Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA ANAK

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kurikulum dan Pembelajaran

Bahasa Indonesia SD

Diampu oleh Drs. Nyoto Harjono, M.Pd.

Disusun Oleh
Kelompok 8 (RS18B):
Lutvia Afifah (292018042)
Niken Dwi Saraswati (292018058)
Dwi Lucky Hermiyanto (292018064)

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita
semua, sehingga kami masih dapat melaksanakan aktivitas dengan baik serta kami
dapat menyelesaikan tugas makalah Kurikulum dan Pembelajaran Bahasa
Indonesia ini dengan baik dan lancar.
Dalam pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang
diberikan dan dapat membantu menambah wawasan serta pengetahuan mengenai
pembelajaran apresiasi sastra anak serta agar setiap mahasiswa dapat terlatih
dalam pembuatan makalah.
Pada makalah yang kami buat ini, kami menyadari bahwa setiap manusia
memiliki keterbatasan begitupun dengan kami yang masih seorang mahasiswa.
Oleh karena itu, mungkin masih banyak kekurangan yang ditemukan dalam
pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami mengharap kepada pembaca agar
bersedia memberikan masukan yang membangun untuk kesempurnaan makalah
ini sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah agar
kedepannya dapat lebih baik. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Salatiga, 22 Januari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..................................................................................2
1.5 Sistematika Penyajian............................................................................2
BAB II PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA ANAK.............................3
2.1 Hakikat Sastra Anak dan Apresiasi Sastra Anak................................... 3
2.2 Jenis atau Genre Sastra Anak.................................................................4
2.3 Ciri-Ciri dan Manfaat Apresiasi Sastra Anak........................................7
2.4 Kegiatan Pembelajaran Apresiasi Sastra Anak......................................9
2.5 Tahapan Pembelajaran Apresiasi Sastra Anak.......................................10
BAB III PENUTUP.............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Berkaitan dengan tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Kurikulum
dan Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk mencari dan mendiskusikan materi
yang telah ditentukan, kami dibentuk kelompok dengan mengangkat satu judul
makalah tentang “Pembelajaran Apresiasi Sastra Anak”.
1.1 Latar Belakang
Kita tahu bahwa sekarang ini pembelajaran sastra khususnya sastra anak
kurang diminati oleh anak-anak, padahal kita semua tahu bahwa dalam sastra anak
banyak terkandung nilai-nilai moral yang bernilai luhur. Namun pada
kenyataannya, anak-anak sekarang lebih memilih menyukai cerita-cerita yang
berbau aksi, seperti Naruto ataupun Dragon Ball yang mengandung unsur-unsur
yang kurang pantas untuk ditiru oleh anak-anak misalnya perkelahian. Dunia yang
penuh dengan kegembiraan merupakan salah satu aspek penting untuk
dipertimbangkan dalam memilih pembelajaran yang cocok diberikan kepada
mereka terutama dalam pembelajaran sastra anak. Maka dari itu perlu adanya
sebuah apresiasi bagi anak. Di sekolah dasar, pembelajaran sastra dimaksudkan
untuk meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasikan karya sastra. Menurut
Huck (1987: 630-623) bahwa pembelajaran sastra di SD harus memberi
pengalaman pada siswa yang akan berkontribusi pada empat tujuan, yaitu
pencarian kesenangan pada buku, menginterprestasikan bacaan sastra,
mengembangkan kesadaran bersastra dan mengembangkan apresiasi.
Jenis sastra anak meliputi prosa, puisi dan drama. Jenis prosa dan puisi
dalam sastra anak sangat menonjol. Berdasarkan kehadiran tokoh utamanya, sastra
anak dapat dibedakan atas tiga hal, yaitu sastra anak yang mengetengahkan tokoh
utama benda mati, sastra anak yang mengetengahkan tokoh utamanya makhluk
hidup selain manusia dan sastra anak yang menghadirkan tokoh utama yang
berasal dari manusia itu sendiri.
Seperti pada jenis karya sastra umumnya, sastra anak juga berfungsi sebagai
media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun
kecerdasan emosi anak. Pendidikan dalam sastra anak memuat amanat tentang
moral, pembentukan kepribadian anak, mengembangkan imajinasi dan kreativitas,
serta memberi pengetahuan keterampilan praktis bagi anak. Fungsi hiburan dalam
sastra anak dapat membuat anak merasa bahagia atau senang membaca, senang
dan gembira mendengarkan cerita ketika dibacakan atau dideklamasikan dan
mendapatkan kenikmatan atau kepuasan batin sehingga menuntun kecerdasan
emosinya. Maka karya sastra dapat dijadikan pembelajaran yang cocok untuk
kelas rendah. Dengan membaca karya sastra, hati kita bisa merasakan sesuatu

