Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Pembelajaran Bahasa Terpadu (Whole Language)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada matakuliah Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia di SD Kelas Rendah pada semester genap tahun akademik
2017/2018 dengan dosen pembimbing Drs. Dadan Djuanda, M.Pd.

Disusun oleh

Kelompok 9

Anggota :

1. Dini Nurhidayah (1702634/02)


2. Noneng Safitri (1703069/14)
3. Almaidah Widianti (1704060/32)
4. Citra Bahadur Hanum (1704162/37)

PROGRAM STUDI PGSD KELAS


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SUMEDANG
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena
berkat rahmatNya, makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Adapun tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada
pembaca tentang Pembelajaran Bahasa Terpadu (Whole Language), serta
memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di SD Kelas
Rendah.

Dalam proses penyelesaian makalah ini, kami mengalami sedikit kesulitan,


dikarenakan masih kurangnya pemahaman dan susunan makalah ini. Namun,
berkat bimbingan dari berbagai pihak dan kerjasama yang dilakukan oleh
kelompok, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Kami
mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. Dadan Djuanda, M.Pd, selaku dosen pembimbing mata kuliah
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di SD Kelas Rendah.
2. Berbagai sumber yang telah menyumbangkan kontribusi berupa
pengetahuan yang tertuang dalam buku dan jurnal ilmiah.

Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses


pembelajaran, penulisan makalah ini masih penuh dengan kekurangan. Maka dari
itu, kami selalu mengharapkan saran dan kritik membangun dari para pembaca
sekalian, agar kedepannnya penulisan makalah ini menjadi lebih berkualitas.

Akhirnya, kami pun berharap agar makalah ini dapat memberi banyak
manfaat dan memberikan pengetahuan mengenai Pembelajaran Bahasa Terpadu
(Whole Language).

Sumedang, Februari 2018

Tim Penyusun

Pembelajaran Bahasa Terpadu (Whole Language)| i


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i

1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................................................... 3

1.2 RUMUSAN MASALAH ....................................................................................................... 3

1.3 TUJUAN PEMBAHASAN ................................................................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................................................... 5

2.1 TOPIK-TOPIK LINTAS KURIKULUM YANG BERPUSAT PADA SISWA .............. 5

2.2 PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE DALAM PEMBELAJARAN BAHASA


INDONESIA .................................................................................................................................. 7

2.2.1 Hakikat dan Konsep Pendekatan Whole Language....................................................... 7

2.2.2 Komponen Whole Language ......................................................................................... 8

2.2.3 Ciri-ciri Kelas Whole Language.................................................................................. 11

2.2.4 Penilaian Whole Language.......................................................................................... 13

2.3 PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA TERPADU ................................................. 13

2.3.1 Hubungan antara Empat Keterampilan Berbahasa ..................................................... 13

2.3.2 Prinsip-prinsip untuk Mencapai Keterpaduan ............................................................. 15

2.3.3 Keterpaduan Pembelajaran Bahasa ............................................................................. 15

BAB III PENUTUP ............................................................................................................................. 16

3.1 KESIMPULAN ................................................................................................................... 16

3.2 SARAN ................................................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 17

Pembelajaran Bahasa Terpadu (Whole Language)| 2


BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Bahasa merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan ini, terbukti dengan
tak bisa dihindarinya penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa
mempermudah dalam penyampaian pendapat untuk sesuatu hal, menyatakan sebuah
keinginan juga dalam mengungkapkan perasaan.

Anak-anak biasanya telah menguasai bahasa lisan walaupun mereka belum


mempelajarinya di jenjang sekolah, sebaliknya saat telah memasuki sekolah anak-anak
memiliki hambatan dalam pembelajaran bahasa, hal ini membuktikan bahwa anak-anak tidak
mendapat kesulitan dalam belajar bahasa secara nonformal. Bahasa yang semula merupakan
hal yang mudah dan mengasyikkan berubah menjadi pelajaran yang sulit (Godman, 1986).

Anak-anak yang terhambat dalam pembelajaran bahasa secara formal kebanyakan


disebabkan oleh sistem pembelajaran disekolah yang mengajarkan bahasa secara terpisah-
pisah. Komponen bahasa dan keterampilan berbahasa umumnya diajarkan terpisah, seperti
pelajaran membaca dan menulis yang dilakukan secara terpisah, berbeda dengan saat dimana
anak belajar bahasa secara nonformal yang biasanya mendapat pembelajaran bahasa secara
utuh. Salah satu penyebab lainnya adalah pembahasan pembelajaran bahasa yang kurang
menarik minta anak dikarenakan bahasan tidak relevan dengan kehidupan anak.

