Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH SASTRA ANAK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Sastra Anak

Dosen Pengampu : Nur Azmi Alwi, S.S., M.Pd

OLEH :

KELOMPOK 1

NABILLA KHAIRUNNISAA’ (20129173)

NORASLINDA (20129180)

RAFIKA (20129191)

TIARA EMILIA (20129082)

20 BKT 10

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Sastra Anak ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata
kuliah pembelajaran sastra anak. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang sastra anak bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nur Azmi Alwi, S.S., M.Pd, selaku dosen
mata kuliah pembelajaran sastra anak yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Bukittinggi, 21 Februari 2021

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................i

KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................................4
C. Tujuan Masalah........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Sastra Anak..............................................................................................................5
B. Genre Sastra Anak.................................................................................................18

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................................25
B. Saran......................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sastra anak adalah sastra yang memfokuskan anak-anak sebagai pengamat utama.
Menurut Norton (dalam julnal pendidikan dasar 2004:38) mengungkapkan pendapatnya
bahwa “sastra anak-anak adalah sastra yang mencerminkan perasaan dan pengalaman
anak-anak yang dapat dilihat dan dipahami melalui mata anak-anak (through the eyes of a
child)”. Menurut Resmini Novi, Djuanda D (2007:163) Sastra (dalam sastra anak-anak)
adalah bentuk kreasi imajinatif dengan paparan bahasa tertentu yang menggambarkan
dunia rekaan, menghadirkan pemahaman dan pengalaman tertentu, dan mengandung nilai
estetika tertentu yang bisa dibuat oleh orang dewasa ataupun anak-anak. Dalam sastra
anak-anak tidak hanya diajarkan untuk mengapresiasi saja tetapi juga dapat dijadikan
sumber belajar keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca dan menulis)
bagi siswa.Karya sastra menuntut keterlibatan seluruh kemampuan berbahasa.
Keterlibatan semua aspek keterampilan bahasa tersebut menjadi bagian tidak terpisahkan
dalam proses pemaknaan karya sastra.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian, manfaat, tujuan, ciri, serta fungsi sastra anak ?
2. Apa pengertian genre sastra anak dan cirinya ?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian, manfaat, tujuan, ciri, serta fungsi sastra anak
2. Mengetahui pengertian genre sastra anak dan cirinya

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sastra Anak
1. Pengertian Sastra Anak
Sastra anak merupakan sastra yang ditujukan kepada anak-anak agar anak
mendapatkan banyak manfaat yang berhuna bagi kehidupan di masa mendatang.
Sastra anak adalah sastra yang berbicara tentang apa saja yang menyangkut
masalah kehidupan ini sehingga mampu memberikan informasi dan pemahaman
yang lebih baik tentang kehidupan itu sendiri kepada anak.
Sastra (dalam sastra anak-anak) adalah bentuk kreasi imajinatif dengan
paparan bahasa tertentu yang menggambarkan dunia rekaan, menghadirkan
pemahaman dan pengalaman tertentu, dan mengandung nilai estetika tertentu
yang bisa dibuat oleh orang dewasa ataupun anak-anak. Apakah sastra anak
merupakan sastra yang ditulis oleh orang dewasa yang ditujukan untuk anak-anak
atau sastra yang ditulis anak-anak untuk kalangan mereka sendiri tidaklah perlu
dipersoalkan.
Huck (1987) mengemukakan bahwa siapapun yang menulis sastra anak-
anak tidak perlu dipermasalahkan asalkan dalam penggambarannya ditekankan
pada kehidupan anak yang memiliki nilai kebermaknaan bagi mereka. Sastra
anak-anak adalah sastra yang mencerminkan perasaan dan pengalaman anak-anak
melalui pandangan anak-anak (Norton,1993). Namun demikian, dalam
kenyataannya, nilai kebermaknaan bagi anak-anak itu terkadang dilihat dan
diukur dari perspektif orang dewasa.
Sastra adalah sesuatu yang menjadi kebutuhan bagi setiap manusia.
Nurgiyantoro (2013:12) mendefinisikan sastra anak sebagai karya sastra yang
menempatkan sudut pandang anak sebagai pusat penceritaan.Secara sadar atau
tidak sadar, kehidupan kita selalu dikelilingi dengan sastra. Pendidikan sastra
sudah diterapkan sejak kita masih kecil. Saat seorang ibu bersenandung sambil
menidurkan anaknya atau saat seorang ayah mendongengkan anaknya menjelang

5
waktu tidur di malam hari itu semua merupakan karya sastra yang mulai
diperkenalkan kepada kita sejak masih di dalam rumah sampai kita mulai
mengenyam pendidikan formal di sekolah sebagai salah satu mata pelajaran yang
wajib.
Pengertian sastra anak menurut beberapa ahli :
 Sastra anak adalah karya sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh
anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak, yaitu
anak yang berusia antara 3-12 tahun. (Puryanto, 2008 : 2)
 Hunt berpendapat sastra anak sebagai buku bacaan yang dibaca oleh,yang
secara khusus cocok untuk, dan yang secara khusus pulamemuaskan
sekelompok anggota yang kini disebut anak. ( Witakania, 2008 : 8)
 Sastra anak adalah sastra yang mencerminkan perasaan dan pengalaman
anak-anak melalui padangan anak-anak ( Norton,1993)
 Sastra anak adalah karya seni yang imajinatif dengan unsur estetisnys
dominan yang bermediumkan bahasa baik lisan maupun tertulis yang
secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan tentang dunia yang
akrab dengan anak. (Santoso, 2003 , 8.3)
 Sarumpaet berpendapat sastra anak adalah karya sastra yang dikonsumsi
anak-anak dan diurus serta dikerjakan oleh orang tua. (Santoso, 2003, 8.3)

