Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Teori Apresiasi Sastra Anak SD


UJIAN TENGAH SEMESTER

“ Perkembangan Sastra Anak di Sekolah Dasar


Dasar“

Dosen
n Pengajar : Dr. Nur Azmi Alwi, S.S., M.Pd

Disusun Oleh :

LAILATUL RAHMI

21129236

21 BKT 12

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGRI PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah memberi kemudahan sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat beserta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakninya Nabi Muhammad SAW yang kita
nantikan syafaatnya diakhirat nanti.

Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmatnya baik itu sehat
fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah
sebagai tugas ujian tengah semester dari mata kuliah teori apresiasi sastra anak.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibuk Dr.Nur Azmi Alwi S.S., M.Pd selaku
dosen pengampu mata kuliah teori apresiasi sastra anak. Saya menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk
menyempurnakan makalah saya selanjutnya.

Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat serta
referensi pembelajaran maupun inpirasi terhadap pembaca.

Suliki, April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................

DAFTAR ISI................................ ....................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ........... ........................................................................

A. Latar Belakang ................... ....................................................................................


B. Rumusan Masalah .............. ....................................................................................
C. Tujuan Pembahasan ........... ....................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .............. ....................................................................................

A. Perkembangan sastra anak . ....................................................................................


B. Pengetian sastra .................. ....................................................................................
C. Nilai sastra bagi anak ........ ....................................................................................
D. Perkembangan pembelajaran sastra bagi pendidikan anak SD ...............................
E. Tahapan perkembangan pembelajaran sastra di sekolah dasar ...............................
F. Bentuk-bentuk sastra anak kelas rendah dan tinggi ................................................
G. Pemilihan bahan sastra untuk siswa SD..................................................................
H. Pentingnya sastra untuk anak SD ............................................................................
I. Perbedaan sastra anak kelas tinggi dan rendah .......................................................

BAB III PENUTUP ...................... ....................................................................................

A. Kesimpulan ........................ ....................................................................................


B. Saran .................................. ....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .................. ........................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pembelajaran sastra di SD pada dasarnya bertujuan membina apresiasi anak SD
terhadap karya sastra, sehingga anak dapat mengembangkan kearifan, kejelian, dan ketelitian
untuk menangkap isysrat-isyarat dalam kehidupan yang tercermin dalam karya sastra. Jika
apresiasi telah tumbuh pada diri anak, maka akan memberikan dampak positif terhadap anak.

Sastra berbicara tentang hidup dan kehidupan, Anak-anak sebagai manusia dalam
tahap pertumbuhan dan perkembangan yang istimewa bersentuhan dengan sastra. Kita ambil
contoh, Tidak sedikit orang tua mendongengi anaknya menjelang tidur, anak mendengarkan
dengan penuh perhatian dan merasa puas hingga tertidur. Hal ini memberi gambaran bahwa
sastra juga dibutuhkan anak, anak merasa nyaman dan senang menikmati sastra.

Kita pahami anak-anak memiliki tahap perkembangan yang berbeda dengan orang
dewasa, ini berpengaruh pula dengan sastra yang sesuai, layak dikonsumsi anak-anak. Perlu
dibedakan sastra untuk orang dewasa dan sastra untuk anak. Manfaat yang diperoleh dari
sastra anak antara lain sebagai media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak,
serta menuntun kecerdasan emosi anak. Hal ini karena dalam sastra anak terkandung pesan
moral yang dapat membangun kepribadian positif pada anak.

Berkenaan dengan manfaat tersebut, maka kita harus mampu membedakan, memilih
sastra yang cocok dan layak dikonsumsi oleh anak-anak dengan rambu-rambu kita harus
memahami apa itu sastra anak.

B. Rumusan masalah
1. Apa itu perkembangan sastra?
2. Apa pengetian sastra dan nilai sastra bagi anak?
3. Bagaimana perkembangan pembelajaran sastra anak SD?
4. Bagaimana tahapan perkembangan pembelajaran sastra anak?
5. Apa saja bentuk dan perbedaan sastra anak kelas rendah dan tinggi?
6. Bagaimana pemilihan bahan sastra untuk anak SD?
7. Apa pentingnya sastra untuk anak SD?