Oleh sebab itu beberapa negara seperti Kanada, Amerika serikat,Inggris telah
menggunakan pendekatan whole language untuk memperbaiki pengajaran bahasa anak mulai
tahun 80-an. Pendekatan whole language merupakan pendekatan pengajaran bahas yang
mengajarkan bahasa secara utuh dn tidak terpisah-pisah. Pendekatan whole language didasari
oleh paham construktifism yang menyatakan bahwa siswa membentuk sendiri
pengetahuannya melalui pera aktifnya dalam pembelajaran yang dikukan secara utuh dan
terpadu (Roberts,1996).

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dijabarkan beberapa rumusan masalah, yaitu :

a. Apa yang dimaksud dengan topik-topik lintas kurikulum yang berpusat pada siswa ?

Pembelajaran Bahasa Terpadu (Whole Language)| 3


b. Apa hakikat dan konsep whole language?
c. Apa saja komponen-komponen yang terdapat pada pendekatan whole language?
d. Bagaimana ciri-ciri kelas whole language?
e. Bagaimana penilaian dalam kelas berbasis whole language?
f. Bagaimana hubungan antara empat keterampilan berbahasa ?
g. Apa saja prinsip-prinsip untuk mencapai keterpaduan ?
h. Apa yang dimaksud dengan keterpaduan pembelajaran bahasa ?

1.3 TUJUAN PEMBAHASAN


Menurut pemaparan rumusan masalah maka tujuan dalam penulisan ini adalah :

a. Mengetahui topik-topik lintas kurikulum.


b. Mengetahui hakikat dan konsep whole language.
c. Memahami komponen-komponen pendekatan whole language.
d. Mengetahui ciri-ciri kelas whole language.
e. Mengetahui penilaian dalam kelas berbasis whole language.
f. Memahami hubungan antara empat keterampilan berbahasa.
g. Mengetahui prinsip-prinsip untuk mencapai keterpaduan.
h. Memahami keterpaduan pembelajaran bahasa.

Pembelajaran Bahasa Terpadu (Whole Language)| 4


BAB II LANDASAN TEORI
Pembelajaran Bahasa Terpadu (Whole Language)

2.1 TOPIK-TOPIK LINTAS KURIKULUM YANG BERPUSAT PADA SISWA

Bahasa Indonesia mempunyai peran penting dalam terlaksananya setiap mata pelajaran
di setiap sekolah. Selain menjadi bahasa ibu dan juga pemersatu bangsa, bahasa Indonesia
pun menjadi pengantar mata pelajaran di sekolah. Itu artinya, setiap guru mata pelajaran
apapun memiliki peran lain, yakni guru bahasa Indonesia juga. Ditambah lagi kaitan yang
erat antara mata pelajaran dengan topik-topik pembicaraan di kelas, menjadi suatu
keterpaduan bahan pembelajaran yang memberikan keuntungan satu sama lain.

Menurut Tatat Hartati (2006) memaparkan enam butir pokok yang berkaitan dengan
bahan pembelajaran, antara lain :

1) Bahan pembelajaran bahasa dapat menggunakan wacana sastra;


2) Bahan pembelajaran bahasa meliputi lafal, ejaan, dan tanda baca, kosa kata, serta
struktur dan wacana;
3) Bahan pembelajaran pemahaman diambil dari membaca;
4) Bahan pembelajaran penggunaan diambil dari bahan berbicara dan menulis;
5) Bahan pembelajaran bahasa dan sastra dapat dipadukan dengan bahan mata
pelajaran lain seperti IPA, IPS, Matematika, dan lain-lain;
6) Bahan pembelajaran bahasa dan sastra kelas I dan II SD mencakup pelajaran IPA
dan IPS.

Salah satu contoh pembelajaran dengan bahan pembelajaran puisi, Tatat Hartati, dkk.
(2006, hlm.200)
1) Bahan Pembelajaran Puisi
Pembelajaran : Menceritakan isi puisi di depan kelas
Bahan : Puisi
a) Menyimak pembacaan puisi.
b) Membaca puisi dalam hati.
c) Meniru pembacaan puisi.
d) Mengidentifikasi kata-kata sukar.
e) Mencari makna kata sukar dalam kamus.

