Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“HAKIKAT PEMBELAJARAN SASTRA SD”


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : KONSEP DASAR BAHASA DAN SASTRA
Dosen Pengampu: HILMIYATUN, M.Pd

Disusun oleh :
Nama : ZALWA NADIA
NPM : 220102168

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN (FIP)

UNIVERSITAS HAMZANWADI
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah swt. Karena dengan Rahmat dan
KaruniaNya penyusun bisa menyelesaikan makalah ini. Guna memenuhi tugas mata kuliah
KONSEP DASAR BAHASA DAN SASTRA dengan penuh perjuangan titik darah
penghabisan, juga suport dari ibu kami tercinta

Shalawat serta salam juga tak lupa di haturkan kepada Rasulullah saw, karena telah
menunjukkan jalan yang benar dan jalan yang lurus yaitu Islam.

Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya


kepada dosen mata kuliah KONSEP DASAR BAHASA DAN SASTRA karena telah
memberikan bimbingan sehingga bisa menyelesaikan tugas makalah ini.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Dikarenakan keterbatasan waktu dan kemampuan. Dan ini merupakan Langkah yang baik
dari studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan segala bentuk saran
serta masukan bahkan kritikan yang membangun.

Penyusun memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah .

Wasalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................

1.1 Latar Belakang.............................................................................................


1.2 Rumusan Masalah........................................................................................
BAB 11 PEMBAHASAN..............................................................................................

2.1 Hakikat Pebelajaran Sastra SD....................................................................

2.2 Pemilihan Bahasa Sastra Untuk Siswa SD...................................................

BAB 111 PENUTUP.......................................................................................................


3.1 Kesimpulan.....................................................................................................
3.2 Saran...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Apresiasi bukanlah pengetahuan sastra yang harus dihafalkan, melainkan bentuk aktivitas jiwa.
Artinya, dalam mengapresiasi, siswa tidak sekedar mengambil informasi yang berkaitan dengan
isi atau mencari beberapa simpulan logis. Melalui apresiasi sastra idealnya siswa dapat mengindar
atau merasakan kehadiran pelaku, peristiwa, suasana dan gambar obyek secara imajinatif. Lebih
dari itu, menurut apresiasi harus mencakup tanggapan emosional pada isi cerita, tanggapan pada
pelakuatau peristiwa , dan perasaan iswa dalam merasakan atau menikmti gaya bahasa
pengarangn cerita.
Dalm dunia pendidikan kajian sastra mampu memberikan sumbansih yang cukup besar dalam
pola kebudayaan, sejarah, sosial dan dalam sastra itu sendiri, sebab sastra mampu menjawab
terhadap apa yang ada dimuka bumi, karena sastra berasal dari hasil pengamatan tentang apa yang
terjadi disekelilingny sebagai opini yang mesti diungkapkan serta hasil dari akibat pengamalan
batin. Sastra adalah hasil dari olah pikir rasa dan karsa manusia sehingga sasra mengandung nilai
estetika yang tinggi.

2.Rumusan Masalah
1. Hakikat Pembelajaran Sastra SD?.
2. Tujuan pembelajaran sasatra di SD?
3. Pemilihan bahan sastra untuk siswa SD?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Pembelajaran sastra SD