C. Tujuan pembahasan
1. Untuk mengetahui perkembangan sastra.
2. Untuk mengetahui pengertian dan dan nilai sastra bagi anak.
3. Untuk mengetahui perkembangan pembelajaran sastra anak SD.
4. Untuk mengetahui tahapan perkembangan pembelajaran sastra anak.
5. Untuk mengetahui bentuk dan perbedaan sastra anak kelas tinggi dan rendah.
6. Untuk mengetahui pemilihan bahan sastra untuk anak SD.
7. Untuk mengetahui pentingnya sastra anak SD.
BAB II

PEMBAHASAAN
A. Perkembangan Sastra Anak

Usia anak-anak adalah fase perkembangan yang masih sering berubah-ubah. Anak
masih sangat mudah menerima hal-hal yang ditemui, positif maupun negatif. Perkembangan
anak juga dipengaruhi dari hal-hal yang anak temui pada saat usia anak-anak, dan akan
berpengaruh dalam perkembangannya ketika dewasa nanti. Sebagai contoh, apabila anak
dibiasakan untuk melakukan perilaku-perilaku yang baik, hal tersebut akan tertanam pada diri
anak hingga ia dewasa. Maka dari itu, alangkah baiknya apabila pada masa anak-anak ini,
anak diberikan kebiasaan dan disuguhkan bacaan-bacaan sastra yang dapat menambah
pengetahuan intelektual dan moralnya.

Setiap anak memiliki tahapan-tahapan perkembangan yang berbeda, maka bacaan


yang diberikan harus disesuaikan dengan usia dan perkembangan anak. Dengan
menyesuaikan bacaan dengan usia dan kemampuan anak dalam mengerti dan memahami
bacaan akan memudahkan anak dalam mengambil pelajaran dari apa yang ia baca. Bacaan
anak umumnya berupa cerita pendek yang menggunakan bahasa sederhana dan berisikan
tentang cerita fiksi. Sastra anak bisa juga menceritakan dan menggambarkan segala sesuatu
yang menyangkut kehidupan, kehidupan manusia, kehidupan binatang.

Seperti halnya orang dewasa, anak juga memiliki rasa ingin tahu yang besar. Untuk
memuaskan rasa ingin tahu anak memiliki banyak cara, seperti dengan membaca. Dan anak
belum bisa memilih bacaan yang sesuai dengan dirinya, maka dari itu kita harus peduli
dengan bacaan anak karena akan memberikan dampak dalam perkembangan sastra anak.

B. Pengertian Sastra

Pembelajaran sastra di SD adalah Pembelajaran sastra anak. Sastra anak adalah karya
sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab
dengan anak-anak, yaitu anak yang berusia antara 6-13 tahun. Sifat sastra anak adalah
imajinasi semata, bukan berdasarkan pada fakta. Unsur imajinasi ini sangat menonjol dalam
sastra anak. Hakikat sastra anak harus sesuai dengan dunia dan alam kehidupan anak-anak
yang khas milik mereka dan bukan milik orang dewasa. Sastra anak bertumpu dan bermula
pada penyajian nilai dan imbauan tertentu yang dianggap sebagai pedoman tingkah laku
dalam kehidupan.

Sastra merupakan bagian dari kesenian yang dapat memberikan kesenangan, hiburan,
kebahagiaan pada manusia. Manusia ingin menikmati keindahan yang pernah dirasakannya
dengan mewujudkan keindahan itu dalam bentuk, seperti : seni sastra yang mewujudkan
keindahan dalam bentuk bahasa. Dalam sastra unsur perasaan lebih tinggi. Sastra
berhubungan dengan penciptaan, dan ungkapan pribadi (ekspresi). Jiwa sastra berupa pikiran,
perasaan, dan pengalaman manusia. Sebuah karya sastra akan menjadikan pembacanya lebih
kaya akan pengalaman dan pengetahuan, hati akan bergetar dan jiwa akan diliputi kesegaran
C. Nilai Sastra bagi Anak

Sastra dapat mengembangkan wawasan anak menjadi prilaku insani. Melalui karya
sastra yang luas dapat membuat anak mengerti dunia. Anak dapat membayangkan dan
merasakan keindahan serta, anak dapat merasakan kesadaran mengenai kehidupan orang lain,
bahkan bangsa lain sekalipun. Sastra mengembangkan imajinasi anak untuk memikirkan
alam, insan, pengalaman, atau gagasan dengan berbagai cara. Sastra dapat memberikan
pengalaman seolah-olah si anak sendiri yang mengalaminya. Seperti, petualangan,
perjuangan dalam menghadapi rintangan.

D. Perkembangan Pembelajaran Sastra bagi Pendidikan Anak SD

Karya sastra merupakan pembelajaran yang cocok diberikan. Karena telah diketahui
bahwa dengan membaca karya sastra hati bisa merasakan sesuatu yang menyenangkan dan
membahagiakan. Selain itu, karya sastra juga memberikan nilai-nilai dan pengetahuan
lainnya yang belum pernah diketahui oleh anak-anak seperti pengetahuan bagaimana
sebaiknya mereka berinteraksi dengan sesama.