1
2

yang menyenangkan dan menggembirakan. Selain itu, karya sastra mampu


memberikan nilai-nilai dan pengetahuan yang belum pernah diketahui oleh anak-
anak. Melalui karya sastra, mereka dapat mencurahkan pengalaman hidup mereka
dan dapat menemukan nilai-nilai yang terkandung dari pengalaman yang telah
mereka tuangkan ke dalam karya sastra.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa hakikat sastra anak dan apresiasi sastra anak?
2. Apa saja jenis atau genre sastra anak?
3. Apa saja ciri-ciri dan manfaat apresiasi sastra anak?
4. Apa saja kegiatan yang dilakukan pada pembelajaran apresiasi sastra anak?
5. Bagaimana tahapan pembelajaran apresiasi sastra anak?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hakikat sastra anak dan apresiasi sastra anak.
2. Untuk mengetahui jenis atau genre sastra anak.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri dan manfaat apresiasi sastra anak.
4. Untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan pada pembelajaran apresiasi
sastra anak.
5. Untuk mengetahui tahapan pembelajaran apresiasi sastra anak.
1.4 Manfaat Penulisan
Dengan adanya pembelajaran apresiasi sastra anak, mengenai hakikat
apresiasi sastra anak, jenis atau genre, ciri-ciri, manfaat, beberapa kegiatan sastra
dan tahapan pembelajaran apreasiasi sastra anak sehingga dapat bermanfaat untuk
menerapkan dan memberikan pemahaman tentang apresiasi sastra anak ke dalam
pembelajaran di sekolah, keluarga, maupun di lingkungan sekitar.
1.5 Sistematika Penyajian
Secara garis besar penulisan makalah dibagi menjadi tiga bab yaitu:
BAB 1 PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang permasalahan,
rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan yang dilakukan
dalam penulisan makalah ini.
BAB 2 PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA ANAK
Pada bab ini berisi penjelasan tentang hakikat sastra anak dan apresiasi
sastra anak, memberikan penjelasan tentang beberapa jenis dan genre sastra anak
yang setiap jenis genre mempunyai jenis lagi yang disertai dengan contohnya,
menjelaskan ciri-ciri dan manfaat dalam mengapresiasi sastra anak, memberikan
penjelasan beberapa kegiatan pembelajaran apresiasi sastra anak serta
menjelaskan beberapa tahapan pembelajaran dalam mengapresiasi sastra anak.
BAB 3 PENUTUP
Bab ini berisi simpulan dan penegasan ulang materi tentang pentingnya
pembelajaran apresiasi sastra anak terhadap peserta didik.
BAB II

PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA ANAK

2.1 Hakikat Sastra Anak dan Apresiasi Sastra Anak


Dalam Wallek & Warren, (2014: 24) menyatakan bahwa kata sastra berarti
‘karya seni imajinatif dengan unsur estetisnya dominan yang bermediumkan
bahasa’. Karya seni imajinatif yang bermedium bahasa itu dapat dalam bentuk
tertulis ataupun dalam bentuk lisan. Sementara itu, anak diartikan sebagai
‘manusia yang masih kecil’ atau ‘bocah’. Pengertian anak yang dimaksud bukan
anak balita dan bukan pula anak remaja, melainkan anak yang masih berumur
antara 6-13 tahun, usia anak sekolah dasar. Jadi, secara sederhana istilah sastra
anak dapat diartikan sebagai karya seni yang imajinatif dengan unsur estetisnya
dominan yang bermediumkan bahasa, baik lisan ataupun tertulis yang secara
khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab
dengan anak-anak.
Sementara itu, dalam Sarumpaet (1976: 21) menyatakan bahwa sastra anak
adalah karya sastra yang dikonsumsi anak dan diurus serta dikerjakan oleh orang
tua. Orang tua dapat mengedit, mengilustrasi, mencetak, menerbitkan,
mendistribusikan, memilihkannya di rumah atau di sekolah, seringkali
membacakannya, dan sesekali membicarakannya. Orang dewasa dapat
membimbing anak dalam memilih dan mengusahakan bacaan yang baik bagi
anak, tetapi tidak semua sastra anak itu ditulis oleh orang tua. Penulis sastra anak
dapat juga dilakukan oleh anak itu sendiri, misalnya anak yang telah berumur
sepuluh atau sebelas tahun ke atas, sudah dapat menulis puisi atau catatan harian
dan sebagainya. Sehingga dapat menyimpulkan bahwa menurut kelompok kami
sastra anak adalah suatu karya seni anak yang didominasi bahasa baik lisan
maupun tulisan yang imajinatif dari pemikirannya sendiri sehingga mudah
dipahami.
Sedangkan apresiasi sastra anak dalam KBBI (2001:47) apresiasi
didefinisikan sebagai kesadaran terhadap nilai seni, budaya dan penilaian terhadap
sesuatu. Oleh karena itu, apresiasi sastra berarti rasa memiliki kesadaran dan
mampu memberikan penilaian terhadap suatu nilai sebuah karya sastra, dalam hal
ini sastra anak.
Santoso (2003: 8-15) memberikan tiga rumusan apresiasi sastra anak
sebagai berikut.
1. Apresiasi sastra anak adalah penghargaan terhadap karya sastra anak
yang didasarkan pada pemahaman.
2. Apresiasi sastra anak adalah penghargaan atas karya sastra anak sebagai
hasil pengenalan, pemahaman, penafsiran, penghayatan, dan penikmatan