Pembelajaran Bahasa Terpadu (Whole Language)| 5


f) Menafsirkan makna larik demi larik, keseluruhan inti puisi.
g) Menjawab pertanyaan mengenai puisi.
h) Menyusun parafrase puisi.
i) Menceritakan isi puisi di depan kelas.
Dalam menentukan topik pembelajaran bahasa yang terpadu dengan materi pelajaran
lain, materi tersebut harus berpusat pada minat, kebutuhan, lingkungan, pengalaman, dan
sesuai dengan kemampuan siswa, serta apa yang dituntut oleh mata pelajaran tertentu. Jika
siswa pandai berbahasa pasti akan lebih mudah mengikuti mata pelajaran lainnya, alasan
yang snagat berpengaruh inilah mengharuskan siswa berlatih pemahaman unsur-unsur bahasa
dan keterampilan berbahasa. Korelasi antara bahasa Indonesia dengan mata pelajaran lain,
yakni :
1) PAI : memahami, menyanyi, dan menulis.
2) IPA : menafisrkan, memecahkan masalah.
3) Pendidikan Kesehatan : menulis.
4) Keterampilan : memahami cara membuat karangan.
Ketika memilih topik lintas kurikulum yang berpusat pada minat, kebutuhan,
lingkungan, pengalaman, dan sesuai dengan kemampuan siswa atau menentukan bahan
pembelajaran bahasa yang terpadu dengan mata pelajaran lain. Hal-hal yang harus
diperhatikan adalah bahan harus relevan dengan tema, pembelajaran dan tujuan khusus
pembelajaran. Susunan pedoman topik-topik lintas kurikulum tersebut antara lain :
1) Sesuaikan dengan tema;
2) Sesuaikan dengan kompetensi dasar;
3) Sesuaikan dengan indikator hasil belajar;
4) Sesuaikan dengan minat, kebutuhan, lingkungan, pengalaman, dan
kemampuan siswa;
5) Sesuaikan dengan materi pokok pelajaran tersebut.

Langkah-langkah mengembangkan topik lintas kurikulum antara lain :

1) Bacalah GBPP Mata Pelajaran bahasa Indonesia dan mata pelajaran lain yang
saling berkorelasi;
2) Pilihlah satu saja mata pelajaran yang memiliki korelasi satu sama lain;
3) Setelah itu, jabarkan indikatornya;
4) Pilihlah tema yang sesuai;

Pembelajaran Bahasa Terpadu (Whole Language)| 6


5) Kembangkan bahan pembelajaran dengan mencermati minat, kebutuhan,
lingkungan, pengalaman, dan kemampuan siswa.

2.2 PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE DALAM PEMBELAJARAN BAHASA


INDONESIA
2.2.1 Hakikat dan Konsep Pendekatan Whole Language
Pada tahun 1980-an Whole Language diciptakan oleh para pendidik asal Amerika
Serikat, alasannya mereka amat peduli terhadap seni pengajaran membaca dan menulis yang
sebenarnya hakikat ilmu itu sendiri adalah ilmu sebagai seni. Menurut Brenner dalam Nurul
Hidayah “whole language is a way of teaching pre reading, reading and other language skill
thourgh all process that involve language, writing, talking, listening to stories, creating
stories, art work and dramatic play as through more traditional path ways” (Hidayah, N,
2014:80)

Dapat disimpulkan, bahwa whole language merupakan salah satu pembelajaran bahasa
yang menyodorkan suatu tata cara pengajaran secara utuh dan tidak terpisah-pisah. Whole
language memiliki karakteristik sebagai learning materials (materi pembelajaran), learning
contentI (pembelajaran isi), and learning process (pembelajaran proses). Proses tersebut
harus melibatkan bahasa, menulis, membaca, mendengarkan cerita, karya seni, bermain
drama, dan lain-lain. Demikian, proses pembelajaran berbasis whole language antara
pembelajaran komponen bahasa (fonem, morfem, kalimat, wacana, dan klausa) dan
keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membacam dan menulis) wajib disajikan
bersama secara utuh tanpa terpisah-pisah.