Hal-hal berikut yang akan terpengaruhi dalam perkembangan sastra anak:

1. PERKEMBANGAN INTELEKTUAL

Anak akan mengalami perkembangan intelektual dan moral dari sastra-sastra yang ia
dapat, ia akan mengambil nilai-nilai dari sastra tersebut dan menyebabkan perkembangan
intelektual. bertambahnya pengetahuan dan perkembangan kognitif, serta dari konflik yang
didapat dari suatu sastra akan memberikan pengaruh terhadap perkembangan moral anak.

Piaget membedakan perkembangan intelektual anak ke dalam empat tahapan. Tiap


tahapan mempunyai karakteristik yang membedakannya dengan tahapan yang lain, dan hal
itu berkaitan dengan respon anak terhadap bacaan. Sebagai konsekuensinya hal itu pun
mempunyai implikasi logis dalam pemilihan bahan bacaan anak. Tahapan perkembangan
intelektual yang dimaksud adalah sebagai berikut.

a. Tahap Sensori-motor ( the sensory-motor period, 0-2 tahun ).

Disebut sebagai tahap sensori-motor karena perkembangan terjadi berdasarkan informasi dari
indera (senses) dan bodi (motor). Karakteristik utama dalam tahap ini adalah bahwa anak
belajar lewat koordinasi persepsi indera dan aktivitas motor serta mengembangkan
pemahaman sebab akibat atau hubungan-hubungan berdasarkan sesuatu yang dapat diraih
atau dapat berkontak langsung. Anak mulai dapat memahami hubungannya dengan orang
lain, mengembangkan pemahaman objek secara permanen. Dalam usia 1,6─2 tahun anak
akan menyukai aktivitas atau permainan bunyi yang mengandung perulangan yang ritmis.

Anak menyukai bunyi-bunyian yang bersajak dan berirama. Dapat berupa nyanyian, kata-
kata yang dinyanyikan. Bunyi-bunyian ritmis akan memicu tumbuhnya rasa keindahan pada
diri anak. Permainan bunyi yang berwujud repetisi dan keritmisan merupakan dasar penting
bagi bangunan sebuah sajak.
b. Tahap Praoperasional ( The Preoperational Period, 2-7 Tahun ).

Dalam tahap ini anak mulai dapat “mengoperasikan” sesuatu yang sudah mencerminkan
aktivitas mental dan tidak lagi semata-mata bersifat fisik. Karakteristik dalam tahap ini antara
lain adalah bahwa
(i) anak mulai belajar mengaktualisasikan dirinya lewat bahasa, bermain, dan
menggambar (corat-coret).
(ii) Jalan pikiran anak masih bersifat egosentris, menempatkan dirinya sebagai pusat
dunia, yang didasarkan persepsi segera dan pengalaman langsung karena masih
kesulitan menempatkan dirinya di antara orang lain.
(iii) Anak menggunakan simbol dengan cara elementer yang pada awalnya lewat
gerakan tertentu dan kemudian lewat bahasa dalam pembicaraan. Perkembangan
kognitif saat ini yang luar biasa adalah perkembangan bahasa dan konsep formasi.
(iv) Pada masa ini anak mengalami proses asimilasi di mana anak mengasimilasikan
sesuatu yang didengar, dilihat, dan dirasakan dengan cara menerima ide-ide
tersebut ke dalam suatu bentuk skema di dalam kognisinya.
Kemungkinan implikasi terhadap buku bacaan sastra yang sesuai dengan karakteristik pada
tahap perkembangan intelektual di atas antara lain adalah (

i) Buku yang menampilkan gambar sederhana sebagai ilustrasi yang menarik.


ii) Buku bergambar yang memberi kesempatan anak untuk memanipulasikannya.
iii) Buku yang memberi kesempatan anak untuk mengenali objek dan situasi tertentu
iv) Buku cerita menampilkan tokoh dan alur, mencerminkan tingkah laku.
Menurut Donaldson (via Huck dkk. 1987:55) anak usia 3 atau 4 tahun sudah dapat
mendemonstrasikan kemampuannya jika objek dan situasi yang dihadapkan kepadanya
konkret dan bermakna. Sifat egosentris pada anak akan membawanya untuk dapat
menanggapi cerita dengan mengidentifikasikan dirinya terhadap tokoh utama cerita, dan
karenanya anak akan mengalami proses asimilasi dengan melihat diri dan dunianya dengan
pandangan yang baru.

c. Tahap Operasional konkret ( the concrete operational 7-11 tahun).

