Anda di halaman 1dari 22

DISIPLIN KELAS

MAKALAH

Disusun sebagai salah satu syarat mata kuliah Manajemen Kelas

Dosen pengampu: Drs. Jaino, M.Pd.

Disusun oleh Kelompok 10:


1. Arina Muallifah (1401416009)
2. Elsa Widiyanti (1401416019)

ROMBEL 10

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Disiplin bagi peserta didik adalah hal yang rumit dipelajari sebab disiplin
merupakan hal yang kompleks dan banyak kaitannya terkait antara pengetahuan,
sikap dan perilaku. Kebenaran, kejujuran, tangggung jawab, kebebasan, rasa kasih
sayang, tolong menolong dan sebagainya adalah beberapa aturan disiplin
kemasyarakatan yang harus dipelajari/diketahui dan ditegakkan oleh para sisiwa.
Peserta didik belajar beberapa hal dengan cara mendengarkan misalnya, tetapi
mereka lebih suka mengingat dan bertindak dengan kata-kata dan gagasan mereka
sendiri. Dari sini peserta didik akan belajar lebih cepat apabila mereka terlibat dalam
menyusun tata tertib mereka itu. Walaupun demikian, guru harus mengarahkan dan
menentukan tindakan-tindakan apa yang harus diambil bila tata tertib dilanggar,
sehingga disiplin tetap dapat ditegakkan.
Terpeliharanya disiplin tidak lepas dari terpenuhinya kepentingan atau
kebutuhan para pihak. Peserta didik memiliki banyak kepentingan, guru memiliki
banyak kepentingan, demikian kepala sekolah. Permasalahannya adalah bagaimana
kepentingan-kepentingan dari masing-masing pihak dapat terpenuhi dan dapat
diselaraskan agar tidak terjadi bentrokan.
Tidak terpenuhi kepentingan/kebutuhan oleh para pihak akan timbul gangguan
yang mengganggu tatanan hidup dalam berinteraksi atau dalam berproses misalnya,
dalam proses pembelajaran. Disamping itu, para guru/kepala sekolah perlu
mencermati kepentingan/kebutuhan dalam memahami sumber-sumber pelanggaran
disiplin maka akan diketahui pula secara teoritis cara penanggulangannya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan disiplin kelas?
2. Apa sajakah nilai-nilai penuntut sikap disiplin?
3. Apa sajakah pendekatan-pendekatan disiplin kelas?
4. Apa sajakah hak peserta didik dalam penentuan disiplin kelas?
5. Bagaimanakah kebutuhan peserta didik dalam penentuan disiplin kelas?
6. Bagaimanakah tampilan guru hubungannya dalam disiplin kelas?
7. Apa sajakah sumber pelanggaran disiplin?
8. Bagaimanakah teknik-teknik membina disiplin kelas ?
9. Bagaimanakah upaya menegakkan disiplin ?
10. Bagaimanakah penanaman disiplin siswa melalui penerapan tata tertib di sekolah?

C. TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami pengertian disiplin kelas.
2. Mengetahui dan memahami nilai-nilai penuntut sikap disiplin.
3. Mengetahui dan memahami pendekatan-pendekatan disiplin kelas.
4. Mengetahui dan memahami hak peserta didik dalam penentuan disiplin kelas.
5. Mengetahui dan memahami kebutuhan peserta didik dalam penentuan disiplin kelas.
6. Mengetahui dan memahami tampilan guru hubungannya dalam disiplin kelas.
7. Mengetahui dan memahami sumber pelanggaran disiplin.
8. Mengetahui dan memahami teknik-teknik membina disiplin kelas.
9. Mengetahui dan memahami upaya dalam menegakkan disiplin.
10. Mengetahui dan memahami penanaman disiplin siswa melalui penerapan tata tertib di
sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DISIPLIN KELAS