Dengan adanya pendekatan whole language dapat mengasah kemampuan dan


keterampilan anak yang dapat dikembangakan secara utuh juga menyeluruh. Pertama,
menyimak merupakan suatu kegiatan yang fokus pada memahami makna. Kedua, berbicara
merupakan suatu kegiatan kita sebagai makhluk sosial dan juga sebagai saran latihan
kelancaran berkomunikasi satu sama lain serta bagaimana tata cara berkomunikasi dengan
baik dan benar. Guru dapat memberikan contoh sebagai pembicara yang baik, bepidato,
bercakap-cakap. Ketiga, membaca merupakan salah satu kegiatan yang dapat menunjang
keterampilan kerja serta mutu akademik, selain itu membaca pun membuat siswa memiliki
wawasan yang luas. Keempat, menulis merupakan salah satu kegiatan berkomunikasi hanya
berbeda dengan berbicara. Menulis menggunakan media tulis, kertas, bolpoin, pensil sebagai
perantara.

Pembelajaran Bahasa Terpadu (Whole Language)| 7


Menurut Brown dalam Nurul Hidayah menegaskan, bahwa pendekatan whole language
merupakan suatu teori pembelajaran secara menyeluruh atau utuh. Selain itu menurut Robert
prinsip dan pengajaran whole language sejalan dengan aliran filsafat rekonstruksionisme dan
progrevisme serta quantum learning yakni peserta dapat membentuk diri sendiri, mencari
tahu, dan menjadi pribadi yang mandiri. (Hidayah, N, 2014, hlm.82-83)

Selain itu, menurut Rafiuddin dan Darmiyati dalam Nurul Hidayah memaparkan
strategi pembelajaran bahasa dengan pendekatan whole language. Pertama, pencelupan
(immersion) artinya guru berperan menciptakan suasana lingkungan belajar yang
memungkinkan peserta didik ikut melaksanakan programnya. Kedua, demonstrasi artinya
keterlibatan guru dalam proses pemakaian bahasa sangat diperlukan. Ketiga, keterlibatan
peserta didik pun sangat diperlukan dalam rangka menciptakan suasana pembelajaran yang
aktif dan positif. Keempat, harapan artinya guru berharap penuh atas kegiatan pembelajaran
selaras dengan pola atau frase perkembangan peserta didik. Kelima, tanggung jawab,
kepercayaan, dan kesempatan diberikan kepada peserta didik untuk menetukan apa yang
mereka akan pelajari. Keenam, pemakaian artinya dilakukan ide belajar secara serentak yakni
memahami bahasa, mencoba menggunakan bahasanya, dan peserta didik mempelajari bahasa
ketika menggunakan bahasa tersebut. Ketujuh, Aproksimasi merupakan pemahaman guru
terhadap siswa ketika siswa keliru. Kedelapan, adanya feedback antara peserta didik secara
aktif dan positif dengan guru dalam bentuk percakapan. (Hidayah, N, 2014, hlm.84-85)

Dapat disimpulkan dari penjelasan tersebut, bahwa proses pembelajaran bahasan


dengan pendekatan whole language dapat terwujud atas kerjasama antara peserta didik
dengan pendidik. Terwujudnya interaksi tersebut diikuti dengan sifat peserta didik yang aktif
dan positif, sementara pendidik bersifat dapat menjalin kerja sama, aktif, kreatif, dan inovatif
dalam proses pembelajaran berlangsung.

2.2.2 Komponen Whole Language


Menurut Routman (1991) dan Froese (1991) ada delapan komponen whole language,
diantaranya:
a. Reading Aloud

Pembelajaran Bahasa Terpadu (Whole Language)| 8


Adalah kegiatan membaca dengan suara keras dan intonasi yang tepat yang dilakukan
oleh guru untuk siswanya, sehingga siswa dapat mendengarkan dan menikmati
ceritanya. Kegiatan ini memiliki manfaat antara lain meningkatkan keterampilan
menyimak, memperkaya kosakata, membantu meningkatkan pemahaman, dan
menumbuhkan minat baca siswa.
b. Jurnal Writing
Menulis jurnal adalah komponen yang mudah diterapkan oleh guru di dalam kelas
whole language. Jurnal merupakan sarana yang aman bagi siswa untuk
mengungkapkan perasaan, menceritakan kejadian di sekitarnya, dan menggunakan
bahasa dalam bentuk tulisan. Manfaat dari jurnal writing adalah:
a) Meningkatkan kemampuan menulis.
b) Meningkatkan kemampuan membaca.
c) Menunbuhkan keberanian menghadapi risiko.
d) Memberi kesempatan untuk membuat refleksi.
e) Memvalidasi pengalaman dan perasaan pribadi.
f) Memberikan tempat yang aman dan rahasia untuk menulis.
g) Meningkatkan kemampuan berfikir.
h) Meningkatkan kesadaran akan peraturan menulis.
i) Menjadi alat evaluasi
j) Menjadi dokumen tertulis.
c. Sustained Silent Reading (SSR)
SSR adalah kegiatan membaca di dalam hati. Dalam kegiatan ini, biarkan siswa
memilih bahan bacaannya yang sesuai agar dia bisa menyelesaikan bacaan tersebut.
Oleh karena itu, guru sedapat mungkin menyediakan bahan bacaan yang menarik dari
berbagai buku atau sumber. Pesan yang ingin disampaikan kepada siswa dari kegiatan
ini adalah:
a) Membaca adalah kegiatan yang menyenangkan.
b) Siswa dapat membaca dan berkonsentrasi pada bacaan dalam waktu yang
cukup lama.
c) Siswa dapat berbagi pengetahuan yang menarik dari materi yang dibacanya
setelah kegiatan SSR berakhir.
d. Shared Reading
Shared reading adalah kegiatan membaca bersama antara guru dengan siswa, dimana
setiap orang mempunyai buku yang sedang dibacanya.