Sastra ( Sanskerta, shastra) merupakan kata serapan dari bahan sankerta “sastra” , yang
berarti teks yang mengandung intruksi atau pedoman, dari kata dasar” sas” yang berarti intruksi
atau ajaran ‘ tra’ yang berarti alat atau sarana. Dalam bahasa indonesia kata ini biasa digunakan
utuk merajuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memilki arti atau keindahan
tertentu.
Disekolah dasar, pembelajaran sastra dimaksudkan untuk meningkatkan siswa mengapresiasi
karya sastra. Kegiatan mengapresiasi sastra berkaitan dengan latihan mempertajam perasaan,
penalaran, daya khayal, serta kepekaan terhapa masyarat, budaya dan lingku gan hidup.
Pengembangan kemampun bersastra disekolah dasar dilakukan dalam berbagai jenis dan bentuk
melalui kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menuis. Adapun pemilihan bahan ajar
tersebut dapat dicari pada sumber- sumber yaang relevan ( Depdiksa, 2003).
Pembelajaran sastra di SD adalah pembelajaran sastra anak.Sastra anak adalah karya sastra yang
secara khusus dapat dipaahami oleh anak-anak yang berisi tentang dunia yang akrab dengan
anak-anak., yaitu anakk yang berusia antara 6-12 tahun. Sifat satra anak adalah imjinasi semata,
bukan berdasarkan pada fakta.Unsur imajinasi ini sangat menonjol dalam sastra anak. Hakikat
satra anak harus sesuai dengan dunia dan dalam kehidupan anak-anak yang khas memiliki mereka
dan bukan milik orang dewasa. Sasra anak yang bertumpu dan bermula pada penyajian nilai dan
imbauan tertentu yang dianggap sebagai pedoman tingkah laku dalam kehidupan.
Sastra anak berfungsi sebagai media mendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta
menuntun kecerdasan emosi aanak. Pendidikan dalam sastra anak memuat amanat tentang
moral, pembentukan kepribadian anak, mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta
memberikan pengetahuan keterampilan praktis bagi aanak. Fungsi hiburan dalam sastra anak
dapat membuat anak merasa bahagia dan senang menbaca, senang dan gembira mendengarka
cerita ketika dibacakan atau dideklamasikan, dan mendapatkan kenikmatan atau kepuasan batin
sehingga mentun kecerdasan emosinya.

1. Tujuan Pembelajaran Sastra di SD


Disekolah dasar pembelajaran bahasa dan sastra indonesia lebih diarahkan pada kompotensi
siswa untuk berbahasa dan berapresiasi sastra. Pelaksanaannnya, pembelajaran sastra dan
bahasa dilaksanakan secara terintegrasi. Sedangkan pengajaran sastra, ditujukan untuk
meningkatakan kemampuan siswa dalam menikmati, menghayati, dan memahami karya
sastra. Pengetahuan tentang sastra hanyalah sebagai penunjung dalam mengapresiasi.
Dan pernyataan pembelajaran sastra tersebut dapat dilihat bahwa kegiatan apresiasi menjadi
tujuan utama, sedangkan perangkat pengetahuan satra diperlukan untuk menunjang
terwujudnya apresiasi dan pembelajaran bahasa secara umum. Dengan demikian yang harus
terjadi dalam pembelajaran sastra ialah kegiatan apresiasi sastra bukan hanya sekedar
pengetahuan teori sastra. menurut huck dkk (1987) sastra anak adalah sastra yang secara
emosional psikologi dapat ditanggapi dan dihadapi oleh anak dan berawal fakta dan konkret
dan mudah diimajinasikan. Setiap teks fiksi pastilah berisi tentang sebuah cerita yang akan
membuat pembaca membayangkan bahkan menghayati cerita tersebut. Bhwa pembelajaran
sastra di SD harus memberi pengalaman pada murid yang akan berkontribusi pada 4 tujuan :
(1) menumbuhkan kesenangan pada buku
(2) menginterpretasi pada sastra
(3) mengembangkan kesadaran bersastra, dan
(4) mengembangkan apresiasi.