2. Manfaat Sastra Anak


Pengalaman bersastra di atas akan diperoleh anak dari manfaat yang
dikandung sebuah karya sastra lewat unsur intrinsik di dalamnya yakni;
a. Memberi kesenangan, kegembiraan, dan kenikmatan bagi anak-anak
b. Mengembangkan imajinasi anak dan membantu mereka
mempertimbangkan dan memikirkan alam, kehidupan, pengalaman atau
gagasan dengan berbagai cara,
c. Memberikan pengalaman baru yang seolah dirasakan dan dialaminya
sendiri
d. Mengembangkan wawasan kehidupan anak menjadi perilaku kemanusiaan
e. Menyajikan dan memperkenalkan anak terhadap pengalaman universal

6
f. Meneruskan warisan sastra.
Selain nilai instrinsik di atas, sastra anak juga bernilai ekstrinsik yang
bermanfaat untuk perkembangan anak terutama dalam hal :
a. Perkembangan bahasa
b. Perkembangan kognitif
c. Perkembangan kepribadian
d. Perkembangan sosial.
Sastra yang terwujud untuk anak-anak selain ditujukan untuk
mengembangkan imajinasi, fantasi dan daya kognisi yang akan mengarahkan
anak pada pemunculan daya kreativitas juga bertujuan mengarahkan anak pada
pemahaman yang baik tentang alam dan lingkungan serta pengenalan pada
perasaan dan pikiran tentang diri sendiri maupun orang lain.
Pada pandangan Tarigan (2011:6-8) terdapat enam manfaat sastra terhadap
anak-anak, yaitu :
a. Sastra memberikan kesenangan, kegembiraan, dan kenikmatan kepada
anak-anak.
b. Sastra dapat mengembangkan imajinasi anak-anak dan membantu mereka
mempertimbangkan dan memikirkan alam, insan, pengalaman, atau
gagasan dengan berbagai cara.
c. Sastra dapat memberikan pengalaman-pengalaman aneh yang seolah-olah
dialami sendiri oleh para anak.
d. Sastra dapat mengembangkan wawasan para anak menjadi perilaku insani.
e. Sastra dapat menyajikan serta memperkenalkan kesemestaan pengalaman
kepada para anak.
f. Sastra merupakan sumber utama bagi penerusan warisan dari satu generasi
ke generasi berikutnya.

3. Tujuan Sastra Anak


Huck berpendapat bahwa pembelajaran sastra di SD harus memberi
pengalaman pada murid yang akan berkontribusi pada empat tujuan, yaitu :
a. Menumbuhkan Kesenangan Terhadap Buku

7
Salah satu tujuan utama pembelajaran sastra di SD ialah memberi
kesempatan kepada anak untuk memperoleh pengalaman dari bacaan,
serta masuk dan terlibat di dalam suatubuku. Pembelajaran sastra harus
membuat anak merasa senang membaca, membolakbalik buku, dan gemar
mencari bacaan.
Salah satu cara terbaik untuk membuat siswa tertarik kepada buku
ialah dengan memberi siswa lingkungan yang kaya dengan buku-buku
yang baik. Beri mereka waktu untuk membaca atau secara teratur guru
membacakan buku untuk mereka. Perkenalkan mereka pada berbagai
ragam bacaan prosa dan puisi, realisme dan fantasi, fiksi historis dan
kontemporer, tradisional dan modern. Beri mereka waktu untuk
membicarakan buku-buku, menceritakan buku itu satu sama lain dan
menginterpretasikannya melalui berbagai macam aktivitas respons kreatif.
Satu hal penting selain itu siswa juga harus diberi kesempatan
mengamati atau melihat orang-orang dewasa menikmati buku. Melalui
kegiatan-kegiatan yang menarik minatnya, siswa akan memperoleh
kesenangan, dengan demikian, langkah pertama di dalam pembelajaran
sastra di SD ialah menemukan kesenangan kepada buku.
Hal ini hendaknya dijadikan tujuan utama pembelajaran bahasa
dan sastra di sekolah dasar dan hendaknya tidak dilakukan secara tergesa-
gesa atau dengan jalan pintas. Kesenangan kepada buku hanya muncul
melalui pengalaman yang panjang.
b. Menginterpretasikan Literatur
Cara menciptakan ketertarikan kepada buku adalah siswa perlu
diberi buku bacaan yang banyak. Siswa pun perlu memiliki kesempatan
untuk mendapatkan pengalaman yang mendalam dengan buku-buku. Guru
dan siswa dapat membicarakan tentang makna pribadi yang mungkin
terdapat pada suatu cerita untuk kehidupannya sendiri. Anak kelas lima
dan enam mungkin telah merefleksikan perbandingan antara kejadian-
kejadian yang ada pada cerita atau kaitan cerita dengan kehidupannya
secara nyata. Ketika siswa, mulai membahas penyebab perilaku tertentu