3
4

yang didukung oleh kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang terkandung


dalam karya sastra anak.
3. Apresiasi sastra anak adalah kegiatan menggauli cipta sastra anak dengan
sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, serta
kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta
karya sastra anak.
Sehingga menurut kelompok kami, apresiasi sastra anak adalah suatu
penghargaan yang diberikan kepada anak segala bentuk pengenalan, pemahaman,
penafsiran, dan penghayatan dengan pikiran kritisnya yang dituangkan dalam
hasil berkreasinya dalam menciptakan suatu karya sastra.
Pembelajaran apresiasi sastra anak merupakan segala upaya untuk
menanamkan rasa peka kepada siswa terhadap cita rasa sastra. Seharusnya
pengajaran apresiasi sastra yang disampaikan guru kepada siswa, mampu
mengubah sikap siswa dari acuh tak acuh menjadi lebih bersimpati terhadap
sastra. Sehingga karya sastra dapat dijadikan fenomena yang tidak hanya
memuaskan emosi melainkan dengan ide dan pikiran. Karya sastra sebagai salah
satu kebutuhan manusia menawarkan kemanusiaan yang indah menuju
kesempurnaan hidup. Perkembangan karya sastra dapat memberikan nilai yang
tinggi dalam proses perkembangan kognitif, personalis, dan sosial anak-anak.
Sastra juga dapat dijadikan panduan pembelajaran yang terjadi disekelilingnya.
Menurut Tarigan (2011:3), mengungkapkan bahwa sastra merupakan pelukisan
kehidupan atau pikiran imajinatif ke dalam bentuk dan struktur bahasa. Wilayah
sastra meliputi kondisi insani atau manusia yaitu kehidupan dengan segala
perasaan, pikiran, dan wawasannya.
2.2 Jenis atau Genre Sastra Anak
Menurut Burhan Nurgiyantoro (2004: 110-118), genre sastra anak sangat
diperlukan karena genre dapat dipahami sebagai suatu macam atau tipe kesastraan
yang memiliki perangkat karakteristik umum dalam (Lukens, 1999:13). Adanya
genre dalam sastra anak sebab terdapat beberapa alasan yaitu memberikan
kesadaran kepada kita bahwa pada kenyataannya terdapat berbagai genre sastra
anak selain cerita atau lagu anak yang familiar, telah dikenal atau akrab, elemen
struktural setiap genre juga berbeda, dapat memperkaya wawasan terhadap adanya
kenyataan sastra yang bervariasi yang bermanfaat bagi anak. Secara garis besar,
Lukens mengelompokkan genre sastra anak kedalam enam macam yaitu realisme,
fiksi formula, fantasi, sastra tradisional, puisi, dan nonfiksi dengan masing-masing
mempunyai beberapa jenisnya.
1. Realisme
Jenis genre yang dikisahkan itu ada dan terjadi walaupun tidak
memang benar-benar terjadi. Terdapat 4 jenis realisme yaitu sebagai
berikut.
5

a. Cerita realisme (realistic stories), bercerita tentang masalah-masalah


sosial dengan menampilkan tokoh utama protagonis sebagai pelaku
ceritanya.
b. Realisme binatang (animal realism), adalah cerita binatang yang
bersifat nonfiksi, berwujud deskripsi binatang tanpa unsur
personifikasi.
c. Realisme historis (historical realism), yaitu mengisahkan persitiwa
yang terjadi pada masa lampau. Biasanya mengambil satu atau
beberapa tokoh utama yang dipergunakan sebagai acuan
pengembangan alur.
d. Realisme olahraga (sports stories), yaitu cerita tentang berbagai hal
yang berkaitan dengan dunia olahraga seperti sepakbola, basket, voli,
badminton.
2. Fiksi Formula
Jenis genre yang memiliki pola tertentu yang membedakannya dengan
jenis yang lain, walaupun tidak mengubah keasliannya. Terdapat 3 jenis
fiksi formula yaitu sebagai berikut.
a. Cerita misteri dan detektif (mysteries and detective), biasanya
bercerita tentang seseorang yang dianggap hero yang luar biasa dan
mungkin berkarakter aneh.
b. Cerita romantis (romantic stories), biasanya menampilkan kisah
simplisitas dan sentimentalis hubungan laki-laki perempuan,
seolah-olah tidak ada urusan lain kecuali urusan percintaan dengan
fokus di kehidupan remaja.
c. Novel serial, novel yang diterbitkan secara terpisah namun
merupakan satu kesatun unit. Contohnya Wiro Sableng, Nogo
Sosro Sabuk Inten, dan Api di Bukit Menoreh. Biasanya novel
jenis ini memiliki satu tokoh utama dengan sedikit perubahan
karakter.
3. Fantasi
Jenis genre yang menceritakan menawarkan sesuatu yang sulit
diterima namun dapat dikembangkan lewat imajinasi yang lazim dan
dapat diterima oleh pembaca. Terdapat 3 jenis fantasi yaitu sebagai
berikut.
a. Cerita fantasi (fantastic stories), biasanya menampilkan tokoh dan
alur yang hampir sepenuhnya fantastik, seperti manusia yang
berkawan dengan makhluk halus seperti hantu, jin, atau tuyul.
b. Cerita fantasi tinggi (high fantasy), cerita selalu ditandai adanya
fokus konflik antara yang baik (good) dan yang jahat (evil), antara
kebaikan dan kejahatan. Latar dapat bervariasi, bisa masa lalu atau
6

