Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU

Model-Model Pembelajaran Tematik Terpadu,

Kriteria dan Prosedur Pemilihan Tema

Dosen Pengampu :

Dr. Yeni Erita M.pd

Oleh Kelompok 7:

Ayu Wahyuni (20129250)

Berliana Syavira (20129255)

Pelia Septina (20129186)

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Padang

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung
Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya di akhirat kelak.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah Pembelajaran Tematik
Terpadu.Pada kesempatan ini, penulis tidak lupa menyampaikan rasa terima kasih kepada Ibu
Dr. Yeni Erita M.pd selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan arahan dalam
proses perkuliahan.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran demi kemajuan penulis dimasa depan, supaya makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi dan bermanfaat bagi semua pihak.Demikian dari
penulis dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Padang ,07 September 2021

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... I


DAFTAR ISI.................................................................................................................................... II
BAB I ............................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 1
C. Tujuan .................................................................................................................................. 1
BAB II .............................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 2
A. Model-Model Pembelajaran Tematik Terpadu yang dikembangkan di sekolah dasar..... 2
B. Kriteria dan Prosedur Pemilihan Tema .............................................................................. 7
C. Memadukan tema/topic dalam mata pelajaran di SD ........................................................ 9
BAB III .......................................................................................................................................... 18
PENUTUP...................................................................................................................................... 18
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 18
B. Saran .................................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 19

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Model pembelajaran sangat penting pada pemberlangsungan proses ajar mengajar.
Model pembelajaran merupakan salah satu komponen penting yang menunjang
keberhasilan proses pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat, akan
berdampak pada keberhasilan belajar siswa serta tercapainya tujuan pembelajaran. Model
pembelajaran merupakan suatu desain pembelajaran yang dirancang untuk memperlancar
proses pembelajaran.
Model pembelajaran diterapkan dalam proses belajar mengajar oleh guru di sekolah,
tidak terkecuali pada pembelajaran yang dilakukan di sekolah dasar. Model pembelajaran
diterapkan dalam proses belajar mengajar oleh guru di sekolah, tidak terkecuali pada
pembelajaran yang dilakukan di sekolah dasar. Guru harus memahami betul pelaksanaan
model pembelajaran yang akan diguanakan dalam proses pembelajaran. Karena dengan
menguasai model pembelajaran, guru akan merasakan adanya kemudahan dalam
pentransferan ilmu berupa sikap, pengetahauan, dan keterampilan sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan tepat. Banyak model pembelajaran yang
menekankan pada keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran, diantaranya adalah
Discovery learning merupakan cara untuk menemukan sesuatu yang bermakna dalam
bembelajaran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja model-model pembelajaran tematik terpadu yang dikembangkan di sekolah
dasar?
2. Bagaimana cara menentukan kriteria dan prosedur pemilihan tema?
3. Bagaimana cara memadukan tema/topik dalam mata pelajaran di SD?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui model-model pembelajaran tematik terpadu yang dikembangkan
di sekolah dasar.
2. Untuk mengetahui cara menentukan kriteria dan prosedur pemilihan tema.
3. Untuk mengetahui cara memadukan tema/topik dalam mata pelajaran di SD.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Model-Model Pembelajaran Tematik Terpadu yang dikembangkan di sekolah dasar


1. Pengertian Model Pembelajaran Tematik
Model pembelajaran adalah acuan pembelajaran yang dilaksanakan
berdasarkan pola-pola pembelajaran secara sistematis. Model pembejaran tersusun
atas beberapa komponen, yaitu fokus, sintaks, sistem sosial, dan sistem pendukung.
Model pembelajaran memilki sejumlah karakteristik sebagai berikut:
a. berdasarkan teori pendidkan dan teori belajar dari para ahlitertentu
b. memilki misi atau tujuan pendidkan tertentu
c. dapat dijadikan pedoaman untuk perbaikan proses belajar mengajar di kelas
d. memilki bagain-bagian model yang dinamakan urutan langakah-langkah
pembelajaran (syntax), adanya prinsip-prinsip reaksi, sistem sosial dan
sistempendukung
e. memilki dampak sebagai akibat penenrapan penerapanpembelajaran
f. membuat persiapan mengajar (desain instruksional)dengan pedoman model
pembelajaran yang dipilihnya.
Model pembelajaran juga merupakan cara yang dilakukan guru dalam
melaksanakan suatu pembelajaran agar konsep yang disajikan dapat dipahami oleh
peserta didik. Cara yang ditempuh guru dan peserta didik dalam pencapaian tujuan
pembelajaran tematik SD/MI dilihat dari sudut proses pembelajaran.Guru harus
memahami betul pelaksanaan model pembelajaran yang akandiguanakan dalam proses
pembelajaran. Karena dengan menguasai modelpembelajaran, guru akan merasakan
adanya kemudahan dalam pentransferanilmu berupa sikap, pengetahauan, dan
keterampilan sehingga tujuanpembelajaran dapat tercapai dengan baik dan tepat.2
Begitu juga dengan siswa,siswa juga akan lebih mudah memahami materi-materi yang
diberikan olehpendidik ataupun guru.
2. Ragam model pembelajaran
Ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan unit tematisnya,
menurut seorang ahli yang bernama Robin Fogarty (1991) terdapat sepuluh cara atau
model dalam merencanakan pembelajaran terpadu. Kesepuluh cara atau model tersebut
adalah: (1) fragmented, (2) connected, (3) nested, (4) sequenced, (5) shared, (6)

