Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada matakuliah Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia di SD Kelas Rendah pada semester genap tahun akademik
2017/2018 dengan dosen pembimbing Drs. Dadan Djuanda, M.Pd.
Disusun oleh
Kelompok 9
Anggota :
1. Bapak Drs. Dadan Djuanda, M.Pd, selaku dosen pembimbing mata kuliah
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di SD Kelas Rendah.
2. Berbagai sumber yang telah menyumbangkan kontribusi berupa
pengetahuan yang tertuang dalam buku dan jurnal ilmiah.
Akhirnya, kami pun berharap agar makalah ini dapat memberi banyak
manfaat dan memberikan pengetahuan mengenai Pembelajaran Bahasa Terpadu
(Whole Language).
Tim Penyusun
Oleh sebab itu beberapa negara seperti Kanada, Amerika serikat,Inggris telah
menggunakan pendekatan whole language untuk memperbaiki pengajaran bahasa anak mulai
tahun 80-an. Pendekatan whole language merupakan pendekatan pengajaran bahas yang
mengajarkan bahasa secara utuh dn tidak terpisah-pisah. Pendekatan whole language didasari
oleh paham construktifism yang menyatakan bahwa siswa membentuk sendiri
pengetahuannya melalui pera aktifnya dalam pembelajaran yang dikukan secara utuh dan
terpadu (Roberts,1996).
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dijabarkan beberapa rumusan masalah, yaitu :
a. Apa yang dimaksud dengan topik-topik lintas kurikulum yang berpusat pada siswa ?
Bahasa Indonesia mempunyai peran penting dalam terlaksananya setiap mata pelajaran
di setiap sekolah. Selain menjadi bahasa ibu dan juga pemersatu bangsa, bahasa Indonesia
pun menjadi pengantar mata pelajaran di sekolah. Itu artinya, setiap guru mata pelajaran
apapun memiliki peran lain, yakni guru bahasa Indonesia juga. Ditambah lagi kaitan yang
erat antara mata pelajaran dengan topik-topik pembicaraan di kelas, menjadi suatu
keterpaduan bahan pembelajaran yang memberikan keuntungan satu sama lain.
Menurut Tatat Hartati (2006) memaparkan enam butir pokok yang berkaitan dengan
bahan pembelajaran, antara lain :
Salah satu contoh pembelajaran dengan bahan pembelajaran puisi, Tatat Hartati, dkk.
(2006, hlm.200)
1) Bahan Pembelajaran Puisi
Pembelajaran : Menceritakan isi puisi di depan kelas
Bahan : Puisi
a) Menyimak pembacaan puisi.
b) Membaca puisi dalam hati.
c) Meniru pembacaan puisi.
d) Mengidentifikasi kata-kata sukar.
e) Mencari makna kata sukar dalam kamus.
1) Bacalah GBPP Mata Pelajaran bahasa Indonesia dan mata pelajaran lain yang
saling berkorelasi;
2) Pilihlah satu saja mata pelajaran yang memiliki korelasi satu sama lain;
3) Setelah itu, jabarkan indikatornya;
4) Pilihlah tema yang sesuai;
Dapat disimpulkan, bahwa whole language merupakan salah satu pembelajaran bahasa
yang menyodorkan suatu tata cara pengajaran secara utuh dan tidak terpisah-pisah. Whole
language memiliki karakteristik sebagai learning materials (materi pembelajaran), learning
contentI (pembelajaran isi), and learning process (pembelajaran proses). Proses tersebut
harus melibatkan bahasa, menulis, membaca, mendengarkan cerita, karya seni, bermain
drama, dan lain-lain. Demikian, proses pembelajaran berbasis whole language antara
pembelajaran komponen bahasa (fonem, morfem, kalimat, wacana, dan klausa) dan
keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membacam dan menulis) wajib disajikan
bersama secara utuh tanpa terpisah-pisah.