Anak mulai dapat memahami logika secara stabil. Karakteristik anak pada tahap ini adalah

 anak dapat membuat klasifikasi sederhana, mengklasifikasikan objek berdasarkan


sifat-sifat umum, misalnya klasifikasi warna, klasifikasi karakter tertentu.
 Anak dapat membuat urutan sesuatu secara semestinya, menurutkan abjad, angka,
besar-kecil, dan lain-lain.
 Anak mulai dapat mengembangkan imajinasinya ke masa lalu dan masa depan;
adanya perkembangan dari pola berpikir yang egosentris menjadi lebih mudah untuk
mengidentifikasikan sesuatu dengan sudut pandang yang berbeda.
 Anak mulai dapat berpikir argumentatif dan memecahkan masalah sederhana, ada
kecenderungan memperoleh ide-ide sebagaimana yang dilakukan oleh dewasa, namun
belum dapat berpikir tentang sesuatu yang abstrak karena jalan berpikirnya masih
terbatas pada situasi yang konkret.
Kemungkinan implikasi terhadap buku bacaan sastra yang sesuai dengan karakteristik pada
tahap perkembangan intelektual di atas antara lain adalah buku-buku bacaan yang memiliki
karakteristik sebagai berikut.

 Buku bacaan narasi atau eksplanasi yang mengandung urutan logis dari yang
sederhana ke yang lebih kompleks.
 Buku-buku bacaan yang menampilkan cerita yang sederhana baik yang menyangkut
masalah yang dikisahkan, cara pengisahan, maupun jumlah tokoh yang dilibatkan.
 Buku-buku bacaan yang menampilkan berbagai objek gambar secara bervariasi,
bahkan mungkin yang dalam bentuk diagram dan model sederhana.
 Buku-buku bacaan narasi yang menampilkan narator yang mengisah-kan cerita, atau
cerita yang dapat membawa anak untuk memproyeksikan dirinya ke waktu atau
tempat lain. Dalam masa ini anak sudah dapat terlibat memikirkan dan memecahkan
persoalan yang dihadapi tokoh protagonis atau memprediksikan kelanjutan cerita.

d. Tahap operasi formal ( the formal operational, 11 atau 12 tahun ke atas).

Pada tahap ini, tahap awal adolesen, anak sudah mampu berpikir abstrak. Karakteristik
penting dalam tahap ini antara lain adalah

 anak sudah mampu berpikir “secara ilmiah”, berpikir teoretis, berargumentasi dan
menguji hipotesis yang mengutamakan kemampuan berpikir.
 Anak sudah mampu memecahkan masalah secara logis dengan melibatkan berbagai
masalah yang terkait. Implikasi terhadap pemilihan buku bacaan sastra anak adalah
 Buku bacaan yang menampilkan masalah yang membawa anak untuk mencari dan
menemukan hubungan sebab akibat serta implikasi terhadap karakter tokoh;
 Buku bacaan cerita yang menampilkan alur cerita ganda, mengandung plot dan
subplot, yang dapat membawa anak untuk memahami hubungan antar subplot
tersebut, serta menampilkan persoalan (konflik) dan karakter yang lebih kompleks.

2. PERKEMBANGAN BAHASA

Bayi yang baru lahir pastinya belum bisa untuk berbicara atau berbahasa, akan tetapi
bayi akan belajar dari lingkungan di sekitarnya. Dari suara yang ada, lalu ia membedakan
suara atau bunyi yang ada disekitarnya, mulai dari bunyi dari suatu benda, binatang, atau
suara manusia. Dengan bayi tumbuh dan berkembang hingga usia kanak-kanak, anak akan
belajar dan mulai menemukan bahasanya sendiri. Anak memperoleh bahasa dengan melihat
dan menirukan orang disekitarnya. Proses tersebut terjadi terus menerus hingga.

Pada tahap selanjutnya, anak mulai menerima cerita yang sesuai dengan pola pikir
anak, yang mampu dipahami anak. Cerita untuk memperkenalkan dunia, dengan sudut
pandang yang sesuai dengan anak. Perkembangan bahasa anak juga berkaitan dengan
perkembangan intelektual dan aspek personalitas yang lainnya. Hal ini bisa digunakan untuk
memahami bahwa setelah anak mampu memahami dan menggunakan bahasa, anak dapat
menerima dan mengembangkan tentang pengetahuan dan pemahaman terhadap dunia.
Anak yang terbiasa dengan sastra sejak dini akan memberikan dampak yang baik bagi
perkembangan anak dan sastra tidak hanya menjadi suatu sarana hiburan saja, akan tetapi
anak akan mengambil pendidikan dan pelajaran dari berbagai nasihat yang terkandung. Selain
itu sastra anak memiliki fungsi khusus terhadap perkembangan anak yaitu; melatih dan
memupuk kebiasaan membaca anak, membantu perkembangan intelektual anak, karena
memahami suatu bacaan bagi anak bukanlah hal yang mudah, dengan kebiasaan membaca
anak akan lebih mudah memahami karena sudah terbiasa. Selain itu, sastra mempercepat
anak dalam perkembangan belajar bahasa dan memingkatkan daya imajinasi anak.