2
webbed, (7) threaded, (8) integrated, (9) immersed, dan (10) networked. Secara singkat
kesepuluh cara atau model tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Model Penggalan (Fragmented)
Model fragmented ditandai oleh ciri pemaduan yang hanya terbatas pada satu
mata pelajaran saja. Misalnya, dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, materi
pembelajaran tentang menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dapat
dipadukan dalam materi pembelajaran keterampilan berbahasa. Dalam proses
pembelajarannya, butir-butir materi tersebut dilaksanakan secara terpisah-pisah
pada jam yang berbeda-beda. Untuk membantu Anda memahami model ini, coba
perhatikan gambar atau ilustrasi di atas.
b. Model Keterhubungan (Connected)
Model connected dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir pembelajaran dapat
dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu. Butir-butir pembelajaran kosakata,
struktur, membaca dan mengarang misalnya, dapat dipayungkan pada mata
pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Penguasaan butir-butir pembelajaran
tersebut merupakan keutuhan dalam membentuk kemampuan berbahasa dan
bersastra. Hanya saja pembentukan pemahaman, keterampilan dan pengalaman
secara utuh tersebut tidak berlangsung secara otomatis. Karena itu, guru harus
menata butir-butir pembelajaran dan proses pembelajarannya secara terpadu. Untuk
membantu Anda memahami model ini, coba perhatikan gambar atau ilustrasi di
atas.
c. Model Sarang (Nested)
Model nested merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep
keterampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Misalnya, pada satuan jam
tertentu seorang guru memfokuskan kegiatan pembelajaran pada pemahaman tata
bentuk kata, makna kata, dan ungkapan dengan saran pembuahan keterampilan
dalam mengembangkan daya imajinasi, daya berpikir logis, menentukan ciri bentuk
dan makna kata-kata dalam puisi, membuat ungkapan dan menulis puisi.
Pembelajaran berbagai bentuk penguasaan konsep dan keterampilan tersebut
keseluruhannya tidak harus dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Keterampilan
dalam mengembangkan daya imajinasi dan berpikir logis dalam hal ini disikapi
sebagai bentuk keterampilan yang tergarap saat siswa memakai kata-kata, membuat
ungkapan dan mengarang puisi. Penanda terkuasainya keterampilan tersebut dalam
hal ini ditunjukkan oleh kemampuan mereka dalam membuat ungkapan dan

3
mengarang puisi. Untuk membantu Anda memahami model ini, coba perhatikan
gambar atau ilustrasi di atas.
d. Model Urutan/Rangkaian (Sequenced)
Model sequenced merupakan model pemaduan topik-topik antarmata pelajaran
yang berbeda secara paralel. Isi cerita dalam roman sejarah misalnya, topik
pembahasannya secara paralel atau dalam jam yang sama dapat dipadukan dengan
ikhwal sejarah perjuangan bangsa, karakteristik kehidupan sosial masyarakat pada
periode tertentu maupun topik yang menyangkut perubahan makna kata. Topik-
topik tersebut dapat dipadukan pembelajarannya pada alokasi jam yang sama.
Untuk membantu Anda memahami model ini, coba perhatikan gambar atau ilustrasi
di atas.
e. Model Bagian (Shared)
Model shared merupakan bentuk pemaduan pembelajaran akibat adanya
“overlapping” konsep atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih. Butir-butir
pembelajaran tentang kewarganegaraan dalam PPKN misalnya, dapat bertumpang
tindih dengan butir pembelajaran dalam Tata Negara, PSPB, dan sebagainya.
f. Model Jaring Laba-laba (Webbed)
Selanjutnya, model yang paling populer adalah model webbed. Model ini
bertolak dari pendekatan tematis sebagai pemadu bahan dan kegiatan pembelajaran.
Dalam hubungan ini tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran baik dalam mata
pelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran. Untuk membantu Anda memahami
model ini, coba perhatikan gambar atau ilustrasi di atas.
g. Model Galur (Threaded)
Model threaded merupakan model pemaduan bentuk keterampilan misalnya,
melakukan prediksi dan estimasi dalam matematika, ramalan terhadap kejadian-
kejadian, antisipasi terhadap cerita dalam novel, dan sebagainya. Bentuk threaded
ini berfokus pada apa yang diesbut meta-curriculum. Untuk membantu Anda
memahami model ini, coba perhatikan gambar atau ilustrasi di atas.
h. Model Keterpaduan (Integrated)
Model integrated merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran yang
berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Topik evidensi yang
semula terdapat dalam mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Pengetahuan
Alam, dan Pengetahuan Sosial, agar tidak membuat muatan kurikulum berlebihan
cukup diletakkan dalam mata pelajaran tertentu, misalnya Pengetahuan Alam.