Kata disiplin berasal dari Bahasa latin “disciplina” yang menunjuk kepada
belajar dan mengajar. Kata ini berasosiasi sangat dekat dengan istilah “disciple” yang
berarti mengikuti orang belajar dibawah pengawasan seorang pimpinan. Di dalam
pembicaraan disiplin dikenal dua istilah yang pengertiannya hamper sama tetapi
pembentukannya secara berurutan. Kedua istilah itu adalah disiplin dan ketertiban.,
ada juga yang menggunakan istilah siasat dan ketertiban. Diantara kedua istilah
tersebut yang lebih dahulu terbentuk pengertian ketertiban, baru kemudian pengertian
disiplin (Suharsimi, 1993: 114).
Disiplin merupakan kesadaran yang berkenaan dengan pengendalian diri
seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan. Disiplin hakikatnya adalah pernyataan
sikap mental individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan,
kepatuhan, yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban
dalam rangka pencapaian tujuan.
Disiplin yang dilakukan oleh seseorang sebenarnya adalah tindakan untuk
memenuhi tuntutan nilai tertentu, misalnya nilai idil dan nilai yang diharapkan adalah
tindak tanduk yang mencerminkan kepatuhan dari berbagai nilai yang disepakati oleh
semua, baik siswa, guru, maupun karyawannya yang tertuang dalam tata tertib
sekolah/kelas.
Disiplin kelas merupakan hal esensial untuk terciptanya perilaku tidak
menyimpang dari ketertiban kelas. Dalam semangat pendekatan pendidikan disiplin
hendaknya memiliki basis kemanusiaan dan prinsip-prinsip demokrasi. Prinsip
kemanusiaan dan demokrasi berfungsi sebagai petunjuk dan pengecek bagi para guru
dalam mengambil kebijakan yang berhubungan dengan disiplin. Oleh karena itu,
pendekatan disiplin yang dilakukan guru harus :
a. Menggambarkan prinsip-prinsip pedagogi dan hubungan kemanusiaan.
b. Mengembangkan dan membentuk personel lulusan yang professional.
c. Mereflesikan tumbuhnya keyakinan dan control dari peserta didik.
d. Menumbuhkan kesungguhan berkreasi, baik dikalangan guru dan peseerta
didik tanpa ada kecurigaan dan kecemasan.
e. Menghindari perasaan beban berat dan rasa terpaksa dikalangan para
peserta didik.
Disiplin mencakupi setiap macam pengaruh yang ditunjukkan untuk
membantu peserta didik. Dengan disiplin, mereka dapat memahami dan
menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan. Disamping itu, disiplin juga penting
sebagai cara dalam menyelesaikan tuntutan yang mungkin ingin ditunjukkan peserta
didik terhadap lingkungannya.
Keuntungan dilaksanakannya atau tegaknya disiplin dikalangan para peserta
didik adalah bahwa mereka dapat belajar hidup dengan pembiasaan yang baik, positif,
dan bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya. Lebih lanjut, dengan adanya
pembiasaan tersebut akan tumbuh jiwa tenteram dalam diri dan masyarakat sekitar.
Menegakkan disiplin, dengan demikian tidak bertujuan untuk mengurangi
kebebasan dan kemerdekaan siswa. Menegakkan disiplin justru sebaliknya, ia ingin
memberikan kemerdekaan yang lebih besar kepada siswa dalam batas-batas
kemampuannya. Akan tetapi, kalau kebebasan siswa terlampaui dikurangi, dikekang
dengan peraturan, siswa akan berontak dan mengalami frustasi dan kecemasan. Di
sekolah disiplin banyak digunakan untuk mengontrol tingkah laku siswa yang
dikehendaki agar tugas-tugas disekolah dapat berjalan dengan optimal.

B. NILAI-NILAI PENUNTUT SIKAP DISIPLIN


Sikap disiplin yang dilakukan oleh seseorang sebenarnya adalah suatu
tindakan untuk memenuhi tuntutan nilai tertentu. Nilai-nilai tersebut dapat
diklasifikasikan menjadi :
a. Nilai-nilai keagamaan atau nilai-nilai kepercayaan
Nilai ini diyakini kebenarannya sehingga melahirkan tindakan-tindakan
disiplin yang penuh ketulusan unuk berkorban. Contoh : kewajiban sholat lima
waktu dan puasa selama satu bulan pada bulan Romadhon bagi umat islam, tidak
melakukan aktivitas apapun kecuali berdoa selama satu hari pada hari Raya Nyepi
bagi umat hindu, dan sebagainya.
b. Nilai-nilai tradisional
Nilai-nilai ini melahirkan tindak-tanduk pantangan yang kebanyakan tidak
masuk akal dan mengandung misteri. Contoh : pantanagan makan kaki ayam
kalau tulisannya ingin baik; pantangan menduduki bantal; sialnya angka 13;
pantangan menanam bunga Baugenvill di depan rumah bagi yang memiliki anak
gadis dan sebagainya.
c. Nilai-nilai kekuasaan
Nilai ini bersumber dar penguasa yang melahirkan tindak-taduk disiplin
demi terlaksananya tata kepemimpinan menurut kehendak penguasa. Nilai ini
biasanya diikuti sanksi bagi yang tidak melaksanakannya. Contoh : harus
membayar upeti; harus jongkok bila peguasa datang, dan sebagainya.
d. Nilai-nilai subjektif
Pengakuan dari nilai ini berdasarkan penilaian pribadi yan melahirkan
tindak-tanduk yang egosentrik. Contoh: menurut pendapat saya hal ini tidak benar
karena Pak Kiai tidak mengatakannya; katanya hal tersebut dilarang karena Pak
Lebe menyatakan hal seperti itu, dan sebagainya.
e. Nilai rasional
Nilai yang memberikan penjelasan dan alasan perlu tidaknya dilakukan
tindak-tanduk disiplin tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Contoh: Jika ingin
berhasil dengan baik dalam sekolah maka harus rajin belajar; jika ingin selamat
maka semua pengguna jalan harus mentaati peraturan lalu lintas dan sebagainya.
Kaitannya dengan disiplin sekolah atau kelas, maka tindak-tanduk yang
diharapkan adalah tindak tanduk yang mencerminkan kepatuhan dari berbagai nilai
yang disepakati oleh semua, baik siswa, guru dan karyawannya yang tertuang dalam
tata tertib sekolah atau kelas.