3. PERKEMBANGAN MORAL

Menurut Piaget perbedaan nyata antara anak dan dewasa adalah bahwa anak memiliki “dua
moral”. Piaget dan Kohlberg (ahli lain yang mengembangkan teori Piaget lebih lanjut),
mengemukakan bagaimana anak mungkin saja mengubah interpretasinya terhadap dilema
konflik dan moral dalam cerita. Penilaian anak terhadap moral bergerak dari keterikatannya
pada dewasa ke keterpengaruhannya pada kelompok dan berpikir bebasnya.

Kemungkinan implikasinya bagi seleksi bacaan sastra anak antara lain dapat dikemukakan
sebagai berikut.

 Pahami dengan baik karakteristik perkembangan moral anak tiap tahap kemudian
pilih bacaan yang sesuai. Misalnya, anak usia tiga tahun baik untuk dipilihkan bacaan
yang melukiskan persetujuan orang tua yang berupa tingkah laku dan kata-kata yang
baik. Anak usia empat tahun baik untuk dipilihkan bacaan yang dapat melatih anak
untuk bertanggung jawab dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan aturan sosial.
 Pilih buku bacaan yang mengandung dan menawarkan unsur moral, alasan pemilihan
moral tertentu oleh tokoh anak, atau yang mengandung nasihat-nasihat tentang moral
sebagai “model” bertingkah laku.

Dengan tidak jelasnya tingkatan usia anak dalam tahapan di atas kita dituntut untuk
mempertimbangkan bacaan sastra mana yang terbaik untuk usia anak tertentu. Sebagai bahan
pertimbangan kita dapat menghubungkan tahapan perkembangan intelektual (Piaget) dengan
tahapan perkembangan moral (Kohlberg). Kohlberg mengemukakan bahwa seorang anak
yang berada dalam tahap operasional konkret, ia akan berada dan terbatas pada tahap 1 dan 2
dalam perkembangan moral; seorang anak yang berada dalam tahap oprasional formal
sebagian, ia akan berada dan terbatas pada tahap 3 dan 4; sementara seseorang yang berada
dalam perkembangan moral tahap 5 dan 6, ia mesti sudah berada dalam tahap operasi formal.

4. PERKEMBANGAN EMOSIONAL DAN PERSONAL


 Tahap kepercayaan (trust) anak membutuhkan makanan dan perawatan. Anak mulai
mengenali dirinya yang terpisah dari orang lain atau objek, dan pemahaman terhadap
realitas ini membuat aspek trust menjadi penting. Tahap ini sejalan dengan tahap
sensori-motor dalam tahapan perkembangan intelektual menurut Piaget.
 Tahap kemandirian(autonomy) anak belajar kemandirian dengan mencoba melakukan
sesuatu secara bebas, atau justru memperoleh pengalaman keragu-raguan jika ternyata
inderanya tidak dapat mengelola dunia sekeliling. sejalan dengan tahap sensori-motor.
 Tahap prakarsa versus kesalahan, anak belajar berinisiatif mengeksplorasi dunianya,
atau jika tidak dapat melakukannya, mengembangkan rasa ketidak mampuan.Tahap
ini sejalan dengan tahap praoperasional.
 Tahap kepandaian versus perasaan rendah diri, anak berusaha mengembangkan rasa
gembira dan bangga jika dapat melakukan sesuatu atau menghasilkan sesuatu dari
aktivitasnya, atau justru sikap sebaliknya jika tidak mampu sehingga merasa rendah
diri. Tahap ini sejalan dengan tahap operasional konkret
 Tahap identitas versus kebingungan, anak mencari dan mengembangkan identitas
personal, berusaha mencari dan menemukan identitas dirinya, atau justru merasa
ambivalen terhadap identitasnya. Tahap ini sejalan dengan tahap operasional formal.

Kemungkinan implikasi tahapan di atas dalam hal seleksi buku-buku bacaan sastra adalah
bahwa pemilihan bacaan haruslah mempertimbangkan masalah-masalah yang terkandung di
dalamnya mampu memberikan kepuasan kepada anak yang sesuai dengan tahap
perkembangannya. Sebagai contoh, anak usia prasekolah akan lebih suka menanggapi bacaan
yang menggambarkan kemampuan versus ketidakmampuan seorang anak untuk melakukan
sesuatu secara sukses dan menggembirakan. Anak pada usia adolesen menyukai bacaan yang
berisi kesuksesan anak dalam petualangan pencarian dan penemuan sesuatu, atau cerita
tentang penemuan identitas seseorang dalam kehidupan sosial yang pluralistik

5. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN

Sastra mempunyai peranan penting dalam perkembangan kepribadian anak. Tokoh-tokoh


dalam karya sastra secara tidak sadar akan mendorong atau mempengaruhi anak-anak
mengendalikan berbagai emosi, misalnya: benci, cemas, takut, bangga, angkuh, sombong,
dan lainnya. Disini guru harus pintar-pintar memilih bacaan untuk anak yang didalamnya
terdapat pesan, kesan moral bagi anak.