8
pada cerita, mereka bisa mengembangkawawasan lebih banyak kepada
orang lain. Ketika siswa menghubungkan apa yang mereka baca itu
dengan latar belakang pengalamannya, mereka menginternalisasikan
makna cerita itu. Pada murid sekolah dasar transaksi itu paling baik
dimulai dengan respons pribadinya pada cerita.
Membantu siswa dalam menginterpretasikan bacaan itu dengan
cara mengidentifikasi para pelaku yang ada pada cerita. Hal itu dapat
dilakukan dengan mendramatisasikan (role play) adegan tertentu yang ada
pada buku cerita. Kegiatan dramatisasi adegan cerita selain menguatkan
pemahaman pada cerita juga akan melatih mereka bersosialisasi.
Kelompok anak yang lain kemungkinan menulis essay, jurnal, atau surat
yang berkaitan dengan tokoh utama atau tokoh yang lainnya yang ada di
dalam cerita. Semua aktivitas tersebut akan menambah interpretasi murid
terhadap cerita dan memperdalam tanggapannya pada bacaan.
c. Mengembangkan Kesadaran Bersastra
Anak-anak yang masih berada di sekolah dasar juga harus diajak
mulai mengembangkan kesadaran pada sastra. Tak dapat dipungkiri
bahwa pemahaman literer meningkatkan kenikmatan anak terhadap
bacaan. Ada beberapa anak usia tujuh dan delapan tahun yang sangat
senang menemukan varian yang berbeda mengenai Cinderella, misalnya.
Mereka sangat senang membandingkan berbagai awal dan akhir cerita
rakyat dan sangat suka menulis sendiri kisahnya.
Jelasnya kesenangan seperti ini berasal dan pengetahuan tentang
cerita rakyat. Anak-anak harus pula diarahkan menemukan elemen-elemen
sastra secara berangsurangsur, karena elemen-elemen itu memberikan
bekal bagi siswa dalam pemahaman makna cerita atau puisi, dengan
demikian guru harus menguasai pengetahuan tentang bentuk-bentuk cerita,
elemen-elemen cerita, dan pengetahuan tentang pengarang.
Selama siswa berada di sekolah dasar mereka mengembangkan
pemahaman mengenai bentuk sastra yang berasal dari berbagai aliran
sedikit demi sedikit. Mereka sudah dapat membedakan bentuk prosa dan

9
puisi, fiksi dan nonfiksi, antara realisme dan fantasi, tetapi tidak dengan
istilah-istilah tersebut. Mungkin cara mereka memahami hanya akan
bercerita kepada gurunya bahwa buku Dewi Nawangwulan itu memuat
suatu cerita, atau Bawang Putih itu ceritanya mirip Cinderella yang telah
dibacanya. Hal ini langkah awal yang baik dalam mengembangkan
pemahaman tentang bentuk-bentuk sastra, demikian pula pengetahuan
siswa mengenai elemen cerita misalnya alur, karakterisasi, tema, dan sudut
pandang pengarang akan muncul secara berangsur-angsur.
Ada siswa yang minatnya tergugah bila mengetahui piranti sastra
seperti simbol, perbandingan, penggunaan sorot balik, dan sebagainyna.
Namun jenis pengetahuan ini lebih cocok untuk guru. Pembahasan tentang
piranti sastra pada siswa hendaknya hanya diperkenalkan apabila
diperlukan benar untuk dapat membawa ke arah pemahaman yang lebih
kaya terhadap sebuah buku. Yang terpenting bukan menghafal pirantinya,
namun bagaimana anak-anak diberi waktu untuk memberikan tanggapan
personalnya pada cerita.
d. Mengembangkan Apresiasi
Sasaran jangka panjang pengajaran sastra di SD ialah
mengembangkan kesukaan membaca karya sastra yang bermutu. Ada tiga
tahap urutan dan perkembangan yang ada dalam pertumbuhan apresiasi
 Tahap kenikmatan yang tidak sadar
 Tahap apresiasi yang masih ragu-ragu atau berada antara tahap
kesatu dan ketiga, dan
 Tahap kegembiraan secara sadar.
Tahap pertama sama dengan gagasan menumbuhkan kesenangan
terhadap bacaan, sehingga menjadi terlibat di dalamnya. Pada tahap ini
siswa membaca atau guru membacakannya untuk mendapatkan
kesenangan. Mereka jarang menyentuh cara pengarang menciptakan
makna. Pembaca pada tahap kedua tertarik tidak hanya pada alur cerita.
Pembaca pada tahap ini mulai bertanya tentang apa yang terjadi pada
suatu cerita dan mendalami isi cerita untuk mendapatkan makna lebih

10
dalam. Pembaca menikmati dan mengeksplorasi cerita untuk melihat
bagaimana pengarang, penyair, atau seniman memperkuat makna dengan
teks itu. Tahap ketiga, tahap pembaca yang sudah matang dan menemukan
kegembiraan dalam banyak jenis bacaan dan banyak periode waktu,
memberikan penghargaan pada aliran dan pengarangnya, dan memberikan
tanggapan kritis sehingga mendapatkan kegembiraannya secara sadar.
Pengajaran sastra untuk sekolah dasar, terutama kelas-kelas awal
difokuskan pada tahap pertama yaitu kesenangan yang tidak
disadari (unconscious  enjoyment). Jika semua siswa bisa diberi
kesempatan menemukan kesenangan terhadap bacaan, mereka akan bisa
membangun dasar yang kokoh bagi apresiasi sastra. Diawali dari
menyenangi karya sastra yang dibacanya itulah, siswa akan meningkat ke
tahap berikutnya. Setelah merasa senang dengan bacaan baru kemudian
siswa didorong untuk menginterpretasikan makna cerita atau puisi melalui
diskusi atau aktivitas kreatif, mereka bisa memasuki tahap kedua, tahap
kesadaran pada apresiasi.
Berangkat dari bekal itulah siswa dapat diajak untuk memberi
tanggapan terhadap buku, membahas bagaimana perasaan mereka tentang
cerita itu dan apa makna cerita itu bagi mereka. Siswa juga dapat diajak
untuk memberi alasan “mengapa” mereka memiliki perasaan seperti itu
dan cara-cara pengarang atau seni man menciptakan perasaan itu. Para
siswa akan memerlukan bimbingan dari guru untuk melalui tahap-demi
tahap tersebut, namun bukan mendiktenva atau memberi tafsiran yang
harus diterima begitu saja oleh siswa. Guru hanyalah pemberi jalan
setapak untuk masuk ke dunia indahnya sastra.