C. PENDEKATAN-PENDEKATAN DISIPLIN KELAS


Ada beberapa perndekatan yang dapat digunakan dalam pembinaan disiplin kelas.
Permasalahan dan kondisi kelas sering berubah-ubah maka guru dituntut untuk
menguasai berbagai pendekatan, karena tidak ada suatu pendekatan yang cocok
untuk semua situasi dan setiap pendekatan memiliki kelebihan dan kekurangannya
masing-masing.
Pandangan otoriter melihat pengelolaan kelas semata-mata sebagai upaya untuk
menegakkan tata tertib, dengan berbagai cara siswa diarahkan untuk mematuhi
segala aturan yang berlaku di lingkungannya dan menghindarkan pelanggaran-
pelanggaran sekecil apapun. Pandangan permisif memusatkan perhatian pada usaha
untuk memaksimalkan kebebasan siswa. Semua siswa diberikan kesempatan untuk
melakukan apa saja yang dikehendaki dalam lingkungannya. Siswa belajar dari apa
yang dilakukannya dengan melihat kemanfaatannya, yang pada akhirnya dia akan
menentukan suatu perilaku yang berarti bagi dirinya.
Disiplin yang ketat dan kaku, tanpa disadari makna dan hakikatnya maka akan
menumbuhkan kepatuhan yang semu, dan pada suatu saat jiwa siswa akan berontak
atau tumbuh frustasi.
Pendekatan yang dapat dilakukan untuk menciptakan disipin kelas yang efektif
antara lain sebagai berikut:
1) Pendekatan manajerial.
Pendekatan ini dilihat dari sudut pandang manajemen yang berintikan
konsepsi-konsepsi tentang kepemimpinan. Pendekatan ini dapat dibedakan :
a) Kontrol otoriter : Guru harus bersifat keras dalam menegakkan disiplin
kelas. Menurut konsep ini disiplin kelas yang baik adalah apabila siswa
duduk, diam dan mendengarkan perkataan guru.
b) Kebebasan liberal : Menurut konsep ini siswa harus diberi kebebasan
sepenuhnya untuk melakukan kegiatan apa saja sesuai dengan tingkat
perkembangannya, maka kreativitas dan aktivitas siswa akan
berkembang sesuai dengan kemampuannya. Pemberian kebebasan yang
penuh akan berakibat terjadinya kekacauan atau kericuhan
didalam kelas karena kebebasan yang didapat oleh siswa dapat
disalahgunakan.
c) Kebebasan terbimbing : Konsep ini merupakan perpaduan antara kontrol
otoriter dan kebebasan liberal. Siswa diberikan kebebasan untuk
melakukan aktivitas, namun terbimbing atau terkontrol. Siswa diberi
kebebasan sesuai dengan hak asasinya, dilain pihak siswa harus
dihindarkan dari perilaku-perilaku negatif sebagai penyalahgunaan
kebebasan. Disiplin kelas yang baik ditekankan kepada kesadaran dan
pengendalian diri siswa.

2) Pendekatan psikologis.
Pendekatan secara psikologis yang dapat dimanfaatkan oleh
guru untuk membina disiplin kelas adalah sebagai berikut :
a) Pendekatan modifikasi tingkah laku : Pendekatan ini didasarkan pada
psikologi behavioristik yang mengemukakan bahwa semua tingkah
laku yang baik atau kurang baik merupakan proses belajar. Guru
harus memberikan penguatan positif (pemberian ganjaran) untuk
membina tingkah laku yang dikehendaki, dan untuk mengurangi atau
menghentikan tingkah laku yang tidakdikehendaki maka guru harus
menggunakan penguatan negatif seperti pemberian hukuman.
b) Pendekatan iklim sosio-emosional : Pendekatan ini berdasarkan
psikologi klinis dan konseling bahwa proses belajar mengajar
mempersyaratkan keadaan sosio-emisional yang baik antara guru
dengan siswa dan siswa dengan siswa. Guru harus menerima dan
menghargai siswa sebagai manusia dan mengerti siswa dari sudut
pandang siswa sendiri.
c) Pendekatan proses kelompok : Pendekatan proses kelompok (group
process) ini berdasarkan psikologi klinis dan dinamika kelompok.
Kelas yang baik ditandai dengan dimilikinya harapan yang jelas dan
realistik antara guru dan siswa, sifat kepemimpinan yang baik antara
guru dengan siswa, norma kelompok yang produktif dipertahankan,
dan perasaan keterikatan masing-masing anggota kelompok secara
keseluruhan.

D. HAK PESERTA DIDIK DALAM PENENTUAN DISIPLIN KELAS


Banyak guru kurang menyadari bahwa peserta didik memiliki hak-hak tertentu
di dalam lingkungan sekolah. Hak-hak tersebut semuanya diatur dan diperkuat oleh
peraturan dan kelaziman atau tradisi yang dipelihara oleh lingkungan sekolah dan
masyarakat. Masyarakat: orang tua, wali murid, kelompok kemasyarakatan sering
membawa sejumlah kasus pelanggaran terhadap hak-hak para siswa ke sekolah, ke
Persatuan Orang Tua Siswa, atau ke Pengadilan. Beberapa hak siswa yang penting
dan yang perlu dijamin adalah (Mc Neil dan Wiler, 1990) :
1. Hak menyelesaikan pendidikan sebaik-baiknya.
2. Hak persamaan kedudukan atau kebebasan dan diskriminasi dalam kelompok.
3. Hak berekspresi secara pribadi.
4. Hak keleluasaan pribadi, dan
5. Hak menyelesaikan (studi) secara cepat.
Hak-hak itu semua adalah hak-hak umum yang dimiliki para siswa. Dalam
kaitan ini guru harus berusaha menerapkan dalam praktik-praktik disiplin baik pada
kebijakan sekolah maupun peraturan atau hukum. Untuk hal tersebut, perlu ada garis
sinkronisasi antara disiplin yang seharusnya ditegakkan dengan pertimbangan
peraturan yang dibuat.