Pembelajaran Bahasa Terpadu (Whole Language)| 9


Ada beberapa cara dalam melakukan kegiatan ini, yaitu:
a) Guru membaca dan siswa mengikuti (untuk kelas rendah).
b) Guru membaca dan siswa menyimak.
c) Siswa membaca bergiliran.
Tujuan dari kegiatan shared reading adalah:
a) Sambil melihat tulisan, siswa bisa memperhatikan guru membaca sebagai
model.
b) Memberikan kesempatan siswa untuk menampilkan keterampilan
membacanya.
c) Siswa yang belum terampil membaca dapat mencontoh membaca yang benar.
e. Guided Reading
Guided reading atau membaca terbimbing adalah kegiatan membaca terbimbing
dengan guru sebagai pengamat dan fasilitator. Dalam kegiatan ini, guru akan
mendiskusikan bacaan bersama siswa serta memberikan pertanyaan yang membuat
siswa menjawab secara kritis, bukan sekadar pertanyaan pemahaman.
f. Guided Writing
Seperti dalam membaca terbimbing, peran guru dalam menulis terbimbing sebagai
pendorong bukan pengatur dan sebagai pemberi saran. Guru membantu siswa
bagaimana menulis dengan jelas, sistematis, dan menarik. Dalam kegiatan ini,
memilih topik dan mengedit dilakukan sendiri oleh siswa.
g. Independent Reading
Membaca bebas adalah bagian integral dari whole language. Dalam kegiatan ini,
siswa berkesempatan untuk memilih sendiri bahan bacaan yang disukainya. Peran
guru menjadi seorang pengamat, fasilitator dan pemberi respon. Buku yang dibaca
siswa bisa didapat dari mana saja (tidak perlu selalu dari perpustakaan) karena siswa
bisa membaca dari koran, majalah, ataupun sumber lainnya.
h. Independent Writing
Independent writing atau menulis bebas mempunyai tujuan untuk meningkatkan
kemampuan menulis, meningkatkan kebiasaan menulis, dan meningkatkan
kemampuan berpikir kritis dalam menulis bebas tanpa ada intervensi guru. Contoh
kegiatan independent writing adalah menulis jurnal dan menulis respon.

Pembelajaran Bahasa Terpadu (Whole Language)| 10


Menurut Anderson (1985) bahwa perubahan menjadi kelas whole language
memerlukan waktu yang cukup lama karena perubahan harus dilakukan dengan hati-
hati dan perlahan agar menghasilkan kelas whole language yang diinginkan.

2.2.3 Ciri-ciri Kelas Whole Language


Seperti yang sudah dipaparkan bahwa whole language merupakan pembelajaran yang
secara utuh dan tidak terpisah-pisah. Dalam whole language terdapat empat keterampilan
berbahasa yang disajikan, yaitu membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Tentu untuk
melaksanakan pembelajaran tersebut harus di dukung oleh fasilitas yang memadai agar
proses pembelajaran tidak dilakukan secara monoton. Tidak hanya media yang digunakan
tetapi ruangan kelas yang digunakan harus membawa suasana yang menyenangkan.

