Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENDIDIKAN PKN SD 2
Tentang
KONSEP DASAR BELAJAR DAN PEMBELAJARAN PKN

OLEH:
SITI ROSYIDAH AZHARI NIM 1820001
MELLA OKTAVIA NIM 1820002
WITRI YULIA PUTRI NIM 1820003
EGGI PRATAM NIM 1820004
DIKI PEBRIANSYAH NIM 1820005

DOSEN PEMBIMBING:
ADE IRMA SURYANI, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) ADZKIA
PADANG
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan hidayahnya kami dapat menyusun sebuah makalah yang membahas tentang
“Prinsip-prinsip dalam Bimbingan dan Konseling” selanjutnya salawat dan salam kami
kirimkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW sebagaimana beliau telah mengangkat derajat
manusia dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang.
Dalam penulisan makalah, kami memberikan sejumlah materi yang terkait dengan
materi yang disusun secara langkah demi langkah, agar mudah dan cepat dipahami oleh
pembaca.
kami juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada ibuk Dr. Ismira, M.Pd.
sebagai dosen pengampuh mata kuliah Bimbingan dan Konseling. Kami juga mengucapkan
banyak terimakasih pada semua pihak yang turut membantu baik secara langsung aupun tidak
langsung. Kami juga mengharapkan agar makalah ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-
baiknya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca.

Padang, 2 Oktober 2020

Tim Penulis 

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................iii
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG......................................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................................2
C. TUJUAN PENULISAN...................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................3
A. KONSEP DASAR BELAJAR DAN PEMBELAJARAN PKN.................................................................3
B. PRINSIP-PRINSIP BELAJAR PKN..................................................................................................4
A. MAKNA BELAJAR DAN PEMBELAJARAN PKN.............................................................................6
B. MODEL PEMBELAJARAN PKN.....................................................................................................6
BAB III..................................................................................................................................................11
PENUTUP.............................................................................................................................................11
A. KESIMPULAN............................................................................................................................11
B. SARAN......................................................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara. (Sisdiknas, pasal 1). Undangundang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 1 ayat (1) menegaskan bahwa Negara Indonesia
adalah Negara kesatuan yang berbentuk republik. Negara Kesatuan adalah Negara yang
di dalamnya hanya ada satu kekuasaan pemerintahan (Setiati, 2008: 3).
Kekuasaan pemerintahan itu ada di tangan pemerintah pusat. NKRI adalah
Negara yang wilayahnya membentang antara Kota Sabang di sebelah barat Indonesia dan
Kota Merauke di sebelah timur Indonesia. Agar terbentuk jiwa nasionalisme yang kuat
pada diri siswa, khususnya mulai dari siswa SD maka dalam proses pembelajaran sangat
perlu ditekankan pentingnya cinta tanah air dan agar diwujudkan dalam kehidupan
seharihari, :lmisalnya pembinaan pemuda desa pada bidang keahlian tertentu melalui
Karang Taruna sebagai wadah para pemuda di desa dalam menyalurkan pendapat dan
kreativitasnya, (Prayoga, 2008: 7)
Kegiatan belajar mengajar pada lembaga pendidikan formal merupakan kegiatan
paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan, sehingga dalam lembaga pendidikan
formal kegiatan belajar mengajar saling terkait dalam pencapaian tujuan pendidikan. Hal
ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada
bagaimana proses belajar mengajar yang dialami oleh siswa dimana guru sebagai
pemegang peran utama dan bagaimana seorang guru mampu meningkatkan motivasi
belajar siswa.
Salah satu mata pelajaran di SD adalah PKn, menurut (Puri Yuanita 2010:66)
“mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran untuk membentuk warga negara yang
cerdas, terampil, dan berkarakter, setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan
Amanat Pancasila dan UUD 1945”. Mata pelajaran PKn diharapkan dapat mewujudkan

1
proses pendidikan yang integral dan mampu mengembangkan kepribadian warga negara
yang partisipatif bertanggung jawab yang pada gilirannya akan menjadi landasan untuk
berkembanganya masyarakat Indonesia yang demokratis dan lebih mencintai tanah
airnya serta tidak mudah dipecah belah .