4
Contoh lain, dalam teks membaca yang merupakan bagian mata pelajaran Bahasa
Indonesia, dapat dimasukkan butir pembelajaran yang dapat dihubungkan dengan
Matematika, Pengetahuan Alam, dan sebagainya. Dalam hal ini diperlukan
penataan area isi bacaan yang lengkap sehingga dapat dimanfaatkan untuk
menyampaikan berbagai butir pembelajaran dari berbagai mata pelajaran yang
berbeda tersebut. Ditinjau dari penerapannya, model ini sangat baik dikembangkan
di SD. Untuk membantu Anda memahami model ini, coba perhatikan gambar atau
ilustrasi di atas.
i. Model Celupan (Immersed)
Model immersed dirancang untuk membantu siswa dalam menyaring dan
memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan medan
pemakaiannya. Dalam hal ini tukar pengalaman dan pemanfaatan pengalaman
sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Untuk membantu Anda memahami
model ini, coba perhatikan gambar atau ilustrasi di atas.
j. Model Jaringan (Networked)
Terakhir, model networked merupakan model pemaduan pembelajaran yang
mengandaikan kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah,
maupun tuntutan bentuk keterampilan baru setelah siswa mengadakan studi
lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbedabeda. Belajar
disikapi sebagai proses yang berlangsung secara terus-menerus karena adanya
hubungan timbal balik antara pemahaman dan kenyataan yang dihadapi siswa.
Untuk membantu Anda memahami model ini, coba perhatikan gambar atau ilustrasi
di atas.
Namum di Indonesia hanya menggunakan tiga model yang diadaptasi oleh
pengembang kurikulum PGSD antara lain adalah:
1. Model keterkaitan/keterhubungan (Connected)
model ini merupakan model pembelajaran yang terintegrasi inter bidang studi yang
secara nyata mengorganisasikan atau mengintegrasikan suatu konsep, ketrampilan,
atau kemampuan yang ditumbuhkembangkan dalam suatu pokok bahasan atau sub
pokok bahasan yang dikaitkan dengan konsep, ketrampilan, atau kemampuan pada
pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang lain dalam satu mata pelajaran. Dengan
kata lain bahwa model ini masih berpusat pada mata pelajaran masing-masing, namun
materi suatu pelajaran dikaitkan dengan suatu topik ke topik lain.
2. Model/Bentuk jaring laba-laba (Webbed)

5
model ini merupakan model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan
tematik yang dimulai dengan menentukan tema tertentu. Tema dapat ditetapkan
melalui diskusi sesama guru atau negosiasi dengan siswa dan antar guru, selanjutnya
sub-sub tema dikembangkan dengan keterhubungan dengan bidangbidang studi dan
selanjutnya dikembangkan dengan aktivitas belajar siswa.
3. Model terpadu (Integrated)
model ini merupakan model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan
antarbidang studi, dengan cara menetapkan prioritas kurikuler yang saling tumpang
tindih dalam berbagai disiplin ilmu, kemudian dicari ketrampilan, konsep dan sikap-
sikap yang sama. Berikut model pembelajaran terpadu yang diadaptasi oleh
pengembang kurikulum PGSD dalam bentuk tabel.
Tabel 2.1 Ragam Model Pembelajaran Terpadu Yang Dapat Dikembangkan Di
Indonesia
Nama model Deskripsi Kelebihan Kelemahan
Terhubung/ Topik-topik dalam Konsep-konsep utama Interbidang studi
keterkaitan satu bidang studi saling terhubung, masih tampak
(connected) berhubungan satu mengarah pada sendiri-sendiri,
sama lain pengulangan, konsep-konsep
mengintegrasikan dan masih tehubung pada
mengkonseptualisasi, interbidang studi
serta mengasimilasi saja.
ide-ide dalam
interbidang studi.
Berbentuk jaring Pengajaran tematis, Dapat memotivasi dan Tema sulit diseleksi,
labalaba (webbed) dengan membantu siswa tema cenderung
menggunakan untuk melihat dangkal, dan guru
tema sebagai dasar keterhubungan antara lebih mengutamakan
pembelajaran ide-ide dalam kegiatan dari pada
dalam berbagai berbagai disiplin mata konsep
disiplin mata pelajaran
pelajaran
Berbentuk sarang/ Fokus pada Memberi perhatian Siswa menjadi
kumpulan (nested) ketrampilan baik pada mata pelajaran bingung dan

6
ketrampilan yang berbeda dalam kehilangan arah
berfikir, waktu yang mengenai
ketrampilan sosial bersamaan, konsepkonsep utama
maupun memperkaya dan dari suatu kegiatan
ketrampilan memperluas pembelajaran
mengorganisir pembelajaran
dalam suatu
disiplin ilmu

B. Kriteria dan Prosedur Pemilihan Tema


1. Cara menentukan tema dalam pembelajaran tematik
Menurut Tim Pusat Kurikulum (PUSKUR) dari Departemen Pendidikan Nasional
(2006: 20-23) menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara:
1) Cara pertama, guru mempelajari standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD)
yang terdapat dalam tiap-tiap mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema
yang sesuai.
2) Cara kedua, guru menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk
menentukan tema tersebut, guru dapat bekerja sama dengan peserta didik sehingga
sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka.
Tema untuk pembelajaran tematik dapat berasal dari beberapa sumber, diantaranya
adalah:
 Isu-isu
 Masalah-maslah
 Event-event kjusus
 Minat siswa
 Literatur
2. Kriteria pemilihan tema dalam pembelajaran tematik
Tema-tema dalam pembelajaran tematik, sebagaimana dijelaskan Subroto dan
Herawati (1978: 160) juga dapat dikembangkan berdasarkan kriteria berikut:
1) Minat peserta didik yang pada umumnya dapat menarik untuk dijadikan kriteria
penentuan tema, seperti hari libur. Kegiatan hari libur sangat menyenangkan bagi
peserta didik. Banyak yang dapat dilakukan oleh peserta didik, seperti bermain bola,
ke sawah, dan sebagainya.