Dalam kelas whole language setidaknya memiliki tujuh ciri khas, yaitu:

1. Kelas dalam whole language biasanya terdapat barang cetakan. Barang tersebut
menjadi hiasan dinding yang memiliki nilai pembelajaran. Biasanya tertempel di
dinding, pintu, furniture, dan lain-lain. Ciri yang pertama ini bisa menjadikan
kelas menjadi perpustakaan karena salah satu sudut ruangan di kelas whole
language terdapat buku-buku yang lengkap baik itu buku teks, majalah, koran,
buku petunjuk, dan lain sebagainya. Para siswa bisa dengan mudah untuk memilih
karena ketersediaan buku tidak terbatas serta buku-bukunya disusun rapi
berdasarkan pengarangnya.
2. Proses pembelajarannya melalui model atau contoh. Disini guru yang menjadi
model selama proses pembelajaran, maka guru harus menjadi contoh yang baik.
Dalam kegiatannya guru dan siswa bersama-sama melakukan kegiatan membaca,
menulis, menyimak, dan berbicara. Ada saatnya dimana Over Head Projector
(OHP) dan transparasi dalam memperagakan proses menulis. OHP ini merupakan
salah satu media pembelajaran yang digunakan dalam kelas whole language.
3. Ciri yang ketiga dalam kelas whole language ini adalah siswa belajar sesuai
tingkat kemampuannya, sehingga dalam kelas ini tidak ada kesan memaksa siswa
untuk menuntut pemahaman materi yang tidak ia kuasai. Untuk ini kenapa dalam
kelas whole language dilengkapi dengan buku-buku yang lengkap tujuannya
sebagai penunjang proses pembelajaran dan siswa dapat memilihnya sesuai
kemampuan.

Pembelajaran Bahasa Terpadu (Whole Language)| 11


4. Siswa berbagi tanggung jawab dalam pembelajaran. Disini guru hanya sebagai
fasilitator, sehingga tidak sepenuhnya melaksanakan tanggung jawabnya karena
yang sebagiannya lagi dilakukan oleh siswa. Siswa membuat kumpulan kata,
melakukan brainstroming dan mengumpulkan fakta. Kegiatan siswa tersebut
ditulis dalam chart dan terpampang di dinding. Siswa dapat bergerak bebas di
kelas.
5. Proses pembelajaran dalam kelas whole language siswa terlibat aktif. Hal ini
berkaitan dengan ciri yang keempat dimana siswa bertanggung jawab dalam
melaksanakan sebagian tanggung jawab guru. Selama kegiatan belajarnya siswa
terlibat kedalam tugas kelompok kecil atau individu. Ada kelompok yang
membuat perjalanan sejarah, menulis respons terhadap buku yang dibaca,
membuat buku, menulis kembali cerita rakyat atau mengedit, dan lain sebagainya.
Semua kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran siswa terlibat di
dalamnya tanpa terkecuali.
6. Siswa berani mengambil resiko dan bereksperimen. Seperti yang disebutkan
sebelumnya bahwa dalam kelas whole language ini siswa belajar sesuai
kemampuannya sehingga guru menyediakan kegiatan belajar sesuai tingkat
kemampuan siswa sehingga siswa dapat berhasil sama rata. Karya para siswa
dipajang tanpa koreksi, sehingga itu jadikan sebagai contoh. Dan karya tersebut
terpampang di seputar dinding kelas, ini memicu siswa lain untuk menghasilkan
karya yang lain. Sehingga siswa bebas untuk bereksperimen dan mengambil
resiko yang akan dihadapinya nanti. Guru tidak menuntut karya siswanya itu
sempurna yang terpenting respon yang diberikan oleh siswa dapat diterima.
7. Siswa mendapatkan feedback yang positif baik dari guru maupun dari temannya.
Ciri yang terakhir ini berkaitan dengan timbal balik antara guru dengan siswa
dalam kelas whole language. Suasana yang tercipta dalam pembelajaran ini
disusun berdasarkan susunan meja kelompok yang ditata berkelompok agar siswa
dapat berdiskusi, berkolaborasi, dan melakukan konferesi. Bertukar pendapat
tentang suatu permasalahan selama pembelajaran yang terjadi pada guru dengan
siswa bertujuan untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan
penilaian diri dan melihat pengembangan diri. Pada ciri yang terakhir ini mampu
menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa karena siswa yang mempersentasikan
hasil tulisannya dan mendapat respon yang positif dari guru dan temannya akan
membangkitkan rasa percaya dirinya.