4. Ciri Sastra Anak


Menurut Sarumpaet (Dalam Santoso, 2003:8.4), ada 3 ciri
yang membedakan antara sastra anak dengan sastra orang dewasa :
a. Unsur pantangan, yaitu unsur yang yang secra khusus berhubungan
dengan tema dan amanat. Artinya, sastra anak pantang atau menghindari

11
masalah-masalah yang menyangkut tentang seks, cinta yang erotis,
dendam yang menimbulkan kebencian atau hal-hal yang bersifat negatif.
b. Penyajian dengan gaya secara langsung, artinya tokoh yang diperankan
sifatnya hitam putih. Maksudnya adalah setiap tokoh yang berperan hanya
mempunyai satu sifat utama, yaitu baik atau jahat.
c. Fungsi terapan adalah sajian cerita harus bersifat menambah pengetahuan
yang bermanfaat
Hasyim (1981) mengemukakan bahwa cerita yang diberikan kepada anak
hendaknya memiliki ciri sebagai berikut:
a. Bahasa yang digunakan haruslah sesuai dengan tingkat perkembangan
bahasa anak.
b. Isi ceritanya haruslah sesuai dengan tingkat umur dan perhatian anak.
Pada tahap pertama (kelas 1-3 SD) bacaan untuk anak laki-laki dan wanita
dapat disamakan. Untuk selanjutnya (kelas 4-6 SD) secara berangsur-
angsur akan kelihatan bahwa anak laki-laki lebih menyenangi cerita
petualangan, olahraga, dan teknik, sedangkan anak wanita lebih
menyenangi cerita yang bersifat kekeluargaan dan sosial.
c. Hendaknya jangan diberikan cerita yang bersendikan politik tetapi
mengutamakan pendidikan moral dan pembentukan watak.
Adapun ciri-ciri bacaan anak bila ditinjau dari beberapa segi antara lain
sebagai berikut.
a. Bentuk Penyajian
Bacaan sastra untuk anak-anak dari segi bentuk penyajian memiliki
ciri tertentu dibandingkan dengan bentuk penyajian bacaan sastra untuk
orang dewasa. Bentuk penyajian sastra anak-anak memperhatikan format
buku, bentuk huruf, variasi warna kertas, ukuran huruf, dan kekayaan
gambar.
 Format buku sebaiknya disesuaikan dengan dunia anak-anak
sehingga memberikan efek khusus dari kesan visual dari bentuk
yang membadani seluruh buku itu. Ilustrasi gambar sampul
hendaknya mewakili tema yang digarap dalam 4buku itu dan harus

12
disesuaikan dengan khalayak penikmatnya (siswa SD). Bentuk
buku yang diperuntukkan bagi anak-anak sebaiknya dipilihkan
bentuk persegi panjang yang horizontal dengan ukuran
disesuaikan, misalnya kelas awal dan menengah digunakan ukuran
20,5 x 28 cm, sedangkan untuk kelas tinggi 20,5 x 23 cm.
Penjilidan juga turut menentukan minat anak, sebaiknya buku
dijilid tebal sehingga tidak mudah rusak, dan divariasikan dengan
warna yang variatif yang memberikan efek visual yang menarik.
 Ukuran dan bentuk huruf hendaknya tidak terlalu kecil, tetapi juga
tidak terlalu besar, sehingga tidak menyulitkan anak saat
membacanya. Setiap buku yang diperuntukkan bagi anak-anak
juga diharapkan dicetak dalam kertas putih bersinar sehingga
memberikan efek visual yang lebih terutama bila di dalamnya
disajikan banyak gambar dengan menggunakan ilustrasi
multiwarna sebagai pengayaan yang memudahkan anak memahami
cerita dan membuat mereka lebih tertarik.
 Ilustrasi gambar sebagai alat penceritaan harus mampu membuat
cerita lebih hidup dan yang lebih penting harus menunjukkan
adanya harmoni atau kesesuaian dengan cerita. Dengan demikian,
bila anak melihat gambar, maka mereka akan terdorong untuk
lebih melatih dirinya dalam mengembangkan persepsi, imajinasi
dan bahasa melalui gambar tentang realitas yang dia amati.
Gambar yang berisi realitas-imajinasi yang akan dia amati dalam
buku cerita yang akan dilihat dibahasakan sebaiknya jangan
disajikan memenuhi satu halaman karena akan mengganggu
persepsi anak.
b. Bahasa yang Digunakan
Ditinjau dari bahasa, bacaan cerita anak-anak sebaiknya memiliki
ciri menggunakan bahasa yang sederhana. Penggunaan bahasa
mempertimbangkan perkembangan bahasa anak usia SD baik dari segi

13
penguasaan struktur tata bahasa maupun dari segi kemampuan anak dalam
memproduksi dan memahaminya.
Dalam cerita anak-anak bahasa yang digunakan harus
mempertimbangkan penggunaan kosakata dan kalimat. Ini dimungkinkan
karena dalam proses pemahaman dan penikmatannya anak akan membaca
teks melalui proses pemahaman print out yang diarahkan oleh dunia
pengalaman dan pengetahuannya.
Teks yang berupa sistem tanda ini menghadirkan gambaran makna
dan pengertian tertentu yang dapat dipahami melalui proses decoding
dengan mengidentifikasi tulisan, kata-kata, rentetan kata, kombinasi
hubungan kalimat atau satuan bentuk yang ditransformasikan sebagai
kalimat sampai pada untaian satuan sintaktik tertentu yang dikembangkan
dalam bentuk paragraph atau dalam satuan yang lebih besar (wacana).
Oleh karena itu agar makna bacaan cerita anak dapat dengan
mudah difahami oleh mereka, maka kata-kata yang dipakai hendaknya
sesuai dengan jenis kosakata yang semestinya dikuasai anak SD dengan
mengacu pada kenyataan kongkret yang diasumsikan dekat dan akrab
dengan kehidupan anak. Bilapun kata-kata yang digunakan masih asing
bagi anak, maka hendaknya dilengkapi dengan ilustrasi gambar atau
melalui paparan deskriptif. Pemanfaatan konteks bacaan dan kalimat
sebagai petunjuk penafsiran makna suatu kata hendaknya
dipertimbangkan.
Keseimbangan, kemulusan dan kelancaran proses pemahaman
bacaan sastra oleh anak juga ditentukan oleh penggunaan kata-kata yang
dari segi bentuk dan maknanya berbeda. Dari segi kalimat, sebaiknya
digunakan kalimat sederhana dalam arti tidak terlalu panjang dan tidak
banyak menggunakan pelesapan kata. Dengan demikian, agar
pengekspresian sesuatu lewat wahana bahasa yang terwujud dalam bentuk
teks dan tersusun dalam bentuk sebuah cerita itu mudah difahami anak,
maka penggunaan bahasa sangatlah perlu diperhatikan kesesuaiannya
terutama dengan tingkat kemampuan membaca anak.