7
2) Minat guru yang berhubungan dengan sekolah, peserta didik atau proses pembelajaran
yang disesuaikan dengan pemahaman peserta didik. Misalnya, guru dapat memilih
tema koperasi sekolah. Guru dapat mengembangkan pertanyaan-pertanyaan seperti
apa yang dijual di koperasi sekolah dan apa keuntungan koperasi sekolah.
3) Kebutuhan peserta didik, seperti perkelahian antara peserta didik yang perlu
pemecahan dan jalan keluar. peserta didik dapat dilibatkan dalam mengambil
pemecahan perkelahian antara peserta didik. Oleh karena itu, perkelahian dapat
dijadikan sebagai tema.
Selain kriteria tersebut, menurut Subroto dan Herawati (1978) terdapat beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi dalam penentuan tema, yaitu :
1) Penentuan tema merupakan hasil ramuan dari berbagai disiplin ilmu.
2) Tema diangkat sebagai sarana untuk mencapai sasaran materi pelajaran dan prosedur
penyampaian.
3) Tema sesuai dengan karakteristik belajar siswa-siswi sehingga perkembangan anak
dapat dimanfaatkan secara maksimal.
4) Tema harus bersifat cukup problematik sehingga kemungkinan luas untuk
melaksanakan kegiatan belajar yang lebih efektif dibanding dengan proses belajar
mengajar yang konvensional.
3. Prosedur Penentuan Tema
Penentuan tema dapat ditempuh dengan prosedur yang dikemukakan oleh Subroto dan
Herawati (1978) sebagai berikut :
1) Menumbuhkan minat siswa-siswi pada suatu tema.
2) Mempertimbangkan sumber-sumber yang diperlukan. Bila perlu guru mempersiapkan
rencana antisipasi, misalnya karya wisata.
3) Mengidentifikasi apa yang telah diketahui oleh siswa-siswi dan apa saja yang ingin
diketahui.
4) Menentukan fokus tema tertentu, pemahaman, nilai-nilai, pengetahuan, atau sikap.
5) Menentukan cara-cara untuk melakukan eksplorasi pertanyaan-pertanyaan, dan
mempertimbangkan ketrampilan-ketrampilan yang harus dimiliki siswa-siswi.
6) Mengumpulkan sumber-sumber belajar.
7) Mengacu pada pertanyaan-pertanyaan fokus.
8) Penilaian yang dilakukan berulang-ulang dan mengkaji hasilnya pada kegiatan akhir.
Ada tiga model penentuan tema, yaitu :
1) Tema ditentukan oleh guru dan dikembangkan dalam sub-sub tema.

8
2) Tema ditentukan bersama-sama antara guru dan siswa-siswi.
3) Tema ditentukan oleh siswa-siswi.
4. Prinsip-prinsip penentuan dan pemilihan tema
Menurut Tim Pusat Kurikulum dari Departemen Pendidikan Nasional dalam
menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip, yaitu:
1) Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa-siswi. Tema yang dipilih
sebaiknya tema-tema yang ada dalam kehidupan sehari-hari dan dialami anak
(Sukandi dkk., 2003). Mengangkat realita sehari-hari dapat menarik minat siswa-siswi
dan meningkatkan keterlibatan siswa-siswi dalam pembelajaran.
2) Dari yang termudah menuju yang sulit. Dari yang sederhana menuju yang kompleks.
Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai
dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks.
3) Dari yang konkrit menuju ke yang abstrak. Anak tidak belajar hal yang abstrak, tetapi
belajar dari fenomena kehidupan dan secara bertahap belajar memecahkan problem
kehidupan. Menurut Sukandi (2003), dunia anak adalah dunia nyata. Tingkat
perkembangan mental anak selalu dimulai dengan tahap berpikir nyata.
4) Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa-
siswi dan membangun pemahaman konsep karena adanya sinergi pemahaman antar
konsep yang dikemas dalam tema.
5) Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa-siswi,
termasuk minat dan kebutuhan. Dalam pembelajaran tematik, berbagai mata pelajaran
dihubungkan dengan tema yang cocok dengan kehidupan sehari-hari anak, bahkan
diupayakan yang merupakan kesenangan anak pada umumnya sehingga siswa-siswi
tertarik untuk mengikuti pelajaran.
6) Tema yang dipilih dapat mengembangkan tiga ranah sasaran pendidikan secara
bersamaan, yaitu kognitif (seperti gagasan konseptual tentang lingkungan dan alam
sekitar) ketrampilan (seperti memanfaatkan informasi, menggunakan alat, dan
mengamati gejala alam), dan sikap (jujur, teliti, tekun, menghargai perbedaan dan
sebagainya).

C. Memadukan tema/topic dalam mata pelajaran di SD


Pembelajaran tematik terdapat dua istilah secara teoritis yang memiliki hubungan
saling terkait dan ketergantuangan, yaitu integrated curriculum (kurikulum terpadu) dan
integrated learning (pembelajaraan terpadu). Kurikulum terpadu adalah kurikulum yang