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang dapat diambil
adalah sebagi berikut:
1. Apa konsep dasar belajar dan pembelajaran PKn?
2. Apa prinsip-prinsip belajar PKn?
3. Apa makna belajar dan pembelajaran PKn?
4. Apa model Pembelajaran PKn?

C. TUJUAN PENULISAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan yang dapat diambil
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui konsep dasar belajar dan pembelajaran PKn.
2. Mengetahui prinsip-prinsip belajar PKn.
3. Mengetahui makna belajar dan pembelajaran PKn.
4. Mengetahui model Pembelajaran PKn.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR BELAJAR DAN PEMBELAJARAN PKN

Whittaker dalam (Djamarah, 2005:30), menyatakan bahwa belajar adalah proses


dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Menurut
R. Gagne dalam (Djamarah, 2005:22), pengertian belajar adalah suatu proses untuk
memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku.
Istilah belajar erat kaitannya dengan pembelajaran. Menurut Surya (2013:111)
Pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu
perubahan perilaku secara menyeluruh, sebagai hasil dari interaksi individu itu dengan
lingkungannya. Menurut Gulo (2002:23), belajar adalah suatu proses yang berlangsung
di dalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam
berpikir, bersikap, dan berbuat .
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu
senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian
kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain
sebagainya.
Menurut Puri Yuanita (2010:66) “mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran
untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter, setia kepada
bangsa dan negara Indonesia dengan Amanat Pancasila dan UUD 1945”. Mata pelajaran
PKn diharapkan dapat mewujudkan proses pendidikan yang integral dan mampu
mengembangkan kepribadian warga negara yang partisipatif bertanggung jawab yang
pada gilirannya akan menjadi landasan untuk berkembanganya masyarakat Indonesia
yang demokratis dan lebih mencintai tanah airnya serta tidak mudah dipecah belah .
Pengertian pembelajaran menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkingan belajar. Berdasarkan beberapa pengertian atau definisi

3
pembelajaran di atas dapat diidentifikasi bahwa pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
1. Merupakan upaya sadar dan disengaja.
2. Pembelajaran harus membuat siswa belajar.
3. Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan.
4. Pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasil.

Djamarah dan Zain ( Ihsan, 2017: 53) menyatakan bagian-bagian karakteristik


pendidikan Pancasila dan Kewarnegaraan sebagai berikut:

1. Menekankan pada pemecahan masalah .


2. Bisa dijalankan dalam berbagai konteks.
3. Mengarahkan siswa menjadi pembelajar mandiri
4. Mengaitkan materi pelajaran dengan konteks kehidupan siswa yang berbeda
5. Mendorong siswa untuk merancang dan melakukan kegiatan ilmiah
6. Memotivasi siswa untuk menerapkan materi yang telah dipelajari .
7. Menerapkan penilaian otentik

D. PRINSIP-PRINSIP BELAJAR PKN

Gintings (2012:5) menyatakan beberapa prinsip-prinsip dalam belajar adalah


sebagai berikut:
2. Pembelajaran adalah memotivasi dan memberikan fasilitas kepada siswa agar dapat
belajar sendiri.
3. Pepatah Cina mengatakan “Saya dengar saya lupa, saya lihat saya ingat, dan saya
lakukan saya paham”. Mirip dengan itu Jonh Dewey mengembangkan apa yang
dikenal dengan “Learning by doing”.
4. Semakin banyak alat deria atau indera yang diaktifkan dalam kegiatan belajar,
semakin banyak informasi yang terserap.
5. Belajar dalam banyak hal adalah suatu pengalaman. Oleh sebab itu keterlibatan
siswa merupakan salah satu factor penting dalam keberhasilan belajar.
6. Materi akan lebih mudah dikuasai apabila siswa terlibat secara emosianal dalam
kegiatan belajar pembelajarn. Siswa akan terlibat secara emosional dalam kegiatan
belajar pembelajaran jika pelajaran adalah bermakna baginya.