1. Menumbuhkan kesenangan pada buku


Salah satu tujuan utama pembelajaran sastra di SD ialah menberi kesempatan kepada anak untuk
memperoleh pengalaman dari bacaan, serta masuk dan terlibat didalam suatu buku. Pembelajaran
sastra harus membuat anak merasa senang membaca, membolak balik buku, dan gemar mencari
bacaan.Salah satu cara terbaik untuk membuat siswa tertarik kepada buku menurut huck
(1987)ialah memberi siswa lingkungan yang kaya dengan buku-buku yang baik. Beri mereka
waktu untuk membaca atau secara teratur gum membaca buku untuk mereka. Perkenalkan mereka
pada berbagai ragam bacaan frosa dan puisi, realisme dan fantasi, fiksi historis dan kontemporer,
tradisional dan modern. Beri mereka waktu untuk membicarakan buku-buku, menceritan buku itu
satu sama lain dan menginterperetasikannya melalui berbagai macam dan respons kreatif. Dengan
demikian , langkah pertama didalam pembelajaran sastra di SD ialah menemukan ksenangan
kepada buku. Hal ini, hendaknya dijadikan tujuan utama pembelajaran bahasa dan sastra
disekolah dasar dan hendaknya tidak dilakukan tidak dilakukan secara tergesa-gesa atau dengan
jalan pintas. Kesenangan kepada buku hanya muncul melalui pengalaman yang panjang
( Sutherland & Arbuthnot, 1991 )
2. Menginterpretasikan Literatur
Untuk menciptakan ketertarikan pada buku, siswa perlu membaca banyak buku. Siswa pun perlu
memiliki kesempatan untuk mendapatkan pengalaman yang mendalam dengan buku-buku. Guru
dan siswa dapat membicarakan tentang makna pribadi yang mungkin terdapat pada satu cerita
untuk kehidupannya sendiri. Anak kelas 5 dan 6 mungkintelah bisa mereflesikan perbandingan
antara kejadian – kejadian yang ada pada cerita atau kaitan cerita dengan kehidupannya. Ketika
siswa , mulai membahas penyebab perilaku tertentu pada cerita, mereka bisa mengembangkan
wawasan lebih banyak kepada orang lain. Ketika siswa menghubungkan apa yang mereka baca itu
dengan latar belakang pengalamannya, mereka mengintralisasikan makna cerita itu.
3. Mengembangkan kesadaran bersastra
Anak –anak yang masih berada disekolah dasar juga harus diajak mulai mengembangkan
kesadaran pada sastra. Tak dapat dipungkiri bahwa pemahaman literer meningkatkan keikmatan
anak terhadap bacaan (Huck 1987). Ada beberapa anak usia tujuh dan delapantahun yang sangat
senang menemukan varian yang berbeda mengenai cinderella, misalnya meraka sangat senang
membandingkan berbagai awal dan akhir cerita rakyat dan sangat suka menulissendiri kisahna.
Jelasnya kesenangan seperti ini bersal dan pengetahuan tentang cerita rakyat.
Anak- anak harus pula diarahkan menemukan elemen-elemen satra secara berangsur-angsur,
karena elemen- elemen ini memberikan bekal bagi siswadalam pemahaman makna cerita atau
puisi. Dengan demikian guru harus menguasai pengetahan tentang bentuk-bentuk cerita, elemen-
elemen cerita, dan pengetahan tentang pengarang.Selama siswa berada disekolah dasar mereka
mengembangkanpemahaman mengenai bentuk sastra dari berbagai aliran sedikit demi sedikit.
Mereka sudah dapat membedakan bentuk frosa dan puisi, fiksi dan nonfiksi, antara realisme dan
fantasi, tetap tidak dengan istilah-istilah tertentu. Demikian pula pengetahuan siswa mengenai
elemen cerita misalnya, alur, karakterisasi, tema, dan sudut pandang pengarang akan muncul
secara berabgsur-angsur.
4. Mengembangkan Apresiasi
Sasaran jangka panjang pengajaran sastra di SD ialah mengembangkan kesukaan membaca karya
sastra yang bermutu.
1. Margaret Early (dalam huck 1987) menyatakan bahwa terdapat tiga tahap urutan dan
perkembangan yang ada dalam pertumbuhan apresiasi (1) tahap kenikmatan yang tidak sadar (2)
tahan apresiasi yang masih ragu- ragu atau masih dalam tahan antara tahap kesatu dan ketiga (3)
tahap kegembiraan secara sadar.Pada tahap pertama sama dedngan gagasan menumbuhkan
kesenangan pada bacaan, sehingga menjadi terlibat di dalamnnya. Pada tahap ini siswa
membacakan ataau guru yang membacakannya untuk mendapatkan kesenangan. Pembaca pada
tahap kedua tertari tidak hanya pada alur cerita, pembaca pada tahap ini mulai bertanya tentang
apa yang terjadi pada suatu cerita dan mendalami isi cerita untuk mendapatkan makna lebih
dalam. Pembacaa menikmati dan mengekplorasi cerita untuk melihat bagaimana pengarang,
penyair, atau seniman memperkuat makna dengan teks ini. Dan pada tahap ketiga ini, tahap
pembaca yang sudah matang dan menemukan kegembiraan dalam banyak jenis bacaan dan
banyak priode waktu, memberikan penghargaan pada aliran dan pengarangnya, dan memberikan
tanggapan kritis sehingga mendapatkan kegembiraannya secara sadar.