E. KEBUTUHAN PESERTA DIDIK DALAM PENENTUAN DISIPLIN KELAS


Kebutuhan para siswa adalah faktor yang relevan dalam menentukan banyak
sistem disiplin kelas atau sekolah. Satu contoh adalah hak dan kebutuhan tertentu dari
siswa cacat dan siswa yang perlu mendapat perhatian khusus, misalnya, anak cacat
tidak dapat dikeluarkan dari sekolah kecuali jika Dewan Pertimbangan Kualifikasi
Profesional menentukan lain. Penentuan itu seperti bahwa penanganan terhadap
mereka jika diteruskan disekolah tersebut akan merugikan kedua belah pihak.
Berkaitan dengan sejumlah besar kebutuhan para siswa, guru perlu
mempertimbangkan dalam menentukan program disiplin kelas yang relevan dengan
mata pelajaran yang diajarkan, tingkat kemampuan umum para siswa, dan latar
belakang sosio-ekonomi para siswa. Dalam beberapa kelas tingkat perhatian kepada
para siswa tidak sepenting kelas lainnya, tetapi dilain kelas, terutama pada kelompok
kelas yang berkemampuan rendah guru dapat memperbaiki pola disiplin lebih baik,
cermat, dan seksama. Sebagai contoh siswa yang datang dari keluarga yang
berkarakter yang pola disiplinnya bertempramen kasar, maka kondisi seperti itu akan
terbawa kedalam ruang kelas. Juga banyak guru mengalami problem disiplin ketika
para siswa gagal melihat keterkaitan pelaksanaan antara materi yang disajikan kepada
kehidupan mereka.
Dalam hal khusus guru-guru memerlukan pertimbangan tentang hubugan
program disiplin yang dibuat dengan motivasi individu para siswa. Dalam
menegakkan seperangkat ketentuan disiplin sekolah, guru perlu mengkomunikasikan
bagaimana para siswa seyogyanya bertingkah laku dan apa yang akan terjadi bila
siswa berkelakuan lain. Beberapa prblema yang akan mengganggu disiplin
seyogyanya dapat diperkirakan sejak dini. Contoh dari problema itu adalah siswa
melawan. Terhadap hal tersebut, apakah guru membiarkan prilaku siswa yang keluar
dari ketentuan yang diharapkan. Tentu saja tidak, oleh karena itu kalau terjadi hal
seperti itu tindakann preventif segera dapat diterapkan.
F. TAMPILAN GURU HUBUNGANNYA DALAM DISIPLIN KELAS
Keberadaan guru dikelas tidak hanya bertugas menyampaikan kurikulum atau
materi yang direncanakan kepada para siswa, tetapi kondisi personal disiplin para
guru itu sendiri dikelas perlu ditampilkan. Materi dan disiplin harus dikaitkan kepada
pemahaman umum dari apa yang diharapkan para siswa. Program yang cukup efektif
dalam memberi pemahaman disiplin misalnya dapat dilaksanakan sekolah dengan
cara melibatkan para siswa untuk mendiskusikan topik-topik yang menjadi kepedulian
sekolah.
Faktor disiplin penting lain dapat berkembang pada sejumlah guru ditingkat
sekolah dasar dan menengah yang mengajar secara tim. Walaupun guru tersebut tidak
secara riil mengajar bersama dan menyampaikan kepada para siswa dalam bahasan
yang sama pada ruang atau waktu saat para guru mengajar. Karena pra siswa diajar
oleh masing-masing guru dalam kelompok tim, maka komponen penting dari disiplin
harus dirumuskan. Karena kalau tidak dirumuskan akan terjadi ketidak konsistenan
antara siswa satu dengan yang lainnya dalam menangkap makna materi. Misalnya,
seorang guru membiarkan seorang siswa menyontek sementara yang lain tidak
diijinkan. Perlakuan diskriminatif ini akan menimbulkan ketidak konsistenan diantara
mereka. Lebih lanjut harus ada respon yang saling menguntungkan diantara para
profesional sekolah mengenai pelaksanaan pemeliharaan disiplin dikelas.
Guru baru harus memandang mereka sendiri sebagai bagian kelompok atau
tim yang bertanggung jawab menyampaikan perencanaan pendidikan tentang disiplin.
Mereka hendaknya tidak sebagai seorang ahli yang berpraktik dalam kelas yang
terisolasi, melainkan perlu kerterpaduan antara teori dan prakek.