masa yang akan datang yang berbeda dan jauh dengan latar
kehidupan kita. Contohnya Lord of the Rings, Five Elements.
c. Fiksi sain (science fiction) fiksi spekulatif berdasarkan hipotesis
sejumlah inovasi dalam sains dan teknologi, pseudo-sain atau
pseudo-teknologi. Cerita ini biasanya berkaitan dengan kehidupan
di masa depan (future worlds) tentunya semuanya berlangsung
dalam lingkup ilmiah.
4. Sastra Tradisional
Jenis genre yang menujukkan bahwa bentuk cerita yang mentradisi,
tidak diketahui kapan mulainya dan siapa penciptanya dan dikisahkan
secara turun temurun secara lisan. Terdapat 5 jenis sastra tradisional yaitu
sebagai berikut.
a. Fabel (fabel) adalah cerita binatang yang dimaksudkan sebagai
personifikasi karakter manusia. Binatang yang dijadikan tokoh
dapat bertindak layaknya manusia biasa.
b. Dongeng rakyat (folktales, foklore), yaitu cerita tradisional yang
disampaikan secara lisan dan turun temurun sehingga selalu
terdapat variasi penceritaan walau isinya kurang lebih sama.
c. Mitos (myths), yakni cerita yang berkaitan dengan dewa-dewa atau
tentang kehidupan supernatural yang mengandung sifat pendewaan
manusia atau manusia keturunan dewa.
d. Legenda (legends), mempunyai kemiripan dengan mitologi, tetapi
legenda sering memiliki atau berkaitan dengan kebenaran sejarah.
Legenda menampilkan tokoh sebagai hero yang memiliki
kehebatan dan dikaitkan dengan aspek kesejarahan.
e. Epos (falk epics), merupakan cerita panjang yang berbentuk syair
atau puisi dengan pengarang yang tidak pernah diketahui/anonim.
Cerita berlatar di suatu masyarakat atau bangsa yang terjadi pada
masa lampau yang kadang-kadang tidak jelas latar waktunya.
5. Puisi
Jenis genre yang didalamnya bentuk karya sastra dari hasil ungkapan
dan perasaan penyair dengan bahasa yang penuh pemaknaan setiap bait.
a. Sebuah karya sastra disebut puisi jika di dalamnya terdapat
pendayagunaan berbagai unsur bahasa untuk mencapai efek
keindahan.
b. Bahasa puisi singkat dan padat dengan sedikit kata tetapi dapat
mendialogkan banyak hal.
c. Pendayagunaan bahasa dapat berupa permainan bunyi, sarana
retorika, diksi, citraan, dan gaya bahasa.
7

d. Genre puisi dapat berwujud seperti lagu/tembang dolanan. Lirik-


lirik tembang nina bobo (nursery rhymes), puisi naratif, dan puisi
personal.
e. Puisi naratif adalah puisi yang di dalamnya mengandung cerita atau
sebaliknya cerita yang dikisahkan dengan cara puisi.
f. Puisi personal adalah puisi modern yang sengaja ditulis untuk
anak-anak baik oleh penulis dewasa maupun anak-anak dengan
tema yang beragam.
6. Nonfiksi
Jenis genre yang tidak mengutamakan keharmonisan bentuk dan
isinya dalam suatu buku, tetapi berwujud efek emosional dan
intelektualnya. Terdapat dua jenis nonfiksi yaitu sebagai berikut.
a. Buku informasi (informational books), yang terdiri atas berbagai
macam buku yang mengandung informasi, fakta, konsep, hubungan
antarfakta dan konsep yang mampu menstimulus keingintahuan
anak atau pembaca.
b. Biografi (biography), yakni buku yang berisi riwayat hidup
seseorang untuk memberi kejelasan berbagai hal menyangkut orang
tersebut, menguraikan sikap dan pandangan hidupnya, dan juga
memberitahukan atau mengklarifikasi sesuatu yang selama ini
belum diketahui orang.
2.3 Ciri-Ciri dan Manfaat Apresiasi Sastra Anak
Menurut Siti Anafiah (2018: 412), ciri- ciri apresiasi anak dalam Sarumpaet
(1976: 29-32) mengemukakan bahwa ada 3 ciri yang membedakan sastra anak itu
dengan sastra orang dewasa.
1. Unsur Pantangan
Unsur pantangan merupakan unsur yang secara khusus berkenaan
dengan tema dan amanat. Secara umum, dapat dikatakan bahwa sastra
anak menghindari atau pantang terhadap persoalan-persoalan yang
menyangkut masalah seks, cinta yang erotis, dendam yang menimbulkan
kebencian, kekejaman, prasangka buruk, kecurangan yang jahat, dan
masalah kematian. Apabila ada hal-hal buruk dalam kehidupan itu yang
diangkat dalam sastra anak, misalnya masalah kemiskinan, kekejaman
ibu tiri, dan perlakuan yang tidak adil pada tokoh protagonis, biasanya
amanatnya lebih disederhanakan dengan akhir cerita menemui
kebahagiaan atau keindahan, misalnya dalam kisah Putri Salju,
Cinderella, Bawang Merah Bawang Putih, Limaran, Cindelaras, dan Putri
Angsa.
8