Pembelajaran Bahasa Terpadu (Whole Language)| 12


2.2.4 Penilaian Whole Language
Penilaian dalam kelas whole language dilakukan dengan cara informal dan portopolio.
Penilaian informal dilakukan dengan cara menilai segala aspek dalam waktu pembelajaran.
Guru senantiasa memperhatikan siswa menulis, mendengarkan siswa berdiskusi dan
memperhatikan siswa ketika mereka bercakap-cakap dengan sesama teman maupun dengan
guru, bahkan guru tak hanya memberi penilaian didalam kelas saat waktu istirahat pun guru
melakukan penilaian. Walau melakukan penilaian setiap saat selama proses pembelajaran
berlangsung tak berarti guru harus membawa buku untuk mencatat penilaiinya, namun guru
menggunakan alat penilaian lain seperti halnya format observasi. Penilaian informal lebih
menitik beratkan kepada perilaku siswa dalam proses pembelajaran sedangkan portopolio
lebih menitik beratkan pada kemampuan berpikir siswa atau kemampuan kognitifnya.

2.3 PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA TERPADU

2.3.1 Hubungan antara Empat Keterampilan Berbahasa


Seperti yang diketahui bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer
digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk kerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasi diri. Dalam berbahasa ada empat keterampilan yang sudah mutlak adanya,
yaitu membaca, menulis, meyimak, dan berbicara. Dari empat keterampilan berbahasa
memiliki hubungan yang sangat erat, tidak bisa terpisahkan satu sama lain.

Keterampilan berbahasa memiliki ciri yang menjadi khas. Ciri dalam berbahasa yang
dimaksud adalah reseptif dan produktif. Ciri atau sifat reseptif adalah bahasa yang dimana ia
hanya menerima keterampilan yang diuji adalah menyimak dan membaca. Sedangkan ciri
produktif adalah berbicara dan menulis.

Keterampilan menyimak adalah keterampilan yang sifatnya reseptif dimana tidak


hanya mendengarkan saja tetapi harus memahami apa yang disampaikan oleh pembicara.
Menyimak dibagi menjadi dua kategori, yaitu menyimak interaktif dan menyimak non-
interaktif. Menyimak interaktif yaitu menyimak dua arah dimana si penerima bisa
mengajukan pertanyaan. Dan menyimak non-interaktif adalah menyimak satu arah dimana si
penerima hanya mendengarkan dan memahami apa yang disampaikan oleh pembicara. Maka
disini ada hubungan antara menyimak dengan berbicara. Menurut Brooks yang dikutip oleh
Tarigan ( Mulyati, 2015, hlm. 19) berbicara dan mendengarkan merupakan kegiatan

Pembelajaran Bahasa Terpadu (Whole Language)| 13


komunikasi dua arah yang bersifat langsung. Seperti disebutkan sebelumnya, komunikasi dua
arah ini ada yang interaktif dan non-interaktif.

Apabila dibuat dalam diagram komunikasi dua arah ini sebagai berikut.

A B
(komunikasi interaktif)
B, C, D
A
E, F, G
(komunikasi non-interaktif)

Maka dapat disimpulkan bahwa menyimak reseptif dan berbicara bersifat produktif.
Keterampilan menyimak dan berbicara sangat erat hubungannya. Tidak hanya keterkaitan
antara menyimak dan berbicara yang kuat dalam keterampilan berbahasa, menyimak dan
membaca juga memiliki keterkaitan. Kaitan antara membaca dengan menyimak adalah sama-
sama menerima informasi, akan tetapi hasil yang akhir atau decoding antara menyimak
dengan membaca akan berbeda. Dengan menyimak hasil akhirnya adalah berbicara dan
membaca hasil akhirnya adalah menulis (Tarigan dalam Mulyati, 2015, hlm. 21).

Subyakto Nababan (dalam Mulyati,2015,hlm. 22) menjelaskan keterkaitan antara


menyimak dengan membaca didasarkan kemampuan reseptif yang distimulus melalui suara
dan tulisan. Kemudian penyimak dan pembaca mengidentifikasi unsur-unsur bahasa baik
yang melalui suara maupun tulisan yang diikuti oleh proses decoding untuk menemukan ide
atau gagasan sebagaimana yang disampaikan oleh pembicara atau penulis. Ditinjau dari sudut
perolehan, Mulyati menyebutkan proses membaca dapat membantu seseorang untuk
menemukan kosakata yang berguna bagi pengembangan kemampuan mendengarkan pada
tahap berikutnya. Tarigan (dalam Mulyati, 2015, hlm. 22-23) menambahkan mendengarkan
merupakan faktor penting dalam belajar yang efektif. Karena tidak sedikit guru-guru di
sekolah memberikan petunjuk-petunjuk pada siswa strategi membaca melalui bahasa lisan,
untuk itu kemampuan menyimak dengan pemahaman sangat penting.
Kemudian keterkaitan antara membaca dengan menulis. Di luar sana masih bisa
mengerti keterkaitan antara membaca dengan menulis, ada peribahasa yang mengatakan jika
rajin membaca maka pandai menulis. Dalam menulis, penulis menyampaikan gagasan,