4
7. Belajar dipengaruhi oleh motivasi dari dalam diri (intrinsic) dan dari luar (ekstrinsik)
siswa.
8. Semua manusia, termasuk siswa, ingin dihargai dan dipuji. Penghargaan dan pujian
merupakan motivasi intrinsik bagi siswa.
9. Makna pelajaran bagi diri siswa merupakan motivasi dalam yang kuat sedangkan
factor kejutan (factor “Aha”) merupakan motivasi luar yang efaktif dalam belajar.
10. Belajar “Is enchanted by Challenge and inhibited by Threat”.
11. Setiap otak adalah unik. Karena itu setiap siswa memiliki persamaan dan perbedaan
cara terbaik untuk memahami pelajaran.
12. Otak akan lebih mudah merekam input jika dalam keadaan santai atau rileks
daripada keadaan tegang.

Menurut pendapat Budimansyah (2002:8) prinsip-prinsip pembelajaran dalam


PKN tersebut adalah sebagai berikut:

1. Prinsip Belajar Siswa Aktif.


Model ini menganut prinsip belajar siswa aktif. Aktivitas siswa hampir di seluruh
proses pembelajaran, dari mulai fase perencanaan di kelas, kegiatan lapangan, dan
pelaporan. Dalam fase perencanaan aktivitas siswa terlihat pada saat
mengidentifikasi masalah dengan menggunakan teknik bursa ide (brainstorming).
Setiap siswa boleh menyampaikan masalah yang menarik baginya, disamping tentu
saja yang berkaitan dengan materi pelajaran. Setelah masalah terkumpul, siswa
melakukan voting untuk memilih satu masalah untuk kajian kelas.
2. Kelompok Belajar Kooperatif.
Proses pembelajaran PKn juga menerapkan prinsip belajar kooperatif, yaitu proses
pembelajaran yang berbasis kerja sama. Kerjasama yang dimaksud adalah
kerjasama antar siswa dan antar komponen-komponen lain di sekolah, termasuk
kerjasama sekolah dengan orang tua siswa dan lembaga terkait. Kerja sama antar
siswa jelas terlihat pada saat kelas sudah memilih satu masalah untuk bahan kajian
bersama.
3. Pembelajaran Partisipatorik
Selain prinsip pembelajaran di atas PKn juga menganut prisip dasar pembelajaran
partisipatorik, sebab melaui model ini siswa belajar sambil melakoni (learning by
doing). Salah satu bentuk pelakonan itu adalah siswa belajar hidup berdemokrasi.

5
Sebab dalam tiap langkah model ini memiliki makna yang ada hubungannya
dengan praktik hidup berdemokrasi.
4. Reactive Teaching
Dalam prinsip ini lebih menekankan bagaimana guru menciptakan strategi agar
murid mempunyai motivasi belajar. Oleh karena itu, guru harus situasi sehingga
materi pembelajaran menarik, tidak membosankan. Guru harus mempunyai
sensitivitas yang tinggi untuk segera mengetahui apakah kegiatan pembelajaran
sudah membosankan siswa jika hal ini terjadi, guru harus segera mencari cara
untuk menanggulanginya. Inilah tipe guru yang reaktif itu. Ciri guru yang reaktif
itu diantaranya sebagai berikut:
a. Menjadikan siswa sebagai pusat kegiatan belajar.
b. Pembelajaran dimulai dengan hal-hal yang sudah diketahui dan dipahami
siswa.
c. Selalu berupaya membangkitkan motivasi belajar siswa dengan membuat
materi pelajaran sebagai sesuatu hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan
siswa.
d. Segera mengenali materi atau metode pembelajaran yang membuat siswa
bosan. Bila hal ini ditemui, ia segera menanggulanginya.

C. MAKNA BELAJAR DAN PEMBELAJARAN PKN

Menurut Winarno Surakhmat dalam (Suwarna, dkk, 2006:106) Belajar


merupakan suatu kegiatan, dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu
perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap, dan
keterampilan. Sudah barang tentu tingkah laku tersebut adalah tingkah laku yang positif
artinya untuk mencapai kesempurnaan hidupnya.
Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan peserta didik dalam definisi
ini terkandung makna bahwa dalam pembelajaran tersebuta ada kegiatan memilih,
menetapkan dan mengembangkan metode/strategi yang optimal untuk mencapai hasil
pembelajaran yang diinginkan dalam kondisi tertentu.