2. Penyajian dengan Gaya Secara Langsung


Penyajian dengan gaya secara langsung adalah sajian cerita yang
deskripsinya secara singkat dan langsung menuju sasarannya,
mengetengahkan gerak yang dinamis, dan jelas sebab-sebabnya.
Deskripsi itu diselingi dengan dialog dan terwujud suasana yang tersaji,
perilaku tokoh-tokohnya amat jelas baik sifat, peran, maupun fungsinya
dalam cerita. Biasanya lebih cenderung digambarkan sifat tokoh yang
hitam putih. Artinya setiap tokoh baik atau tokoh buruk.
3. Fungsi Terapan
Fungsi terapan adalah sajian cerita yang harus bersifat informatif dan
mengandung unsur-unsur yang bermanfaat, baik untuk pengetahuan
umum, keterampilan khusus, maupun untuk pertumbuhan anak. Fungsi
terapan dalam sastra anak ini ditunjukkan oleh unsur-unsur intrinsik yang
terdapat pada teks karya sastra anak itu sendiri, misalnya dari judul
Petualangan Sinbad akan memberikan informasi yang berupa kata atau
nama tokoh, anak akan bertambah pengetahuannya tentang negeri asal
kata atau tokoh itu, letak negeri itu, apa yang terkenal di negeri itu dan
sebagainya.
Manfaat apresiasi sastra anak terbagi menjadi delapan manfaat diantaranya
yaitu sebagai berikut.
1. Manfaat Estetis
Manfaat estetis dalam apresiasi sastra anak adalah manfaat tentang
keindahan yang melekat pada sastra anak. Manfaat estesis seperti itu
mampu memberi hiburan, kepuasan, kenikmatan, dan kebahagiaan batin
ketika karya itu dibaca atau didengarnya.
2. Manfaat Pendidikan
Manfaat pendidikan pada apresiasi sastra anak adalah memberikan
berbagai informasi tentang proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui pengajaran dan latihan.
3. Manfaat Kepekaan Batin atau Sosial
Manfaat kepekaan batin atau kepekaan sosial dalam mengapresiasi
sastra anak adalah upaya untuk selalu mengasah batin agar mudah
tersentuh oleh hal-hal yang bersifat batiniah ataupun sosial.
4. Manfaat Menambah Wawasan
Manfaat menambah wawasan dalam mengapresiasi sastra anak artinya
memberi tambahan informasi, pengetahuan, pengalaman hidup dan
pandangan-pandangan tentang kehidupan.
9

5. Manfaat Pengembangan Kejiwaan atau Kepribadian


Manfaat pengembangan kejiwaan atau kepribadian dari apresiasi
sastra anak adalah mampu menghaluskan budi pekerti seorang apresiator.
6. Mengembangkan imajinasi
Salah satu tujuan utama pembelajaran bahasa atau sastra adalah
terbentuknya kemampuan siswa yang kreatif. Untuk menjadi kreatif salah
satu aspek mutlak yang harus dimiliki adalah daya imajinasi yang
memadai.
7. Meluaskan pandangan tentang kemanusiaan
Melalui pergaulan dengan karya sastra berbagai pengalaman dapat
diperoleh yang kelak bisa berfungsi untuk meluaskan pandangan tentang
kemanusiaan sekaligus berkaitan dengan pembentukan watak dan pribadi
yang baik dalam mengarungi kehidupan masyarakat.
8. Meningkatkan keterampilan berbahasa
Tujuan utama pembelajaran bahasa Indonesia di SD adalah untuk
meningkatkan keterampilan berbahasa. Kaitannya dengan apresiasi sastra
yang dapat meningkatkan keterampilan berbahasa siswa, berbagai hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan karya sastra dalam
pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan berbahasa. Misalnya,
Lehman menemukan bahwa siswa yang menggunakan karya sastra dalam
membaca memperoleh nilai yang lebih tinggi dalam hal kosa kata dan
pemahaman isi bacaan dibandingkan siswa yang bukan menggunakan
karya sastra sebagai bahan bacaan (dalam Rofi’uddin, 1997).
2.4 Kegiatan Pembelajaran Apresiasi Sastra Anak
Kegiatan pembelajaran apresiasi sastra anak suatu kegiatan untuk
meningkatkan apresiasi sastra peserta didik dalam berkarya dan beraktivitas
menggauli karya sastra. Kegiatan mengapresiasi sastra anak dapat dilakukan
melalui kegiatan sebagai berikut dalam (Rosdiana, dkk. 2008: 5-10).
1. Kegiatan Apresiasi Langsung
Kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk memperoleh nilai
kenikmatan dan kekhidmatan dari karya sastra anak yang diapresiasi.
Kegiatan apresiasi langsung meliputi kegiatan sebagai berikut.
a. Membaca sastra anak.
b. Mendengar sastra anak ketika dibacakan atau dideklamasikan.
c. Menonton pertunjukan sastra anak ketika karya sastra anak itu
dipentaskan.
2. Kegiatan Apresiasi Tak Langsung
Suatu kegiatan apresiasi yang menunjang pemahaman terhadap karya
sastra anak. Cara tidak langsung ini meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu
10