14
c. Cara Penuturan
Dari segi cara penuturan, ciri bacaan cerita anak diarahkan pada
teknik penuturan cerita yang merujuk pada pemilihan kata, penggunaan
gaya bahasa, teknik penggambaran tokoh dan latar cerita.
Dalam teknik penuturan, pemilihan kata dan gaya bahasa
hendaknya disesuaikan dengan readiness anak yaitu dengan menggunakan
kata dan gaya bahasa yang kongkret sesuai dengan perkembangan kognitif
mereka dan mengacu pada pengertian yang tersurat. Teknik penuturan
latar dan tokoh sebaiknya lebih banyak digunakan teknik adegan
dilengkapi dengan dialog atau penggambaran dan teknik montase yaitu
penuturan berdasarkan kesan dan observasi yang tersaji secara asosiatif.
Ditinjau dari bacaan cerita anak-anak, maka cara penuturan bisa dilakukan
dengan cara reportatif, deskriptif, naratif, atau secara langsung.
Dalam teknik penuturan sebaiknya yang digunakan adalah teknik
penyajian naratif yang memang banyak digunakan dalam cerita anak-anak.
Meskipun demikian, di dalamnya masih tetap didukung oleh reportatif dan
deskripsi berupa ilustrasi gambar. Pemilihan teknik penuturan biasanya
disesuaikan dengan readiness anak seperti, cara naratif tadi atau bisa juga
dengan menggunakan gaya penuturan lakuan melalui dialog dan narasi
dan digambarkan secara hidup dan menarik sehingga terfahami oleh anak.
Sedangkan penuturan secara langsung kurang cocok digunakan karena
tidak mengembangkan imajinasi anak.
d. Tokoh, Penokohan, Latar, Plot, dan Tema
 Dari segi tokoh, bacaan cerita anak-anak menampilkan tokoh yang
jumlahnya tidak terlalu banyak (tidak melebihi 6 pelaku). Ini
dimaksudkan agar tidak membingungkan anak dalam memahami
alur cerita yang tergambarkan lewat rentetan peristiwa yang ada.
Penokohan atau karakterisasi tokoh dilakukan dengan tegas dan
langsung menggambarkan wataknya dengan dilengkapi oleh
penggambaran fisik dengan cara yang jelas. Karakterisasi juga bisa
dilakukan melalui penggambaran perilaku tokoh-tokoh yang

15
tergambarkan dalam alur. Motivasi dan peran yang diemban para
tokoh digambarkan dengan tegas secara imajinatif.
 Latar cerita anak hendaknya menggambarkan tempat-tempat
tertentu yang menarik minat mereka, misalnya tempat
persembunyian John Wayne (dalam “Batman”) atau Clark (dalam
“Superman”) saat mereka mengganti baju atau berubah menjadi
tokoh Batman dan Superman dalam cerita jenis fantasi. Dalam
jenis cerita lain tempat hendaknya disesuaikan kedekatannya
dengan kehidupan anak misalnya, lingkungan rumah, sekolah,
tempat bermain, kebun binatang, dan lain-lain. Latar cerita yang
digunakan harus mampu mengaktualisasikan dan menghidupkan
cerita.
 Dari segi alur atau plot, bacaan cerita anak-anak mengandung plot
yang bersifat linier dan berpusat pada satu cerita sehingga tidak
membingungkan anak. Rentetan peristiwanya dikisahkan dengan
cara yang tidak kompleks dan menunjukkan hubungan sebab
akibat yang diungkap secara jelas dan digambarkan secara hidup
dan menarik.
 Tema bacaan cerita anak biasanya sesuai dengan minat mereka
misalnya tentang keluarga, berteman, cerita misteri, petualangan,
fantasi, cerita yang luculucu, tentang binatang, cerita
kepahlawanan, dan sebagainya.
 Point of view dalam cerita anak-anak dipilih penutur dan
disesuaikan dengan karakteristik gambaran peristiwanya. Penutur
tidak meng-aku-kan diri yang berperan sebagai pelaku karena akan
menimbulkan kesan aneh. Jadi hendaknya penuturan langsung
menggunakan penyebutan nama.

5. Fungsi Sastra Anak


Salah satu fungsi utama karya sastra adalah mentransformasi nilai-
nilai kehidupan secara estetis, dramatis dan fragmatis. Karya sastra sejatinya