G. SUMBER PELANGGARAN DISIPLIN


Adalah suatu asumsi yang menyatakan bahwa semua tingkah laku individu
merupakan upaya untuk mencapai tujuan yaitu pemenuhan kebutuhan. Pengenalan
terhadap kebutuhan siswa secara baik merupakan andil yang besar bagi pengendali
disiplin.
Maslov mengemukakan teori “hirarki kebutuhan manusia” yang dapat
digambarkan dalam bentuk piramida kebutuhan manusia berikut ini.
Secara berurutan (dari bawah ke atas), manusia menghendaki terpenuhinya
semua kebutuhan tersebut yang diperoleh dengan cara yang wajar, umum sesuai
aturan yang berlaku. Bila kebutuhan ini tidak lagi dapat dipenuhi melalui cara-cara
yang sudah biasa dalam masyarakat, akan terjadi ketidakseimbangan pada diri
individu, dan yang bersangkutan akan berusaha mencapainyadengan cara-cara lain
yang sering kurang diterima masyarakat. Dengan logika seperti itu, mungkin pula
pelanggaran disiplin di sekolah bersumber pada lingkungan sekolah yang tidak
memberikan pemenuhan terhadap semua kebutuhan peserta didik khususnya,
misalnya seperti berikut.
a. Tipe kepemimpinan guru atau sekolah yang otoriter yang senantiasa mendiktekan
kehendaknya tanpa memperhatikan kedaulatan subjek didik. Perbuatan seperti itu
mengakibatkan pesera didik menjadi berpura-pura patuh, apais, atau sebaliknya.
Hal itu akan menjadikan siswa agresif, yaitu ingin berontak terhadap kekangan
dan perlakuan yang tidak manusiawi yang mereka terima.
b. Pengebirian hak-hak kelompok besar anggota sebagai peserta didik oleh sekolah
atau guru. Pengebirian atau pengurangan hak-hak tersebut menyuramkan masa
depan peserta didik, padahal di sisi lain mereka seharusnya turut menentukan
rencana masa depannya dibawah bimbingan guru.
c. Sekolah atau guru tidak atau kurang memperhatikan kelompok minoritas baik
yang ada di atas atau di bawah rerata dalam berbagai aspek yang ada
hubungannyadengan kehidupan sekolah.
d. Sekolah atau guru kurang melibatkan dan kurang mengikutsertakan para peserta
didik untuk bertanggung jawab terhadap kemajuan sekolah sesuai dengan
kemampuannya.
e. Sekolah atau guru kurang memperhatikan latar belakang kehidupan peserta didik
dalam keluarga ke dalam subsistem kehidupan sekolah.
f. Sekolah kurang mengadakan kerja sama dengan orangtua dan keduanya juga
saling melepaskan tanggung jawab.
Terdapat beberapa faktor atau sumber yang dapat menyebabkan timbulnya
masalah-masalah yang dapat mengganggu terpeliharanya disiplin kelas. Faktor-faktor
tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori umum, yaitu masalah-masalah
yang ditimbulkan guru, siswa, dna lingkungan (Hollingsworth, dan Hoover, 1991: 67-
71)
a. Masalah-masalah yang Ditimbulkan Guru
Pribadi guru sangat mempengaruhi terciptanya suasana disiplin
kelas yang efektif. Guru yang membiarkan peserta didik berbuat salah,
tidaksuka kepada peserta didik, lebih mementingkan mata pelajaran
daripada peserta didiknya, kurang menghargai peserta didik, kurang
senang, kurang rasa humor akan mengalami banyak gangguan dalam
kelas. Selain itu, hal-hal berikut ini adalah hal yang dapat menimbulkan
disiplin kelas tertanggu:
1) Aktivitas yang kurang tepat untuk saat atau keadaan tertentu
2) Kata-kata atau sindiran tajam yang menimbulkan rasa malu
3) Ketidakcocokan antara kata dan perbuatan dan antara teori dan praktek
4) Bertindak tidak sopan tanpa pertimbangan yang matang, tanpa melihat
situasi
5) Memilik irasa ingin terkenal, rasa ingin ditakuti, atau ingin disegani
6) Kurang pengendalian diri, seperti suka menggunjing peserta didik di
tempat orang banyak
7) Kegagalan menjelaskan tujuan pelajaran kepada peserta didik
8) Menggunakan metode yang monoton atau kurang variatif, sama dari
suatu harike hari lain
9) Gagal mendeteksi perbedaan individu peserta didik
10) Berbicara menggumam atau tidak jelas
11) Memberikan tugas yang berat dan kompleks
12) Tidak mengontrol pekerjaan pesertadiidk, apalagi mengembalikan
pekerjaan tersebut
13) Tidak memberikan umpan balik kepada hasil kerja peserta didik
b. Masalah yang Ditimbulkan oleh Peserta Didik
Ketidakteraturan selama proses belajar mengajar dapat disebabkan
juga oleh masalah yang ditimbulkan oleh peserta didik. Peserta didik biasanya
cepat memanfaatkan situasi yang tidak teratur untuk berbuat tidak disiplin.
Banyak dari mereka tidak suka atau benci terhadap sekolah. Hal ini diduga
dari ada sekolah yang tidak memberikan kepuasan kepada semua harapan
siswa dan para lulusan. Sejumlah hal yang disebabkan oleh peserta didik
berikut ini cenderung memberikan kontribusi atau membuat disiplin kelas
terganggu, seperti :
1. Anak yang suka “membadut” atau berbuat aneh yang semata-mata
untuk menarik perhatian di kelas.
2. Anak dari keluarga yang kurang harmonis atau kurang perhatian dari
orangtuanya.
3. Anak yang sakit.
4. Anak yang tidak punya tempat untuk mengerjakan pekerjaan sekolah
dirumah.
5. Anak yang kurang tidur (karena melek mata sepanjang malam).
6. Anak yang malas membaca atau tidak mengerjakan tugas-tugas
sekolah.
7. Anak yang pasif atau potensi rendah yang datang kesekolah
sekadarnya.
8. Anak yang memiliki rasa bermusuhan atau menentang kepada semua
peraturan.
9. Anak yang memiliki rasa pesimis atau putus asa terhadap semua
keadaan.
10. Anak yang berkeinginan berbuat segalanya dikuasai secara
“sempurna”.

