan fisik yang kontinyu dilingkungan organasi ekstra
kulikulernya, kelak seorang anak akan terbiasa dengan aktivitas yang memerlukan
pemikiran dan tenaga lebih. Mereka tidak akan manja, bermalas-malasan dan anarkis.
Tetapi mereka akan terbiasa aktif, kretaif dan bertanggung jawab.
Penilaiaian ini bisa dilakukan terhadap seseorang yang mengalami hal yang
tidak diingankan, misalnya terjatuh, merugi, bersalah dan sebagainya, coba lihat dan
dengar apa yang diperbuat dan diucpkannya. Jika positif, maka karakter telah
terbentuk. Jika negative, berarti karakkter belum senuhnya tertanam.
Namun, semua itu tidak bisa berlangsung denga tiba-tiba. Perlu ada
keteladanan dari semua pihak, terutama pendidik dan tenaga kependidikan yang ada.
Disinilah ketauladan pendidik diperlukan. Jangan sampai ada perilaku buruk yang
ditampilkan di depan peserta didik seperti merokok, berdebat dan berkelahi.
Tata tertib menjadi benteng pembatas antara yang boleh dan tidak boleh,
antara yang baik dan tidak baik. Tidak mungkin organisasi tidak memilki tata tertib.
Termasuk sekolah. Sekolah perlu membuat tata tertib yang disepakti dan dijalankan
bersama. Dengan begitu, situasi disekolah akan berjalan dengan tertib dalam waktu
yang lama karena program sekolah berjalan sesuai dengan aturan main.
Tidak cukup roda organisasi hanya dijalankan dengan anjuran demi anjuran.
Karena sikap seseorang mudah berubah, apalagi yang menyangkut kebiasaan. Dengan
adanya aturan, seseorang akan terikat. Dengan begitu, kebiasaan positif itu akan terus
berkembang hingga menjadi karakter.
Dari semua budaya sekolah tersebut perlu adanya I’tikad yang kuat dari
pemangku kepentingan untuk mejalankannya. Tanpa itu semua, kebiasaan positif
akan berlangsung sesaat dan aturan hanya tinggal aturan. Tidak akan sampai kepada
tujuan yang diharapkan yaitu pembentukan karakter. Selain itu, perlu adanya
komunikasi yang baik antar unsur pendidikian, yaitu pihak sekolah, masayarakat dan
pemerintah.
Budaya adalah produk yang dibentuk dalam waktu yang lama. Sebab itu, perlu
ada konsistensi dalam menjaganya. Semua pihak harus konsisten menjalankan budaya
yang telah dibangun sejak awal. Salah satu dua kali mungkin masih dimaklumi, tetapi
berkali kali lalai atau salah, karakter yang dihrapkan bakal urung terwujud. Oleh
karena itu, mari ciptakan budaya positif dilingkungan sekolah agar terbentuk dan
tertanam nilai-nailai karakter sebagaimana yang diharapkan oleh semua pihak.
BAB III
PENUTUP
F. Kesimpulan
Selain itu pendidikan karakter juga ada suatu Pengembangan diri yang
bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan
perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan kondisi sekolah/madrasah,
contohnya mengikuti kegiatan extrakulikuler yang ada di sekolah seperti :
pramuka,Paskibra, osis dll.
DAFTAR PUSTAKA
https://elpramwidya.wordpress.com/2008/12/06/program-pengembangan-diri/