6
Muhaimin, Abd.Ghofir, (1996:133) Pembelajaran adalah upaya yang dilakukan
untuk membantu seseorang atau sekelompok orang dengan maksud terciptanya proses
belajar dan sekaligus proses belajar menjadi lebih efesien dan efektif

D. MODEL PEMBELAJARAN PKN

Menurut Suprijono (2010:46) mengatakan Model pembelajaran merupakan


landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori
belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan
implikasinya pada tingkat operasional di kelas.
Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah landasan
tindakan untuk diterapkan dalam praktik pembelajaran yang diturunkan dari kurikulum
dan diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Menurut Adrianne Bank, Marlene Henerson dan Laurel Eu (1981) Model-model


pembelajaran dimaksud sebagai berikut:

1. Concept Analysis Model (Model Analisis Konsep)

Model ini digunakan untuk membelajarkan siswa mengenai bagaimana


memproses informasi yang berkaitan dengan pelajaran. Hal ini berdasarkan asumsi
bahwa siswa-siswa harus mempelajari semua konsep dasar yang terkandung dalam
suatu mata pelajaran dan mereka harus diberi kesempatan praktik yang terarah
mengenai klasifikasi dan diskriminasi. Semua ini diperlukan agar mereka mempunyai
landasan yang kokoh bagi belajar selanjutnya.

Agar guru-guru dapat menggunakan model ini dengan berhasil, mereka harus
mampu:

a. Memilih konsep-konsep yang berkaitan dengan mata pelajaran yang


bersangkutan, yang sesuai dengan tingkat perkembangan atau kemampuan siswa-
siswa mereka;

b. Menganalisis konsep-konsep tersebut untuk menentukan kadar dan jenis


kesulitannya;

c. Memantau pemahaman siswa-siswa mengenai masing-masing konsep; dan

7
d. Mengatur waktu pembelajaran yang sesuai dengan prinsip-prinsip belajar dan
teori perkembangan yang telah diterima.

Langkah-langkah pokok penggunaan model pembelajaran Concept Analysis


Model adalah sebagai berikut:

a. memilih dan menelaah konsep-konsep yang akan diajarkan;


b. mengembangkan dan menggunakan strategi-strategi yang tepat dan materi-materi
yang berhubungan; dan
c. mengembangkan dan menggunakan prosedur penilaian yang tepat.

Akhirnya perlu diketahui bahwa model ini menekankan pada isi mata pelajaran
dan pemprosesan informasi.

2. Creative Thinking Model (Model Berpikir Kreatif)

Model ini dirancang untuk meningkatkan kefasihan, fleksibilitas, dan orisinilitas


yang digunakan siswa-siswa untuk mendekati benda-benda, peristiwa-peristiwa,
konsep-konsep, dan perasaan-perasaan. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa siswa-
siswa dapat dan harus mempelajari teknik-teknik yang menstimulasi kreativitas
mereka. Suasana kelas harus kondusif bagi adanya respons-respons yang berbeda agar
respons yang berbeda-beda tersebut dihargai dan diberi imbalan (reward). Siswa-
siswa yang mempelajari teknik-teknik kreatif diharapkan akan dapat
memanfaatkannya secara efektif untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya
dalam mata pelajaran tertentu.

Agar guru-guru berhasil dalam menggunakan model ini, maka mereka harus
mampu:

a. Membangun suasana yang memungkinkan bagi diterimanya semua ide atau


pendapat, yang tidak hanya karena bermanfaat untuk saat itu saja, tetapi juga
karena keaslian ide-ide dari siswa-siswa serta potensi mereka untuk menuju ke
ide-ide dan arah baru;

b. Membantu siswa-siswa agar menyadari kekurangan-kekurangan dan


kesenjangan-kesenjangan pada penjelasan-penjelasan dan keyakinan-keyakinan
yang biasa terjadi;

c. Membantu siswa-siswa agar menjadi lebih terbuka dan lebih peka terhadap
lingkungan mereka;

8
d. Menjamin tiadanya suasana yang formal atau seperti sedang dites, yang biasanya
dapat mengganggu kreativitas dan berpikir orisinil siswa; dan

e. Memberikan stimuli (rangsang) yang akan menawarkan praktik untuk berpikir


yang jernih.