Sementara itu, gangguan disiplin yang datang dari kelompok peserta didik
menurut Ornstein, 1990:71 dapat berupa :
1. Ketidakpuasan atas Pekerjaan Kelas
Ketidakpuasan ini dapat disebabkan oleh tugas yang terlalu mudah
atau terlalu sulit, beban terlalu ringan atau terlalu berat penugasan
cenderung kurang terbuka karena mereka tidak siap latihan
pembelajaran bersifat verbal kurang menekankan pada keterampilan
dan manipulasi aktivitas, penugasan kurang terjadwal tidak sistematis
atau membingungkan.
2. Hubungan Interpersonal Lemah
Hubungan interpersonal lemah dapat terjadi karena pengelompokan
didasarkan pertemanan atau klik dan peran kelompok sangat lemah.
3. Gangguan Suasana Kelompok
Gangguan suasana kelompok disebabkan oleh suasana tercekam,
kompetisi yang berlebihan dan sangat eksklusif (kelompok menolak
individu yang tidak siap).
4. Pengorganisasian Kelompok Lemah
Pengorganisasian kelompok lemah ditandai oleh tekanan otokrasi yang
berlebihan atau lemahnya supervise dan pengawasan, standar perilaku
terlalu tinggi atau rendah, kelompok diorganisasi terlalu ketat (banyak
aturan) atau tidak terstruktur, pengorganisasian kurang memperhatikan
unsur perkembangan usia, latar belakang usia, latar belakang sosial,
kebutuhan, atau kemampuan anggota kelompok.
5. Emosi kelompok dan Perubahan Mendadak
Emosi kelompok dan perubahan mendadak dapat diakibatkan oleh
kelompok memiliki watak atau temperamen kekhawatiran tinggi,
kejadian depresi yang mendadak, ketakutan atau kegemparan, serta
kelompok dihinggapi rasa bosan dan kurang berminat atau
emosionalnya lemah.

c. Masalah yang Ditimbulkan Lingkungan


Langsung atau tidak langsung lingkungan, situasi, atau kondisi yang
mengelilingi peserta didik, merupakan hal yang potensial menimbulkan
terjadinya gangguan disiplin kelas. Lingkungan, situasi, atau kondisi tersebut
adalah:
1. Lingkungan rumah atau keluarga, seperti kurang perhatian,
ketidakteraturan, pertengkaran, ketidakharmonisan, kecemburuan,
masa bodoh, tekanan, dan sibuk urusannya masing-masing.
2. Lingkungan atau situasi tempat tinggal, seperti lingkungan criminal,
lingkungan bising, dan lingkungan minuman keras.
3. Lingkungan sekolah, seperti kelemahan guru, kelemahan kurikulum,
kelemahan manajemen kelas, ketidaktertiban, dan kekurangan fasilitas.
4. Situasi sekolah seperti : hari-hari pertama dan hari-hari akhir sekolah
(akan libur atau sesudah libur), pergantian pelajaran, pergantian guru,
jadwal yang kaku atau jadwal aktivitas sekolah yang kurang cermat,
bau makanan dari cafeteria, dan suasana gaduh dari praktik pelajaran
music atau bengkel ruang sebelah.

Kenyataannya sebab-sebab pelanggaran disiplin kelas itu sangat unik,


bersifat sangat pribadi, kompleks, dan kadang-kadang mempunyai latar
belakang yang mendalam lain daripada sebab-sebab yang nampak. Walaupun
demikian, memang ada juga yang sebab-sebabnya bersifat umum, misalnya :
a. Kebosanan dalam kelas merupakan sumber pelanggaran disiplin
(Mereka tidak tahu lagi apa yang harus mereka kerjakan karena
yang dikerjakan itu-itu saja. Oleh karena itu, harus diusahakan agar
siswa tetap sibuk dengan kegiatan yang bervariasi sesuai dengan
taraf perkembangannya).
b. Perasaan kecewa dan tertekan karena siswa dituntut untuk
bertingkah laku yang kurang wajar sebagai anak remaja.
c. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan perhatian, pengenalan, atau
keberadaan pribadi siswa/status.
H. TEKNIK-TEKNIK MEMBINA DISIPLIN KELAS
Terdapat beberapa teknik membina disiplin kelas, antara lain:
1. Teknik keteladanan guru, yaitu guru hendaknya memberi contoh teladan sikap dan
perilaku yang baik kepada siswanya.
2. Teknik bimbingan guru, yaitu diharapkan guru senantiasa memberikan bimbingan
dan penyuluhan untuk meningkatkan kedisiplinan para siswanya.
3. Teknik pengawasan bersama, yaitu dalam disiplin kelas yang baik mengandung
pula kesadaran akan tujuan bersama, guru dan siswa menerimanya sebagai
pengendali, sehingga situasi kelas menjadi tertib.
Dalam mewujudkan tujuan bersama tersebut, beberapa usaha yang dapat
dilakukan dalam pembinaan disiplin kelas adalah:
1. Mengadakan perencanaan bersama antara guru dengan siswa.
2. Mengembangkan kepemimpinan dan tanggung jawab pada siswa.
3. Membina organisasi kelas secara demokratis.
4. Membiasakan agar siswa dapat berdiri sendiri atau mandiri dalam melaksanakan tugas
dan kewajibannya.
5. Membiasakan siswa untuk berpartisipasi sesuai dengan kemampuannya.
6. Memberikan dorongan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan.