16
harus pragmatis karena cerminan kehidupan untuk kehidupan. Karya sastra
akan memperkaya pengalaman bagi pembacanya. Dengan membaca karya
sastra pengalaman seseorang dapat saja melampaui “kekinian” dan
menghadirkan “kedahuluan” dalam kehidupan ini.
Endraswara (2005:205) menyatakan bahwa masalah dalam penyajian
sastra anak menimbulkan banyak masalah karena pengajar (orang dewasa) sering
menyamakan dirinya dengan anak. Padahal, subjek didik (anak) tergolong orang
yang murni. Sastra anak mempunyai beberapa fungsi khusus berikut ini.
 Melatih dan memupuk kebiasaan membaca pada anak-anak.
Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa anak-anak lebih
suka membaca hanya untuk mencari kesenangan. Niat awal untuk mencari
kesenangan dapat dijadikan sebagai jembatan untuk melatih dan
membiasakan anak bergelut dengan dunia buku. Jika anak-anak telah
terbiasa membaca bacaan anak, maka akan merangsang kebiasaan atau
hobinya untuk membaca buku-buku pelajaran dan buku umum lainnya.
 Membantu perkembangan intelektual dan psikologi anak.
Memahami suatu bacaan bukanlah pekerjaan yang mudah. Jika
anak-anak telah terbiasa membaca, maka hakikatnya mereka telah terbiasa
memahami apa yang dibacanya. Kebiasaan memahami bacaan tentu akan
sangat membantu perkembangan intelektual atau kognisi anak. Demikian
pula sajian cerita atau kisah dan berbagai hal dalam karya sastra anak akan
menumbuhkan rasa simpati atau empati anak-anak terhadap berbagai kisah
tersebut. Dengan demikian, sastra anak dapat membantu perkembangan
psikologi atau kejiwaan anak untuk lebih sensitif terhadap berbagai
fenomena kehidupannya.
 Mempercepat perkembangan bahasa anak.
Perkembangan bahasa anak berjalan secara bertahap seiring
dengan perkembangan fisik dan pikirannya. Kematangan berpikir sangat
menentukan perkembangan bahasa anak, demikian pula sebaliknya,
perkembangan bahasa sangat menentukan kematangan berpikir anak.
Anak-anak yang biasa membaca bacaan anak dapat memperoleh bahasa

17
(kosa kata, kalimat) lebih banyak dan lebih cepat jika dibandingkan
dengan anak-anak lain. Tentu, jika anak-anak cepat perkembangan
bahasanya, akan membantu tingkat kematangan berpikirnya.
 Membangkitkan daya imajinasi anak.
Secara leksikal, kata imajinasi memang dapat diartikan sebagai
‘khayalan’. Namun, imajinasi dalam karya sastra tidaklah sepenuhnya
berisi khayalan tanpa ada kaitannya dengan realitas. Imajinasi dalam sastra
tidak lain hanyalah sebuah media untuk mengekspresikan pikiran dan
perasaan pengarangnya. Oleh sebab itu, esensi dan substansi imajinasi
dalam karya sastra adalah realitas kehidupan manusia.
Anak-anak yang biasa membaca sastra (bacaan anak), akan
terbiasa turut merasakan dan melibatkan pikiran (imajinasi) sehingga
seolah-olah dia yang mengalami peristiwa dalam karya yang dibacanya.
Dengan begitu, imajinasi akan menumbuhkan pemikiran yang kritis dan
kepekaan emosional yang tinggi dalam diri anak.
 

B. Genre Sastra Anak


1. Definisi Genre Sastra Anak
Genre dalam KBBI artinya jenis, tipe, atau kelompok sastra atas dasar
bentuknya; sedanga. Genre dapat dipahami sebagai suatu macam atau tipe
kesastraan yang memiliki seperangkat karakteristik umum (Lukens, 1999:13).
Sastra Anak ternyata tidak sesederhana yang dibayangkan. Namun elemen-
elemen, teknik penyampaian, isi, dll harus diperhatikan. Seiring dengan
banyaknya jenis Sastra Anak, maka Sastra Anak dibagi kedalam kelompok atau
disebut Genre. Aspek pengelompokan Sastra Anak, dapat berdasarkan isi, style,
atau bentuk, dll.
Ada 6 Genre dalam Sastra Anak. Kiranya kita dapat memahami masing-
masing Genre ini, untuk memudahkan kita dalam mengkategorikan Sastra Anak,
dan memberi kemudahan dalam mencari karya Sastra Anak yang sesuai untuk
Anak yang akan menikmati karya sastra tersebut.

18
a. Realisme
Realisme- Real dapat diartikan sebagai sesuatu yang nyata,
dikisahkan berdasarkan kejadian nyata atau bisa saja tidak benar-benar
terjadi tetapi masih dikatakan real karena merupakan rangkaian peristiwa
yang ada dalam kehidupan manusia. diceritakan secara logis atau masuk
akal. Alur cerita, konflik dan penyelesaiannya juga harus diceritakan
secara lugas, logis, dan masuk akal.  Karya sastra realism dikategorikan ke
dalam 4 kelompok yakni :
 Cerita realisme
Cerita Realisme berarti mengisahkan tokoh dalam hal ini
protagonis yang berusaha menyelesaikan konflik yang terjadi
dalam alur cerita. Antara tokoh, alur dan konflik harus saling
berkaitan. Permasalahan dalam alur cerita dapat berupa persoalan
pribadi, persoalan antar individu, dan persoalan social. Untuk
cerita anak, buatlah cerita realism yang sederhana namun tetap
mempertahankan kelogisan cerita. Penulis harus mampu
mempengaruhi anak terhadap penyelesaian yang berada di luar
perkiraannya. Hal ini dapat berdampak pada peningkatan  nilai
moral, maupun social pada anak
 Realisme binatang
Realisme binatang berbeda dengan fable atau cerita tentang
dunia hewan yang bersifat fiksi. Realisme Binatang disini
menggambarkan binatang dalam artian sesungguhnya tanpa adanya
unsur fiksi yang menggambarkan hewan dapat berbicara layaknya
manusia. Realisme Binatang menceritakan tentang bentuk tubuh
binatang itu sendiri, habitat, cara bertahan hidup, makanan,
adaptasi, proses berkembang biak dan lain-lain. Untuk menarik
perhatian anak terhadap Realisme Binatang, perlu penulisan cerita
yang menarik namun tetap logis. Misalnya seekor singa yang
menemukan cara bertahan hidup, atau kehidupan seekor singa di
alam liar, dan sebagainya.