B. Pemilihan Bahasa Sastra Untuk Siswa SD


Buku sastra anak tidak dibatasi oleh pengarangnya anak-anak atau orang dewasa, tetapi
lebih ditekankan pada apa yang ditulisnya. Dengan demikian pada saat orang dewasa atau guru
harus memilah-milah mana buku sastra anak-anak dan mana yang bukan, tolok ukur tidak ada
kaitannya dengan siapa yang menciptakan, tapi sepenuhnya terousat pada muatnya isinya. Jadi
bekal yang wajib diketahui bila akan mengevaluasi buku sastra anak- anak adalah seperangkat
nilai ekstrinsik dan intrinsik sastra yang sesuai dengan kemampuan “ melihat “ dunia anak-anak.
1. Alur
Unsur penting yang tidak dapat diabaikan dalam setiap karya fiksi bagi anak-aanak adalah
alur atau plot. Biasanya pertayaan pertama yang diajukan anak-anak ketika membaca bacaan
cerita “ Mengapa saya harus membaca buku ini, apakah buku ini menarik, mengandung cerita
apa yang seru? Jawaban atas pertayaan – pertayaan itu adalah alur atau plot, karena alur
biasanya menceritakan apa yang dilakukan oleh para tokoh cerita dan apa yang terjadi pada
mereka. Alur merupakan benang merah yang menjalin serta merangkai kan susunan cerita
menjadi terpadu satu sama lain dan membuat pembaca penasaran ingin terus membacanya
sehingga selesai.
Buku sastra anak-anak memerlukan alur yang tertara rapi dan apik, dan saling berkaitan. Alur
cerita seperti itu biasanya tumbuh secara logis atau alamiah yang mengacu kepada tindakan-
tindakan dan sejumlah keputusaan para tokoh dalam situasi-situasi yang tersedia berdasarkan
kontek peristiwa. Alur cerita buku sastra anak –anak harus terppercaya dan mengallirkan
(bukan tergantung pada) kejadian dan penemuan sejati. Dengan kata lain, alur cerita itu mesti
diupayakan asli dan segar, sehingga cerita itu menjadi lengkap. Alur sastra anak sebenarnya
bukan hanya persoalan sorot balik atau linear. Ha ini yang pokok adalah sejauh mana struktur
alur cerita itu efektif dan jelas sehingga tidak membuat anak-anak bingung dan tersesat
dalam mnegikuti alur cerita dari awal hingga akhir.

