MAKALAH
ROMBEL 10
A. LATAR BELAKANG
Disiplin bagi peserta didik adalah hal yang rumit dipelajari sebab disiplin
merupakan hal yang kompleks dan banyak kaitannya terkait antara pengetahuan,
sikap dan perilaku. Kebenaran, kejujuran, tangggung jawab, kebebasan, rasa kasih
sayang, tolong menolong dan sebagainya adalah beberapa aturan disiplin
kemasyarakatan yang harus dipelajari/diketahui dan ditegakkan oleh para sisiwa.
Peserta didik belajar beberapa hal dengan cara mendengarkan misalnya, tetapi
mereka lebih suka mengingat dan bertindak dengan kata-kata dan gagasan mereka
sendiri. Dari sini peserta didik akan belajar lebih cepat apabila mereka terlibat dalam
menyusun tata tertib mereka itu. Walaupun demikian, guru harus mengarahkan dan
menentukan tindakan-tindakan apa yang harus diambil bila tata tertib dilanggar,
sehingga disiplin tetap dapat ditegakkan.
Terpeliharanya disiplin tidak lepas dari terpenuhinya kepentingan atau
kebutuhan para pihak. Peserta didik memiliki banyak kepentingan, guru memiliki
banyak kepentingan, demikian kepala sekolah. Permasalahannya adalah bagaimana
kepentingan-kepentingan dari masing-masing pihak dapat terpenuhi dan dapat
diselaraskan agar tidak terjadi bentrokan.
Tidak terpenuhi kepentingan/kebutuhan oleh para pihak akan timbul gangguan
yang mengganggu tatanan hidup dalam berinteraksi atau dalam berproses misalnya,
dalam proses pembelajaran. Disamping itu, para guru/kepala sekolah perlu
mencermati kepentingan/kebutuhan dalam memahami sumber-sumber pelanggaran
disiplin maka akan diketahui pula secara teoritis cara penanggulangannya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan disiplin kelas?
2. Apa sajakah nilai-nilai penuntut sikap disiplin?
3. Apa sajakah pendekatan-pendekatan disiplin kelas?
4. Apa sajakah hak peserta didik dalam penentuan disiplin kelas?
5. Bagaimanakah kebutuhan peserta didik dalam penentuan disiplin kelas?
6. Bagaimanakah tampilan guru hubungannya dalam disiplin kelas?
7. Apa sajakah sumber pelanggaran disiplin?
8. Bagaimanakah teknik-teknik membina disiplin kelas ?
9. Bagaimanakah upaya menegakkan disiplin ?
10. Bagaimanakah penanaman disiplin siswa melalui penerapan tata tertib di sekolah?
C. TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami pengertian disiplin kelas.
2. Mengetahui dan memahami nilai-nilai penuntut sikap disiplin.
3. Mengetahui dan memahami pendekatan-pendekatan disiplin kelas.
4. Mengetahui dan memahami hak peserta didik dalam penentuan disiplin kelas.
5. Mengetahui dan memahami kebutuhan peserta didik dalam penentuan disiplin kelas.
6. Mengetahui dan memahami tampilan guru hubungannya dalam disiplin kelas.
7. Mengetahui dan memahami sumber pelanggaran disiplin.
8. Mengetahui dan memahami teknik-teknik membina disiplin kelas.
9. Mengetahui dan memahami upaya dalam menegakkan disiplin.
10. Mengetahui dan memahami penanaman disiplin siswa melalui penerapan tata tertib di
sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
2) Pendekatan psikologis.