19
 Realisme historis
Adalah cerita tentang sejarah, yang berarti cerita yang
terjadi di masa lampau yang kembali diceritakan. Meskipun
penceritaan dilakukan pada masa kini, penggambaran cerita seperti
tokoh, alur, suasana, konflik haruslah sesuai dengan yang terjadi di
masa lampau
 Realisme olahraga
Adalah cerita yang berkaitan dengan dunia olehraga seperti
sepakbola, badminton, basket, renang, dll. Hal-hal yang diceritakan
dapat berupa tokoh seperti David Backham tokoh dalam dunia
sepakbola, Michael Jordan tokoh dalam dunia basket, dll. Dapat
juga cerita tentang bagaimana cara melakukan olahraga tersebut
dan manfaat olahraga tersebut.
b. Fiksi formula
Fiksi Formula adalah jenis karya sastra yang memiliki pola-pola
tertentu yang membedakannya dengan karya-karya lain. Fiksi Formula
dalam pengembangannya lebih dibatasi. Ada 3 jenis karya Fiksi Formula,
yaitu :
 Cerita misterius dan detektif
Cerita Misterius menuliskan cerita yang memancing rasa
keingintahuan pembaca, dan membuat pembaca menebak-nebak
apa yang akan terjadi selanjutnya. Sedangkan Detektif adalah
cerita mengenai penelitian yang dilakukan oleh seorang tokoh untu
memata-matai suatu hal.
 Cerita romantis
Cerita Romantis erat kaitannya dengan romansa antara laki-
laki dan perempuan.
 Novel serial
Novel Serial adalah jenis novel dengan edisi terpisan
namun masih dalam koridor satu kesatuan.  Untuk Novel Serial
anak-anak, usahakan alur atau tokoh tidak mengalami perubahan

20
yang berarti. Hal ini dimaksudkan supaya anak-anak lebih mudah
memahami dan menikmati alur cerita.
c. Fantasi
Fantasi dapat dipahami sebagai the willing suspension of
disbelief (Coleridge, via Lukens, 1999:20). Fantasi berupa cerita di
samping dunia realitas. Artinya ada penyimpangan yang sulit diterima
oleh logika. Namun karena penyajian yang unik cerita fantasi kemudian
dapat diterima. Fantasi dibedakan dalam 3 kategori:
 Cerita fantasi
Cerita Fantasi menceritakan tema, kisah, alur konflik
bahkan tokoh yang berada diluar nalar manusia pada umumnya.
Misalnya cerita Tinkerbell adalah cerita mengenai dunia peri yang
mana peri kecil ini berbentuk seperti manusia pada umumnya dan
berbicara seperti manusia pada umumnya. Namun alur cerita dan
konflik serta penyelesaiannya berada di luar realitas.
 Fantasi tinggi
Cerita Fantasi Tinggi diawali dengan focus konflik antara
yang baik dan yang jahat. Pembaca dibuat yakin terlebih dahulu
terhadap alur cerita yang duluar realitas manusia. contoh: film The
Lord Of the Ring.
 Fiksi sain
Menurut Robert Heinlein fiksi sains adalah fiksi spekulatif
dimana pengarang mengambil postulat dari dunia nyata
sebagaimana yang kita ketahui dan mengaitkan fakta dengan
hukum alam (via Lukens, 1999:23). Fiksi sains biasanya
menceritakan keadaan masa depan. Seperti contoh robot yang
mengasai bumi.
d. Sastra tradisional
Sastra Tradisional adalah sastra yang bersifat turun-temurun, tidak
diketahui siapa penciptanya dan bersifat universal. Karena sifatnya yang
turun-temurun dan sudah diceritakan dari mulut ke mulut, Sastra

21
Tradisional dibukukan supaya tidak hilang keberadaannya. Sastra
Tradisional dibagi menjadi 5 kategori, yaitu :
 Fabel
Fabel adalah cerita tentang dunia binatang. Dalam
penceritaannya merupakan personifikasi dari manusia. dalam hal
ini binatang yang diceritakan sebenarnya menggambarkan tingkah
laku manusia. Fabel dibuat dengan tujuan memberikan nilai moral
pada pembaca dengan tetap mengembangkan imajinasinya. Contoh
binatang yang sering dijadikan tokoh dalam fabel adalah, Kancil,
Kera, Kura-kura, Tupai, dll.
 Dongeng rakyat
Dongeng adalah salah satu bentuk cerita tradisional yang
biasanya dijadikan penghantar tidur oleh orangtua kepada anaknya.
Selain sebagai penghantar tidur, dongeng juga dimaksudkan untuk
mengajarkan ajaran moral kepada anak dengan jalan menceritakan
dongeng. Dongeng biasanya menceritakan tokoh baik dan jahat
yang pastinya akan dimenangkan oleh tokoh yang baik. Contoh:
bawang merah dan bawang putih.
 Mitos
Mitos adalah cerita yang belum diyakini kebenarannya.
Mitos biasanya cerita mengenai hal-hal yang gaib, pendewaan,
atau asal-usul terjadinya sesuatu. Meskipun belum diketahui
kebenarannya, masyarakat masih menerima dan beberapa
meyakininya. Contoh : mitos tentang Nyi Roro Kidul.
 Legenda
Legenda sebenarnya mirip-mirip dengan mitos. Bedanya
jika mitos kerap berhubungan dengan hal-hal gaib, Legenda justru
lebih kepada tokoh-tokoh sejarah. Meskipun kebenarannya tidak
dapat dipertanggung jawabkan, namun masyarakat masih dapat
menerimanya.
 Epos