Pembelajaran Bahasa Terpadu (Whole Language)| 14


informasi, atau perasaan kepada pembaca. Dan pembaca mencari gagasan, informasi, atau
perasaan yang disampaikan penulis kepada pembaca untuk dipahami.
Dalam penulisan sebuah karya baik itu ilmiah atau fiksi penulis sudah pasti tidak
melewatkan tiga tahap penulisan, yaitu perencanaan penulisan, dan revisi. Tigal hal pokok itu
merupakan jantungnya sebuah tulisan. Sebelum tahap penulisan, sudah budayanya untuk
merencanakan apa yang akan ditulis. Dalam proses perencanaan tidak akan jauh untuk
mencari sumber informasi, dan sumber informasi itu tidak akan lepas dari kegiatan membaca.
Seperti yang dikatakan Wray kemampuan membaca penting sekali dalam proses menulis
(Mulyati, 2015, hlm. 23).
Berbicara dengan menulis merupakan kegiatan berbahasa yang sama-sama produktif.
Berbicara merupakan ragam kegiatan lisan dan menulis merupakan ragam kegiatan tulisan.
Bisa kita tarik kesimpulan dengan membaca kita bisa menulis dan berbicara. Dengan
menyimak kita bisa menulis, membaca, dan berbicara.

2.3.2 Prinsip-prinsip untuk Mencapai Keterpaduan


2.3.3 Keterpaduan Pembelajaran Bahasa
Pembelajaran bahasa dapat dilakukan secara integrative atau terpadu. Artinya
pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan dengan empat keterampilan berbahasa, yakni
keterampilan mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis. Ini sering disebut dengan
keterpaduan internal. Apa yang disarankan oleh BSNP itu pada hakikatnya sesuai dengan
pandangan para pakar bahasa tentang whole language (Goodman, 1986), suatu konsep yang
menyatakan bahwa bahasa bukanlah barang serpih-serpih yang terpisah, melainkan sebagai
suatu keseluruhan utuh. Implikasinya dalam pengajaran ialah bahasa harus diajarkan secara
utuh sebagai suatu sistem yang terpadu. Kedua cara tersebut jelas saling melengkapi satu
sama lain, karena suatu tema akan memadukan seluruh kegiatan berbahasa, baik pada tingkat
perencanaan maupun pada tingkat pelaksanaan di dalam kelas.

Pembelajaran Bahasa Terpadu (Whole Language)| 15


BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Whole language adalah cara untuk menyatukan pandangan tentang bahasa,
pembelajaran, dan orang yang terlibat dalam pembelajaran (guru dan siswa). Dalam
menerapkan kelas whole language, guru harus tahu apa saja komponen-komponen yang ada
dalam kelas whole language, ciri-ciri kelas whole language yang berisi buku, majalah, dan
buku petunjuk di dalam kelasnya. Dalam kelas whole language, penilaian dilakukan
menggunakan portofolio dan penilaian informal melalui pengamatan selama pembelajaran
berlangsung.

3.2 SARAN
Pembelajaran berbahasa menggunakan pendekatan whole language merupakan
pembelajaran yang memusatkan pada siswa sehingga siswa berperan aktif selama proses
pembelajaran. Dengan begitu pendekatan whole language ini bisa diterapkan agar siswa bisa
berbahasa dengan baik. Proses pembelajaran yang dikemas dengan kreatif dan
menyenangkan akan membuka memori jangka panjang sehingga siswa dapat mengingat
keterampilan berbahasa dalam jangka waktu lama.

Pembelajaran Bahasa Terpadu (Whole Language)| 16


DAFTAR PUSTAKA

Hartati, T. dkk. (2006). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di SD Kelas Rendah.
Bandung : UPI PRESS.

Hidayah, N. (2016). PENDEKATAN PEMBELAJARAN BAHASA WHOLE LANGUAGE, 3


(3), hlm. 77-91.

Santosa, P. dkk. (2011). Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.

Putrasaya, Ida Bagus. (2006). [Online]. Diakses dari http://pasca.undiksha.ac.id

Pembelajaran Bahasa Terpadu (Whole Language)| 17

Anda mungkin juga menyukai