I. UPAYA MENEGAKKAN DISIPLIN


Upaya menegakan disiplin didalam kelas dapat dilakukan dengan meminta
dukungan berbagai pihak terkait, misalnya dari pihak guru, siswa dan orang tua.
Pihak-pihak tersebut selayaknya diajak bekerja sama dengan baik dan harmonis serta
ikut bertanggung jawab untuk menciptakan disiplin siswa. Upaya yang dapat
dilakukan oleh masing-masing pihak adalah sebagai berikut:
1. Pihak guru
Disiplin banyak bergantung pada pribadi guru. Ada guru yang mempunyai
kewibawaan sehingga disegani oleh siswanya. Ia tidak akan mengalami kesulitan
dalam menciptakan suasana disiplin dalam kelasnya walaupun tanpa
menggunakan tindakan atau hukuman yang ketat. Adapula guru yang tampaknya
tidak mempunyai kepribadian, ia tidak berwibawa sehingga tidak disegani
siswanya sekalipun ia menggunakan hukuman dan tindakan yang keras. Akhirnya
hukuman dan tindakan tidak efektif. Untuk itu ada beberapa hal yang harus
diperhatikan antara lain:
a. Guru hendaknya jangan ingin berkuasa dan otoriter, memaksa siswa untuk
patuh terhadap segala sesuatu yang diperintahkan, karena sikap guru yang
otoriter membuat suasana kelas menjadi tegang dan sering diliputi rasa takut.
b. Guru harus percaya diri bahwa ia mampu menegakan disiplin bagi dirinya dan
siswanya. Jangan tunjukan kelemahan dan kekurangannya pada siswa sebab
pada dasarnya siswa perlu perlindungan dan rasa aman dari gurunya.
c. Guru jangan memberikan janji-janji yang tidak mungkin dapat ditepati. Juga
tidak memaksa siswa berjanji untuk memperbaiki perilakunya seketika sebab
mengubah perilaku tidak mudah, memerlukan waktu dan bimbingan.
d. Guru hendaknya pandai bergaul dengan siswanya, akan tetapi jangan
terlampau bersahabat erat sehingga hilang rasa hormat siswa terhadapnya.
Akibatnya siswa menanggap guru sebagai teman dekat, sehingga cenderung
akan hilang kewibawaanya.

2. Pihak siswa
Peranan siswa dalam menciptakan suasana disiplin dalam kelas tak kalah
pentingnya, karena faktor utama adalah siswa sendiri dan siswa merupakan
subyek dalam pembelajaran. Oleh karena itu siswa harus mempunyai rasa
tanggung jawab untuk turut serta mewujudkan disiplin di kelasnya. Untuk itu ada
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh siswa dalam mewujudkan disiplin
dalam kelas, anatara lain:
a. Siswa hendaknya memiliki rasa tanggung jawab sosial untuk turut serta
menciptakan suasana disiplin di dalam kelas.
b. Siswa hendaknya memiliki kesadaran untuk mentaati aturan dan tata tertib
sekolah bukan karena rasa takut atau karena merasa terpaksa.
c. Siswa hendaknya bertindak sebagai pengontrol atau pengawas dirinya sendiri
tanpa harus diawasi oleh orang lain.
d. Apabila suatu saat melakukan pelanggaran, maka siswa harus berjanji pada
dirinya sndiri untuk tidak mengulanginya.
3. Pihak Orang Tua Siswa
Peranan orang tua dalam mewujudkan disiplin putra-putrinya dirumah, akan
sangat membantu penegakan disiplin kelas. Karena itu ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh orang tua dalam rangka turut menegakan disiplin, antara
lain:
a. Orang tua hendaknya mengetahui tentang tata tertib sekolah yang harus
dilaksanakan putra putrinya ketika disekolah.
b. Orang tua hendaknya ikut bertanggung jawab terhadap putra putrinya dengan
cara turut serta mengawasinya.
c. Orang tua hendaknya turut berbicara dan turut membina putra putrinya apabila
ia melanggar tata tertib atau aturan sekolah.