22
Epos adalah cerita berbentuk syair atau puisi yang
pengarangnya tidak jelas. Epos menceritakan tentang sosok
kepahlawanan yang sifat-sifatnya di luar jangkauan manusia pada
umumnya. Latar waktu dan tempat dalam cerita Epos juga tidak
jelas dimana dan kapan.
e. Puisi
Puisi adalah rangkaian kata yang disusun dengan indah. Bentuknya
singkat, jelas, dan padat namun tetap mewakilkan seluruh penceritaan.
Puisi dapat berupa tembang seperti cublak-cublak suweng atau dapat
berupa puisi naratif, yaitu puisi penceritaan mengenai suatu hal misalnya
tentang pengorbanan ibu, persahabatan, indahnya alam, dll.
f. Nonfiksi
Nonfiksi adalah cerita yang didasari data dan fakta atau hal yang
benar-benar terjadi dan bukan khayalan. Dikategorikan menjadi 2 bagian,
yaitu :
 Buku informasi
Buku informasi adalah buku terkait hal-hal yang bersifat
memberikan informasi mengenai konsep, hubungan sebab-akibat,
fakta, dll. Contaoh ensiklopedi anak.
 Biografi
Biografi adalah buku berisi riwayat hidup seseorang. tidak
semua hal dapat ditulis dalam buku biografi. Ada batasan-batasan
tertentu. Namun buku biografi dapat juga ditulis perjalanan hidup
tokoh sepanjang hayat sampai buku itu ditulis. Untuk bacaan anak,
biasanya buku biografi ini ditulis dan dibukukan dalam bentuk
komik supaya membangun imajinasi anak.

2. Ciri Genre Sastra Anak


Menurut Puryanto secara garis besar, ciri dan syarat sastra anak adalah :
a. Cerita anak mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak
berbelit-belit, menggunakan setting yang ada di sekitar atau ada di dunia

23
anak, tokoh dan penokohan mengandung peneladanan yang baik, gaya
bahasanya mudah dipahami tapi mampu mengembangkan bahasa anak,
sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi masih dalam jangkauan
anak.
b. Puisi anak mengandung tema yang menyentuh, ritme yang meriangkan
anak, tidak terlau panjang, ada rima dan bunyi yang serasi dan indah, serta
isinya bisa menambah wawasan pikiran anak.

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sastra anak merupakan sastra yang ditujukan kepada anak-anak agar anak
mendapatkan banyak manfaat yang berhuna bagi kehidupan di masa mendatang.
Sastra anak adalah sastra yang berbicara tentang apa saja yang menyangkut
masalah kehidupan ini sehingga mampu memberikan informasi dan pemahaman
yang lebih baik tentang kehidupan itu sendiri kepada anak. Manfaat sastra anak
diantaranya memberi kesenangan, kegembiraan, dan kenikmatan bagi anak-anak,
mengembangkan imajinasi anak dan membantu mereka mempertimbangkan dan
memikirkan alam, kehidupan, pengalaman atau gagasan dengan berbagai cara.
Ciri sastra anak menurut Hasyim hendaknya bahasa yang digunakan haruslah
sesuai dengan tingkat perkembangan bahasa anak dan isi ceritanya haruslah sesuai
dengan tingkat umur. Genre dalam KBBI artinya jenis, tipe, atau kelompok sastra
atas dasar bentuknya; sedanga. Genre dapat dipahami sebagai suatu macam atau
tipe kesastraan yang memiliki seperangkat karakteristik umum (Lukens, 1999:13).
Sastra Anak ternyata tidak sesederhana yang dibayangkan. Namun elemen-
elemen, teknik penyampaian, isi, dll harus diperhatikan. Seiring dengan
banyaknya jenis Sastra Anak, maka Sastra Anak dibagi kedalam kelompok atau
disebut Genre. Aspek pengelompokan Sastra Anak, dapat berdasarkan isi, style,
atau bentuk, dll.

B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kami sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kebaikan pembuatan makalah
ini. Apabila terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan memakluminya, karena
kami adalah hamba Allah yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan.

25
DAFTAR PUSTAKA

http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/1967110
31993032-NOVI_RESMINI/SASTRA_ANAK_DAN_PENGAJARANNYA.pdf

http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/detail.php?dataId=1905

file:///C:/Users/acer/Downloads/4947-541-9685-1-10-20170714.pdf

https://www.researchgate.net/publication/342411112_Sastra_Anak_Dalam_Persimpangan

https://www.academia.edu/31672220/GENRE_SASTRA_ANAK_DAN_MANFAATNYA_FA
NTASI

https://id.scribd.com/doc/172059336/Genre-Sastra-Anak

http://repository.upi.edu/20043/4/S_BHS_KDSERANG_1004330_Chapter%201.pdf

Nurgiyantoro, B. (2013). Sastra Anak: Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

Tarigan, H. Guntur. 2011. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Penerbit Angkasa

Puryanto, Edi. 2008. Konsumsi Anak dalam Teks Sastra di Sekolah. Makalah dalam Konferensi
Internasional Kesusasteraan XIX HISKI

Fitriana, Irta. Penerjemahan Karya Sastra


Anak. http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/19
6711031993032-NOVI_RESMINI/SASTRA_ANAK_DAN_PENGAJARANNYA.pdf diakses
pada 21 Februari 2021

Hasyim. 1981.  Pengajaran Sastra. Jakarta: Depdikbud

Kalik, Abd. Unit 7 Sastra Anak-anak. https://pgsdfkipuho.files.wordpress.com/2015/02/unit_7-


apresiasi-sastra-anak.pdf diakses pada 21 Februari 2021

Pramuki. Esti .2000. Apresiasi Karya sastra Anak-Anak secara Reseptif. Jakarta: Dikti
Depdikbud
26
Sarumpaet. Riris K. Toha. 1976. Bacaan Sastra Anak-anak. Jakarta: Pustaka Jaya

Santoso. 2003. Sastra Anak dan Dunia Anak. https://buguruesde.wordpress.com/tag/sastra-


anak/ diakses pada 21 Februari 2021

Wahidin, Abisyam. 2009. Hakikat Sastra


Anak.  https://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2009/03/18/hakikat-sastra-anak/ diakses
pada 21 Februari 2021

https://rinmipasaribu.blogspot.com/2018/05/genre-sastra-anak.html

http://dwimunawar.blogspot.com/2016/06/makalah-genre-anak.html#:~:text=Cerita%20anak
%20mengandung%20tema%20yang,yang%20tepat%2C%20dan%20imajinasi%20masih

27

Anda mungkin juga menyukai