mempelajari teori sastra, mempelajari kritik dan esai sastra, dan


mempelajari sejarah sastra.
3. Pendokumentasian Karya Sastra
Usaha pendokumentasian karya sastra juga termasuk bentuk apresiasi
sastra yang secara nyata ikut melestarikan keberadaan karya sastra.
Bentuk penghargaan terhadap karya sastra dengan cara
mendokumentasikan karya sastra dapat dilihat dari segi fisiknya
mengikuti pemeliharaan karya sastra, menyediakan data bagi yang
membutuhkan dan menyelamatkan karya sastra dari kepunahan.
4. Kegiatan Kreatif
Dalam kegiatan ini dapat dilakukan adalah menciptakan karya sastra,
misalnya membuat puisi atau menulis cerita pendek. Hasil cipta siswa
dapat dikirimkan dan dimuat dalam majalah dinding, bulletin, majalah
sekolah, surat kabar ataupun majalah sastra seperti horizon. Selain itu
juga dapat dilakukan kegiatan rekreatif, yaitu menceritakan kembali
karya sastra yang dibaca yang didengar atau ditontonnya.
2.5 Tahapan Pembelajaran Apresiasi Sastra Anak
Tahapan dalam pelaksanaan proses pembelajaran apresiasi sastra
terutama anak yaitu antara lain.
A. Persiapan Pembelajaran
Tahap persiapan pembelajaran apresiasi sastra anak di sekolah dasar
bagi seorang guru dapat menyangkut dengan dirinya, yaitu persiapan fisik dan
persiapan mental. Fisik seorang guru harus sehat jasmaninya, tidak sakit-
sakitan, mentalnya pun harus sehat jiwanya dan tidak sakit ingatan.
Sementara itu, hal-hal teknis yang perlu dipersiapkan adalah sebagai berikut.
1. Memilih Bahan Ajar
Bahan ajar dapat diperoleh dari buku-buku bacaan sastra anak di
perpustakaan sekolah, perpustakaan pemerintah daerah, toko buku
ataupun buku pelajaran sekolah yang sudah tersedia. Bahan ajar harus
sesuai dengan anak didik sehingga pertimbangan usia anak didik
menjadi pilihan utama. Keberagaman tema, keberagaman pengarang,
dan bobot atau mutu karya sastra yang akan dijadikan bahan ajar juga
menjadi pertimbangan yang matang. Menentukan metode harus
disesuaikan dengan kemampuan guru dan kebutuhan serta kesesuaian
dengan keadaan siswa. Menuliskan persiapan mengajar harian
merupakan salah satu bentuk keprofesionalan seorang guru. Semua
penjabaran tersebut merupakan persiapan guru saat memulai
pembelajaran di kelas. Guru harus totalitas dalam memulai suatu
materi pelajaran dengan persiapan yang maksimal dan berusaha
memberikan yang terbaik kepada peserta didik.
11

2. Menentukan Metode Pembelajaran


Beberapa metode untuk pembelajaran apresiasi sastra anak di
sekolah dasar yang sekiranya cocok dapat digunakan, antara lain
metode berkisah, metode pembacaan, metode peragaan, metode tanya
jawab, metode penugasan. Metode berkisah dapat diberikan oleh
bapak atau ibu guru di depan kelas dengan membawakan sebuah
kisah. Secara lisan metode berkisah dapat disampaikan lama 15-25
menit untuk menarik perhatian siswa. Metode berkisah tidak sama
dengan metode berceramah. Kisah tidak semata-mata disampaikan
monoton dengan narasi, tetapi perlu selingan dialog dan humor
dengan suara yang berubah-ubah. Metode pembacaan perlu diberikan
kepada siswa untuk melatih vokal. Pembacaan puisi dengan suara
nyaring akan lebih menarik. Dalam melaksanakan metode pembacaan
ini perlu diperhatikan irama, intonasi, lagu kalimat, dan nada dengan
tinggi rendahnya suara atau panjang pendeknya suara. Selain itu,
metode bercerita juga dapat dilakukan untuk melatih keterampilan
berbicara siswa.
Morelent (2013:181) menjelaskan bahwa bercerita adalah suatu
keterampilan. Tidak semua orang pandai bercerita. Si pembaca cerita
harus dapat membawakan cerita sesuai dengan isinya, dapat
menirukan suara atau perilaku tokoh-tokohnya. Akan lebih baik lagi
apabila si pembawa cerita dapat melibatkan emosi, imajinasi
pendengar kepada cerita yang disampaikannya. Bila guru dapat
bercerita seperti itu, maka siswanya akan senang, tertarik, dan
mengikuti ceritanya sampai selesai. Selanjutnya, metode peragaan
yang awalnya lebih cenderung diberikan oleh guru untuk
memperagakan gerakan-gerakan yang tersirat dalam teks sastra anak.
Metode peragaan ini hampir sama dengan metode demonstrasi yang
mengombinasikan teknik lisan dengan suatu perbuatan. Gerak raut
wajah dan ucapan seorang ketika sedang marah tentu berbeda dengan
raut wajah dan ucapan seseorang yang sedang dirundung kesedihan.
Tutur kata, raut muka, dan gerakan badan seorang tokoh dapat
diperagakan oleh guru di depan muridnya. Metode tanya-jawab dapat
diberikan setelah terlebih dahulu siswa ikut terlibat dalam apresiasi
sastra anak secara langsung. Artinya, dapat diajukan oleh seorang
guru kepada siswanya setelah siswa itu membaca, mendengar atau
menonton pertunjukan pentas sastra. Selanjutnya, menurut Ampera
(dalam Syofiani, 2013) juga terdapat metode deklamasi berasal dari
kata declamare atau declaim, artinya menyerukan atau membacakan
sesuatu hasil sastra dengan lagu dan gerak-gerik sebagai alat bantu.
12