6. PERKEMBANGAN SOSIAL

Istilah sosialisasi mengacu pada suatu proses yang digunakan untuk anak dalam membentuk
perilaku, norma, dan mativasi, yang selalu dipantau serta dinilai oleh keluarga dan kelompok
budaya mereka. Ada tiga proses yang sangat berpengaruh dalam sosialisasi dunia anak-anak.

 proses hadiah dan hukuman. Orang tua kerap kali memberikan hadiah kepada anak
atas prilaku yang baik. Sebaliknya, mereka memberi hukuman atas prilaku yang tidak
baik. Hal ini bermakna, anak disuruh melakukan hal-hal yang baik dan melarang
melakukan hal-hal yang tidak baik.
 proses imitasi atau peniruan. Anak-anak meniru prilaku orang dewasa atau teman
sebaya. Pada masa ini anak belajar tentang prilaku yang diterima dalam masyarakat.
 proses identifikasi. Proses ini menuntut ikatan emosional dengan model-model yang
ada. Anak-anak menginginkan agar pikiran, perasaan, dan sifat-sifat mereka sama
dengan model yang disukai.

Karena itu dalam karya sastra yang dipilih untuk anak SD hendaknya menampilkan tokoh
model yang dapat membawa anak-anak kearah yang lebih baik.
Sastra anak mempunyai beberapa fungsi khusus berikut ini :

1. Melatih dan memupuk kebiasaan membaca pada anak-anak.


2. Membantu perkembangan intelektual, bahasa dan psikologi anak.
3. Membangkitkan daya imajinasi anak.

E. Tahapan Perkembangan Pembelajaran Sastra di Sekolah Dasar

Tahapan dalam pelaksanaan proses pembelajarannya antara lain:

1. Tahap Penikmatan

Diawali sejak masa anak umur 3-7 tahun. Anak SD diajak menikmati atau mendengarkan
cerita, puisi syair lagu, drama anak. Dengan menyimak dan menonton maka akan timbul rasa
senang, gembira pada diri siswa. Sehingga timbul rasa cinta dan rindu terhadap karya sastra.

2. Tahap Penghargaan

Anak diajak setengah aktif. bagaimana menimbulkan rasa kekaguman, misalnya


menayangkan tokoh yang menjadi idola atau sebaliknya. Pemberian rasa pujian bila anak
dapat menjawab pertanyaan yang berupa umpan balik dari karya sastra yang baru
dinikmatinya maka akan muncul rasa ingin ikut memiliki atau menguasai hasil karya
tersebut, sehingga muncul rasa penghargaan terhadap karya sastra.

3. Tahap Pemahaman

pemahaman ini ditekankan pada pemahaman unsur intrisik dan ekstrinsik karya sastra,
misalnya diberikan pertanyaan siapa tokoh yang baik dan yang jahat, dimana peristiwa itu
terjadi guna mengukur tingkat pemahaman anak tentang sastra yang dibacakan.

4. Tahap Penghayatan

Pada tahap ini siswa diajak menganalisis tema dan berdiskusi tentang nilai-nilai yang
terkandung dalam karya sastra tersebut, mengkritik, dan membandingkan suatu karya

5. Tahap Implikasi

Tahap implikasi yaitu tahap dimana anak diberikan kesempatan mengimplikasikan kreatifitas
dalam bidang sastra, sesuai dengan minatnya masing-masing seperti; yang suka puisi
dibentuk kelompok puisi, yang suka drama dibuatkan sanggar, dan yang suka fiksi maupun
cerpen diberkan pembinaan dalam bentuk ekstrakul kuler.

F. Bentuk-bentuk Sastra Anak kelas rendah dan tinggi


1. Sastra Anak SD Kelas Rendah

Sastra anak SD kelas rendah terdiri atas berbagai genre atau tipe dan dapat berbentuk lisan
dan tulisan. Tipenya berbeda mulai dari Syair lagu anak, tembang dolanan, permainan huruf,
buku bergambar, sampai cerita petualangan
 Syair Lagu, Nyanyian Anak
Syair lagu atau tembang tidak lain adalah puisi. Puisi yang dilagukan ini mengandung
karya seni/berbagai unsur keindahanyang menggunakan bahasa sebagai media.
 Puisi Tembang Dolanan
Puisi tembang dolanan mengandung makna yang berkaitan dengan adat-istiadat, budi
pekerti, sopan-santun, moral, serta unsur kejenakaan.
 Cerita Lisan
Budaya bercerita kepada anak merupakan budaya yang universal, yaitu budaya yang
turun temurun. Dari cerita yang diberikan, si anak dapat memperoleh berbagai
pendidikan, seperti sikap, moral, perbuatan baik dan buruk.