Selain itu, menurut Rafiuddin dan Darmiyati dalam Nurul Hidayah memaparkan
strategi pembelajaran bahasa dengan pendekatan whole language. Pertama, pencelupan
(immersion) artinya guru berperan menciptakan suasana lingkungan belajar yang
memungkinkan peserta didik ikut melaksanakan programnya. Kedua, demonstrasi artinya
keterlibatan guru dalam proses pemakaian bahasa sangat diperlukan. Ketiga, keterlibatan
peserta didik pun sangat diperlukan dalam rangka menciptakan suasana pembelajaran yang
aktif dan positif. Keempat, harapan artinya guru berharap penuh atas kegiatan pembelajaran
selaras dengan pola atau frase perkembangan peserta didik. Kelima, tanggung jawab,
kepercayaan, dan kesempatan diberikan kepada peserta didik untuk menetukan apa yang
mereka akan pelajari. Keenam, pemakaian artinya dilakukan ide belajar secara serentak yakni
memahami bahasa, mencoba menggunakan bahasanya, dan peserta didik mempelajari bahasa
ketika menggunakan bahasa tersebut. Ketujuh, Aproksimasi merupakan pemahaman guru
terhadap siswa ketika siswa keliru. Kedelapan, adanya feedback antara peserta didik secara
aktif dan positif dengan guru dalam bentuk percakapan. (Hidayah, N, 2014, hlm.84-85)
Dalam kelas whole language setidaknya memiliki tujuh ciri khas, yaitu:
1. Kelas dalam whole language biasanya terdapat barang cetakan. Barang tersebut
menjadi hiasan dinding yang memiliki nilai pembelajaran. Biasanya tertempel di
dinding, pintu, furniture, dan lain-lain. Ciri yang pertama ini bisa menjadikan
kelas menjadi perpustakaan karena salah satu sudut ruangan di kelas whole
language terdapat buku-buku yang lengkap baik itu buku teks, majalah, koran,
buku petunjuk, dan lain sebagainya. Para siswa bisa dengan mudah untuk memilih
karena ketersediaan buku tidak terbatas serta buku-bukunya disusun rapi
berdasarkan pengarangnya.
2. Proses pembelajarannya melalui model atau contoh. Disini guru yang menjadi
model selama proses pembelajaran, maka guru harus menjadi contoh yang baik.
Dalam kegiatannya guru dan siswa bersama-sama melakukan kegiatan membaca,
menulis, menyimak, dan berbicara. Ada saatnya dimana Over Head Projector
(OHP) dan transparasi dalam memperagakan proses menulis. OHP ini merupakan
salah satu media pembelajaran yang digunakan dalam kelas whole language.
3. Ciri yang ketiga dalam kelas whole language ini adalah siswa belajar sesuai
tingkat kemampuannya, sehingga dalam kelas ini tidak ada kesan memaksa siswa
untuk menuntut pemahaman materi yang tidak ia kuasai. Untuk ini kenapa dalam
kelas whole language dilengkapi dengan buku-buku yang lengkap tujuannya
sebagai penunjang proses pembelajaran dan siswa dapat memilihnya sesuai
kemampuan.
Keterampilan berbahasa memiliki ciri yang menjadi khas. Ciri dalam berbahasa yang
dimaksud adalah reseptif dan produktif. Ciri atau sifat reseptif adalah bahasa yang dimana ia
hanya menerima keterampilan yang diuji adalah menyimak dan membaca. Sedangkan ciri
produktif adalah berbicara dan menulis.
Apabila dibuat dalam diagram komunikasi dua arah ini sebagai berikut.
A B
(komunikasi interaktif)
B, C, D
A
E, F, G
(komunikasi non-interaktif)
Maka dapat disimpulkan bahwa menyimak reseptif dan berbicara bersifat produktif.
Keterampilan menyimak dan berbicara sangat erat hubungannya. Tidak hanya keterkaitan
antara menyimak dan berbicara yang kuat dalam keterampilan berbahasa, menyimak dan
membaca juga memiliki keterkaitan. Kaitan antara membaca dengan menyimak adalah sama-
sama menerima informasi, akan tetapi hasil yang akhir atau decoding antara menyimak
dengan membaca akan berbeda. Dengan menyimak hasil akhirnya adalah berbicara dan
membaca hasil akhirnya adalah menulis (Tarigan dalam Mulyati, 2015, hlm. 21).
3.1 KESIMPULAN
Whole language adalah cara untuk menyatukan pandangan tentang bahasa,
pembelajaran, dan orang yang terlibat dalam pembelajaran (guru dan siswa). Dalam
menerapkan kelas whole language, guru harus tahu apa saja komponen-komponen yang ada
dalam kelas whole language, ciri-ciri kelas whole language yang berisi buku, majalah, dan
buku petunjuk di dalam kelasnya. Dalam kelas whole language, penilaian dilakukan
menggunakan portofolio dan penilaian informal melalui pengamatan selama pembelajaran
berlangsung.
3.2 SARAN
Pembelajaran berbahasa menggunakan pendekatan whole language merupakan
pembelajaran yang memusatkan pada siswa sehingga siswa berperan aktif selama proses
pembelajaran. Dengan begitu pendekatan whole language ini bisa diterapkan agar siswa bisa
berbahasa dengan baik. Proses pembelajaran yang dikemas dengan kreatif dan
menyenangkan akan membuka memori jangka panjang sehingga siswa dapat mengingat
keterampilan berbahasa dalam jangka waktu lama.
Hartati, T. dkk. (2006). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di SD Kelas Rendah.
Bandung : UPI PRESS.
Santosa, P. dkk. (2011). Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.