Pembacaan dengan lagu artinya pembacaan dengan irama berdasarkan


hasil penghayatan terhadap puisi yang dibacanya. Gerak-gerik yang
dimaksud adalah gerak-gerik yang estetis dan seirama dengan isi
bacaan. Dalam perkembangan selanjutnya, deklamasi sering ‘lepas
teks’ atau cara penyampaian puisi dengan menghafalkan teks dan
dilisankan di depan publik. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa
deklamasi adalah penyampaian puisi secara lisan tanpa teks dilakukan
di depan publik. Orang yang mempunyai keahlian dalam deklamasi
disebut deklamator. Pemaparan metode tersebut merupakan gambaran
bagi seorang guru dalam mengajarkan sastra kepada peserta didik.
Metode apakah yang paling cocok atau sesuai dengan materi dan
indikator yang harus dicapai siswa dalam pembelajaran. Jika guru
memberikan metode yang sesuai, bukan tidak mungkin proses
pembelajaran akan berjalan dengan lancar dan guru merasa puas akan
hasil yang diperoleh siswa.
B. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran apresiasi sastra anak di sekolah dasar dapat
dimulai dari kegiatan pra-KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) hingga KBM di
kelas. Kegiatan pra-KBM dapat dilakukan dengan memberi salinan atau kopi
teks sastra, diberi tugas membaca, menghafalkan, meringkas atau mencatat dan
menemukan arti kata-kata sukar yang terdapat dalam teks sastra. KBM di kelas
dapat dilakukan dengan memberi tugas membaca sajak, membaca cerita,
berdeklamasi atau mendongeng di depan kelas. Setelah itu baru diadakan tanya
jawab, menuliskan pendapat, dan berdiskusi bersama merumuskan isi, tema,
dan amanat. Oleh sebab itu, dari semua pelaksanaan yang dilakukan pada saat
KBM, siswa dapat melalukan proses pembelajaran yang diberikan guru dengan
lancar dan dapat memahami pelajaran yang diberikan guru.
C. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran apresiasi sastra itu hendaknya mengandung tiga
komponen dasar evaluasi, yaitu:
1. Aspek kognisi artinya lebih mengutamakan pengetahuan bernalar atau
pengembangan daya pikir sebagai kecerdasan otak.
2. Aspek afeksi artinya lebih mengutamakan unsur perasaan atau
emosional.
3. Aspek keterampilan lebih mengutamakan kemampuan siswa untuk
menyelesaikan tugas.
Dalam pembelajaran apresiasi sastra anak pada umumnya mengenal dua
bentuk penilaian yaitu pertama penilaian prosedur, yang meliputi penilaian proses
belajar dan penilaian hasil belajar sedangkan kedua instrumen atau alat penilaian,
yang meliputi tanya jawab, penugasan, tes esai dan pilihan ganda. Oleh karena itu
13

evaluasi harus dijelaskan komponen dasar yang akan dievaluasi, artinya harus
jelas aspek-aspek yang akan dievaluasi. Cara yang digunakan untuk
mengevaluasi, misalnya tanya jawab, penugasan, tes esai dan pilihan ganda.
Evaluasi dengan tanya jawab dapat diajukan secara lisan ketika sedang
berlangsung proses belajar mengajar di kelas. Bentuk pertanyaan dapat dibuat dari
yang paling sederhana hingga yang paling sukar. Tentu setiap pertanyaan
mengandung bobot, dari yang berbobot paling rendah hingga yang paling tinggi.
Pertanyaan dapat diajukan kepada semua siswa dengan jawaban tertulis atau
langsung tanya jawab secara lisan yang diajukan hanya kepada beberapa siswa.
Jelas dengan cara tanya jawab untuk mengetahui secara langsung tingkat
pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajarinya. Penugasan
merupakan cara evaluasi untuk pengembangan kepribadian, perluasan daya
berpikir siswa dan kreativitas emosional, serta memupuk keterampilan siswa.
Bentuk penugasan dapat dipilih dari yang paling sederhana, misalnya membaca
secara metode apakah yang paling cocok atau sesuai dengan materi dan indikator
yang harus dicapai siswa dalam pembelajaran. Jika guru memberikan metode
yang sesuai, bukan tidak mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan
lancar dan guru merasa puas akan hasil yang diperoleh siswa. Bergantian,
menghafalkan teks sajak yang pendek atau berdeklamasi di depan kelas hinga
meningkat yang paling kompleks, seperti mencatat dan mencari kata-kata sukar
dalam kamus, memberi ulasan sajak atau merumuskan amanat sajak. Penugasan
dapat dilakukan di kelas ketika sedang berlangsung proses belajar mengajar,
misalnya membaca cerita secara bergantian, membaca sajak, berdeklamasi, dan
bermain peran atau juga sebagai tugas rumah untuk menghafalkan sajak,
meringkas cerita, dan menyusun kamus kecil dari kata-kata yang terdapat dalam
teks sajak atau cerita yang dibacanya. Esai tes diberikan kepada siswa untuk
melatih menyusun kalimat secara baik dan benar, berpikir secara teratur dan
runtut, dan menuangkan gagasannya dalam bentuk tulisan. Untuk esai
pembelajaran apresiasi sastra anak tingkat sekolah dasar perlu dipilih bentuk yang
paling sederhana, misalnya ceritakan kembali dengan bahasamu dongeng berikut.
Seperti dongeng Putri Salju. Bentuk pilihan ganda dalam evaluasi sudah tidak
asing lagi bagi anak-anak sekolah dasar. Dengan cara evaluasi pilihan ganda ini
anak dilatih untuk memilih salah satu dari beberapa jawaban yang tersedia. Anak
tidak diberi kemungkinan untuk mengembangkan diri di luar jawaban yang
tersedia. Meskipun demikian, dengan cara evaluasi pilihan ganda ini sebenarnya
juga menuntun dan membimbing siswa ke arah tujuan yang pasti. Oleh karena itu,
evaluasi pembelajaran apresiasi sastra anak di sekolah dasar dapat dibuat dengan
pilihan ganda.
BAB III
PENUTUP