2. Sastra Anak SD Kelas Tinggi

sastra anak SD kelas tinggi adalah jenis karya sastra yang baik untuk siswa SD kelas 4, 5, 6.
Adapun jenis-jenisnya sebagai berikut.

 Cerita Fiksi

Cerita fiksi merupakan cerita yang berisi misteri kehidupan yang berhubungan dengan
kehidupan anak yaitu sesuatu yang menjadi isi ungkapan dan yang ingin disampaikan penulis
kepada pembaca. Fiksi anak mencakup aspek antara lain; emosi, moral, perasaan, dan pikiran
yang dapat dipahami oleh anak-anak usia SD. Jenis-jenis fiksi anak antara lain;

 Novel dan Cerpen


 Fiksi Realistik
 Fiksi Fantasi
 Fiksi Historis
 Komik Sastra Anak

Disekolah Dasar, Pembelajaran Sastra dimaksudkan Untuk meningkatkan


kemampuan siswa mengapresiasikan karya sastra. Menurut Huck (1987 : 630-623) bahwa
pembelajaran sastra di SD harus memberi pengalaman pada siswa yang akan berkontribusi
pada 4 tujuan, yakni :

1. Menumbuhkan kesenangan Pada buku


2. Menginterprestasikan bacaan sastra.
3. Mengembangkan kesadaran bersastra
4. Mengembangkan apresiasi

Pada pandangan Tarigan (2011:6-8) terdapat enam manfaat sastra terhadap anak-anak

1. Sastra memberikan kesenangan, kegembiraan, dan kenikmatan kepada anak-anak.


2. Sastra dapat memberikan pengalaman aneh yang seolah dialami sendiri oleh anak.
3. Sastra dapat mengembangkan wawasan para anak menjadi perilaku insani.
4. Sastra dapat menyajikan dan memperkenalkan kesemestaan pengalaman kepada anak.
5. Sastra merupakan sumber utama bagi penerusan warisan dari generasi ke generasi.
G. Pemilihan Bahan Sastra untuk siswa SD

Buku sastra anak tidak dibatasi oleh pengarangnya anak atau orang dewasa, tetapi lebih
ditekankan pada apa yang ditulisnya. Dengan demikian orang dewasa atau guru harus
memilah mana buku sastra anak dan mana yang bukan, tolak ukurnya tidak ada kaitannya
dengan siapa yang menciptakan, tapi sepenuhnya terpusat pada muatan isinya. Jadi bekal
yang wajib diketahui bila akan mengevaluasi buku sastra anak-anak adalah seperangkat nilai
ekstrinsik dan intrinsik sastra yang sesuai dengan kemampuan “melihat” dan “memahami”
dunia anak-anak.

Pemilihan Kriteria Sastra untuk Anak

Pada hakikatnya tujuan dari karya sastra anak adalah memberikan informasi kepada anak.
Informasi dalam sastra anak terkait dengan ideologi yang akan disampaikan oleh penulis.
Selain memberikan informasi, sastra anak juga bersifat untuk memberikan hiburan dan
manfaat kepada anak. Sastra anak pada dasarnya ingin menyajikan bacaan yang bermanfaat
pada anak. Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka ada ideologi yang akan disampaikan
penulis. Ideologi-ideologi dari penulis bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai (value) dalam
kehidupan penyampaian ideologi untuk anak membutuhkan cara tersendiri karena sastra anak
adalah bacaan untuk anak-anak sehingga membutuhkan perhatian yang khusus.

Cara untuk menyampaikan ideologi kepada anak harus diperhatikan oleh penulis. Hal itu
disebabkan oleh sifat ideologi itu tidak dapat disampaikan secara terpisah-pisah. Selain itu,
harus diingatkan pula bahwa karya itu harus mengandung ideologi secara utuh. Untuk itu
ideologi harus menyatu dalam pemilihan kata-kata, susunan kalimat, narasi, plot, penokohan,
pengakhiran cerita, dan solusi cerita

H. Pentingnya Sastra untuk Anak


1. Sastra Menunjukkan Kebenaran Hidup
2. Sastra untuk Memperkaya Rohani
3. Sastra Melampaui Batas bangsa dan Zaman.
4. Sastra Memiliki Santun Berbahasa
5. Sastra Menjadikan Manusia Berbudaya

Apabila karya sastra diajarkan sejak anak duduk dibangku SD, maka sejak dari dini ia
dapat mengerti kehidupan manusia yang sederhana, berbudi luhur, dan disiplin. Hal itu
dikarenakan didalam sastra terdapat gambaran kebiasaan manusia bergaul dengan kebenaran,
keindahan, dan kebaikan. Anak-anak dapat merasakan hiburan lewat cerita maupun untaian
kata dalam puisi anak melalui belajar sastra, demikian pula, dengan belajar sastra, anak-anak
secara tidak langsung dididik untuk meneladani berbagai nasihat, ajaran, maupun moral yang
disampaikan dalam karya sastra anak.