9
menggabungkan sejumlah disiplin ilmu melalui pemaduan isi, ketrampilan dan sikap.
(Wolfinger, 1994:133).
Rasional pemaduan itu antara lain disebabkan oleh beberapa hal berikut :
1) Kebanyakan masalah dan pengalaman (termasuk pengalaman belajar) bersifat
interdisipliner, sehingga untuk memahami, mempelajari dan memecahkan diperlukan
multi-skill
2) Adanya tuntutan interaksi kolaboratif yang tinggi dalam memecahkan masalah.
3) Memudahkan anak membuat hubungan antarskemata dan transfer pemahaman
antarkonteks.
4) Demi efisiensi
5) Adanya tuntutan keterlibatan anak yang tinggi dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat diartikan sebagai pendekatan
pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman
yang bermakna kepada siswa. Fokus perhatian pembelajaran terpadu terletak pada proses
yang ditempuh siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-
bentuk ketrampilan yang harus dikembangkan (Aminuddin, 1994).
Manfaat dari pembelajaran terpadu yaitu banyak topik-topik yang tertuang disetiap
mata pelajaran mempunyai keterkaitan konsep yang dipelajari oleh siswa. Sebagai guru,
harus pandai dalam memilih topik yang sesuai dalam membimbing pembelajaran.
Berikut Model memadukan materi/topic yang sesuai untuk pembelajaran SD adalah
model yang disesuaikan oleh kondisi, semua model akan berjalan dengan baik dan mulus
asalkan cocok dengan kondisi saat itu. Semua model itu adalah baik untuk pembelajaran.
A. Model Keterhubungan (Connected)
The Connected Model (Model Terhubung) yaitu dalam setiap mata pelajaran berisi
konten yang berkaitan antara topik dengan topik dan konsep dengan konsep dalam satu
mata pelajaran. Model ini penekanannya terletak pada perlu adanya integrasi inter bidang
studi itu sendiri. Isi mata pelajaran yang dikaitkan, misalnya topik dengan topik, konsep
dengan konsep, dan ide-ide yang berhubungan. Kaitan dapat diadakan secara spontan atau
direncanakan terlebih dahulu sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan efektif.
Dalam model connected ini secara sengaja menghubungkan kurikulum di dalam mata
pelajaran melebihi dari apa yang diasumsi siswa-siswa yang akan memahami hubungan
secara otomatis.
Penerapan model keterhubungan dalam pembelajaran misalnya, bidang studi IPA
kelas IV SD dengan tema Air dan Pengangkutannya. Dengan konsep antara lain: (1) air

10
merambat melalui celah-celah kecil (gejala fisika); (2) air yang diserap akan diangkut
melalui pembuluh kayu ke daun-daun (gejala biologis); dan (3) air dari suatu wadah
dialirkan melalui suhu kompor dapat mengairi beberapa pot bunga (teknologi).
 Keuntungan yang diperoleh dalam model connected antara lain sebagai berikut:
1) Adanya hubungan antar ide-ide dalam satu mata pelajaran, anak akan memperoleh
gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan dan siswa diberi
kesempatan untuk melakukan pendalaman, tinjauan, memperbaiki, dan mengasimilasi
gagasan secara bertahap dan memudahkan proses transfer ide-ide tersebut dalam
memecahkan masalah.
2) Konsep-konsep kunci dikembangkan siswa terus-menerus sehingga terjadi
internalisasi.
 Adapun kekurangan dalam model ini antara lain sebagi berikut:
1) Model ini belum memberikan gambaran yang menyeluruh karena belum
menggabungkan bidang-bidang pengembangan/mata pelajaran lain.
2) Guru tidak didorong untuk kerja secara bersama-sama di dalam model ini sehingga
pelajaran tetap terfokus tanpa merentangkan konsep-konsep dan ide-ide antar bidang
studi.
B. Model Jaring Laba-Laba (Webbed)
The Webbed Model (Model Jaring Laba-laba) merupakan salah satu model
pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Menurut Padmono dalam
bukunya Pembelajaran Terpadu menyatakan Webbed menyajikan pendekatan tematik
untuk mengintegrasikan mata pelajaran. Satu tema yang subur dijaring laba-labakan
untuk isi kurikulum dan mata pelajaran. Mata pelajaran menggunakan tema untuk
menyelidiki keseuaian konsep, topik, dan ide-ide. Karakteristik pendekatan tema ini
untuk mengembangkan kurikulum dimulai dengan satu tema misalnya “transportasi”,
“penyelidikan”, dan lain-lain.
Skema model pembelajaran Jaring Laba-laba sebagai berikut:TEMA
Contoh dari penggunaan pembelajaran model ini adalah: siswa dan guru menentukan
tema misalnya air, maka guru-guru mata pelajaran dapat mengajarkan tema air itu ke
dalam sub-sub tema misalnya siklus air, kincir angin, air waduk, air sungai, bisnis air dari
PDAM yang tergabung dalam mata pelajaran Matematika, IPS, IPA, dan Bahasa.

11
 Keuntungan pendekatan jaring laba-laba antara lain:
1) Untuk mengintegrasikan kurikulum adalah faktor motivasi sebagai hasil bentuk
seleksi tema yang menarik perhatian paling besar, faktor motivasi siswa juga dapat
berkembang karena adanya pemilihan tema yang didasarkan pada minat siswa.
2) Model jaring laba-laba relatif mudah dilakukan bagi guru-guru yang belum
berpengalaman
3) Model ini mempermudah perencanaan kerja tim sebagai tim antar bidang studi yang
bekerja untuk mengembangkan suatu tema ke dalam semua bidang isi pelajaran.
4) Pendekatan tematik memberikan suatu payung yang jelas yang dapat memotivasi
siswa
5) Memudahkan sisiwa untuk melihat kegiatan-kegiatan dan ide-ide berbeda yang
terkait.
 Kelemahan model ini antara lain:
1) Banyak guru sulit memilih tema.
2) Mereka cenderung menyediakan tema yang dangkal sehingga kurang bermanfaat bagi
siswa.
3) Guru seringkali terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep menjadi kurang
berkembang.
C. The Integrated Model (Model Integrasi)
The Integrated Model (Model Integrasi) yaitu pembelajaran yang menggabungkan
bidang studi dengan cara menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling
berhubungan di dalam beberapa bidang studi. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan antar bidang studi. Padmono dalam bukunya Pembelajaran Terpadu
mengatakan bahwa model integrated kurikulum menyajikan satu pendekatan
penyebrangan mata pelajaran mirip dengan model “Shared”. Model integrated
memadukan mata pelajaran dengan latar prioritas kurikulum pada tiap penemuan
keterampilan-keterampilan, konsep-konsep, dan sikap-sikap yang tumpang tindih mata
pelajaran tersebut.
Skema model pembelajaran Jaring Laba-laba sebagai berikut
Contoh dari model keterpaduan/ integrasi yaitu: guru menentukan konsep-konsep,
keterampilan dan sikap yang akan diajarkan dalam satu semester dari beberapa bidang
studi Bahasa Indonesia, PKn, IPA, dan IPS.