Langkah-langkah pokok dalam menggunakan model Creative Thinking Model


adalah sebagai berikut:

a. Membangun suatu suasana yang dapat membina berpikir kreatif;

b. Mengajar siswa-siswa untuk menggunakan teknik-teknik yang menuju ke arah


ide-ide dan produk-produk baru; dan

c. Mengevaluasi dan mengetes ide-ide yang telah ditawarkan.

Selanjutnya perlu dicatat bahwa model ini menitikberatkan pada pemprosesan


informasi dan keterampilan-keterampilan pertumbuhan pribadi.

3. Experiential Learning Model (Model Belajar melalui Pengalaman)

Model ini memberikan kesempatan kepada siswa-siswa untuk memperlakukan


lingkungan mereka dengan keterampilan-keterampilan berpikir yang tidak
berhubungan dengan suatu bidang studi atau mata pelajaran khusus. Model ini
didasarkan pada temuan-temuan Piaget bahwa perkembangan kognitif terjadi ketika
anak-anak berinteraksi dengan aspek-aspek lingkungan mereka yang membingungkan
atau nampak bertentangan. Oleh sebab itu, apabila model ini digunakan, waktu belajar
harus diisi dengan kegiatan-kegiatan yang dapat menumbuhkembangkan rasa ingin
tahu siswa-siswa, dan yang mampu menyedot seluruh perhatian mereka. Hal ini
misalnya berupa kegiatan bermain dengan atau melakukan suatu terhadap benda-
benda konkrit atau bahan-bahan yang memungkinkan mereka melihat apa yang terjadi
pada benda atau bahan tersebut.

Sementara itu agar guru dapat menggunakan model ini secara efektif, ia harus
mampu:

a. menyediakan benda-benda atau bahan-bahan konkrit untuk digunakan, ditelaah,


atau diteliti oleh siswa-siswa;

9
b. menyediakan serangkaian kegiatan yang cukup luas sehingga menjamin
pemenuhan minat siswa dan menumbuhkan rasa keterlibatan mereka;

c. mengatur kegiatan-kegiatan sehingga siswa-siswa yang berbeda tingkat


perkembangan kognitifnya akan belajar satu sama lain;

d. mengembangkan teknik-teknik bertanya untuk mengungkap alasan-alasan siswa


yang mendasari respons-respons mereka; dan

e. menciptakan lingkungan kelas yang dapat meningkatkan perkembangan proses-


proses kognitif.

4. Group Inquiry Model (Model Kelompok Inkuiri)

Model ini mengajar anak-anak untuk bekerja dalam kelompok untuk


mengivestigasi topik-topik yang kompleks. Model ini beranggapan bahwa
kemampuan untuk mengikuti dan menyelesaikan tugas-tugas dalam lingkungan
kelompok adalah penting baik dalam situasi dalam kelas maupun yang bukan di
ruangan kelas. Anak-anak yang dapat berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan
pemecahan masalah dalam kelompok demikian ini akan memiliki keterampilan-
keterampilan sosial yang diperlukan untuk mendekati berbagai mata pelajaran dengan
cara yang produktif.

Apabila guru-guru ingin menggunakan model ini secara efektif, maka mereka
harus mampu:

a. membantu siswa-siswa merumuskan situasi-situasi yang menarik atau


mengandung teka-teki, yang dapat diterima untuk penelitian atau yang layak
untuk diteliti;

b. mengajarkan keterampilan-keterampilan untuk melakukan penelitian dan evaluasi


tingkat dasar yang diperlukan bagi inkuiri yang berhasil;

c. membantu siswa-siswa mempelajari keterampilan-keterampilan yang diperlukan


untuk kerja kelompok yang berhasil; dan

d. memberi kesempatan kepada siswa-siswa untuk menyelenggarakan kegiatan-


kegiatan kelompok dan mengambil keputusan-keputusan kelompok mereka
sendiri.