J. PENANAMAN DISIPLIN SISWA MELALUI PENERAPAN TATA TERTIB DI


SEKOLAH
Disiplin memegang peranan penting dalam mengarahkan kehidupan siswa
untuk menjadi warga negara yang baik yaitu manusia yang bertanggung jawab,
analisis, dan partisipatif. Sekolah terdapat peraturan tata tertib yang mengatur segenap
tingkah laku para siswa untuk menciptakan suasana yang mendukung pendidikan.
Tertib merupakan unsur yang paling dominan dalam disiplin, karena suatu disiplin
menghendaki adanya kesamaan langkah-langkah atau sikap hidup yang diikat oleh
aturan-aturan yang berlaku dalam suatu lingkungan. Menurut Debdibud (1989 : 37)
bahwa : “Seseorang melakukan s ikap tertib adalah untuk mencapai keteraturan secara
tetap azas sehingga merupakan hal yang wajar dan menjadi suatu kebiasaan hidup
secara teratur.”
Peraturan dan tata tertib merupakan sesuatu untuk mengatur perilaku yang
diharapkan terjadi pada diri siswa. Peraturan menunjukkan pada patokan atau standar
yang sifatnya umum yang harus dipenuhi oleh siswa. Tata tertib yang harus
dilaksanakan oleh siswa adalah sebagai berikut :
a. Waktu jam masuk atau keluar sekolah.
Siswa diwajibkan hadir di sekolah sebelum bel masuk berbunyi, apabila terlambat
datang kurang dari 15 menit maka harus lapor kepada guru piket dan diizinkan
masuk sekolah, jika terlambat datang lebih dari 15 menit maka harus lapor ke guru
piket dan tidak diperkenankan masuk kelas pada pelajaran pertama. Waktu pulang
sekolah siswa diwajibkan langsung pulang ke rumah kecuali bagi siswa yang akan
mengikuti kegiatan ekstrakulikuler.
b. Tata tertib mengikuti pelajaran.
Selama jam pelajaran berlangsung dan pada pergantian jam pelajaran siswa
dilarang berada di luar kelas, dan pada waktu istirahat siswa dilarang berada di
dalam kelas (depdiknas, 2001 : 23). Siswa juga harus melakukan hal-hal sebagai
berikut selama mengikuti pelajaran diantaranya adalah :
(a) mendengarkan dengan baik apa yang diperintahkan atau apa yang
dikatakan guru
(b) tidak berbicara didalam kelas tanpa seizin guru
(c) siswa tidak mengerjakan pekerjaan lain selama guru sedang
menjelaskan,
(d) siswa tidak boleh meninggalkan kelas tanpa izin dari guru
(e) siswa dilarang makan-makan, merokok, atau mengotori ruangan
selama pelajaran berlangsung
(f) siswa harus bersikap sopan dan hormat terhadap guru dan terhadap
sesama siswa
(g) memberikan jawaban jika guru mengajukan pertanyaan.

c. Cara berpakaian.
Menurut ketentuan dari Depdiknas, (2001 : 22-24) siswa di sekolah wajib
memakai pakaian seragam sekolah dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Umum
 Sopan dan rapi sesuai dengan ketentuan.
 baju warna putih dan bawahan berwarna abu-abu.
 Memakai badge OSIS dan identitas sekolah.
 Topi sekolah sesuai ketentuan, ikat pinggang warna hitam.
 Kaos kaki warna putih dan sepatu warna hitam.

2) Khusus laki-laki
 Baju dimasukkan kedalam celana.
 Panjang celana sampai kemata kaki.
 Celana dan lengan baju tidak digulung.
 Celana tidak disobek dan dijahit cutbrai.
3) Khusus perempuan
 Baju dimasukkan kedalam rok, kecuali yang memakai jilbab.
 Panjang rok sampai kelutut.
 Bagi yang berjilbab panjang rok sampai mata kaki dan jilbab warna
putih.
 Lengan baju tidak digulung.

Penerapan tata tertib dipandang efektif dalam penanaman disiplin siswa karena
siswa akan berperilaku sesuai dengan tuntutan sekolah yang tercantum dalam tata
tertib sekolah, apabia terjadi pelanggaran maka siswa akan menerima konsekuensinya
secara wajar dan manusiawi.
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Disiplin merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri
seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan. Disiplin merupakan sikap mental, yang
pada hakikatnya sebagai pencerminanan rasa ketaatan dan kepatuhan yang didukung
oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian
tujuan tertentu. Kaitannya dengan disiplin kelas, dalam menerapkan disiplin itu
sendiri harus memperhatikan hak, kebutuhan dan tampilan guru hubungannya dengan
disiplin itu sendiri.
Sikap disiplin yang dilakukan sebenarnya merupakan suatu tindakan untuk
memenuhi tuntutan nilai tertentu, yaitu nilai keagamaan, nilai tradisional, nilai
kekuasaan, nilai subjektif dan nilai rasional.
Dalam menyusun aturan/tata tertib guna memunculkan disiplin kelas, guru
harus melibatkan siswa dalam pembuatannya, memperhatikan hak, dan kebutuhan
peserta didik itu sendiri, serta peran guru dalam disiplin kelas adalah sebagai salah
satu komponen yang harus juga mematuhi peratuaran yang dibuatnya, bukan hanya
sebagai pengatur tanpa ikut melaksanakan.

B. SARAN
Sebagai calon pendidik, hendaknya harus mengetahui dan memahami
bagaimana cara kita bersikap disiplin, tentunya dimulai dari diri sendiri terlebih
dahulu karena kita sebagai agen percontohan mereka para peserta didik, setelah
nantinya menjadi seorang pendidik, dalam menyusun atau menrancang aturan disiplin
kelas hendaknya memperhatikan hak dan kebutuhan siswa, tetntunya mengikat tetapi
tidak memberatkan mereka. Selain itu, peran dan sikap kita sebagai guru juga harus
diselaraskan sesuai dengan aturan yang berlaku, karena sasaran disiplin kelas bukan
hanya untuk siswa saja, melainkan juga berlaku untuk guru sebagai salah satu
komponen kelas.
DAFTAR PUSTAKA

Ekosiswoyo, Rasdi, dan M. Rachman. 2000. Manajemen Kelas Sesuai dengan Kurikulum D-
II PGSD. Semarang: IKIP Semarang Press.

__________ . e-book Disiplin Kelas. Dikutip dari: http://a-


research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_033278_chapture2.pdf. Diunduh pada
Kamis 15 Maret 2018 pukul 22.25

Rosalinda Dewi, Rinita. 2015. Prinsip-prinsip Disiplin Kelas. Dikutip dari:


http://rinitarosalinda.blogspot.co.id/2015/11/prinsip-prinsip-disiplin-kelas.html.
Diunduh pada Kamis 15 Maret 2018 pukul 22.40

Anda mungkin juga menyukai