12
 Konsep dari Bahasa Indonesia:
1) Mendiskusikan rencana kegiatan
2) Membahas maslah yang dihadapi
 Konsep dari PKn
1) Tenggang rasa,
2) Percaya diri,
3) Ketertiban, dan
4) Kerajinan
 Konsep dari IPA
1) Siswa memahami pengertian, sifat-sifat gaya, serta mampu menerapkan dalam
rancang dan membuat karya berupa benda yang dapat digunakan untuk
memudahkan pekerjaan sehari-sehari.
 Konsep dari IPS
1) Siswa mengenal jenis sumber daya manusia dan ciri khas kebudayaan Indonesia
Keuntungan dari model ini yaitu:
1) Siswa saling mengaitkan, saling menghubungkan diantara macam-macam bagian dari
mata pelajaran.
2) Selain itu model ini juga mendorong motivasi murid.
3) Memungkinkan pemahaman antar bidang studi serta memberikan penghargaan
terhadap pengetahuan dan keahlian.
Kelemahannya yaitu:
1) Model ini sulit dilaksanakan secara penuh;
2) Membutuhkan keterampilan tinggi, percaya diri dalam prioritas konsep, keterampilan
dan sikap yang menembus secara urut dari mata pelajaran,
3) Membutuhkan model tim ahli pada bidang dan merencanakan dan mengajar bersama.
D. The Nested Model (Model Tersarang)
Model Sarang (Nested) adalah model pembelajaran terpadu yang target utamanya
adalah materi pelajaran yang dikaitkan dengan keterampilan berfikir dan keterampilan
mengorganisasi. Artinya memadukan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik serta
memadukan keterampilan proses, sikap dan komunikasi. Model ini masih memfokuskan
keterpaduan beberapa aspek pada kemudian dilengkapi dengan aspek keterampilan lain.
model ini dapat digunakan bila guru mempunyai tujuan selain menanamkan konsep suatu
materi tetapi juga aspek keterampilan lainnya menjadi suatu kesatuan. Dengan

13
menggabungkan atau merangkaikan kemampuan-kemampuan tertentu pada ketiga
cakupan tersebut akan lebih mudah mengintegrasikan konsep-konsep dan sikap melalui
aktivitas yang telah terstruktur. Berikut merupakan skema model pembelajaran nested:
Skema model pembelajaran nested
Contoh : pada mata pelajaran Bahasa Indonesia terdapat aspek membaca, menulis,
berbicara, menyimak. Keempat aspek tersebut menjadi satu keterpaduan yang
menghasilkan ketrampilan berbahasa.
 Keunggulan model sarang antara lain :
kemampuan siswa lebih diperkaya lagi karena selain memperdalam materi juga aspek
keterampilan seperti berfikir dan mengorganisasi. Setiap mata pelajaran mempunyai
dimensi ganda yang berguna kelak untuk kehidupan siswa mendatang.
 Kelemahan model ini adalah
Dalam hal perencanaan, jika dilakukan secara tergesa-gesa dan kurang cermat maka
penggabungan beberapa materi dan aspek keterampilan dapat mengacaukan pola pikir
siswa. Pada mulanya tujuan utama pengajaran adalah penekanan pada materi, tetapi
akhirnya bergeser prioritasnya pada keterampilan.
E. The Fragmented Model ( Model Fragmen)
Model Penggalan (Fragmented) adalah model pembelajaran konvensional (umumnya)
yang terpisah secara mata pelajaran. Hal ini dipelajari siswa tanpa menghubungkan
kebermaknaan dan keterkaitan antara satu pelajaran dengan pelajaran lainnya. Setiap
mata pelajaran diajarkan oleh guru yang berbeda dan mungkin pula ruang yang berbeda.
Setiap mata pelajaran memiliki ranahnya tersendiri dan tidak ada usaha untuk
mempersatukannya. Setiap mata pelajaran berlangsung terpisah dengan pengorganisasian
dan cara mengajar yang berbeda dari setiap guru. Berikut ini merupakan skema model
pembelajaran fragmented:
Skema model pembelajaran fragmented
Contoh: dalam satu pelajaran, terdapat materi perambatan cahaya (content), prediksi
(thinking skill), dan peta konsep (organizing skill). Yang merupakan pemaduan berbagai
bentuk penguasaan konsep ketrampilan berpikir, dan ketramplan mengorganisir.
Kelemahan model ini : siswa tidak dapat mengintegrasikan konsep-konsep yang sama,
keterampilan serta sikap yang ada kaitannya satu dengan yang lainnya.