Pendekatan secara psikologis yang dapat dimanfaatkan oleh
guru untuk membina disiplin kelas adalah sebagai berikut :
a) Pendekatan modifikasi tingkah laku : Pendekatan ini didasarkan pada
psikologi behavioristik yang mengemukakan bahwa semua tingkah
laku yang baik atau kurang baik merupakan proses belajar. Guru
harus memberikan penguatan positif (pemberian ganjaran) untuk
membina tingkah laku yang dikehendaki, dan untuk mengurangi atau
menghentikan tingkah laku yang tidakdikehendaki maka guru harus
menggunakan penguatan negatif seperti pemberian hukuman.
b) Pendekatan iklim sosio-emosional : Pendekatan ini berdasarkan
psikologi klinis dan konseling bahwa proses belajar mengajar
mempersyaratkan keadaan sosio-emisional yang baik antara guru
dengan siswa dan siswa dengan siswa. Guru harus menerima dan
menghargai siswa sebagai manusia dan mengerti siswa dari sudut
pandang siswa sendiri.
c) Pendekatan proses kelompok : Pendekatan proses kelompok (group
process) ini berdasarkan psikologi klinis dan dinamika kelompok.
Kelas yang baik ditandai dengan dimilikinya harapan yang jelas dan
realistik antara guru dan siswa, sifat kepemimpinan yang baik antara
guru dengan siswa, norma kelompok yang produktif dipertahankan,
dan perasaan keterikatan masing-masing anggota kelompok secara
keseluruhan.
Sementara itu, gangguan disiplin yang datang dari kelompok peserta didik
menurut Ornstein, 1990:71 dapat berupa :
1. Ketidakpuasan atas Pekerjaan Kelas
Ketidakpuasan ini dapat disebabkan oleh tugas yang terlalu mudah
atau terlalu sulit, beban terlalu ringan atau terlalu berat penugasan
cenderung kurang terbuka karena mereka tidak siap latihan
pembelajaran bersifat verbal kurang menekankan pada keterampilan
dan manipulasi aktivitas, penugasan kurang terjadwal tidak sistematis
atau membingungkan.
2. Hubungan Interpersonal Lemah
Hubungan interpersonal lemah dapat terjadi karena pengelompokan
didasarkan pertemanan atau klik dan peran kelompok sangat lemah.
3. Gangguan Suasana Kelompok
Gangguan suasana kelompok disebabkan oleh suasana tercekam,
kompetisi yang berlebihan dan sangat eksklusif (kelompok menolak
individu yang tidak siap).
4. Pengorganisasian Kelompok Lemah
Pengorganisasian kelompok lemah ditandai oleh tekanan otokrasi yang
berlebihan atau lemahnya supervise dan pengawasan, standar perilaku
terlalu tinggi atau rendah, kelompok diorganisasi terlalu ketat (banyak
aturan) atau tidak terstruktur, pengorganisasian kurang memperhatikan
unsur perkembangan usia, latar belakang usia, latar belakang sosial,
kebutuhan, atau kemampuan anggota kelompok.
5. Emosi kelompok dan Perubahan Mendadak
Emosi kelompok dan perubahan mendadak dapat diakibatkan oleh
kelompok memiliki watak atau temperamen kekhawatiran tinggi,
kejadian depresi yang mendadak, ketakutan atau kegemparan, serta
kelompok dihinggapi rasa bosan dan kurang berminat atau
emosionalnya lemah.
2. Pihak siswa
Peranan siswa dalam menciptakan suasana disiplin dalam kelas tak kalah
pentingnya, karena faktor utama adalah siswa sendiri dan siswa merupakan
subyek dalam pembelajaran. Oleh karena itu siswa harus mempunyai rasa
tanggung jawab untuk turut serta mewujudkan disiplin di kelasnya. Untuk itu ada
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh siswa dalam mewujudkan disiplin
dalam kelas, anatara lain:
a. Siswa hendaknya memiliki rasa tanggung jawab sosial untuk turut serta
menciptakan suasana disiplin di dalam kelas.
b. Siswa hendaknya memiliki kesadaran untuk mentaati aturan dan tata tertib
sekolah bukan karena rasa takut atau karena merasa terpaksa.
c. Siswa hendaknya bertindak sebagai pengontrol atau pengawas dirinya sendiri
tanpa harus diawasi oleh orang lain.
d. Apabila suatu saat melakukan pelanggaran, maka siswa harus berjanji pada
dirinya sndiri untuk tidak mengulanginya.