I. Perbedaan Sastra Anak Kelas Tinggi dan Rendah

Berdasarkan psikologi kognitif, tingkat perkembangan kognitif anak sudah memiliki


kemampuan:
 Menghubungkan dan membandingkan pengalaman kongkret yang diperooleh dengan
kenyataan baru yang dihadapi.
 Membedakan pembedaan dan memilahan..
 Menangkap dan menyusun pengertian-pengertian tertentu berdasarkan gambaran
kongkretnya.
 Menandai cirri ggambaran kenyataan secara aspectual, dan membuat hubungan
berdasar vicarious experience.

Dalam situasi ini, anak baru bisa menghubungkan gambarann kisah yang menceritakan dalam
bacaan secara imajinatif dengan kisah yang ditemukannya dalam realita.

Pada jenjang kelas terakhir, anak sudah mampu:

 Membentuk pengertian melalui penyusunan konsepsi secara logis dan sisteatis.


 Menghubungkan satuan-satuan pengertian secara spekulatif guna membentuk
pemahaman secara komprehensif.
 Mengambil kesimpulan secara tentative berdasarkan spekulasi hubungan resiprokal,
penolakan, dan penerimaan isi pernyataan dan bentuk hubungan secara korelatif.

Pada saat situasi ini, anak jenjang kelas terakhir sudah mampu membaca bacaan yang
diperuntungkan bagi orang dewasa walaupun dalam proses asimilasi dann akomodasi yang
mengakibatkan ketidk seimbangan antara isi bacaan dan hasil apresiasi.

Bisa disimpulkan seperti ini :

 Kelas 1-2 dominan diberikan bentuk cerita bergambar.


 Kelas 3-4 diberikan puisi, sastra tradisional dan cerita fantasi.
 Kelas 5-6 diberikan puisi dan bentuk ceritan realistic kontenporer, kesejarahan, serta
cerita fiksi kelimuan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sastra anak adalah sastra yang secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan
dipahami oleh anak, dan itu pada umumnya berangkat dari fakta yang konkret dan mudah
diimajinasikan. Isi kandungan sastra anak yang terbatas sesuai dengan jangkauan emosional
dan psikologi anak. Sastra anak dapat berkisah tentang apa saja, Misalnya berkisah tentang
binatang yang dapat berbicara, bertingkah laku, berpikir dan berperasaan layaknya manusia.
Imajinasi dan emosi anak dapat menerima cerita itu secara wajar dan memang begitulah
seharusnya menurut jangkauan pemahaman anak. Sastra anak dapat dapat mempengarui
perkembangan intelektual, moral, bahasa, emosional dan personal, kepribadian serta sosial
anak.

Seperti pada jenis karya sastra umumnya, sastra anak juga berfungsi sebagai media
pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi
anak. Pendidikan dalam sastra anak memuat amanat tentang moral, pembentukan kepribadian
anak, mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan keterampilan
praktis bagi anak. Fungsi hiburan dalam sastra anak dapat membuat anak merasa bahagia atau
senang membaca, senang dan gembira mendengarkan cerita ketika dibacakan atau
dideklamasikan, dan mendapatkan kenikmatan atau kepuasan batin sehingga menuntun
kecerdasan emosinya.

B. Saran
Sebagai calon guru Sekolah Dasar, mahasiswa PGSD sebaiknya banyak mempelajari
jenis ragam sastra anak dan bagaimana perkembangan sastra pada diri anak. Penulis
menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami dari penyusun
makalah ini sangat mengharapkan kritik dan saran serta masukan dari pembaca dan guru
pebimbing agar makalah ini menjadi lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/mandriantoadik/pembelajaran-sastra
anakanak_55546468b67e610116ba544c

http://tutialawiah22.blogspot.com/2016/01/pembelajaran-sastra-indonesia-di-sd.html?m=1

http://eckoprihantoro.blogspot.com/2013/12/sastra-anak.html?m=1

https://bagibagiwebblog.wordpress.com/sastra-anak/

https://muhammadsyailan.blogspot.com/2019/10/makalah-karya-sastra-anak.html?m=1

https://www.mitrakuliah.com/2020/07/24/defenisi-dan-perkembangan-sastra-anak/

https://www.google.com/amp/sastra-indonesia.com/2011/03/perjalanan-sastra-anak-di-
indonesia/amp/

https://www.scribd.com/document/4309931230/materi-perkembangan-sastra-anak-1

https://www.scribd.com/doc/48604466/KAARYA-SASTRA-DAN-PERKEMBANGAN-
ANAK

Anda mungkin juga menyukai