14
Keunggulan model ini antara lain : guru dapat menyiapkan bahan ajar sesuai dengan
bidang keahliannya dan dengan mudah menentukan ruang lingkup bahasan yang
diprioritaskan dalam setiap pengajaran.
F. The Sequenced Model ( Model Terurut)
Model Pengurutan (Sequenced) adalah model pembelajaran yang topic atau unit yang
disusun kembali dan diurutkan sehingga bertepatan pembahasannya satu dengan yang
lainnya. Misalnya dua mata pelajaran yang berhubungan diurutkan sehingga materi
pelajaran dari keduanya dapat diajarkan secara paralel. Dengan mengurutkan urutan
topic-topik yang diajarkan, tiap kegiatan akan dapat saling mengutamakan karena tiap
subjek saling mendukung. Berikut merupakan skema model pembelajaran sequenced:
Skema model pembelajaran sequenced
Contoh: pada mata pelajaran IPA dan matematika tentang pengukuran. Pelajaran IPA=
suhu(Kelvin, derajat, Fahrenheit, Reamur. Pelajaran matematika= cara pengolahan data.
Dengan cara penambahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian.
 Keunggulan model ini adalah dalam penyusunan urutan topic, guru memiliki
keleluasaan untuk menentukan sendiri berdasarkan prioritas dan tidak dibatasi oleh
apa yang sudah tercantum dalam kurikulum. Sedangkan dari sudut pandang siswa,
pengurutan topic yang berhubungan dari disiplin yang berbeda akan membantu
mereka untuk memahami isi dari mata pelajaran tersebut.
 Kelemahan model pengurutan antara lain perlu adanya kerjasama antara guru-guru
bidang studi agar dapat mengurutkan materi, sehingga ada kesesuaian antara konsep
yang satu dengan konsep yang lainnya.
G. The Shared Model ( Model Terbagi)
Model Irisan (Shared) adalah model pembelajaran terpadu yang merupakan gabungan
atau keterpaduan antara dua mata pelajaran yang saling melengkapi dan di dalam
perencanaan atau pengajarannya menciptakan satu focus pada konsep, keterampilan serta
sikap. Penggabungan antara konsep pelajaran, keterampilan dan sikap yang saling
berhubungan satu dengan yang lainnya dipayungi dalam satu tema. Model ini berbeda
dengan model sarang, dimana tema memayungi dua mata pelajaran, aspek konsep,
keterampilan dan sikap menjadi kesatuan yang utuh. Sedangkan pada model sarang,
sebuah tema hanya memayungi satu pelajaran saja. Berikut merupakan skema model
pembelajaran shared:
Skema model pembelajaran shared.

15
Contoh: menggabungkan 2 mata pelajaran atau lebih dalam satu tema.
Keunggulan model ini antara lain adalah dalam hal mentransfer konsep secara lebih
dalam, siswa menjadi lebih mudah melakukannya. Misalnya dengan alat bantu media film
untuk menanamkan konsep dari dua mata pelajaran dalam waktu yang bersamaan.
Kelemahan model ini antara lain adalah untuk menyususn rencana model pembelajaran
ini diperlukan kerjasama guru dari mata pelajaran yang berbeda, sehingga perlu waktu
ekstra untuk mendiskusikannya.
H. The Threaded Model (Model Pasang Benang)
Model Bergalur (Threaded) adalah model pembelajaran yang memfokuskan pada
metakurikulum yang menggantikan atau yang berpotongan dengan inti materi subjek.
Misalnya untuk melatih keterampilan berfikir (problem solving) dari beberapa mata
pelajaran dicari materi yang merupakan bagian dari problem solving. Seperti komponen
memprediksi, meramalkan kejadian yang sedang berlangsung, mengantisipasi sebuag
bacaan, hipotesis laboratorium dan sebagainya. Keterampilan-keterampilan ini
merupakan dasar yang saling berkaitan. Keterampilan yang digunakan dalam model ini
disesuaikan pula dengan perkembangan usia siswa sehingga tidak tumpang tindih.
Berikut merupakan skema model pembelajaran threaded:
Contoh: di suatu mata pelajaran, membutuhkan pemecahan masalah dari mata pelajaran
lainnya.
 Keunggulan model ini antara lain : konsep berputar sekitar metakurikulum yang
menekankan pada perilaku metakognitif. Model ini membuat siswa dapat belajar
bagaimana seharusnya belajar di masa yang akan dating sesuai dengan laju
perkembangan era globalisasi. Niali lebih dari model ini adalah materi untuk tiap
mata pelajaran tetap murni sehingga siswa yang mempunyai tingkat pemikiran
superordinat memiliki kekuatan transfer pada keterampilan hidup.
 Kelemahan model ini antara lain : Hubungan isi antar materi pelajaran tidak terlalu
ditunjukkan sehingga secara eksplisit sehingga siswa kurang dapat memahami
keterkaitan konten antara mata pelajaran satu dengan yang lainnya. Guru perlu
memahami keterampilan dan strategi yang digunakan siswa agar dapat
mengembangkan dirinya.
I. The Immersed Model (Model Terbenam)
Model Terbenam (Immersed) adalah model pembelajaran yang melibatkan beberapa
mata pelajaran dalam satu proyek. Misalnya seorang mahasiswa yang memperdalam ilmu