2. Latar cerita
Dalam bacaan cerita, waktu dan tempat ini disebut Latar. Hal itu dapat dicari dengan
bertanya kapan dan dimana kejadian itu berlangsung?
Menurut Wellek dan Werren (1988:290) latar adalah lingkungan yang dapat dianggap
berfungsi sebagai metonimia., metafora,ekpresi dari tokohnya.
Latar ada 3 macam, yaitu latar waktu, latar tempat, dan latar suasana. (1) Latar waktu adalah
berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita fiksi
(2) Latar tempat adalah berhubungan dengan lokasi terjadinya suatu peristiwa yang di
ceritakan dalam sebuah karya fiksi yang merujuk pada wilayah geografi berupa tempat-
tempat dengan nama atau inisial tertentu.
Dalam beberapa buku latar merupakan bagian yang penting. Plot dan gerak laku tokoh tidak
dapat dikembangkan tanpa memahami waktu dan tempat. Namun dalam cerita yang lain, latar
hanya memberikan sesuatu latar belakang. Harus disadari pula bahwa latar cerita dalam fiksi
dimaksudkan pengarangnya, paling tidak. Ltar cerita juga sebaiknya mampu menyakinkan
anak-anakk bahwa tempat dan waktu kejadian dalam cerita yang dibacanya sangat
menyakinkan untuk dipercaya dan merupakam sesuatu yang baru, yang tak pernah dikenal
sebelumnya.
3. Tema Cerita
Kriteria ketiga yang penting menjadi pusat perhatian ketika mengepaluasi buku sastra ana-
anak adalah tema. Pertayaan yang lajim dipergunakan untuk melusuri tema adalah, apa
maksud pengarang menulis suatu cerita? Yang harus segera diperiksa dalam tema buku sastra
anak-anak adalah, sejauh mana tema ini berorientasi dann dilandasi oleh nilai-nilai etik yang
terpuji secara universal. Ini penting diperhatikan, mengingat periode psikologis anak yang
sedang menjalani proses pembentukan diri dan identifkas diri.
Betapa pentingnya tema, jangan sampai buku cerita anak-anak didominasikan oleh semacam
khotbah, nasihat, atau petuah- petuah verbal yang membosankan. Berikan anak –anak buku
sastra yang “ bercerita” , sehingga nilai-nilaii semacam kejujuran, keadilan, demokrasi,
keterbukaan, ketaqwaan, kasih sayang, cinta, diam-diam menyerap kuat pada kepribadian
anak-anak.Tema cerita menyentuh aspek ini. Dan karena tema cerita itu pula maka sebuah
buku sastra menjadi bermakna bagi anak-anak.
4. Tokoh Cerita
Keindahan dan kesejatian buku sastra anak-anak selalu didukung penokohan yang
menyakinkan, unik, dan memikat.Anak-anak biasanya menyukai tokoh-tokoh yang berani,
cerdik dan perkasa. Kreatifitas pengarang buku sastra anak-anak selalu diuji untuk
menciptakan tokoh-tokoh fantasi yang unik tapi terpercaya.
Dalam mengevalusi tokoh cerita dalam sastra ana-anak diperlukan keje-lian dalam hal melihat
perkembangan perwatakannya. Ada pengarang yang gemar menurutkan perkembangan watak
tokoh cerita melalui gaya naras. Artinya, perkembangan watak tokoh cerita digambarkan
secara parsial, tanpa melibatkannya dalam alur dan latar. Gaya biasanya kurang menarik
minat anak-aanak, karena mereka kurang sabar dalam menghadapi daetail. Sedangkan
gambaran anak-anak untuk memahami sosok tokoh yang bergerak dalam rentetan cerita yang
dibacanya.
Menurut charlotte huck (1987), kepercayaan kepada tokoh tergantung kemampuan pengarang
mengungkapkan sifat, kekuatan dan kelemahan tokoh itu. Ia menyatakan bahwa hal ini dapat
dilakukan (1) menceritakan tokoh melalui narasi (2) mencatat percakapan tokoh dengan tokoh
lainnya, (3) mendes-kripsikan pikiran-pikiran tokoh, dan(4) menyajikan tokoh dalam suatu
lakon.
5. Gaya ( Style) Cerita
Dalam karya fiksi, gaya adalah cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan
menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan
suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca. Dengan demikian
diyakini bahwa gaya menulis seorang pengarang tercermin jelas dalam pilihan dan susunan
kata-kata yang diungkapkan ketika menyajikan cerita. Gaya menulis yang baik haruslah serasi
dengan alur, tema dan tokoh, baik dalam pencipta maupun dalam pereflesian suasana hati
cerita ( Huck 1987). Denagan banyak membaca buku sastra yang beragam gaya ceritanya,
diharapkan anak-aanak dapat mengenal dan membedakan gaya bercerita yng khas dari setiap
pengarang. Kemampuan membandingkan ini menjadi indikator bahwa anak-anak dibimbing
untuk berpikir kritis dalam kegiatan membaca buku sastra, sehingga kualitas
apresiasinya semakin meningkat. Agar dapat memahami anak-anak ketika mereka
mengapresiasi buku sastra, orang dewasa, orang tua dan guru sedapat mungkin harus berjuang
untuk “menganak- anakkan diri”. Kita dapat memahami kalau anak-anak tidak begitu suka
( tidak dapat menikmati) suatu cerita yang terlalu bersifat deskriftif.Mereka cendrung lebih
menyenangi perbandingan – perbandingannya yang terjangka oleh kemampuan pemahaman
mereka.
6. Sudut Pandang Cerita