Berdasarkan isi dari pembahasan diatas, dapat ditarik simpulan bahwa


hakikat sastra anak adalah suatu karya seni anak yang didominasi bahasa baik
lisan maupun tulisan yang imajinatif dari pemikirannya sendiri sehingga mudah
dipahami. Pada hakikat apresiasi sastra anak adalah suatu penghargaan yang
diberikan kepada anak segala bentuk pengenalan, pemahaman, penafsiran, dan
penghayatan dengan pikiran kritisnya yang dituangkan dalam hasil berkreasinya
dalam menciptakan suatu karya sastra. Sedangkan pada pembelajaran apresiasi
sastra anak adalah segala upaya untuk menanamkan rasa peka kepada siswa
terhadap cita rasa karya sastra di sekelilingnya.
Pada jenis atau genre sastra anak sangat diperlukan karena genre dapat
dipahami sebagai suatu macam atau tipe kesastraan yang memiliki perangkat
karakteristik umum. Genre sastra anak dapat dikelompokan menjadi enam macam
yaitu realisme, fiksi formula, fantasi, sastra tradisional, puisi, dan nonfiksi dengan
masing-masing mempunyai beberapa jenisnya. Pada genre realisme, terdapat
empat jenis yaitu cerita realisme, realisme binatang, realisme historis, dan
realisme olahraga. Pada genre fiksi formula, terdapat tiga jenis yaitu cerita misteri
dan detektif, cerita romantis, dan novel serial. Pada genre fantasi, terdapat tiga
jenis yaitu cerita fantasi, cerita fantasi tinggi, dan fiksi sain. Pada genre sastra
tradisional, terdapat lima jenis yaitu fabel, dongeng rakyat, mitos, legenda, dan
epos. Kemudian terdapat genre puisi dan genre nonfiksi terbagi menjadi dua jenis
yaitu buku informasi dan biografi.
Dalam apresiasi sastra anak tentunya terdapat beberapa ciri-ciri
mengapresiasi sastra dan mengandung manfaat baik itu untuk anak maupun
masyarakat sekitarnya. Terdapat 3 ciri apresiasi sastra anak yaitu unsur pantangan,
penyajian dengan gaya secara langsung, dan unsur terapan. Untuk selanjutnya
terdapat lima manfaat apresiasi sastra anak yaitu manfaat estetis, manfaat
pendidikan, manfaat kepekaan batin atau sosial, manfaat menambah wawasan,
dan manfaat pengembangan kejiwaan atau kepribadian.
Dalam pembelajaran apresiasi sastra anak, terdapat beberapa macam
kegiatan yang ada yaitu kegiatan apresiasi langsung, kegiatan apresiasi tak
langsung, pendokumentasian karya sastra, dan kegiatan kreatif. Kegiatan tersebut
nantinya akan menambah kreatifitas dan mengembangkan imajinasi seorang anak.
Sehubungan dengan kegiatannya, maka terdapat beberapa tahap yang harus
diperhatikan dalam pembelajaran apresiasi sastra anak. Tahapan tersebut ada lima
yaitu tahap penikmatan, tahap penghargaan, tahap pemahaman, tahap
penghayatan, dan tahap implikasi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Adi, M. Andrianto. 2015. Pembelajaran Sastra Anak-Anak. IAIN Salatiga.


https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/mandriant
oadik/pembelajaran-sastra-anakanak_55546468b67e610116ba544c.
(Diakses pada 22 Januari 2020).
Anafiah, Siti. 2018. Penumbuhan Kreativitas Anak Melalui Apresiasi
Sastra. Jurnal Pendidikan Ke-SD-an Vol 4, No 3.
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/media/publivat
ions/258984-penumbuhan-kreativitas-anak-melalui-apre-
dbb00247.pdf&ved=2ahUKEwiMxcfM6KDnAhWEc30KHSYcAIEQ
FjACeQIBxAC&usg=AOvVaw2eMqgpwb_FVjNxgscf7_2y. (Diakses
pada 21 Januari 2020).
Astuti, Asri Wiji dkk. 2014. Apresiasi Karya Sastra Anak Secara Reseptif.
Universitas Negeri Semarang.
https://www.slideshare.net/AnasSetiaji/makalah-apresiasi-karya-
sastra-anak-secara-reseptif. (Diakses pada 27 Januari 2020).
Azkiya, Hidayati. Pembelajaran Apresiasi Sastra Anak di Sekolah Dasar.
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://studylibid.com/doc/1032224/pe
mbelajaran-apresiasi-sastra-anak-di-sekolah-dasar---
e&ved=2ahUKEwix4p3986DnAhXO6XMBHcbOAdkQFjAGegQICB
AB&usg=AOvVaw3i5-KxPqMWPmZz3ed7rLRS. (Diakses pada 21
Januari 2020).
Nurgiyantoro, Burhan. 2018. Sastra Anak: Pengantar Pemahaman Dunia
Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
https://books.google.co.id/books?
id=_ZtjDwAAQBAJ&pg=PR11&dq=hakikat+sastra+anak&hl=en&sa
=X0ahUKEwi45fCv7DnAhVG63MBHaVxDmkQ6AEIMzAC.
(Diakses pada 22 Januari 2020).
Susanti, Rini Dwi. 2015. Pembelajaran Apresiasi Sastra di Sekolah Dasar.
Jurnal.https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://journal.stainkudusac.id/index.php
/elementary/article/download/1447/1323&ved=2ahUKEwjGtIeSv8Tn

15
AhVOUSsKHSfiBCgQFjjABegQIBBAC&usg=AOvVaw3kNOGWF
1IJsWWYCXQMFWv

15

Anda mungkin juga menyukai