3. Pihak Orang Tua Siswa
Peranan orang tua dalam mewujudkan disiplin putra-putrinya dirumah, akan
sangat membantu penegakan disiplin kelas. Karena itu ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh orang tua dalam rangka turut menegakan disiplin, antara
lain:
a. Orang tua hendaknya mengetahui tentang tata tertib sekolah yang harus
dilaksanakan putra putrinya ketika disekolah.
b. Orang tua hendaknya ikut bertanggung jawab terhadap putra putrinya dengan
cara turut serta mengawasinya.
c. Orang tua hendaknya turut berbicara dan turut membina putra putrinya apabila
ia melanggar tata tertib atau aturan sekolah.
c. Cara berpakaian.
Menurut ketentuan dari Depdiknas, (2001 : 22-24) siswa di sekolah wajib
memakai pakaian seragam sekolah dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Umum
Sopan dan rapi sesuai dengan ketentuan.
baju warna putih dan bawahan berwarna abu-abu.
Memakai badge OSIS dan identitas sekolah.
Topi sekolah sesuai ketentuan, ikat pinggang warna hitam.
Kaos kaki warna putih dan sepatu warna hitam.
2) Khusus laki-laki
Baju dimasukkan kedalam celana.
Panjang celana sampai kemata kaki.
Celana dan lengan baju tidak digulung.
Celana tidak disobek dan dijahit cutbrai.
3) Khusus perempuan
Baju dimasukkan kedalam rok, kecuali yang memakai jilbab.
Panjang rok sampai kelutut.
Bagi yang berjilbab panjang rok sampai mata kaki dan jilbab warna
putih.
Lengan baju tidak digulung.
Penerapan tata tertib dipandang efektif dalam penanaman disiplin siswa karena
siswa akan berperilaku sesuai dengan tuntutan sekolah yang tercantum dalam tata
tertib sekolah, apabia terjadi pelanggaran maka siswa akan menerima konsekuensinya
secara wajar dan manusiawi.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Disiplin merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri
seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan. Disiplin merupakan sikap mental, yang
pada hakikatnya sebagai pencerminanan rasa ketaatan dan kepatuhan yang didukung
oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian
tujuan tertentu. Kaitannya dengan disiplin kelas, dalam menerapkan disiplin itu
sendiri harus memperhatikan hak, kebutuhan dan tampilan guru hubungannya dengan
disiplin itu sendiri.
Sikap disiplin yang dilakukan sebenarnya merupakan suatu tindakan untuk
memenuhi tuntutan nilai tertentu, yaitu nilai keagamaan, nilai tradisional, nilai
kekuasaan, nilai subjektif dan nilai rasional.
Dalam menyusun aturan/tata tertib guna memunculkan disiplin kelas, guru
harus melibatkan siswa dalam pembuatannya, memperhatikan hak, dan kebutuhan
peserta didik itu sendiri, serta peran guru dalam disiplin kelas adalah sebagai salah
satu komponen yang harus juga mematuhi peratuaran yang dibuatnya, bukan hanya
sebagai pengatur tanpa ikut melaksanakan.
B. SARAN
Sebagai calon pendidik, hendaknya harus mengetahui dan memahami
bagaimana cara kita bersikap disiplin, tentunya dimulai dari diri sendiri terlebih
dahulu karena kita sebagai agen percontohan mereka para peserta didik, setelah
nantinya menjadi seorang pendidik, dalam menyusun atau menrancang aturan disiplin
kelas hendaknya memperhatikan hak dan kebutuhan siswa, tetntunya mengikat tetapi
tidak memberatkan mereka. Selain itu, peran dan sikap kita sebagai guru juga harus
diselaraskan sesuai dengan aturan yang berlaku, karena sasaran disiplin kelas bukan
hanya untuk siswa saja, melainkan juga berlaku untuk guru sebagai salah satu
komponen kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Ekosiswoyo, Rasdi, dan M. Rachman. 2000. Manajemen Kelas Sesuai dengan Kurikulum D-
II PGSD. Semarang: IKIP Semarang Press.