16
kedokteran maka selain Biologi, Kimia, Komputer, juga harus mempelajari fisika dan
setiap mata pelajaran tersebut ada kesatuannya. Model ini dapat pula diterapkan pada
siswa SD, SMP, maupun SMU dalam bentuk proyek di akhir semester.
 Keunggulan model ini adalah ; setiap siswa mempunyai ketertarikan mata pelajaran
yang berbeda maka secara tidak langsung siswa yang lain akan belajar dari siswa
lainnya. Mereka terpacu untuk dpat menghubungkan mata pelajaran yang satu dengan
yang lainnya. Mata pelajaran menjadi lebih terfokus dan siswa akan selalu mencari
tahu apa yang menjadi pertanyaan baginya, sehingga pengalamannya menjadi lebih
luas. Model ini melatih kreatifitas berfikir siswa secara bertahap dari jenjang SD
hingga SMU. Bagi siswa kelas 4 SD model ini dapat dilaksanakan pada hari HUT RI.
Misalnya merancang sebuah pesawat terbang yang seimbang lalu dipamerkan.
 Kelemahan model ini antara lain : siswa yang tidak senang membaca akan mendapat
kesulitan utnuk mengerjakan proyek ini, sehingga siswa menjadi kehilangan minat
belajar. Guru perlu waktu untuk mengorganisir semua kegiatan proyek yang
dilaksanakan oleh siswa yang tersususn secara baik dan terencana sebelumnya.
J. The Networked Model (Model Jaringan)
Model Jaringan Kerja (Networking) adalah model pembelajaran berupa kerjasama
antara siswa dengan seorang ahli dalam mencari data, keterangan, atau lainnya
sehubungan dengan mata pelajaran yang disukainya atau yang diminatinya sehingga
siswa secara tidak langsung mencari tahu dari berbagai sumber. Sumber dapat berupa
buku bacaan, internet, saluran radio, TV, atau teman, kakak, orangtua atau guru yang
dianggap ahli olehnya. Siswa memperluas wawasan belajarnya sendiri artinya siswa
termotivasi belajar karena rasa ingin tahunya yang besar dalam dirinya.
 Keunggulan model ini : siswa memperluas wawasan pengetahuan pada satu atau dua
mata pelajaran secara mendalam dan sempit sararannya. Hal ini umumnya muncul
secara tidak sengaja selama proses pembelajaran di kelas sedeng berlangsung.
 Kelemahan model ini adalah : kemnkinan motivasi siswa akan berubah sehingga
kedalaman materi pelajaran menjadi dangkal secara tidak sengaja karena mendapat
hambatan dalam mencari sumber.

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model pembelajaran adalah acuan pembelajaran yang dilaksanakan
berdasarkan pola-pola pembelajaran secara sistematis. Model pembejaran tersusun atas
beberapa komponen, yaitu fokus, sintaks, sistem sosial, dan sistem pendukung.
Ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan unit tematisnya,
menurut seorang ahli yang bernama Robin Fogarty (1991) terdapat sepuluh cara atau
model dalam merencanakan pembelajaran terpadu. Kesepuluh cara atau model tersebut
adalah: (1) fragmented, (2) connected, (3) nested, (4) sequenced, (5) shared, (6) webbed,
(7) threaded, (8) integrated, (9) immersed, dan (10) networked.
Cara menentukan tema dalam pembelajaran tematik dapat dilakukan dengan dua cara:
Cara pertama, guru mempelajari standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD)
yang terdapat dalam tiap-tiap mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang
sesuai. Cara kedua, guru menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan,
untuk menentukan tema tersebut, guru dapat bekerja sama dengan peserta didik sehingga
sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka.
Manfaat dari pembelajaran terpadu yaitu banyak topik-topik yang tertuang disetiap
mata pelajaran mempunyai keterkaitan konsep yang dipelajari oleh siswa. Sebagai guru,
harus pandai dalam memilih topik yang sesuai dalam membimbing pembelajaran.
Model memadukan materi/topic yang sesuai untuk pembelajaran SD adalah model
yang disesuaikan oleh kondisi, semua model akan berjalan dengan baik dan mulus
asalkan cocok dengan kondisi saat itu.
B. Saran
Demikian makalah ini penulis buat, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang membangun
dan mengembangkan makalah ini.

18
DAFTAR PUSTAKA

Andi Prastowo, Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu,


(Jakarta: Kencana, 2017), hlm. 239.

Depdiknas. 1996. Pembelajaran Terpadu D-II PGSD Dan S-2 Pendidikan Dasar. Jakarta:
Depdiknas.

Fogarty, Robin. 1991. How to Integrated the Curricula. Palatine, Ilinois: IRI/ Skylight
Publishing, Inc.

Juanda, Anda. Pembelajaran Kurikulum Tematik Terpadu. Jamblang Cirebon: Confident

Maulana Arafat lubis dan Nashran Azizan, Pembelajaran Tematik SD/MI, (Yogyakarta:
Samudra Biru, 2019), hlm. 65.

Modul PDGK 4205 Pembelajaran Terpadu di SD, Universitas Terbuka

Puskur Balitbang Dep Diknas. 2006. Model Pembelajaran Tematik

Suryosubroto. (1997). Proses Belajar-Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Tim Pengembang PDSG. 1997. Pembelajaran Terpadu D-II dan S-II Pendidikan Dasar.
Jakarrta: Dirjen Dikti, Bagian Proyek Pengembangan Pendidikan Guru Sekelah
Dasar.

Trianto. 2007. Model Pembelajara Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher.

Tirtooni, Feri. 2018. Pembelajaran Terpadu Di Sekolah Dasar. B, Sidoarjo. Umsida Press

19

Anda mungkin juga menyukai