Sudut pandang adalah cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang
dipaparkannya atau menurut istilah Huck (1987) sudut padang diartikan dari arah mana atau
dalam posisi apa pengarang menempatkan dirinya dalam bercerita. Sebuah kejadian dapat
diuraikan dalam istilah yang berbeda oleh beberapa orang yang memiliki pengalaman yang
sama. Detail yang mereka pilih untuk diuraikan perasaan-perasaan yang mereka alami, dan
kepercayaan mereka tentang benar atau salah dapat berubah disebabkan latar belakang , nilai-
nilai dan perspektif lainnya. Akibatnnya, cerita yang sama dapat berubah drastis tergantung
pada sudut pandang seorang pencerita. Seorang pengarang memiliki beberapa pilihan ketika
memilih sudut pandang. Pertama, cerita itu dapat diceritakandari sudut pandang orang
pertama, yang mempengaruhi perkembangan plot, penokohan, dan tema. Kedua, cerita itu
diceritakan dan sudut pandang yang objektif, tindakan-tindakan yang mengngkapkannya.
Ketiga, cerita diceritakan dari sudut pandang maha tahu. Sudut pandang orang ketiga
biasanya lebih disukai anak-anak, karena pengarang bisa leluasa mengeksploitasi apa saja
yang menjadi obsesi kepengarangannya. Sedangkan sudut pandang orang pertama, yanng
menggunakan tokoh aku, sering membuat anak-anak kurang puas, karena jangkauan
pengarang dalam bercerita menjadi terbatas.
7. Ilustrasi dan Format Buku
Ilustrasi adalah gambar-gambar yang menyertai cerita dalam buku sastra anak. Kebanyakan
dan buku sastra anak-anak menggunakan ilustri untuk daya tariknya. Buku-buku yang tidak
ada ilustrinya, itu kurang cocok untuk dijadikan buku bacaan anak-anak. Kehadiran ilustri
untuk buku anak- anak menjadi keharusan apalagi untuk anak-anak prarsekolah. Ilustri
dalam sastra anak-anak baik gambar maupun foto, sengaja u tuk mengkonkretkan apa yang
dikisahkan secara verbal karena anak-anak dalam tahap perkembangan operasional konkret.
Selain itu, ilustri dimaksudkan untuk menarik minat siswa. Oleh karena itu ilustrasi harus
jelas, berwarna, komunikatif, hidup dan ditampilkan secara variatif.
Format buku dalam sastra anak perlu mendapat perhatian khusus. Anak-anak kelas awal dan
prasekolah misalnya, pada waktu membuka-buka buku diupayakan formatnnya cukup besar.
Pada waktu guru membaca nyaring untuk siswanya, sebaiknya menggunakan buku besar(big
book) supaya pergatian siswa terpusat pada gurunya. Dengan demikian, ukuran buku sastra
anak tidak harus baku seperti buku orang dewasa, bisa divariasikan agar lebih memudahkan
siswa dan lebih komunikatif. Demikian juga ukuran huruf.Ukuran huruf untuk anak. Bisa
lebih besar tidaj ukuran standar untuk buku orang dewasa.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Disekolah dasar, pembelajaran sastra dimaksudkan untuk meningkatkan siswa mengapresiasi
karya sastra. Kegiatan mengapresiasi sastra berkaitan dengan latihan mempertajam perasaan,
penalaran, daya khayal, serta kepekaan terhadap masyarakat budaya dan lingkungan hidup.
Pengembangan kemampuan bersastra disekolah dasar dilakukan dalam berbagai jenis dan bentuk
melalui kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Disekolah dasar pempelajari bahasa dan sastra indonesia lebih diarahkan kepada kompetensi
siswa untuk berbahasa dan berapresiasi sastra. Pelakanaannya, pembelajarannya sastra dan bahasa
dilaksanakan secara terintegrasi. Sedangkan pengajaran sastra, ditujukan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menikmati, menghayati, dan memahami karya sastra. Pengetahuan
tentang sastra hanyalah sebagai penunjang dalam mengapresiasi.
Tugas guru dan orang tua dalam memilih buku anak-anak adalah melakukan penelitian lebih
rinci terhadap unsur-unsur yang lazim ada dalam setiap bacaan secerita ( fiksi). Unsur-unsur itu
meliputi (1) alur, (2) latar, (3) tema, (4) tokoh, (5) gaya, (6) sudut pandang,(7) format buku cerita.
3.2 SARAN
Adapun saran dalam makalah ini adalah marilah kita tingkatkan kemampuan kita dalam
bersastra, utamanya para pendidik agar peserta didik yang kita ajar dapat betul-betul
memahami dari inti sastra itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Edu. Brata. 2009. Hakikat Pembelajaran Sastra Anak di SD, http://mbahbrata-


edu. Blongshot. Com/2009/12/hakikat-pembelajara-sastra-anak-di-sd.html.
(diakses 1 Februari 2014)
Resmini, Novi, Dadan Djuanda, &isah cahyani. 2006. Pembinaan dan
pengembangan pembelajaran bahasa dan sastra indonesia. Bandung : UPI
PRESS.
Samosir,Aldon. 2008 pembelajaran sastra,
http://aldonsamosir,wordpress.com/kurikulum/ pembelajaran-sastra/.(diakses 2
februari)
Wahap, sabri,2012.Hakikat Pembelajaran Sastra, http/guruemarsabri.
Blongsot.com/2012/05/hakikat-pembelajaran-sastra.html,( diakses 2 februari
2014).

Anda mungkin juga menyukai