10
Langkah-langkah yang perlu ditempuh guru dalam menggunakan Model
Kelompok Inkuiri ini sebagai berikut.
a. menyajikan situasi dan merumuskan pertanyaan-pertanyaan inkuiri
b. merencanakan investigasi (penelitian)
c. melaksanakan investigasi
d. menyajikan temuan-temuan
e. mengevaluasi investigasi

5. The Role-Playing Model (Model Bermain Peran)

Model ini memberikan kesempatan kepada siswa-siswa untuk praktik


menempatkan diri mereka di dalam peran-peran dan situasi-situasi yang akan
meningkatkan kesadaran mereka terhadap nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan mereka
sendiri dan orang lain. Bermain peran dapat membantu mereka untuk memahami,
mengapa mereka dan orang lain berpikir dan bertindak sebagaimana yang mereka
lakukan. Dalam proses “mencobakan” peran orang-orang yang berbeda dari mereka
sendiri, siswa-siswa dapat mempelajari baik perbedaan maupun persamaan tingkah
laku manusia dan dapat menerapkan hasil belajar ini dalam situasi-situasi kehidupan
yang nyata.

Agar guru-guru dapat menggunakan model ini secara efektif, mereka harus
mampu:

a. Menyajikan atau membantu siswa-siswa memilih situasi-situasi bermain peran


yang tepat;

b. Membangun suasana yang mendukung, yang mendorong siswa-siswa untuk


bertindak “seolah-olah” tanpa perasaan malu;

c. Mengelola situasi-situasi bermain peranan dengan cara yang sebaik-baiknya untuk


mendorong timbulnya spontanitas dan belajar; dan

d. Mengajarkan keterampilan-keterampilan mengobservasi dan mendengarkan


sehingga siswa-siswa dapat mengobservasi dan mendengarkan satu sama lain
secara efektif dan kemudian menafsirkan dengan tepat apa yang mereka lihat dan
dengarkan.

Adapun langkah-langkah pokok dalam penggunaan model The Role-Playing


Model sebagai berikut.
11
a. Memilih situasi bermain peran
b. Mempersiapkan kegiatan bermain peran
c. Memilih peserta/pemain peran
d. Mempersiapkan penonton
e. Memainkan peran (melaksanakan kegiatan bermain peran)
f. Mendiskusikan dan mengevaluasi kegiatan bermain peran

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang


sangat penting bagi setiap individu untuk lebih mencintai bangsa Indonesia, melalui mata
pelajaran ini para siswa, mahasiswa, maupun warga negara dididik untuk lebih mencintai
bangsa dan negara Indonesia ini. PKn meliputi pokok bahasan pengantar PKn, Hak dan
Kewajiban warga negara, pendidikan pendahuluan bela negara, demokrasi Indonesia, hak
asasi manusi, wawasan nusantara, ketahanan nasional, politik dan stategi nasional. Jadi,
Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan berdasarkan nilai-nilai
pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai luhur dan
moral yang berakar dari budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat menjadi jati diri
yang diwujudkan dalam bentuk perilaku yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari
para mahasiswa baik sebagai individu, sebagai calon guru/pendidik, anggota masyarakat
dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

B. SARAN

Semoga dengan makalah yang kami buat ini dapat bermafaat bagi kita semua,
serta dapat memberikan informasi tentang pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan
sejak dini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdorrakhman, Ginting. 2012. Esensi Praktis Belajar & Pembelajaran (Disiapkan untuk
Pendidikan Profesi dan Sertifikasi Guru-Dosen). Bandung: Humaniora.

Agus suprijono. 2010. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Media.

Budimansyah, D. 2002. Modal Pembelajaran dan Penilaian. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Bestari Prayoga. 2008. Manajemen Kampanye. Jakarta : Khatulistiwa.

Djamarah,s. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Anak Didik. Jakarta : Rineka Cipta.

Dharma, Surya. 2013. Manajemen Kinerja : Falsafah Teori dan Penerapannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Gulo, W. 2002. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Grasindo.

Muhaimin, Abd.Ghofir. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: CV.Citra Media Karya
Anak Bangsa.

Prayoga Bestari dan Ati Sumiati. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SD Kelas IV,
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan HARMONY VOL. 2 NO. 1 24 Nasional. Jakarta:
PT. Pustaka Tiga Kalana.

Setiati Widihastuti dan Fajar Rahayuningsih. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SD


Kelas V, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta : PT. Pustaka Insan
Madani.

Suwarna, dkk. 2006. Pengajaran Mikro Pendekatan Praktis dalam Menyiapkan Pendidik
Profesional. Yogyakarta: Tiara Wacana.

13
14

Anda mungkin juga menyukai